• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Presiden Joko Widodo telah menetapkan diplomasi ekonomi sebagai salah satu dari empat pilar diplomasi Indonesia di bawah Kabinet Kerja. Diplomasi ekonomi sangat penting untuk memberi hasil konkrit kepada rakyat Indonesia. Peningkatan diplomasi ekonomi juga menjadi salah satu prioritas kebijakan luar negeri Indonesia untuk tahun 20 1 4-20 1 6. Salah satu yang menjadi aspek prioritas selama periode 20 1 5 -20 1 9 adalah peningkatan kinerja nilai ekspor non-migas.

Di samping upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan hubungan ekonomi dengan berbagai pasar tradisional termasuk di kawasan Amerika dan Eropa, Pemerintahan Presiden Joko Widodo juga mengupayakan pemanfaatan berbagai peluang dan menggali potensi pasar altematif atau pasar non-tradisional di semua kawasan, termasuk di Kawasan Amerika dan Eropa. Adanya emerging economies di kawasan ini merupakan kondisi yang menjanj ikan sehingga upaya menembus berbagai pasar prospektif perlu terus dikembangkan, terutama Eropa Tengah dan Timur serta Amerika Latin, dan di sisi lain tetap menjaga hubungan ekonomi dengan negara-negara yang merupakan bagian dari pasar tradisional bagi produk ekspor Indonesia.

Oleh karena itu, penting untuk mencermati berbagai perkembangan yang terjadi di kawasan Amerika dan Eropa dan melakukan assesment terhadap dampaknya bagi Indonesia dan merumuskan prioritas diplomasi Indonesia di kawasan tersebut. Mengingat maksimalisasi keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh Indonesia perlu mempertimbangkan pasar yang telah ada saat ini dan pasar-pasar altematif yang prospektif bagi Indonesia, maka fokus dan identifikasi pasar non-tradisional mutlak diperlukan untuk menetapkan arah dan langkah ke depan. Kajian ini telah mengeksplorasi berbagai pasar non-tradisional di kawasan Amerika dan Eropa untuk mengidentifikasi negara yang patut mendapatkan perhatian lebih sebagai pasar prospektif yang perlu ditembus secara maksimal. Selanjutnya, berbagai strategi,

khususnya di bidang ekonomi (perdagangan, investasi, dan pariwisata) perlu disiapkan dalam upaya menembus pasar-pasar non-tradisional di Kawasan.

Dalam beberapa kurun waktu terakhir, terdapat berbagai tantangan yang muncul dalam sistem ekonomi global modem berupa perlambatan ekonomi global, dinamika regionalisme ekonomi, dan munculnya kekuatan ekonomi barn. Perlambatan ekonomi global ditandai dengan menurunnya pertumbuhan GOP, peningkatan angka pengangguran, dan aliran modal dari dan ke emerging markets. Di sisi lain, berakhimya perang dingin telah memicu dinamika regionalisasi ekonomi. Regionalisme ekonomi juga dipicu oleh tantangan yang dihadapi dalam perundingan Doha Development Agenda (DDA) yang dinilai tidak betjalan sesuai harapan dan tersendat. Terakhir, munculnya kekuatan emerging economies ( ekonomi barn) yang memiliki volatilitas dan ketahanan yang cukup tinggi pada saat perlambatan ekonomi global akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Dalam bab III, Kajian ini membahas secara khusus mengenai assesment 4 (empat) negara atau emerging economies di Kawasan Amerika dan Eropa yang dapat menj adi salah satu fokus pemerintah dalam upaya diplomasi ekonomi. Populasi, pertumbuhan ekonomi, dan kategorisasi produk impor yang didatangkan dari Indonesai ke negara mitra prospektif tersebut. Kajian ini telah mengidentifikasi bahwa setidaknya terdapat empat pasar non-tradisional yang prospektif yaitu Chile dan Meksiko untuk kawasan Amerika Latin dan Polandia dan Turki untuk kawasan Eropa.

Meksiko merupakan salah satu mitra dagang prospektiflndonesia. Indonesia selalu memperoleh surplus perdagangan dengan Meksiko, bahkan menempati negara urutan ketiga penyumbang surplus perdagangan dengan Indonesia di Kawasan Amerika setelah AS dan Brasil. Sebagai salah satu negara anggota MIKT A dalam G20 sebagaimana Indonesia, kerj asama Indonesia-Meksiko juga dapat memanfaatkan forum informal ini untuk meningkatkan kerja sama riil di bidang ekonomi termasuk perdagangan serta kerja sama di bidang sosial dan budaya.

Chile merupakan salah satu negara dengan peranan dan kiprah penting baik dalam forum Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) maupun negosiasi Trans-Pacific Partnership. Chile juga memiliki stabilitas ekonomi yang cukup baik di kawasan Amerika Latin. Meskipun volume perdagangan kedua negara cukup fluktuatif, namun

masih cukup prospektif. Hubungan Chile dan Indonesia juga potensial. Kedua negara masih dalam proses peningkatan hubungan perdagangan melalui Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement. Chile juga diharapkan dapat menjadi jalan pembuka untuk mengakses pasar kawasan Amerika Latin dan negara-negara yang memiliki perjanj ian perdagangan bebas dengan Chile. Sementara itu, investasi dari Chile masih sangat perlu didorong.

Polandia merupakan salah satu ekonomi besar di ETT dan perkembangan perekonomiannya yang cukup cepat. Dengan lokasinya di tengah Eropa, Polandia diperkirakan dapat berkembang menjadi regional hub yang penting bagi aliran produk menuju negara-negara lain di kawasan Eropa. Dalam konteks bilateral dengan Indonesia, hubungan perdagangan kedua negara menunjukkan surplus perdagangan bagi Indonesia dalam 5 tahun berturut-turut pada tahun 20 1 1 sampai dengan 20 1 5 dan ekspor Indonesia ke Polandia menunjukkan trend peningkatan. Perlu digarisbawahi bahwa Kementerian Ekonomi Polandia telah menetapkan Indonesia sebagai salah satu pasar altematif bagi pengembangan ekspor produk Polandia. Rencana pembukaan jalur penerbangan antara Indonesia (Jakarta) dengan Polandia (Warsawa) juga diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan Polandia ke Indonesia.

Terakhir, Turki, merupakan salah satu negara yang perekonomiannya mengalami pertumbuhan pesat. Pricewaterhouse Cooper dalam penelitiannya memprediksi bahwa Turki dapat berkembang menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke- 1 2 dunia pada tahun 204 1 j ika sektor industri strategis berkembang baik. Menyusul kudeta yang gagal pada pertengahan 20 1 6, iklim bisnis menjadi kurang kondusif di Turki. Namun demikian Turki masih dilihat sebagai perekonomian potensial oleh banyak investor global. Turki juga sangat aktif dalam mengembangkan kerja sama perdagangan bebas dengan 33 negara, memulai negosiasi FTA dengan 13 negara/blok ekonomi, serta meluncurkan FT A dengan 1 0 negara termasuk Indonesia. Pada 20 1 5 , Indonesia dan Turki juga telah sepakat menargetkan nilai perdagangan menjadi USD 1 0 miliar pada tahun 2023. Kedua negara juga telah menyepakati untuk memulai perundingan IT -CTEP A.

Dokumen terkait