• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, dengan analisis cluster menurut jenis-jenis

usaha pariwisata dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok. Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri, sedangkan kabupaten-kabupaten lainnya yaitu Jembrana, Tabanan, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Karangasem bergabung dalam satu kelompok. Usaha pariwisata yang menjadi karakteristik kota Denpasar adalah usaha jasa perjalanan wisata, jasa transportasi wisata, pramuwisata, MICE, dan wisata tirta. Kabupaten Badung, kondisi usaha pariwisatanya yang paling mendekati kota Denpasar, dicirikan oleh usaha jasa makanan dan minuman, usaha akomodasi dan kawasan pariwisata. Kabupaten Gianyar, posisinya paling dekat dari kelompok 4 (enam kabupaten lain di provinsi Bali) dicirikan oleh usaha daya tarik wisata. Pada kelompok 4 (enam kabupaten lain) tidak ada usaha pariwisata tertentu yang khas menjadi karakteristiknya, namun terlihat usaha daya tarik wisata yang paling dekat posisinya dengan kelompok 4. Artinya rata-rata jumlah daya tarik wisata di keenam kabupaten ini tidak jauh tertinggal dibanding usaha pariwisata lain di kota Denpasar, kabupaten Badung, dan kabupaten Gianyar.

7.2 Saran

Korelasi antara jumlah kunjungan wisatawan dengan jumlah usaha-usaha pariwisata perlu diperhatikan untuk melihat usaha-usaha apa saja yang memiliki korelasi signifikan terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Usaha-usaha pariwisata yang berkorelasi signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan perlu mendapat perhatian khusus pemerintah daerah dalam usaha meningkatkan kunjungan wisatawan dalam setiap tahunnya.

36

DAFTAR PUSTAKA

Brown, B.L., Hendrix, S.B., Hedges, D.W. and Smith, T.B. 2012. Multivariate Analysis

for the Biobehavioral and Social Sciences. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L. and Black, W.C. 1995. Multivariate Data

Analysis with Readings, 4th edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Izenman, A.J. 2008. Modern Multivariate Statistical Techniques: Regression,

Classification, and Manifold Learning. New York: Springer Science+Business

Media, LLC.

Johnson, R.A & Wichern, D.W. 2007. Applied Multivariate Statistical Analysis, 6th

edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Jolliffe, I.T., 2002. Principle Component Analysis, 2nd Edition. New York:Springer-

Verlag.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan ecotourism.wondpress.com/2011/08/30/pengertian-kepariwisataan-ecotourism/ (on-line). diakses 21 Januari 2015.

Salinan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata.

www.bkpd.co.id (on-line) diakses 21 Januari 2015.

Salinan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Jasa Perjalanan Wisata. www.bkpd.co.id (on-line) diakses 21 Januari 2015.

Salinan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Pondok Wisata. www.bkpd.co.id (on-line) diakses 21 Januari 2015.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010 – 2025.

www.bkpd.co.id (on-line) diakses 23 Januari 2015.

Tabachnick, B.G. and Fidell, L.S. 2007. Using Multivariate Statistics, 5th edition. Boston: Pearson Education, Inc.

37

LAMPIRAN – LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Penelitian

Rekap Data Usaha-usaha Pariwisata

Kabupaten/Kota : ( ) isi nomor kabupaten/kota

1. Denpasar 2. Badung 3. Gianyar 4. Tabanan 5. Jembrana 6. Buleleng 7. Karangasem 8. Klungkung 9. Bangli

No. Usaha Pariwisata Jumlah Badan

Usaha/Perusahaan

1. Daya Tarik Wisata

2, Kawasan Wisata

3. Usaha Jasa Transportasi Wisata

4. Usaha Jasa Makanan dan Minuman (Bar – Restoran)

5. Usaha Penyediaan Akomodasi

6. Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan

Rekreasi

7. Usaha Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan

Insentif, Konferensi, dan Pameran (MICE)

8. Usaha Jasa Informasi Pariwisata

9. Usaha Jasa Konsultan Pariwisata

10. Usaha Jasa Pramuwisata 11. Usaha Wisata Tirta 12. Usaha Wisata Tirta

38

Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti dan Kualifikasinya

No Nama Peneliti Pendidikan/Kompetensi

1. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si.,M.Si.

Nip. : 197112131997022001 NIDN : 0012137101

S2 / Statistika

2. I Wayan Sumarjaya, S.Si.,M.Stats.

Nip. : 197112131997022001 NIDN : 0012137101

39

Lampiran 3. Publikasi Ilmiah

KLASIFIKASI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI MENURUT

JENIS USAHA PARIWISATA

(Dipresentasikan dalam Senastek, 29 dan 30 Oktober 2015 di Hotel Patra Jasa)

I Gusti Ayu Made Srinadi1), I Wayan Sumarjaya2)

1

Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, srinadiigustiayumade@yahoo.co.id

2

Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, sumarjaya@gmail.com

Abstract

The purpose of this study was to determine the regencies/city which incorporated into one group, the tourism business dominant in each group, and the distance between groups. Variables in this study were the number of each type of tourism business in each regency/city. Tourism businesses in this study those stipulated in UU No. 10 tahun 2009 and has been recorded in all regencies/city include: a) tourist attractions; b) the area of tourism; c) tourist transport services; d) travel services; e) food and beverage services; f) the accommodation; g) organizing meetings, incentive travel, conferences and exhibitions; h) tour guide services; and l) water tourism. Statistical analyze was being applied in this study is Cluster Analysis with a single linkage method. Regency/City in the province of Bali, according to the types of tourism businesses can be classified into 4 groups. Three groups have only one member, the 1st group: Denpasar City, 2nd: Badung Regency, and 3rd: Gianyar Regency. The 4th group: Jembrana, Tabanan, Klungkung, Bangli, Buleleng and Karangasem regency. All types of tourism businesses have grown in Denpasar, Badung, and Gianyar. The tourism business has grown almost in all regencies/city of Bali province was accommodation provider, mostly were in Badung Regency.

Key Words : tourism business, cluster analysis, single linkage, distance between clusters, accommodation

provider.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kabupaten/kota yang tergabung dalam satu kelompok, usaha pariwisata yang dominan pada masing-masing kelompok, dan mengetahui jarak antar kelompok berdasarkan jenis usaha pariwisatanya. Variabel dalam penelitian ini adalah jumlah masing-masing jenis usaha pariwisata pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali. Usaha pariwisata dalam penelitian ini adalah usaha pariwisata yang tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 dan telah tercatat di seluruh kabupaten/kota meliputi: a) daya tarik wisata; b) kawasan pariwisata; c) jasa transportasi wisata; d) jasa perjalanan wisata; e) jasa makanan dan minuman; f) penyediaan akomodasi; g) penyelenggaraa n pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; h) jasa pramuwisata; dan l) wisata tirta. Analisis statistika yang diterapkan untuk mencapai tujuan penelitian adalah analisis gerombol (Cluster Analysis) dengan metode pautan tunggal (single linka ge). Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, menurut jenis-jenis usaha pariwisata dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok. Tiga kelompok hanya memiliki satu anggota yaitu kelompok satu: Kota Denpasar, kelompok dua: Kabupaten Badung, dan kelompok tiga: Kabupaten Gianyar. Kabupaten-kabupaten lainnya yaitu Jembrana, Tabanan, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Karangasem bergabung dalam kelompok empat. Semua jenis usaha pariwisata telah berkembang di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, demikian juga halnya Kabupaten Gia nyar. Jenis usaha pariwisata yang telah berkembang hampir di semua Kabupaten/Kota di Provinsi Bali adalah usaha penyedia akomodasi, dan terbanyak ada di Kabupaten Badung.

Kata kunci: usaha pariwisata, cluster analysis, single linkage, jarak antar kelompok, usaha penyedia akomodasi

40

1. PENDAHULUAN

Teknik pengambilan sampel yang tepat dalam suatu penelitian sangat menentukan keakuratan hasil penelitian yang diperoleh, karena sampel yang terpilih mewakili populasi yang ditetapkan dalam penelitian. Informasi mengenai objek-objek yang merupakan satu kelompok (cluster) atau cluster

berbeda sangat membantu dalam teknik pengambilan sampel. Objek-objek dalam satu cluster

memiliki kehomogenan karakteristik yang tinggi, sedang objek-objek antar cluster berbeda memiliki keheterogenan karakteristik yang tinggi. Apabila dalam suatu penelitian ingin diketahui pengaruh suatu perlakuan (misal suatu kebijakan), maka cluster-cluster tersebut dipandang sebagai kelompok, sehingga keragaman hasil penelitian yang disebabkan karena perbedaan kelompok dapat dikontrol dan hasil observasi penelitian benar-benar merupakan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

Usaha pariwisata yang ada pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali terus dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, diperlukan kebijakan-kebijakan yang mungkin berbeda antar kabupaten/kota, sesuai dengan kondisi usaha pariwisata yang ada di kabupaten/kota tersebut. Kabupaten/kota dengan kondisi usaha pariwisata yang memiliki kesamaan karakteristik tinggi (homogen) dapat menerapkan kebijakan yang sama dalam usaha pengembangan sektor pariwisata. Demikian juga, apabila ingin dilakukan suatu penelitian bidang kepariwisataan lebih lanjut, peneliti cukup memilih satu kabupaten/kota pada masing-masing kelompok, sehingga sampel yang terpilih mewakili seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelompokkan kabupaten/kota, usaha pariwisata apa yang mencirikan masing-masing kelompok yang terbentuk, dan mengetahui jarak antar kelompok berdasarkan jenis usaha pariwisatanya. Variabel dalam penelitian ini adalah jumlah masing-masing jenis usaha pariwisata pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali. Usaha pariwisata dalam penelitian ini adalah usaha pariwisata yang tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 dan telah tercatat di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali. Analisis statistika yang diterapkan untuk mencapai tujuan penelitian adalah analisis gerombol (Cluster analysis) metode pautan tunggal (single linkage) dengan similarity 80%.

2. KAJIAN TEORITIS 2.1 Usaha Pariwisata

Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 (Anonim a,2015) mendefinisikan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan yang menyelenggarakan pariwisata. Usaha pariwisata meliputi: a) daya tarik wisata; b) kawasan pariwisata; c) jasa transportasi wisata; d) jasa perjalanan wisata; e) jasa makanan dan minuman; f) penyediaan akomodasi; g) penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; h) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; i) jasa informasi pariwisata; j) jasa konsultan pariwisata; k) jasa pramuwisata; l) wisata tirta; dan m) spa.

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010 – 2025 (Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011) (Anonim b, 2015) dalam Bab II, pasal 2 ayat (1) berbunyi Pembangunan kepariwisataan nasional meliputi: a) Destinasi Pariwisata; b)Pemasaran Pariwisata; c)Industri Pariwisata; dan d)Kelembagaan Kepariwisataan . Visi pembangunan kepariwisataan nasional adalah terwujudnya Indonesia sebagai Negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan visi pembangunan kepariwisataan nasional ditempuh melalui 4 (empat) misi pembangunan kepariwisataan nasional meliputi pembangungan:

a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat;

41

b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;

c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan

d. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan.

2.2 Analisis Gerombol (Cluster Analysis)

Analisis gerombol merupakan salah satu analisis peubah ganda yang digunakan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik peubah-peubah yang diamati.Tujuan utama analisis gerombol adalah mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik, Johnson & Wichern (2007) dan Hair,et al (2007). Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau beberapa cluster sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kemiripan satu dengan yang lain. Homogenitas (kesamaan) yang tinggi antar anggota dalam cluster (within cluster) dan heterogenitas (perbedaan) yang tinggi antar cluster satu dengan

cluster lainnya (between cluster) merupakan dua hal yang harus dimiliki sebuah cluster agar dapat dikatakan cluster tersebut baik, Brown, et al (2012), Izenman (2008), Tabachnik & Fidell (2007).

Tahapan penggerombolan dapat disajikan dalam bentuk diagram pohon (dendogram) yang memungkinkan penelusuran penggerombolan objek-objek yang diamati dengan lebih mudah dan informatif.Hal yang perlu diperhatikan dalam cluster analysis diantaranya:1) himpunan objek yang ingin dicluster, 2) peubah yang diamati, 3) skala peubah (nominal,ordinal, interval dan rasio), 4) ukuran kemiripan dan ketakmiripan, dan 5) teknik penggerombolan/pengelompokan.

Misalkan r dan s adalah dua objek pada ruang dimensi-p dan drs menunjukkan ukuran ketakmiripan dua objek tersebut, maka drs memenuhi kondisi sebagai berikut:

4. drs≥ 0 untuk setiap objek r dan s : ukuran tidak pernah negatif

5. drs = 0 jika dan hanya jika r = s: ukuran bernilai nol bila objek r sama dengan objek s 6. drs = dsr : ukuran bersifat simetris

Ukuran ketakmiripan yang sering digunakan adalah jarak Euclidean. Misalkan terdapat n objek dengan p peubah dalam matriks X berukuran n x p maka jarak Euclidean antara objek ke r dan ke-s adalah: � = − 2 � =1 1 2

Dengan drs menyatakan jarak objek ke-r dan objek ke-s, xrk menyatakan nilai amatan pada objek ke-r dan peubah ke-k, dan xsk menyatakan nilai amatan pada objek ke-s dan peubah ke-k. Hasil ukuran jarak ini kemudian disusun ke dalam matriks jarak.

Terdapat dua macam teknik dalam cluster analysis yaitu teknik berhirarki dan teknik tak berhirarki. Teknik berhirarki digunakan bila banyaknya cluster(kelompok) yang diinginkan belum diketahui. Sedangkan teknik tak berhirarki digunakan bila banyaknya cluster yang diinginkan telah diketahui. Secara umum langkah-langkah yang digunakan pada teknik berhirarki adalah:

5. Mulai dengan n cluster, di mana tiap cluster hanya mengandung objek tunggal dan sebuah matriks jarak D=(dik)

6. Menentukan matriks jarak untuk pasangan cluster paling mirip. Jarak antara cluster r dan s yang paling mirip menjadi drs

7. Mengabungkan cluster r dan s ke dalam cluster baru (rs). Perbarui elemen dalam matriks jarak dengan:(a) menghapus baris dan kolom yang menghubungkan cluster r dan s, (b) menambahkan sebuah baris dan kolom yang memberi jarak antara cluster (rs) dan cluster yang tersisa

42

8. Mengulangi langkah 2 dan 3 sampai n-1 kali sehingga semua objek terbentuk dalam satu cluster. Mencatat identitas dan level jarak (kedekatan) pada cluster yang digabung.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Data Penelitian

Data penelitian yang merupakan jumlah atau kuantitas dari jenis usaha pariwisata di kabupaten/kota yang telah tercatat dan terekam dalam Direktori Provinsi Bali 2014. Dari 14 jenis usaha pariwisata seperti yang tercantum dalam UU No 10 Tahun 2009, terdapat empat jenis usaha pariwisata yang belum tercatat secara lengkap di seluruh kabupaten/kota yaitu usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, usaha jasa informasi pariwisata, usaha jasa konsultan pariwisata, dan usaha spa, sehingga tidak disertakan dalam analisis statistika lebih lanjut.

3.1 Analisis Data

Data penelitian yang merupakan jumlah jenis-jenis usaha pariwisata pada tiap kabupaten/kota disajikan dalam ringkasan statistika deskriptif untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi jumlah jenis usaha pariwisata yang terdapat di kabupaten/kota. Selanjutnya dilakukan analisis Cluster

untuk mengelompokkan kabupaten/kota di Provinsi Bali, dengan teknik Cluster Berhierarki metode pautan tunggal (single linkage) dengan menggunakan ukuran kedekatan jarak Euclidean.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Statistika Deskriftif Data Penelitian

Data penelitian yang diperoleh dari kantor Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi Bali direkapitulasi dan diperoleh hasil rekap data seperti Tahel 1.

Tabel 1 Jumlah Jenis Usaha Pariwisata di Kabupaten/Kota Provinsi Bali

Kota/ Kabupaten �123456789 Denpasar 10 1 102 228 575 293 7 78 101 Badung 33 3 22 140 1152 957 2 35 64 Gianyar 61 2 6 22 501 731 0 2 0 Tabanan 24 1 4 3 32 139 0 0 3 Jembrana 15 2 1 0 82 84 0 0 0 Buleleng 14 3 3 1 154 378 0 0 15 Karangasem 15 3 0 1 122 396 0 0 49 Klungkung 17 1 1 1 40 45 0 0 4 Bangli 39 0 0 1 17 16 0 0 1 Total 228 16 139 397 2675 3039 9 115 237

Sumber: Direktori Provinsi Bali (2014) Keterangan Variabel (Jenis Usaha Pariwisata):

�1 : Daya Tarik Wisata

�2 : Kawasan Pariwisata

�3 : Jasa Transportasi Wisata

�4 : Jasa Perjalanan Wisata

�5 : Jasa Makanan dan Minuman

�6 : Penyedia Akomodasi

43

�8 : Jasa Pramuwisata

�9 : Wisata Tirta

Tabulasi data menunjukkan bahwa usaha penyedia akomodasi dan usaha jasa makanan dan minuman adalah jenis usaha pariwisata dengan jumlah unit yang jauh lebih besar dibanding usaha lainnya. Kedua usaha tersebut tersedia dan berkembang pesat di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali. Modus data penelitian adalah usaha jasa makanan dan minuman (bar & restaurant) di Kabupaten Badung. Jika dilihat berdasarkan jenis usaha pariwisata maka usaha penyedia akomodasi adalah usaha terbanyak di Provinsi Bali. Usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran hanya terdapat di kota Denpasar dan kabupaten Badung dengan jumlah sangat kecil dan merupakan usaha dengan jumlah paling sedikit di Provinsi Bali. Demikian juga usaha jasa pramuwisata hanya tersedia di kota Denpasar, kabupaten Badung, dan kabupaten Gianyar. Di Kabupaten Bangli, jenis usaha pariwisata yang paling besar jumlahnya adalah daya tarik wisata, walaupun bila dilihat dari jenis usaha daya tarik wisata, jumlah usaha daya tarik wisata yang terbesar di Bali terdapat di Kabupaten Gianyar.

Ringkasan rekapitulasi data penelitian yang merupakan nilai statistik deskriftif disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Statistik Deskriftif Data Penelitian

Sumber: data diolah (2015)

Nilai tengah (mean) dan simpangan baku (stdev) merupakan ukuran pemusatan dan penyebaran dari jumlah usaha pariwisata di Provinsi Bali. Sebagian besar keberadaan usaha pariwisata tidak merata di seluruh kabupaten/kota, nilai simpangan baku yang sangat besar, lebih besar dari nilai tengah menunjukkan bahwa perbedaan jumlah usaha pariwisata antar satu kabupaten/kota dengan kabupaten lainnya sangat besar. Hal ini dimungkinkan karena jarak antar kabupaten/kota di Provinsi Bali cukup dekat sehingga banyak usaha pariwisata masih terpusat di sekitar pusat kota provinsi (Denpasar, Badung, dan Gianyar). Misalkan wisatawan yang ingin berwisata ke kawasan wisata Bangli, Klungkung, Karangasem, Tabanan, Jembrana, atau Buleleng berangkat dari pusat kota provinsi atau sekitarnya, menggunakan jasa transportasi wisata menuju kawasan wisata tersebut dan setelahnya kembali dan menggunakan jasa akomodasi di pusat kota dan sekitarnya.

Untuk melihat adanya ketergantungan antara Daerah (Kabupaten/Kota) dan jenis-jenis usaha pariwisata, dilakukan uji Khi Kuadrat (Chi-Square) yang disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Uji Ketergantungan antara Daerah dan Usaha Pariwisata

Uji Nilai Statistik Uji Derajat Bebas Nilai Signifikansi

Pearson Chi-Square 2267.343a 64 .000

Likelihood Ratio 1842.185 64 .000

Linear-by-Linear Association 2.006 1 .157

N of Valid Cases 6852

Sumber : data diolah (2015)

Usaha Nilai

Total Mean Stdev Skewness Kurtosis

Daya Tarik 228 25.33 16.454 1.462 1.845 Kawasan 16 1.78 1.093 -.188 -1.232 Transportasi 139 15.44 33.174 2.778 7.897 Perjalanan 397 44.11 82.590 1.887 2.617 Makanan_Min 2675 297.22 381.100 1.680 2.546 Akomodasi 3039 337.67 323.699 1.024 .182 Mice 9 1.00 2.345 2.617 6.975 Pramuwisata 115 12.78 27.027 2.236 4.723 Wisata Tirta 237 26.33 36.586 1.324 .705

44

Uji Khi Kuadrat memperlihatkan bahwa karakteristik usaha pariwisata dan daerah (kabupaten/kota ) di provinsi Bali saling bergantung (tidak saling bebas). Hal ini berarti pada suatu Kabupaten/Kota berkembang satu atau beberapa jenis usaha pariwisata, atau jenis usaha pariwisata tertentu berkembang di satu atau beberapa Kabupaten/Kota.

b. Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Pengelompokan kabupaten/kota menurut usaha pariwisata dimaksudkan untuk mengetahui kabupaten/kota mana saja membentuk satu kelompok, usaha pariwisata apa yang bersifat dominan pada tiap kelompok, dan bagaimana jarak antar kelompok yang terbentuk. Hasil analisis cluster

teknik hierarkhi dengan metode pautan tunggal (single linkage) untuk pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali berdasarkan jenis usaha pariwisata dapat digambarkan dalam Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Tingkat Similirity

Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungk ung Tabanan Giany ar Badung Denpasar 27.68 51.79 75.89 100.00 Observations S im ila ri ty

45

Gambar 2. Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Jarak Euclidean

Gambar 1 dan Gambar 2 memperlihatkan proses pengelompokan metode pautan tunggal (single linkage), yaitu Kabupaten Tabanan dan Klungkung memiliki karakteristik usaha pariwisata yang paling dekat sehingga bergabung pertama kali pada tingkat similarity 92,678% dan jarak Euclidean 0,525 dinamakan kelompok (Tabanan-Klungkung). Kabupaten Buleleng dan Karangasem selanjutnya bergabung pada tingkat similarity 86,866% dan jarak Euclidean 0,941 membentuk kelompok (Buleleng-Karangasem). Pada tingkat similarity 86,829% dan jarak Euclidean 0,944 terjadi penggabungan Kabupaten Jembrana dengan kelompok (Tabanan-Klungkung) membentuk kelompok (Jembrana-Tabanan-Klungkung). Selanjutnya Kabupaten Bangli bergabung dengan kelompok (Jembrana-Tabanan-Klungkung) pada similarity 81,110% dan jarak Euclidean 1,354 membentuk kelompok (Jembrana-Tabanan-Klungkung-Bangli). Kelompok kabupaten (Jembrana-Tabanan- Klungkung-Bangli) bergabung dengan kelompok (Buleleng-Karangasem) pada tingkat similarity

80,899% dan jarak Euclidean 1,369 selanjutnya dinamakan kelompok 4. Kabupaten Gianyar bergabung dengan kelompok 4 pada similarity 54,092% dan jarak Euclidean 3,290. Terlihat penurunan tingkat similarity yang sangat tajam sehingga diputuskan tidak dilakukan penggabungan antara Kabupaten Gianyar dengan kelompok 4.

Pada tingkat similarity 80% terhadap jenis usaha pariwisata diperoleh bahwa terdapat 4 kelompok Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar masing-masing merupakan kelompok dengan anggota tunggal. Enam kabupaten lainnya yaitu Jembrana, Tabanan, Bangli, Klungkung, Karangasem, dan Buleleng bergabung menjadi satu kelompok. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha-usaha pariwisata berkembang luas di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar dengan karakteristiknya masing-masing, sedangkan pada keenam kabupaten lainnya usaha pariwisata belum berkembang secara maksimal, hanya jenis usaha pariwisata tertentu saja yang telah mengalami perkembangan. Misalkan di Bangli usaha daya tarik wisata yang menonjol, dan di Buleleng usaha penyedia akomodasi yang lebih berkembang dibanding usaha lainnya.

Tiga kelompok masing-masing dengan satu anggota yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar tidak dapat ditentukan usaha apa yang bersifat dominan. Pada kelompok 4 yang terdiri dari enam kabupaten lainnya, untuk melihat usaha pariwisata yang bersifat dominan didasarkan pada nilai simpangan baku terbesar dari masing-masing usaha pariwisata pada kelompok tersebut. Nilai simpangan baku terbesar dari usaha pariwisata pada kelompok 4 adalah sebesar 168,4

Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungkung Tabanan Gianyar Badung Denpasar 5.18 3.45 1.73 0.00 Observations D is ta n c e

46

yaitu usaha penyedia akomodasi sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pariwisata yang bersifat dominan pada kelompok 4 adalah usaha penyedia akomodasi.

Kedekatan antar 4 kelompok kabupaten/kota yang terbebntuk dapat dilihat berdasarkan jarak antar kelompok seperti diurikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Jarak antar kelompok Kelompok 1 (Denpasar) Kelompok 2 (Badung) Kelompok 3 (Gianyar) Kelompok 4 (6 Kab. lain) Kelompok 1 0 5.18365 7.18214 6.53654 Kelompok 2 5.18365 0 3.84932 4.85737 Kelompok 3 7.18214 3.84932 0 3.23829 Kelompok 4 6.53654 4.85737 3.23829 0

Sumber: data diolah (2015)

Jarak antar kelompok merupakan ukuran kedekatan antar kelompok, memperlihatkan bahwa kondisi usaha pariwisata kelompok 4 (Jembrana-Tabanan-Buleleng-Bangli-Klungkung- Karangasem) paling dekat dengan Kabupaten Gianyar. Kabupaten Badung juga paling dekat dengan Kabupaten Gianyar. Kota Denpasar paling dekat dengan Kabupaten Badung. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha pariwisata Kota Denpasar berkembang lebih luas dibanding kabupaten lainnya dilihat dari jaraknya yang paling jauh dari kelompok lainnya, kondisi usaha pariwisata yang paling dekat dengan

Dokumen terkait