77KI]MENTERIAN
RISET.
Tf,KNOLOGI
PENDIDIKAN
TINGGI
UNI!'ERSITAS
IIDAYANA
UPT
PERPUSTAKAAN
Alual:
Kahpus Unud Bukn Jimbam Badmg, Bali.8039
Telepon (0161) 702772.Fd
(0361) 701907E nail : ocoutakaanudavana.arrah@.co.id
Lman www.elib.unud.ac.id
SURAT
KETERANCAN
NO.0012ruN.1,1.L2.1/Pe.pur00.09r0rs
Yme benmda tansan dibawah ini Kepala UPT Perpusrak@ Univesit6 Udayea menemgk
NIP
:
I Woyan Sum0jaya, S.Si.,M.Sla1s:
l9?7042120050 001Memmg bene telan nenyemtue I eksmpld
Lrpontr
P.laks,na,trP.n.hian
dm I keping CD di UP'r Pe9ustal@ Unile6ilas Udaya.a. dengm j udul:An.lbh
Stlirtika
D,lrb
Kla.ifiklsi
K.bup.ren/Kor!
Di
ProvinsiB,li
Menurut JenisDemikion surar pernyamao ini dibuar unruk dapat dipe,smalan sebasaimma hesi.ya.
Buki! Jimba.an, l8 Nopember 201 5
ra
PeDurak@ Uoilesilas UdayaMan dan Peneolanan Koleksi
LAPORAN AKHIR
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
ANALISIS STATISTIKA DALAM KLASIFIKASI KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI BALI MENURUT JENIS USAHA PARIWISATA
I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si., M.Si./0013127101
I Wayan Sumarjaya, S.Si., M.Stats./0021047705
Dibiayai oleh
DIPA BLU Universitas Udayana
sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor: 1318/UN14.1.28.1/PP/2015, tanggal 25 Mei 2015
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
JURUSAN MAEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
iii
RINGKASAN
Usaha pariwisata yang ada pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali terus dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, diperlukan kebijakan-kebijakan yang mungkin berbeda antar kabupaten/kota, sesuai dengan kondisi usaha pariwisata yang ada di kabupaten/kota tersebut. Kabupaten/kota dengan kondisi usaha pariwisata yang memiliki kesamaan karakteristik tinggi (homogen) dapat menerapkan kebijakan yang sama dalam usaha pengembangan sektor pariwisata. Demikian juga, apabila ingin dilakukan suatu penelitian bidang kepariwisataan lebih lanjut, peneliti cukup memilih satu kabupaten/kota pada masing-masing kelompok, sehingga sampel yang terpilih mewakili seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kabupaten/kota mana saja yang tergabung menjadi satu kelompok, mengetahui usaha pariwisata yang mencirikan masing-masing kelompok kabupaten/kota yang terbentuk, dan mengetahui kedekatan karakteristik antar kelompok kabupaten/kota berdasarkan jenis usaha pariwisatanya.
Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kuantitas atau jumlah jenis usaha pariwisata pada tiap kabupaten/kota. Usaha pariwisata yang diamati dalam penelitian ini adalah usaha pariwisata yang tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 yang telah terdata di seluruh kabupaten/kota meliputi: a) daya tarik wisata; b) kawasan pariwisata; c) jasa transportasi wisata; d) jasa perjalanan wisata; e) jasa makanan dan minuman; f) penyediaan akomodasi; g) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; h) jasa pramuwisata; dan l) wisata tirta. Analisis statistika yang diterapkan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan tujuan khusus yaitu analisis Biplot dan analisis gerombol (Cluster analysis).
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, dengan analisis cluster menurut jenis-jenis usaha pariwisata dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok. Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri, sedangkan kabupaten-kabupaten lainnya yaitu Jembrana, Tabanan, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Karangasem bergabung dalam satu kelompok. Usaha pariwisata yang menjadi karakteristik kota Denpasar adalah usaha jasa perjalanan wisata, jasa transportasi wisata, pramuwisata, MICE, dan wisata tirta. Kabupaten Badung, kondisi usaha pariwisatanya yang paling mendekati kota Denpasar, dicirikan oleh usaha jasa makanan dan minuman, usaha akomodasi dan kawasan pariwisata. Kabupaten Gianyar, posisinya paling dekat dari kelompok 4 (enam kabupaten lain di provinsi Bali) dicirikan oleh usaha daya tarik wisata. Pada kelompok 4 (enam kabupaten lain) tidak ada usaha pariwisata tertentu yang khas menjadi karakteristiknya, namun terlihat usaha daya tarik wisata yang paling dekat posisinya dengan kelompok 4. Artinya rata-rata jumlah daya tarik wisata di keenam kabupaten ini tidak jauh tertinggal dibanding usaha pariwisata lain di kota Denpasar, kabupaten Badung, dan kabupaten Gianyar.
iv
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan, karena berkat anugrah Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), laporan akhir penelitian Hibah Unggulan Program Studi (HUPS)
yang berjudul “ Analisis Statistika Dalam Klasifikasi Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Menurut Jenis Usaha Pariwisata” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penelitian ini dapat dilaksanakan atas dukungan berbagai pihak, dan dalam kesempatan ini peneliti memberikan apresiasi yang tinggi dan ucapan banyak terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Udayana atas kesempatan, ijin, dan motivasinya
2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Udayana atas ijin, kesempatan, motivasi, dan fasilitasinya bagi peneliti untuk terus mengembangkan kreatifitas dalam penelitian
3. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana atas ijin, kesempatan, motivasi, dan pendanaan dalam penelitian ini
4. Ketua Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Udayana atas ijin, kesempatan, motivasi, dan sarana-prasarana yang diperlukan dalam penelitian ini
5. Tim peneliti dan rekan-rekan dosen di Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Udayana atas kerjasama yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian ini
Semoga hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan dilanjutkan dalam penelitian-penelitian berikutnya sehingga memberikan informasi dan kajian yang semakin luas dan bermanfaat bagi institusi dan pelaku pariwisata.
Laporan Penelitian ini mungkin masih perlu penyempurnaan, peneliti sangat terbuka menerima saran-saran demi penyempurnaannya. Semoga laporan ini bermanfaat, dan atas perhatian, saran, dan dukungan semua pihak, kami ucapkan banyak terima kasih.
Jimbaran, 29 Oktober 2015
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
RINGKASAN . ... iii
PRAKATA ... ... iv
DAFTAR ISI ... ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang dan Permasalahan ... 1
1.2. Tujuan Khusus Penelitian ... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Usaha Pariwisata ... 4
2.2. Analisis Biplot ... 7
2.3. Analisis Gerombol (Cluster Analysis) ... 10
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 14
3.1. Tujuan Penelitian ... 14
3.2. Manfaat Penelitian ... 14
BAB 4. METODE PENELITIAN ... 16
4.1. Desain Penelitian ... 16
4.2. Populasi Penelitian ... 17
4.3. Variabel dan Instrumen Penelitian ... 18
4.4. Teknik Analisis Data ... 20
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
5.1. Statistika Deskriftif Data Penelitian ... 21
5.2. Klasifikasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ... 23
5.2.1. Hasil Pengelompokan Metode Single Linkage ... 24
5.2.2. Hasil Pengelompokan Metode Compelete Linkage, Average Linkage dan Ward ... 26
5.3. Klasifikasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dengan Analisis Biplot ... 29
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 34
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
7.1. Kesimpulan ... 35
7.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
vi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Hubungan antara variabel-variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik
validasi instrumen, dan sumber data ... 19
Tabel 5.1 Statistika Deskriptif Usaha Penelitian ... 22
Tabel 5.2. Uji Ketergantungan antara Daerah dan Usaha Pariwisata ... 22
Tabel 5.3 Indeks Skewness dan Kurtosis Data Penelitian ... 23
Tabel 5.4 Tahapan Pengelompokan Metode Single Linkage ... 25
Tabel 5.5 Jarak antar Kelompok ... 26
Tabel 5.6 Tahapan Pengelompokan Metode Single Linkage ... 27
Tabel 5.7 Tahapan Pengelompokan Metode Average Linkage ... 28
Tabel 5.8 Tahapan Pengelompokan Metode Ward ... 28
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Tahapan Penelitian ... 16
Gambar 4.2 Rancangan Penelitian ... 17
Gambar 5.1 Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Tingkat Similarity ... 24
Gambar 5.2 Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Jarak Euclidean ... 24
Gambar 5.3 Dendogram Cluster Kabupaten/Kota Metode Complete Linkage ... 27
Gambar 5.4 Dendogram Cluster Kabupaten/Kota Metode Average Linkage ... 27
Gambar 5.5 Dendogram Cluster Kabupaten/Kota Metode Ward ... 28
Gambar 5.6 Posisi Kabupaten/Kota Menurut Usaha Pariwisata ... 30
Gambar 5.7 Pengelompokan Kabupaten/Kota Menurut Usaha Pariwisata ... 30
Gambar 5.7 Pengelompokan Kabupaten/Kota Menurut Usaha Pariwisata ... 30
Gambar 5.8 Hubungan antar Variabel Usaha Pariwisata ... 31
Gambar 5.9 Biplot Kabupaten/Kota dan Usaha Pariwisata ... 32
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... ... 37
Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti dan Kualifikasimya ... 38
Lampiran 3. Publikasi Ilmiah ... ... 39
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Permasalahan
Keterbatasan waktu dan dana dalam suatu penelitian survei, menyebabkan peneliti
mengambil data dari sebagian populasi penelitian yang disebut sampel. Teknik
pengambilan sampel yang tepat dalam suatu penelitian sangat menentukan keakuratan
hasil penelitian yang diperoleh, karena sampel yang terpilih benar-benar mewakili
populasi yang ditetapkan dalam penelitian. Informasi mengenai objek-objek yang
merupakan satu kelompok atau objek-objek dari kelompok berbeda sangat membantu
dalam teknik pengambilan sampel. Objek-objek dalam satu kelompok memiliki
kehomogenan karakteristik yang tinggi, sedang objek-objek antar kelompok berbeda
memiliki keheterogenan karakteristik yang tinggi. Apabila dalam suatu penelitian ingin
diketahui pengaruh suatu perlakuan (misal suatu kebijakan), maka informasi mengenai
kelompok sangat bermanfaat dalam mengontrol keragaman data yang disebabkan karena
perbedaan kelompok. Keragaman hasil penelitian yang diperoleh benar-benar merupakan
pengaruh dari perlakuan yang diberikan atau kebijakan yang ditetapkan.
Usaha pariwisata yang ada pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali terus
dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Dalam upaya peningkatan
dan pengembangan usaha pariwisata di daerah, diperlukan kebijakan-kebijakan yang
mungkin berbeda antar kabupaten/kota, sesuai dengan kondisi jenis usaha pariwisata
yang ada di kabupaten/kota masing-masing.
Kabupaten/kota dengan kondisi jenis usaha pariwisata yang kesamaannya tinggi
(homogen), dalam usaha pengembangan sektor pariwisata dapat diterapkan kebijakan
yang sama. Demikian juga, apabila ingin dilakukan suatu penelitian bidang pariwisata
lebih lanjut, peneliti cukup memilih satu kabupaten/kota pada setiap kelompok, sehingga
beberapa kabupaten/kota yang dipilih dapat mewakili seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
Keinginan staf dosen di jurusan/program studi Matematika, Universitas Udayana
untuk ikut berperan aktif berkontribusi pada pengembangan bidang kepariwisataan telah
dimulai dengan mengadakan Seminar Nasional Matematika 2014 Universitas Udayana
yang diadakan pada tanggal 6 Nopember 2014, dengan mengambil tema “Peranan
Matematika dan Statistika dalam Pembangunan Sektor Pariwisata”. Salah satu hasil
diskusi dalam seminar tersebut menyatakan bahwa ilmu matematika dan statistika sangat
2
upaya pemerintah meningkatkan pembangunan sektor pariwisata, khususnya di Bali,
karena sektor pariwisata merupakan sumber utama pendapatan daerah.
Undang-undang RI No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, pada Bab VI
mengatur mengenai usaha pariwisata, dan usaha pariwisata lebih detail diatur dengan
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Usaha pariwisata
merupakan penghubung yang menjembatani wisatawan dan pelaku pariwisata. Kumpulan
usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata disebut industri
pariwisata. Industri pariwisata merupakan salah satu pembangunan kepariwisataan
nasional seperti tertuang dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
(RIPPARNAS) Tahun 2010 – 2025 (Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011).
Berdasarkan jenis-jenis usaha pariwisata yang membangun industri pariwisata,
ingin diketahui klasifikasi atau pengelompokan kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Kabupaten/kota mana yang tergabung dalam satu kelompok, dan jenis usaha pariwisata
apa yang mencirikan masing-masing kelompok kabupaten/kota tersebut.
Tim peneliti dari Program Studi Matematika dengan bidang kompetensi Statistika,
melalui penelitian ini dapat mengembangkan dan menerapkan analisis statistika pada
bidang penelitian unggulan, khususnya bidang Budaya dan Pariwisata. Pengambilan
sampel yang benar-benar mewakili populasi penelitian mengantar pada ketepatan
kesimpulan yang diperoleh, pengetahuan terhadap jenis-jenis usaha pariwisata yang
mencirikan kelompok kabupaten/kota akan membantu dalam menentukan kebijakan yang
tepat untuk pengembangan usaha pariwisata pada kelompok tersebut. Informasi
mengenai posisi kabupaten/kota terhadap kabupaten/kota yang lain dengan jenis usaha
pariwisata pencirinya akan membantu pemerintah daerah kabupaten/kota menentukan
kebijakan apa yang harus diambil agar usaha pariwisata di daerahnya memiliki kedekatan
karakteristik dengan usaha pariwisata di kabupaten/kota yang diacu atau dijadikan
contoh/teladan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini meliputi:
a) berapa kelompok kabupaten/kota yang terbentuk menurut jenis-jenis usaha pariwisata
pada kabupaten/kota di Provinsi Bali, b) bagaimana hasil klasifikasi kabupaten/kota di
3
mencirikan kelompok kabupaten/kota yang terbentuk, dan d) bagaimana hubungan
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Langkah-langkah dalam suatu penelitian yang dikenal dengan metode ilmiah
meliputi pembuatan formulasi masalah, pengumpulan data dan fakta, penelusuran teori
yang dapat menjelaskan permasalahan, penyusunan hipotesis yang perlu dibuktikan,
penyusunan rencana percobaan/survei secara objektif untuk dapat mengevaluasi hipotesis
berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan/survei tersebut. Metode ilmiah tidak bisa
dipisahkan dari analisis statistika, langkah-langkah dalam metode ilmiah merupakan
tahapan analisis statistika dalam suatu penelitian hingga memberikan informasi yang
bermanfaat untuk menjawab permasalahan atau pengujian hipotesis. Selanjutnya akan
diberikan beberapa kajian pustaka yang terkait dengan usaha pariwisata dan analisis
statistika.
2.1 Usaha Pariwisata
Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan mendifinisikan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan yang menyelenggarakan pariwisata. Usaha pariwisata
meliputi, antara lain: a) daya tarik wisata; b) kawasan pariwisata; c) jasa transportasi
wisata; d) jasa perjalanan wisata; e) jasa makanan dan minuman; f) penyediaan
akomodasi; g) penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; h) penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; i) jasa informasi pariwisata; j)
jasa konsultan pariwisata; k) jasa pramuwisata; l) wisata tirta; dan m) spa.
Ketentuan-ketentuan terbaru secara rinci mengenai standar-standar usaha pariwisata diatur dalam
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, diantaranya Nomor 1 tahun 2014
tentang penyelenggaraan sertifikasi usaha pariwisata, Nomor 4 tahun 2014 tentang
standar usaha jasa perjalanan wisata, dan Nomor 9 tahun 2014 tentang standar usaha
pondok wisata (www.bpkp.co.id).
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun
2010 – 2025 (Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011) dalam Bab II, pasal 2
ayat (1) berbunyi Pembangunan kepariwisataan nasional meliputi: a) Destinasi
Pariwisata; b)Pemasaran Pariwisata; c)Industri Pariwisata; dan d)Kelembagaan
5
Indonesia sebagai Negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan,
mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan
visi pembangunan kepariwisataan nasional ditempuh melalui 4 (empat) misi
pembangunan kepariwisataan nasional meliputi pembangungan :
a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan
lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat;
b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;
c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha,
dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan
d. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya
manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam
rangka mendorong terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan.
Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah :
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata
b. Mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan media
pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab;
c. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian
nasional; dan
d. Mengembangkan Kelembagaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang
mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata,
dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011, yang dimaksud dengan:
1. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
2. Pembangunan adalah suatu proses perubahan kea rah yang lebih baik yang di
dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi dan pengendalian, dalam
6
3. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) adalah
dokumen perencanan pembangunan kepariwisataan nasional untuk periode 15 (lima
belas) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2025.
4. Daerah Tujuan Pariwisata (Destinasi Pariwisata) adalah kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat Daya
Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat
yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.
5. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang selanjutnya disingkat KSPN adalah
kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu
atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan
sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
6. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
7. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang
mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke Destinasi
Pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah Destinasi Pariwisata dalam kaitan
dengan motivasi kunjungan wisata.
8. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang
pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi
sebagaimana mestinya.
9. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang
diperuntukkan bagi masyarakat umum melakukan aktifitas kehidupan keseharian.
10.Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk
mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam
melakukan kunjungan ke Destinasi Pariwisata.
11.Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas,
akses, dan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam
memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan
Kepariwisataan.
12.Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunika-sikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk
7
13.Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang
dikembangkan secara terorganisasi meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta
dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang
secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di
bidang Kepariwisataan.
14.Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan Pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan Kepariwisataan.
2.2 Analisis Biplot
2.2.1 Gambaran Umum Analisis Biplot
Analisis Biplot merupakan suatu metode analisis peubah ganda, penjelasan suatu
informasi matriks data berukuran �� yang disajikan dalam bentuk grafik (Johnson &
Wichern, 2007, p. 726). Analisis Biplot memerlukan data dari sejumlah objek dan
variabel dengan skala pengukuran interval atau rasio. Informasi dari tampilan Biplot
adalah:
a. Kedekatan antar objek, digunakan untuk melihat kemiripan karakteristik antar objek.
Dua objek dengan karakteristik sama digambarkan sebagai dua titik dengan posisi
berdekatan.
b. Keragaman variabel, digunakan untuk melihat apakah ada variabel dengan
keragaman yang hampir sama untuk setiap objek. Variabel yang mempunyai
keragaman kecil digambarkan sebagai vektor yang pendek, sedangkan variabel
dengan keragaman besar digambarkan sebagai vektor yang panjang.
c. Korelasi antar variabel, untuk mengetahui pengaruh satu variabel terhadap variabel
yang lain. Dua variabel yang memiliki nilai korelasi positif akan digambarkan
sebagai dua garis dengan arah yang sama atau membentuk sudut yang lancip.
Sebaliknya, dua variabel dengan korelasi negatif digambarkan sebagai dua garis
dengan arah berlawanan atau membentuk sudut tumpul. Dua variabel tidak
berkorelasi digambarkan dalam dua garis berarah dengan sudut hampir mendekati
900.
d. Nilai variabel pada suatu objek, untuk melihat keunggulan dari setiap objek. Objek
yang terletak searah dengan arah vektor variabel dikatakan bahwa objek tersebut
mempunyai nilai di atas rata-rata . Sebaliknya, jika objek terletak berlawanan arah
rata-8
rata. Objek yang hampir berada di tengah-tengah berarti objek tersebut memiliki
nilai dekat dengan rata-rata.
Perhitungan analisis Biplot didasarkan pada dekomposisi nilai singular (Singular
Value Decomposition/SVD) matriks data. Istilah “bi” dalam Biplot menyatakan adanya
peragaan bersama antar objek dengan variabel, bukan karena tampilan Biplot yang sering
ditampilkan dalam dimensi dua
2.2.2 Dekomposisi Nilai Singular
Dekomposisi Nilai Singular (SVD) merupakan suatu metode yang dipergunakan
secara luas untuk menguraikan suatu matriks yang berkaitan dengan nilai singularnya.
SVD bertujuan untuk memfaktorkan suatu matriks X berukuran �� yang merupakan
matriks variabel ganda yang terkoreksi terhadap nilai rataannya, dengan � adalah
banyaknya objek pengamatan dan � adalah banyak peubah menjadi tiga buah matriks.
Salah satu matriks merupakan matriks yang unsure-unsurnya adalah nilai singular dari
matriks X.
Suatu matriks X , Jolliffe(2002,p. 90-91) dinyatakan sebagai SVD sebagai berikut
:
� =���
dengan,
1. Matriks U berukuran �× , L berukuran × , dan A berukuran ×�. U dan L
merupakan matriks dengan kolom ortonormal dengan �= � � �� , yang
berkaitan dengan vektor eigen dari matriks � � dan �= � � �� dengan
� =�.�
�, yaitu matriks yang berkaitan dengan vektor eigen dari �� . Syarat yang
harus dipenuhi oleh kedua matriks tersebut adalah � �=� �= .
2. Matriks L merupakan matriks diagonal dengan unsure diagonal utama adalah akar
dari nilai eigen matriks � �.
�=
�1 0
0 �2
0 0
⋱
0 0 �
dengan � adalah nilai eigen matriks � �untuk i=1,2, …, r dan �1 �2 � .
9
Jolliffe(2002,p.90-94),dimisalkan = ��� dan =�1−�� dengan 0 � 1, maka
:
� =��� = ����1−�� =
dan unsur baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks X dapat dinyatakan sebagai:
=� ℎ
Pemilihan nilai � pada =��� dan =�1−�� bersifat sembarang dengan
syarat 0 � 1. Pengambilan dua nilai � berguna dalam interpretasi Biplot.
1. Jika nilai � = 0 diperoleh = ��� =� dan = �1−�� =�� maka
� �=
= � �
=
Sehingga diperoleh:
a. = � −1 � dengan � banyak objek pengamatan dan � adalah matriks
kovarians variabel ke-i dan variabel ke-j.
b. = � −1 � dengan � = � menggambarkan keragaman variabel ke-i.
c. Korelasi antar variabel ke-i dan variabel ke-j dijelaskan oleh cosines sudut antara
dan , missal sudut yang terbentuk adalah , yaitu
cos� =
= �
� � = d. Jika X berpangkat � maka
− �−1 − = � −1 − −
Terlihat bahwa jarak mahalanobis sebanding dengan jarak Euclid. Ini
menunjukkan bahwa jarak Euclid mampu menggambarkan objek pengamatan
seperti data pengamatan yang sesungguhnya.
2. Jika nilai � = 1 diperoleh = ��� =�� dan = �1−�� = � maka
� �=
= � �
=
atau − − = − − , artinya kuadrat jarak Euclid
10 2.3 Analisis Gerombol (Cluster Analysis)
Analisis gerombol (Cluster Analysis) merupakan salah satu analisis peubah ganda
yang digunakan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan
karakteristik peubah-peubah yang diamati.Tujuan utama analisis gerombol adalah
mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik, Johnson &
Wichern(2007) dan Hair,et al(2007). Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu
atau beberapa cluster sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan
mempunyai kemiripan satu dengan yang lain. Homogenitas (kesamaan) yang tinggi antar
anggota dalam cluster (within cluster) dan heterogenitas (perbedaan) yang tinggi antar
cluster satu dengan cluster lainnya (between cluster) merupakan dua hal yang harus
dimiliki sebuah cluster agar dapat dikatakan cluster tersebut baik, Brown, et al(2012),
Izenman(2008), Tabachnik & Fidell(2007).
Tahapan penggerombolan dapat disajikan dalam bentuk diagram pohon
(dendogram) yang memungkinkan penelusuran penggerombolan objek-objek yang
diamati dengan lebih mudah dan informatif.Hal yang perlu diperhatikan dalam cluster
analysis diantaranya:1) himpunan objek yang ingin dicluster, 2) peubah yang diamati
(peubah indikator), 3) skala peubah (nominal, ordinal, interval dan rasio), 4) ukuran
kemiripan dan ketakmiripan, dan 5) teknik penggerombolan/pengelompokan.
Misalkan r dan s adalah dua objek pada ruang dimensi-p dan drs menunjukkan
ukuran ketakmiripan dua objek tersebut, maka drs memenuhi kondisi sebagai berikut :
1. drs≥ 0 untuk setiap objek r dan s : ukuran tidak pernah negatif
2. drs = 0 jika dan hanya jika r = s: ukuran bernilai nol bila objek r sama dengan objek s
3. drs = dsr : ukuran bersifat simetris
Ukuran ketakmiripan yang sering digunakan adalah jarak Euclidean antara dua objek.
Misalkan terdapat n objek dengan p peubah dalam matriks X berukuran n x p maka jarak
Euclidean antara objek ke r dan ke-s adalah:
� = − 2
�
=1
1 2
Dengan drs menyatakan jarak objek ke-r dan objek ke-s, xrk menyatakan nilai amatan pada
objek ke-r dan peubah ke-k, dan xsk menyatakan nilai amatan pada objek ke-s dan peubah
ke-k. Hasil ukuran jarak ini kemudian disusun ke dalam matriks jarak.
Terdapat dua macam teknik dalam cluster analysis yaitu teknik berhirarki dan
11
diinginkan belum diketahui. Sedangkan teknik tak berhirarki digunakan bila banyaknya
cluster yang diinginkan telah diketahui. Secara umum langkah-langkah yang digunakan
pada teknik berhirarki adalah:
1. Mulai dengan n gerombol, di mana tiap cluster hanya mengandung objek tunggal
dan sebuah matriks jarak (kemiripan) D=(dik)
2. Cari matriks jarak untuk pasangan cluster paling mirip. Jarak antara cluster r dan
s yang paling mirip menjadi drs
3. Gabung cluster r dan s ke dalam cluster baru (rs). Perbarui elemen dalam matriks
jarak dengan:(a) hapus baris dan kolom yang menghubungkan cluster r dan s, (b)
tambahkan sebuah baris dan kolom yang memberi jarak antara gerombol (rs) dan
cluster yang tersisa
4. Ulangi langkah 2 dan 3 sampai n-1 kali sehingga semua objek terbentuk dalam
satu cluster. Catat identitas dan level jarak (kemiripan) pada cluster yang
digabung.
Metode penggabungan/pautan dalam cluster analysis antara lain single linkage,
complete linkage, average linkage, ward, dan centroid. Teknik dasar masing-masing
metode pautan secara singkat diuraikan sebagai berikut.
a) Single linkage
Metode pautan ini didasarkan pada jarak minimum yang sering disebut pendekatan
tetangga terdekat (nearest-neighbor). Jarak minimum antara cluster( ) dengan cluster
lain misalkan cluster dituliskan sebagai:
( ) = min � ,�
dengan � dan � secara berturut-turut adalah jarak dari cluster ke cluster dan dari
cluster ke cluster cluster , ( ) merupakan jarak terdekat antara cluster dan
serta cluster dan (Johnson, 2007). Sebagai contoh misalkan dimiliki matriks jarak
Euclidean D, dengan elemen-elemen matriks sebagai berikut:
D = � = 1 2 3 4 5 0 9 3 6 11 0 7 5 10 0 9 2 0 8 0
maka cluster dengan jarak terdekat adalah cluster 3 dan 5 pertama bergabung/terpaut
menjadi cluster baru yaitu cluster (35), selanjutnya dilakukan perhitungan matriks jarak
baru. Elemen-elemen matriks jarak baru dihitung dengan perhitungan:
12
�(35)2 = min �32,�51 = min 7,10 = 7
�(35)4 = min �34,�54 = min 9,8 = 8
sehingga diperoleh matriks baru berikut.
� = (35) 1 2 4 0 3 7 8 0 9 6 0 5 0
Prosedur ini akan dilakukan sampai semua pasangan gerombol dengan jarak minimum
diperoleh dan bergabung menjadi satu gerombol. Hasil perhitungan akan digambarkan
dalam bentuk dendogram.
b) Complete linkage
Metode complete linkage memiliki kemiripan dengan metode single linkage akan
tetapi dalam pembentukan matriks jarak baru didasarkan pada jarak maksimum. Metode
ini sering disebut pendekatan tetangga terjauh (furthest-neighbor) atau metode diameter.
Jarak maksimum antara ( ) dengan kelompok lain yaitu kelompok dituliskan sebagai:
( ) = max � ,�
Dari contoh matriks jarak D sebelumnya, setelah terjadi pautan pada jarak terdekat
pertama yaitu cluster 3 dan 5, selanjutnya ditentukan matriks jarak baru dengan
elemen-elelmen:
�(35)1 = max �31,�51 = max 3,11 = 11
�(35)2 = max �32,�51 = max 7,10 = 10
�(35)4 = max �34,�54 = max 9,8 = 9
sehingga diperoleh matriks jarak baru berikut.
� = (35) 1 2 4 0 11 10 9 0 9 6 0 5 0
Prosedur ini akan dilakukan sampai semua pasangan cluster bergabung menjadi satu
cluster.
c) Average linkage
Metode average linkage memiliki kemiripan dengan single linkage dan complete
linkage, perbedaannya terletak pada perhitungan yang digunakan yaitu jarak rata-rata.
13
terkecil. Jarak rata – rata antara ( ) dengan kelompok lain yaitu kelompok dituliskan
sebagai:
( )
=
��� ��
dengan �� adalah jarak obyek � (pada cluster dan cluster dengan cluster tersebut
membentuk cluster tunggal( )), dengan obyek pada cluster , � dan � secara
berturut–turut merupakan obyek-obyek dalam cluster dan (Johnson, 2007)
Pembentukan matriks jarak baru dari contoh matriks jarak D sebelumnya setelah
cluster 3 dan 5 terpaut sebagai berikut:
�(35)1 =
�31 +�51
2 =
3 + 11
2 = 7
�(35)2 =
�32+�52
2 =
7 + 10
2 = 8,5
�(35)4 =
�34 +�54
2 =
9 + 8
2 = 8,5
sehingga diperoleh matriks baru berikut.
� = (35) 1 2 4 1 7 8,5 8,5 0 9 6 0 5 0
Prosedur ini akan dilakukan sampai semua pasangan cluster bergabung menjadi satu.
d) Ward
Metode ward adalah metode yang menggabungkan dua cluster dengan banyak
pengamatan yang kecil. Jarak antar cluster yang digunakan dalam metode ini adalah
jumlah kuadrat antara pasangan cluster tersebut berdasarkan jumlah semua variabel dari
masing-masing cluster. Jika ( ) merupakan kombinasi kelompok dan kelompok ,
dengan jumlah jarak cluster dituliskan sebagai:
= � − ′ � −
= � − ′ � −
= � − ′ � −
dengan , , jumlah jarak cluster , dan ( ), merupakan vektor kolom
berupa nilai rata-rata obyek , = 1,2,3,…,n, = (� + � � )/(� +� ) (Rencher,
14
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan jangka panjang yang ingin diperoleh adalah hasil penelitian ini dapat
dijadikan rekomendasi dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang tepat
terhadap kabupaten/kota di Provinsi Bali apabila dilakukan penelitian-penelitian bidang
pariwisata lebih lanjut. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan kedekatan antar
kelompok kabupaten/kota dengan jenis usaha pariwisata pencirinya, dapat dijadikan dasar
penetapan kebijakan terhadap usaha pariwisata yang perlu mendapatkan perhatian khusus
dari pemerintah daerah jika menginginkan karakteristik usaha pariwisata daerahnya
seperti usaha pariwisata daerah acuan/teladan. Penelitian ini juga meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa menerapkan analisis statistika dalam
merumuskan dan menyelesaiakan permasalahna real di masyarakat, khususnya bidang
pariwisata.
Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
a. Mengklasifikasikan kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan jenis-jenis usaha
pariwisata
b. Mengetahui banyaknya kelompok yang terbentuk dari kabupaten/kota di Provinsi
Bali berdasarkan jenis-jenis usaha pariwisata;
c. Mengetahui jenis usaha pariwisata apa yang mencirikan masing-masing kelompok
kabupaten/kota di Provinsi Bali
d. Memberi rekomendasi jenis usaha pariwisata apa yang perlu mendapat perhatian
serius pada masing-masing kelompok kabupaten/kota.
e. Mengetahui hubungan kedekatan antar kelompok kabupaten/kota berdasarkan
jenis usaha pariwisata pencirinya.
3.2 Manfaat Penelitian
Sangat penting mengetahui kabupaten/kota mana saja di Provinsi Bali yang
merupakan satu kelompok berdasarkan jenis usaha pariwisata, dan jenis usaha pariwisata
apa yang mencirikan kelompok-kelompok kabupaten/kota yang terbentuk. Informasi
yang diperoleh dari penelitian ini dapat membantu dalam menentukan kebijakan terbaik
15
Selain informasi di atas, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan rekomendasi dalam
teknik pengambilan sampel untuk penelitian bidang pariwisata lebih lanjut, yang
melibatkan jenis usaha pariwisata di Provinsi Bali. Keterbatasan waktu dan dana dalam
penelitian, seringkali membuat peneliti tidak melakukan observasi pada seluruh anggota
populasi penelitian, tetapi hanya mengambil sebagian populasi yang disebut sampel.
Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang menjadi pusat
perhatian peneliti. Informasi mengenai kelompok-kelompok kabupaten/kota di Provinsi
Bali akan membantu dalam menetapkan kabupaten/kota mana saja yang harus dipilih
agar dapat mewakili Provinsi Bali secara keseluruhan.
Dengan demikian manfaat penelitian ini antara lain adalah:
1. Mengetahui kabupaten/kota yang memiliki karakteristik jenis usaha pariwisata yang
homogen sehingga tergabung menjadi satu kelompok.
2. Dapat dijadikan pedoman dalam penetapan kebijakan yang tepat mengenai jenis
usaha pariwisata pada masing-masing kabupaten/kota.
3. Dapat dijadikan rekomendasi dalam penetapan teknik pengambilan sampel yang tepat
pada penelitian bidang pariwisata lebih lanjut.
4. Dapat dijadikan sebagai praktek kerja lapang oleh mahasiswa matematika kompetensi
statistika dalam menerapkan analisis statistika untuk menyelesaikan permasalahan
16
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Berawal dari motivasi penelitian, analisis situasi hingga memperoleh rumusan
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, dirancang desain penelitian secara rinci.
Disain pengumpulan data, peringkasan data, analisis data, interpretasi hasil analisis, dan
merumuskan hasil kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang
ditetapkan. Desain dan tahapan penelitian digambarkan dalam Gambar 4.1
Dalam tahapan pengumpulan data ditetapkan variabel-variabel penelitian yang diamati,
mencakup skala pengukuran variabel, instrumen penelitian, dan lokasi pengambilan data.
Tahapan pengumpulan data dalam penelitian survei ini membutuhkan kerja keras dan
pantang menyerah, karena data yang diperlukan belum tentu tersedia atau sudah terekam
secara lengkap dalam satu direktori data. Seperti data mengenai usaha pariwisata,
beberapa lokasi sumber data yang perlu ditetapkan diantaranya dinas pariwisata provinsi
bali, dan dinas pariwisata daerah kabupaten/kota. Juga perlu dilakukan pengecekan
silang antara data yang tercatat di tingkat provinsi dan data di daerah kabupaten/kota.
Rancangan penelitian untuk mengetahui pengelompokan kabupaten/kota serta posisi
antar kelompok mengikuti bagan alir pada Gambar 4.2.
17
Gambar 4.2. Rancangan Penelitian
4.2 Populasi Penelitian
Data tentang usaha pariwisata yang terdapat di setiap kabupaten/kota menjadi
pusat perhatian dalam penelitian ini, dan berdasarkan data tersebut diadakan
pengklasifikasian kabupaten/kota dengan karakteristik yang sangat homogen dalam satu
kelompok. Sebaliknya, kabupaten/kota dengan karakteristik yang jauh berbeda akan
berada pada kelompok yang berbeda. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini
adalah jenis-jenis usaha pariwisata yang ada pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali.
(1)
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Berapa banyak kelompok kabupaten/kota di provinsi bali
Kabupaten/kota anggota dalam masing-masing kelompok
Jenis usaha pariwisata yang mencirikan tiap kelompok
(2)
Penetapan Variabel Penelitian
Jumlah jenis usaha pariwisata pada kabupaten/kota
(3)
Pengumpulan Data
Data mengenai jumlah tiap usaha pariwisata di kabupaten/kota dicatat dari Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota atau Provinsi Bali
(4)
Analisis Data dan Interpretasi
Analisis Cluster dan Analisis Biplot untuk pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan jenis usaha pariwisata
Interpretasi hasil analisis
Kelompok Kabupaten/Kota dan
anggotanya, jenis usaha pariwisata
18 4.3 Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel-variabel yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini merupakan
kuantitas atau jumlah tiap-tiap jenis usaha pariwisata yang ada pada tiap kabupaten/kota
di Provinsi Bali. Usaha pariwisata yang didefinisikan dalam penelitian ini adalah usaha
pariwisata yang tertuang dalam PP N0. 10 Tahun 2009, sehingga variabel penelitian ini
meliputi :
1. Jumlah daya tarik wisata yang ada di kabupaten/kota
2. Jumlah kawasan wisata yang ada di kabupaten/kota
3. Jumlah usaha jasa transportasi wisata yang ada di kabupaten/kota
4. Jumlah usaha jasa perjalanan wisata yang ada di kabupaten/kota
5. Jumlah usaha jasa makanan dan minuman (Bar – Restoran) di kabupaten/kota
6. Jumlah usaha penyediaan akomodasi yang ada di kabupaten/kota
7. Jumlah usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi di kabupaten/kota
8. Jumlah usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran yang ada di kabupaten/kota
9. Jumlah usaha jasa informasi pariwisata yang ada di kabupaten/kotaa
10.Jumlah usaha jasa konsultan pariwisata yang ada di kabupaten/kota
11.Jumlah usaha jasa pramuwisata yang ada di kabupaten/kota
12.Jumlah usaha wisata tirta yang ada di kabupaten/kota
13.Jumlah usaha spa yang ada di kabupaten/kota
Variabel-variabel penelitian tersebut sangat berkaitan dengan instrumen
pengumpulan data, teknik validasi instrumen, dan sumber data. Hubungan antara
variabel-variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik validasi instrumen, dan sumber
19 Tabel 4.1
Hubungan antara variabel-variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik validasi instrumen, dan sumber data
Variabel Penelitian Instrumen Penelitian
Teknik Validasi Instrumen
Sumber Data
(1) (2) (3) (4)
Jumlah daya tarik wisata Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah kawasan wisata Tabulasi data Expert
judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah usaha jasa
transportasi wisata
Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah usaha jasa
perjalanan wisata
Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah usaha jasa makanan
dan minuman (Bar –
Restoran) di kabupaten/kota
Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah usaha penyediaan
akomodasi
Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah usaha
penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah usaha
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran
Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature
Jumlah usaha jasa informasi
pariwisata
Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah usaha jasa konsultan
pariwisata
Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah usaha jasa
pramuwisata
Tabulasi data Expert judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
Studi literature Jumlah usaha spa Tabulasi data Expert
judgement
Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi
20 4.4 Teknik Analisis Data
Data penelitian yang merupakan jumlah jenis-jenis usaha pariwisata pada tiap
kabupaten/kota disajikan secara grafik untuk memberikan informasi secara visual
mengenai kondisi dan perbandingan mengenai jumlah usaha-usaha pariwisata yang
tersedia di kabupaten/kota. Selanjutnya dilakukan analisis statistika inferensia yaitu
analisis Biplot dan analisis Cluster dengan bantuan software statistika (Minitab 17).
Hasil analisis data diinterpretasikan untuk menjawab tujuan yang ditetapkan
dalam penelitian ini. Dari 8 kabupaten dan 1 kota yang ada di Provinsi Bali, berapa
kelompok yang terbentuk, kabupaten/kota mana saja yang mengelompok menjadi satu
kelompok, bagaimana kedudukan/posisi antar kelompok, dan jenis usaha apa yang
menjadi penciri pada masing-masing kelompok. Informasi kelompok yang terbentuk
dapat menjadi referensi dalam penelitian lebih lanjut mengenai kepariwisataan,
khususnya mengenai jenis usaha pariwisata terutama dalam hal teknik pengambilan
21
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Statistika Deskriftif Data Penelitian
Data penelitian yang diperoleh dari kantor Dinas Pariwisata Daerah
Kabupaten/Kota dan Provinsi Bali direkapitulasi dan diperoleh hasil rekap data dinasi
pariwisata daerah kabupaten/kota serta data direktori Provinsi Bali.
Tabulasi data usaha pariwisata di kabupaten/kota provinsi Bali menunjukkan
bahwa usaha penyedia akomodasi dan usaha jasa makanan dan minuman adalah jenis
usaha pariwisata dengan jumlah unit yang jauh lebih besar dibanding usaha lainnya.
Kedua usaha tersebut tersedia dan berkembang pesat di seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Bali. Modus data penelitian adalah usaha jasa makanan dan minuman (bar &
restaurant) di Kabupaten Badung. Jika dilihat berdasarkan jenis usaha pariwisata maka
usaha penyedia akomodasi adalah usaha terbanyak di Provinsi Bali. Usaha
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran hanya terdapat
di kota Denpasar dan kabupaten Badung dengan jumlah sangat kecil dan merupakan
usaha dengan jumlah paling sedikit di Provinsi Bali. Demikian juga usaha jasa
pramuwisata hanya tersedia di kota Denpasar, kabupaten Badung, dan kabupaten
Gianyar. Di Kabupaten Bangli, jenis usaha pariwisata yang paling besar jumlahnya
adalah daya tarik wisata, walaupun bila dilihat dari jenis usaha daya tarik wisata, jumlah
usaha daya tarik wisata yang terbesar di Bali terdapat di Kabupaten Gianyar.
Terdapat empat jenis usaha pariwisata (variabel) yang tidak disertakan dalam
analisis karena variabel tersebut belum tercatat di seluruh Kabupaten/Kota. Jenis usaha
pariwisata tersebut adalah usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, usaha
jasa informaasi pariwisata, usaha jasa konsultan pariwisata, dan usaha spa, sementara
hanya tercatat di kabupaten Badung dan kota Denpasar.
Ringkasan rekapitulasi data penelitian yang merupakan nilai statistik deskriftif
22 Tabel 5.1. Statistika Deskriptif Usaha Pariwisata
Sumber: data diolah (2015)
Nilai tengah (mean) dan simpangan baku (stdev) merupakan ukuran pemusatan
dan penyebaran dari jumlah usaha pariwisata di Provinsi Bali. Sebagian besar
keberadaan usaha pariwisata tidak merata di seluruh kabupaten/kota, nilai simpangan
baku yang sangat besar, lebih besar dari nilai tengah menunjukkan bahwa perbedaan
jumlah usaha pariwisata antar satu kabupaten/kota dengan kabupaten lainnya sangat
besar. Hal ini dimungkinkan karena jarak antar kabupaten/kota di Provinsi Bali cukup
dekat sehingga banyak usaha pariwisata masih terpusat di sekitar pusat kota provinsi
(Denpasar, Badung, dan Gianyar). Misalkan wisatawan yang ingin berwisata ke kawasan
wisata Bangli, Klungkung, Karangasem, Tabanan, Jembrana, atau Buleleng berangkat
dari pusat kota provinsi atau sekitarnya, menggunakan jasa transportasi wisata menuju
kawasan wisata tersebut dan setelahnya kembali dan menggunakan jasa akomodasi di
pusat kota dan sekitarnya.
Untuk melihat adanya ketergantungan antara Daerah (Kabupaten/Kota) dan jenis
usaha pariwisata, dilakukan uji Khi Kuadrat (Chi-Square) yang disajikan dalam tabel 5.2
Tabel 5.2 Uji Ketergantungan antara Daerah dan Usaha Pariwisata
Uji Nilai Statistik Uji Derajat Bebas Nilai Signifikansi Pearson Chi-Square 2267.343a 64 .000
Likelihood Ratio 1842.185 64 .000
Linear-by-Linear Association 2.006 1 .157 N of Valid Cases 6852
Sumber : data diolah (2015)
Uji Khi Kuadrat memperlihatkan bahwa karakteristik usaha pariwisata dan
daerah (kabupaten/kota) di provinsi Bali saling bergantung (tidak saling bebas). Hal ini
Usaha Nilai
Total Mean Stdev Skewness Kurtosis
Daya Tarik 228 25.33 16.454 1.462 1.845
Kawasan 16 1.78 1.093 -.188 -1.232
Transportasi 139 15.44 33.174 2.778 7.897
Perjalanan 397 44.11 82.590 1.887 2.617
Makanan_Min 2675 297.22 381.100 1.680 2.546
Akomodasi 3039 337.67 323.699 1.024 .182
Mice 9 1.00 2.345 2.617 6.975
Pramuwisata 115 12.78 27.027 2.236 4.723
[image:31.595.83.483.651.725.2]23
berarti pada suatu Kabupaten/Kota berkembang satu atau beberapa jenis usaha
pariwisata (tidak seluruh jenis usaha pariwisata), atau jenis usaha pariwisata tertentu
berkembang hanya di satu atau beberapa Kabupaten/Kota (tidak pada seluruh
kabupaten/kota) di Provinsi Bali.
Normalitas data untuk daerah kabupaten/kota dan jenis usaha pariwisata dapat
dilihat pada dua indikator yaitu indeks Skewness (kemiringan kurva) dan indeks
[image:32.595.86.433.237.341.2]Kurtosis (keruncingan kurva) seperti tertuang dalam tabel 5.3.
Tabel 5.3 Indeks Skewness dan Kurtosis Data Penelitian
N Sum Skewness Kurtosis Statistic Statistic Statistic Std.
Error
Statistic Std. Error DAERAH 6852 20957 1.110 .030 .082 .059 USAHA 6852 36984 -.619 .030 4.150 .059 Valid N
(listwise)
6852
Sumber: data diolah (2015)
Indeks skewness untuk daerah (Kabupaten/Kota) adalah 1.110:0.030=3, sedangkan untuk
jenis usaha pariwisata didapatkan nilai -0.619:0.030= -20.64 Karena kedua indeks tidak
berada dalam rentang [-2,00;2.00] maka dapat dikatakan dari sudut kemiringan kurva,
data tidak berdistribusi normal. Indeks kurtosis untuk daerah (Kabupaten/Kota) sebesar
0.082:0.059 = 1.39, sedangkan untuk usaha pariwisata didapatkan nilai
4.150:0.059=70.34. Angka ini menunjukkan, bila pusat perhatian pada daerah
(Kabupaten/Kota), pada dasarnya data dapat dikatakan berdistribusi normal. Asumsi
kenormalan data diperlukan dalam analisis Biplot.
5.2 Klasifikasi Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali
Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali berdasarkan variable jumlah
msing-masing jenis usaha pariwisata yang terdapat di kabupaten/kota dengan
menggunakan teknik cluster berhierarki jarak kedekatan Euclidean dianalisis pada
metode pautan single linkage, complete linkage, average linkage, dan ward. Penetapan
cluster yang terbentuk didasarkan pada tingkat similarity 80%, dengan pertimbangan
nilai tersebut memberikan tingkat kemiripan yang sangat tinggi dalam perkembangan
jumlah usaha pariwisata pada kabupaten/kota di provinsi Bali.
Klasifikasi kabupaten/kota di Provinsi Bali dari keempat metode pautan yang
24
pautan yang lain memberikan enam cluster kabupaten/kota. Berikut diuraikan secara
terpisah hasil-hasil pengelompokan pada masing-masing metode pautan.
5.2.1 Hasil Pengelompokan Metode Single Linkage
Metode single linkage yang mendasarkan pembentukan matriks jarak baru
berdasarkan jarak minimum masing-masing anggota suatu cluster ke cluster lainnya.
Hasil analisis cluster teknik hierarkhi dengan metode pautan tunggal (single linkage)
untuk pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali berdasarkan jenis usaha
pariwisata dapat digambarkan dalam Gambar 5.1 dan Gambar 5.2. dan tahapan proses
[image:33.595.155.486.280.490.2]diuraikan pada Tabel 5.4.
Gambar 5.1. Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Tingkat Similirity
Gambar 5.2. Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Jarak Euclidean
Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungk ung Tabanan Giany ar Badung Denpasar 27.68 51.79 75.89 100.00 Observations S im ila ri ty
Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungkung Tabanan Gianyar Badung Denpasar 5.18 3.45 1.73 0.00 Observations D is ta n c e
[image:33.595.152.490.528.744.2]25
Tabel 5.4 Tahapan Pengelompokan Metode Single Linkage
Number of obs. Number of Similarity Distance Clusters New in new Step clusters level level joined cluster cluster 1 8 92.6782 0.52465 4 8 4 2 2 7 86.8664 0.94110 6 7 6 2 3 6 86.8288 0.94379 4 5 4 3 4 5 81.1095 1.35362 4 9 4 4 5 4 80.8987 1.36872 4 6 4 6 6 3 54.0916 3.28961 3 4 3 7 7 2 46.5107 3.83282 2 3 2 8 8 1 27.6823 5.18199 1 2 1 9
Sumber: hasil olahan Minitab 17
Gambar 5.1, Gambar 5.2, dan Tabel 5.4 memperlihatkan proses pengelompokan
metode pautan tunggal (single linkage), yaitu Kabupaten Tabanan dan Klungkung
memiliki karakteristik usaha pariwisata yang paling dekat sehingga bergabung pertama
kali pada tingkat similarity 92,678% dan jarak Euclidean 0,525 dinamakan kelompok
(Tabanan-Klungkung). Kabupaten Buleleng dan Karangasem selanjutnya bergabung pada
tingkat similarity 86,866% dan jarak Euclidean 0,941 membentuk kelompok
(Buleleng-Karangasem). Pada tingkat similarity 86,829% dan jarak Euclidean 0,944 terjadi
penggabungan Kabupaten Jembrana dengan kelompok (Tabanan-Klungkung)
membentuk kelompok (Jembrana-Tabanan-Klungkung). Selanjutnya Kabupaten Bangli
bergabung dengan kelompok(Jembrana-Tabanan-Klungkung) pada similarity 81,110%
dan jarak Euclidean 1,354 membentuk kelompok
(Jembrana-Tabanan-Klungkung-Bangli). Kelompok kabupaten (Jembrana-Tabanan-Klungkung-Bangli) bergabung
dengan kelompok (Buleleng-Karangasem) pada tingkat similarity 80,899% dan jarak
Euclidean 1,369 selanjutnya dinamakan kelompok 4. Kabupaten Gianyar bergabung
dengan kelompok 4 pada similarity 54,092% dan jarak Euclidean 3,290. Terlihat
penurunan tingkat similarity yang sangat tajam sehingga diputuskan tidak dilakukan
penggabungan antara Kabupaten Gianyar dengan kelompok 4.
Pada tingkat similarity 80% terhadap jenis usaha pariwisata diperoleh bahwa
terdapat 4 kelompok Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yaitu Kota Denpasar, Kabupaten
Badung, dan Kabupaten Gianyar masing-masing merupakan kelompok dengan anggota
tunggal. Enam kabupaten lainnya yaitu Jembrana, Tabanan, Bangli, Klungkung,
Karangasem, dan Buleleng bergabung menjadi satu kelompok. Hal ini mengindikasikan
26
dan Kabupaten Gianyar dengan karakteristiknya masing-masing, sedangkan pada keenam
kabupaten lainnya usaha pariwisata belum berkembang secara maksimal, hanya jenis
usaha pariwisata tertentu saja yang telah mengalami perkembangan. Misalkan di Bangli
usaha daya tarik wisata yang menonjol, dan di Buleleng usaha penyedia akomodasi yang
lebih berkembang dibanding usaha lainnya.
Tiga kelompok masing-masing dengan satu anggota yaitu Kota Denpasar,
Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar tidak dapat ditentukan usaha apa yang
bersifat dominan. Pada kelompok 4 yang terdiri dari enam kabupaten lainnya, untuk
melihat usaha pariwisata yang bersifat dominan didasarkan pada nilai simpangan baku
terbesar dari masing-masing usaha pariwisata pada kelompok tersebut. Nilai simpangan
baku terbesar dari usaha pariwisata pada kelompok 4 adalah sebesar 168,4 yaitu usaha
penyedia akomodasi sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pariwisata yang bersifat
dominan pada kelompok 4 adalah usaha penyedia akomodasi.
Kedekatan antar cluster/ kelompok kabupaten/kota yang terbentuk berdasarkan
[image:35.595.81.475.405.502.2]jarak antar kelompok diuraikan dalam tabel 5.5.
Tabel 5.5. Jarak antar kelompok Kelompok 1
(Denpasar)
Kelompok 2 (Badung)
Kelompok 3 (Gianyar)
Kelompok 4 (6 Kab. lain)
Kelompok 1 0 5.18365 7.18214 6.53654
Kelompok 2 5.18365 0 3.84932 4.85737
Kelompok 3 7.18214 3.84932 0 3.23829
Kelompok 4 6.53654 4.85737 3.23829 0
Sumber: data diolah (2015)
Jarak antar kelompok memperlihatkan bahwa kondisi usaha pariwisata kelompok
4 (Jembrana-Tabanan-Buleleng-Bangli-Klungkung-Karangasem) paling dekat dengan
Kabupaten Gianyar. Kabupaten Badung juga paling dekat dengan Kabupaten Gianyar.
Kota Denpasar paling dekat dengan Kabupaten Badung. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi usaha pariwisata Kota Denpasar berkembang lebih pesat dibanding kabupaten
lainnya dilihat dari jaraknya yang paling jauh dari kelompok lainnya, kondisi usaha
pariwisata yang paling dekat dengan Kota Denpasar adalah Kabupaten Badung.
5.2.2 Hasil Pengelompokan Metode Complete Linkage, Average Linkage, dan Ward
Hasil pengelompokan dengan metode Complete Linkage, Average Linkage, dan
27
digambarkan secara ringkas pada Gambar 5.3, Gambar 5.4, dan Gambar 5.5. Nilai-nilai
[image:36.595.156.450.117.301.2]similarity dan jarak Euclideannya diuraikan pada Tabel 5.6, Tabel 5.7, dan Tabel 5.8.
Gambar 5.3. Dendogram Cluster Kabupaten/Kota Metode Complete Linkage
Tabel 5.6 Tahapan Pengelompokan Metode Complete Linkage
Number of obs. Number of Similarity Distance Clusters New in new Step clusters level level joined cluster cluster 1 8 92.6782 0.52465 4 8 4 2 2 7 86.8664 0.94110 6 7 6 2 3 6 84.7208 1.09484 4 5 4 3 4 5 67.1190 2.35612 4 9 4 4 5 4 50.4445 3.55095 3 6 3 3 6 3 47.6954 3.74794 3 4 3 7 7 2 27.6823 5.18199 1 2 1 2 8 1 0.0000 7.16559 1 3 1 9
[image:36.595.133.490.449.735.2]Sumber: hasil olahan Minitab 17
Gambar 5.4. Dendogram Cluster Kabupaten/Kota dengan Metode Average Linkage
Bangli Jembrana Klungkung Tabanan Karangasem Buleleng Gianyar Badung Denpasar 0.00 33.33 66.67 1 00.00 Observations S im il a ri ty
Dendogram Cluster Complete Linkage
Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungkung Tabanan Gianyar Badung Denpasar 8.81 39.21 69.60 1 00.00 Observations S im il a ri ty
28
Tabel 5.7 Tahapan Pengelompokan Metode Average Linkage
Number of obs. Number of Similarity Distance Clusters New in new Step clusters level level joined cluster cluster 1 8 92.6782 0.52465 4 8 4 2 2 7 86.8664 0.94110 6 7 6 2 3 6 85.7748 1.01932 4 5 4 3 4 5 75.1785 1.77861 4 9 4 4 5 4 66.1832 2.42318 4 6 4 6 6 3 51.1757 3.49855 3 4 3 7 7 2 32.6185 4.82828 2 3 2 8 8 1 8.8138 6.53403 1 2 1 9
[image:37.595.133.492.186.492.2]Sumber: hasil olahan Minitab 17
[image:37.595.89.534.575.733.2]Gambar 5.5. Dendogram Cluster Kabupaten/Kota dengan Metode Ward
Tabel 5.8 Tahapan Pengelompokan Metode Ward
Number of obs. Number of Similarity Distance Clusters New in new Step clusters level level joined cluster cluster 1 8 92.6782 0.52465 4 8 4 2 2 7 86.8664 0.94110 6 7 6 2 3 6 85.7748 1.01932 4 5 4 3 4 5 75.1785 1.77861 4 9 4 4 5 4 66.1832 2.42318 4 6 4 6 6 3 51.1757 3.49855 3 4 3 7 7 2 32.6185 4.82828 2 3 2 8 8 1 8.8138 6.53403 1 2 1 9
Sumber: hasil olahan Minitab 17
Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungkung Tabanan Gianyar Badung Denpasar -37.72 8.1 9 54.09 1 00.00 Observations S im il a ri ty
29
Hasil pengelompokan ketiga metode pautan menghasilkan 6 cluster/kelompok
yang sama pada tingkat similarity sekitar 85%. Kelompok 4 pada metode single linkage
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok Kabupaten (Buleleng-Karangasem),
kelompok Kabupaten (Tabanan-Klungkung-Jembrana), dan Bangli terpisah menjadi
kelompok dengan anggota tunggal. Secara rinci dari enam kelompok yang terbentuk,
empat kelompok beranggota tunggal yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung,
Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kelompok 5: Kabupaten (Buleleng-Karangasem),
dan Kelompok 6: Kabupaten (Tabanan-Klungkung-Jembrana). Pada metode single
linkage, apabila ditetapkan terbentuk enam kelompok kabupaten/kota juga akan
menghasilkan pengelompokan yang sama dengan tingkat similarity yang lebih besar
yaitu sebesari 86,83%. Sebaliknya, jika pada ketiga metode yang lain ditetapkan banyak
kelompok kabupaten kota yang terbentuk adalah 4 kelompok seperti hasil
pengelompokan pada metode single linkage, maka akan terbentuk 4 kelompok yang sama
namun tingkat similarity yang dihasilkan ketiga metode jauh lebih kecil yaitu: complete
linkage sebesar 50,44%, average lingkage sebesar 66,18%, dan metode ward sebesar
66,18%. Hal ini menunjukkan bahwa analisis cluster hierarki untuk klasifikasi
kabupaten/kota di provinsi Bali menurut jenis usaha pariwisata yang terbaik diperoleh
dengan metode pautan single linkage.
5.3 Klasifikasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dengan Analisis Biplot
Analisis Biplot merupakan analisis deskriptif multivariate yang menyajikan
informasi secara bersama-sama sejumlah obyek pengamatan (baris) dan beberapa
variable (kolom) dari suatu matriks data dalam suatu plot pada bidang datar (dimensi
dua/ R2). Analisis biplot ini akan representatif apabila keragaman data yang mampu
diterangkan oleh kedua komponen utama pertama lebih dari 70%.
Data penelitian yang mencakup 9 objek kabupaten/kota dengan 9 usaha pariwisata
sebagai variabel penelitian, keragaman data yang mampu dijelaskan oleh kedua
komponen utama pertama sebesar 90,0% sehingga analisis biplot sangat representatif
untuk melihat karakteristik usaha pariwisata pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Kedekatan antar kabupaten/kota dalam usaha pariwisata dilihat dari kedekatan
30
Gambar 5.6 Posisi Kabupaten/Kota menurut Usaha Pariwisata
Posisi kabupaten Buleleng dan Karangasem sangat dekat, demikian juga posisi
kabupaten Tabanan, Klungkung, Jembrana, dan Bali juga berdekatan. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi atau karakteristik usaha pariwisata kabupaten Buleleng
sangat dekat dengan Karangasem, demikian pula Tabanan, Klungkung, Jembrana, dan
Bangli. Kabupaten Gianyar, Badung, dan kota Denpasar posisinya jauh terpisah dari
keenam kabupaten lainnya, menunjukkan karakteristik pariwisata ketiga kabupaten/kota
tersebut jauh berbeda dibandingkan keenam kabupaten lainnya. Pengelompokan
[image:39.595.146.493.512.734.2]kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan karakteristik usaha pariwisata ditunjukkan
Gambar 5.7.
31
Pengelompokan tersebut sama dengan hasil pengelompokan dengan analisis
Cluster metode single linkage. Empat kelompok yang terbentuk yaitu kota Denpasar,
kabupaten Gianyar, dan kabupaten Badung merupakan kelompok dengan anggota tunggal
dan keenam kabupaten lainnya menjadi satu kelompok (kelompok 4).
Keragaman masing-masing usaha pariwisata dalam analisis biplot dapat dilihat
dari panjang vektor variabel yang dibentuk, semakin panjang vektor menunjukkan
tingkat keragaman yang semakin besar. Korelasi antar peubah ditunjukkan oleh besar
sudut yang dibentuk oleh dua vektor variabel. Suduit lancip menunjukkan korelasi
positif, sudut tumpul menyatakan korelasi negatf, sedang sudut siku-siku menunjukkan
tidak ada korelasi antar kedua variabel. Besar keragaman dan korelasi usaha pariwisata
dipresentasikan dalam Gambar 5.8, nilai keragamannya dilihat dari nilai standar deviasi
[image:40.595.128.475.322.543.2]pada tabel 5.1 sedangkan nilai korelasi antar usaha pariwsata dalam tabel 5.8.
Gambar 5.8 Hubungan Antar Variabel Usaha Pariwisata
Tabel 5.8 Korelasi antar Usaha Pariwisata
Usaha X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
X1 1
X2 -0.114 1
X3 -0.284 -0.176 1
X4 -0.153 -0.005 0.929 1
X5 0.277 0.403 0.459 0.738 1
X6 0.454 0.670 0.119 0.393 0.865 1
X7 -0.298 -0.146 0.995 0.954 0.511 0.152 1
X8 -0.241 -0.074 0.971 0.989 0.631 0.271 0.988 1
X9 -0.365 0.221 0.835 0.894 0.627 0.385 0.871 0.896 1
Sumber: data diolah(2015)
0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1