• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Statistika Dalam Klasifikasi Kabupaten Kota Di Provinsi Bali Menurut Jenis Usaha Pariwisata.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Statistika Dalam Klasifikasi Kabupaten Kota Di Provinsi Bali Menurut Jenis Usaha Pariwisata."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

77KI]MENTERIAN

RISET.

Tf,KNOLOGI

PENDIDIKAN

TINGGI

UNI!'ERSITAS

IIDAYANA

UPT

PERPUSTAKAAN

Alual:

Kahpus Unud Bukn Jimbam Badmg, Bali

.8039

Telepon (0161) 702772.

Fd

(0361) 701907

E nail : ocoutakaanudavana.arrah@.co.id

Lman www.elib.unud.ac.id

SURAT

KETERANCAN

NO.0012ruN.1,1.L2.1/Pe.pur00.09r0rs

Yme benmda tansan dibawah ini Kepala UPT Perpusrak@ Univesit6 Udayea menemgk

NIP

:

I Woyan Sum0jaya, S.Si.,M.Sla1s

:

l9?7042120050 001

Memmg bene telan nenyemtue I eksmpld

Lrpontr

P.laks,na,tr

P.n.hian

dm I keping CD di UP'r Pe9ustal@ Unile6ilas Udaya.a. dengm j udul:

An.lbh

St

lirtika

D,lrb

Kla.ifiklsi

K.bup.ren/Kor!

Di

Provinsi

B,li

Menurut Jenis

Demikion surar pernyamao ini dibuar unruk dapat dipe,smalan sebasaimma hesi.ya.

Buki! Jimba.an, l8 Nopember 201 5

ra

PeDurak@ Uoilesilas UdayaM

an dan Peneolanan Koleksi

(2)

LAPORAN AKHIR

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun

ANALISIS STATISTIKA DALAM KLASIFIKASI KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI BALI MENURUT JENIS USAHA PARIWISATA

I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si., M.Si./0013127101

I Wayan Sumarjaya, S.Si., M.Stats./0021047705

Dibiayai oleh

DIPA BLU Universitas Udayana

sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor: 1318/UN14.1.28.1/PP/2015, tanggal 25 Mei 2015

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

JURUSAN MAEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)
(4)

iii

RINGKASAN

Usaha pariwisata yang ada pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali terus dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, diperlukan kebijakan-kebijakan yang mungkin berbeda antar kabupaten/kota, sesuai dengan kondisi usaha pariwisata yang ada di kabupaten/kota tersebut. Kabupaten/kota dengan kondisi usaha pariwisata yang memiliki kesamaan karakteristik tinggi (homogen) dapat menerapkan kebijakan yang sama dalam usaha pengembangan sektor pariwisata. Demikian juga, apabila ingin dilakukan suatu penelitian bidang kepariwisataan lebih lanjut, peneliti cukup memilih satu kabupaten/kota pada masing-masing kelompok, sehingga sampel yang terpilih mewakili seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kabupaten/kota mana saja yang tergabung menjadi satu kelompok, mengetahui usaha pariwisata yang mencirikan masing-masing kelompok kabupaten/kota yang terbentuk, dan mengetahui kedekatan karakteristik antar kelompok kabupaten/kota berdasarkan jenis usaha pariwisatanya.

Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kuantitas atau jumlah jenis usaha pariwisata pada tiap kabupaten/kota. Usaha pariwisata yang diamati dalam penelitian ini adalah usaha pariwisata yang tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 yang telah terdata di seluruh kabupaten/kota meliputi: a) daya tarik wisata; b) kawasan pariwisata; c) jasa transportasi wisata; d) jasa perjalanan wisata; e) jasa makanan dan minuman; f) penyediaan akomodasi; g) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; h) jasa pramuwisata; dan l) wisata tirta. Analisis statistika yang diterapkan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan tujuan khusus yaitu analisis Biplot dan analisis gerombol (Cluster analysis).

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, dengan analisis cluster menurut jenis-jenis usaha pariwisata dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok. Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri, sedangkan kabupaten-kabupaten lainnya yaitu Jembrana, Tabanan, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Karangasem bergabung dalam satu kelompok. Usaha pariwisata yang menjadi karakteristik kota Denpasar adalah usaha jasa perjalanan wisata, jasa transportasi wisata, pramuwisata, MICE, dan wisata tirta. Kabupaten Badung, kondisi usaha pariwisatanya yang paling mendekati kota Denpasar, dicirikan oleh usaha jasa makanan dan minuman, usaha akomodasi dan kawasan pariwisata. Kabupaten Gianyar, posisinya paling dekat dari kelompok 4 (enam kabupaten lain di provinsi Bali) dicirikan oleh usaha daya tarik wisata. Pada kelompok 4 (enam kabupaten lain) tidak ada usaha pariwisata tertentu yang khas menjadi karakteristiknya, namun terlihat usaha daya tarik wisata yang paling dekat posisinya dengan kelompok 4. Artinya rata-rata jumlah daya tarik wisata di keenam kabupaten ini tidak jauh tertinggal dibanding usaha pariwisata lain di kota Denpasar, kabupaten Badung, dan kabupaten Gianyar.

(5)

iv

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan, karena berkat anugrah Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), laporan akhir penelitian Hibah Unggulan Program Studi (HUPS)

yang berjudul “ Analisis Statistika Dalam Klasifikasi Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Menurut Jenis Usaha Pariwisata” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penelitian ini dapat dilaksanakan atas dukungan berbagai pihak, dan dalam kesempatan ini peneliti memberikan apresiasi yang tinggi dan ucapan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Udayana atas kesempatan, ijin, dan motivasinya

2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Udayana atas ijin, kesempatan, motivasi, dan fasilitasinya bagi peneliti untuk terus mengembangkan kreatifitas dalam penelitian

3. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana atas ijin, kesempatan, motivasi, dan pendanaan dalam penelitian ini

4. Ketua Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Udayana atas ijin, kesempatan, motivasi, dan sarana-prasarana yang diperlukan dalam penelitian ini

5. Tim peneliti dan rekan-rekan dosen di Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Udayana atas kerjasama yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian ini

Semoga hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan dilanjutkan dalam penelitian-penelitian berikutnya sehingga memberikan informasi dan kajian yang semakin luas dan bermanfaat bagi institusi dan pelaku pariwisata.

Laporan Penelitian ini mungkin masih perlu penyempurnaan, peneliti sangat terbuka menerima saran-saran demi penyempurnaannya. Semoga laporan ini bermanfaat, dan atas perhatian, saran, dan dukungan semua pihak, kami ucapkan banyak terima kasih.

Jimbaran, 29 Oktober 2015

(6)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN . ... iii

PRAKATA ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang dan Permasalahan ... 1

1.2. Tujuan Khusus Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Usaha Pariwisata ... 4

2.2. Analisis Biplot ... 7

2.3. Analisis Gerombol (Cluster Analysis) ... 10

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 14

3.1. Tujuan Penelitian ... 14

3.2. Manfaat Penelitian ... 14

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 16

4.1. Desain Penelitian ... 16

4.2. Populasi Penelitian ... 17

4.3. Variabel dan Instrumen Penelitian ... 18

4.4. Teknik Analisis Data ... 20

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Statistika Deskriftif Data Penelitian ... 21

5.2. Klasifikasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ... 23

5.2.1. Hasil Pengelompokan Metode Single Linkage ... 24

5.2.2. Hasil Pengelompokan Metode Compelete Linkage, Average Linkage dan Ward ... 26

5.3. Klasifikasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dengan Analisis Biplot ... 29

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 34

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

7.1. Kesimpulan ... 35

7.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Hubungan antara variabel-variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik

validasi instrumen, dan sumber data ... 19

Tabel 5.1 Statistika Deskriptif Usaha Penelitian ... 22

Tabel 5.2. Uji Ketergantungan antara Daerah dan Usaha Pariwisata ... 22

Tabel 5.3 Indeks Skewness dan Kurtosis Data Penelitian ... 23

Tabel 5.4 Tahapan Pengelompokan Metode Single Linkage ... 25

Tabel 5.5 Jarak antar Kelompok ... 26

Tabel 5.6 Tahapan Pengelompokan Metode Single Linkage ... 27

Tabel 5.7 Tahapan Pengelompokan Metode Average Linkage ... 28

Tabel 5.8 Tahapan Pengelompokan Metode Ward ... 28

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Tahapan Penelitian ... 16

Gambar 4.2 Rancangan Penelitian ... 17

Gambar 5.1 Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Tingkat Similarity ... 24

Gambar 5.2 Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Jarak Euclidean ... 24

Gambar 5.3 Dendogram Cluster Kabupaten/Kota Metode Complete Linkage ... 27

Gambar 5.4 Dendogram Cluster Kabupaten/Kota Metode Average Linkage ... 27

Gambar 5.5 Dendogram Cluster Kabupaten/Kota Metode Ward ... 28

Gambar 5.6 Posisi Kabupaten/Kota Menurut Usaha Pariwisata ... 30

Gambar 5.7 Pengelompokan Kabupaten/Kota Menurut Usaha Pariwisata ... 30

Gambar 5.7 Pengelompokan Kabupaten/Kota Menurut Usaha Pariwisata ... 30

Gambar 5.8 Hubungan antar Variabel Usaha Pariwisata ... 31

Gambar 5.9 Biplot Kabupaten/Kota dan Usaha Pariwisata ... 32

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... ... 37

Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti dan Kualifikasimya ... 38

Lampiran 3. Publikasi Ilmiah ... ... 39

(10)

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Keterbatasan waktu dan dana dalam suatu penelitian survei, menyebabkan peneliti

mengambil data dari sebagian populasi penelitian yang disebut sampel. Teknik

pengambilan sampel yang tepat dalam suatu penelitian sangat menentukan keakuratan

hasil penelitian yang diperoleh, karena sampel yang terpilih benar-benar mewakili

populasi yang ditetapkan dalam penelitian. Informasi mengenai objek-objek yang

merupakan satu kelompok atau objek-objek dari kelompok berbeda sangat membantu

dalam teknik pengambilan sampel. Objek-objek dalam satu kelompok memiliki

kehomogenan karakteristik yang tinggi, sedang objek-objek antar kelompok berbeda

memiliki keheterogenan karakteristik yang tinggi. Apabila dalam suatu penelitian ingin

diketahui pengaruh suatu perlakuan (misal suatu kebijakan), maka informasi mengenai

kelompok sangat bermanfaat dalam mengontrol keragaman data yang disebabkan karena

perbedaan kelompok. Keragaman hasil penelitian yang diperoleh benar-benar merupakan

pengaruh dari perlakuan yang diberikan atau kebijakan yang ditetapkan.

Usaha pariwisata yang ada pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali terus

dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Dalam upaya peningkatan

dan pengembangan usaha pariwisata di daerah, diperlukan kebijakan-kebijakan yang

mungkin berbeda antar kabupaten/kota, sesuai dengan kondisi jenis usaha pariwisata

yang ada di kabupaten/kota masing-masing.

Kabupaten/kota dengan kondisi jenis usaha pariwisata yang kesamaannya tinggi

(homogen), dalam usaha pengembangan sektor pariwisata dapat diterapkan kebijakan

yang sama. Demikian juga, apabila ingin dilakukan suatu penelitian bidang pariwisata

lebih lanjut, peneliti cukup memilih satu kabupaten/kota pada setiap kelompok, sehingga

beberapa kabupaten/kota yang dipilih dapat mewakili seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Bali.

Keinginan staf dosen di jurusan/program studi Matematika, Universitas Udayana

untuk ikut berperan aktif berkontribusi pada pengembangan bidang kepariwisataan telah

dimulai dengan mengadakan Seminar Nasional Matematika 2014 Universitas Udayana

yang diadakan pada tanggal 6 Nopember 2014, dengan mengambil tema “Peranan

Matematika dan Statistika dalam Pembangunan Sektor Pariwisata”. Salah satu hasil

diskusi dalam seminar tersebut menyatakan bahwa ilmu matematika dan statistika sangat

(11)

2

upaya pemerintah meningkatkan pembangunan sektor pariwisata, khususnya di Bali,

karena sektor pariwisata merupakan sumber utama pendapatan daerah.

Undang-undang RI No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, pada Bab VI

mengatur mengenai usaha pariwisata, dan usaha pariwisata lebih detail diatur dengan

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Usaha pariwisata

merupakan penghubung yang menjembatani wisatawan dan pelaku pariwisata. Kumpulan

usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata disebut industri

pariwisata. Industri pariwisata merupakan salah satu pembangunan kepariwisataan

nasional seperti tertuang dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

(RIPPARNAS) Tahun 2010 – 2025 (Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011).

Berdasarkan jenis-jenis usaha pariwisata yang membangun industri pariwisata,

ingin diketahui klasifikasi atau pengelompokan kabupaten/kota di Provinsi Bali.

Kabupaten/kota mana yang tergabung dalam satu kelompok, dan jenis usaha pariwisata

apa yang mencirikan masing-masing kelompok kabupaten/kota tersebut.

Tim peneliti dari Program Studi Matematika dengan bidang kompetensi Statistika,

melalui penelitian ini dapat mengembangkan dan menerapkan analisis statistika pada

bidang penelitian unggulan, khususnya bidang Budaya dan Pariwisata. Pengambilan

sampel yang benar-benar mewakili populasi penelitian mengantar pada ketepatan

kesimpulan yang diperoleh, pengetahuan terhadap jenis-jenis usaha pariwisata yang

mencirikan kelompok kabupaten/kota akan membantu dalam menentukan kebijakan yang

tepat untuk pengembangan usaha pariwisata pada kelompok tersebut. Informasi

mengenai posisi kabupaten/kota terhadap kabupaten/kota yang lain dengan jenis usaha

pariwisata pencirinya akan membantu pemerintah daerah kabupaten/kota menentukan

kebijakan apa yang harus diambil agar usaha pariwisata di daerahnya memiliki kedekatan

karakteristik dengan usaha pariwisata di kabupaten/kota yang diacu atau dijadikan

contoh/teladan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini meliputi:

a) berapa kelompok kabupaten/kota yang terbentuk menurut jenis-jenis usaha pariwisata

pada kabupaten/kota di Provinsi Bali, b) bagaimana hasil klasifikasi kabupaten/kota di

(12)

3

mencirikan kelompok kabupaten/kota yang terbentuk, dan d) bagaimana hubungan

(13)

4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Langkah-langkah dalam suatu penelitian yang dikenal dengan metode ilmiah

meliputi pembuatan formulasi masalah, pengumpulan data dan fakta, penelusuran teori

yang dapat menjelaskan permasalahan, penyusunan hipotesis yang perlu dibuktikan,

penyusunan rencana percobaan/survei secara objektif untuk dapat mengevaluasi hipotesis

berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan/survei tersebut. Metode ilmiah tidak bisa

dipisahkan dari analisis statistika, langkah-langkah dalam metode ilmiah merupakan

tahapan analisis statistika dalam suatu penelitian hingga memberikan informasi yang

bermanfaat untuk menjawab permasalahan atau pengujian hipotesis. Selanjutnya akan

diberikan beberapa kajian pustaka yang terkait dengan usaha pariwisata dan analisis

statistika.

2.1 Usaha Pariwisata

Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan mendifinisikan

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah

Daerah. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan yang menyelenggarakan pariwisata. Usaha pariwisata

meliputi, antara lain: a) daya tarik wisata; b) kawasan pariwisata; c) jasa transportasi

wisata; d) jasa perjalanan wisata; e) jasa makanan dan minuman; f) penyediaan

akomodasi; g) penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; h) penyelenggaraan

pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; i) jasa informasi pariwisata; j)

jasa konsultan pariwisata; k) jasa pramuwisata; l) wisata tirta; dan m) spa.

Ketentuan-ketentuan terbaru secara rinci mengenai standar-standar usaha pariwisata diatur dalam

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, diantaranya Nomor 1 tahun 2014

tentang penyelenggaraan sertifikasi usaha pariwisata, Nomor 4 tahun 2014 tentang

standar usaha jasa perjalanan wisata, dan Nomor 9 tahun 2014 tentang standar usaha

pondok wisata (www.bpkp.co.id).

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun

2010 – 2025 (Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011) dalam Bab II, pasal 2

ayat (1) berbunyi Pembangunan kepariwisataan nasional meliputi: a) Destinasi

Pariwisata; b)Pemasaran Pariwisata; c)Industri Pariwisata; dan d)Kelembagaan

(14)

5

Indonesia sebagai Negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan,

mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan

visi pembangunan kepariwisataan nasional ditempuh melalui 4 (empat) misi

pembangunan kepariwisataan nasional meliputi pembangungan :

a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan

lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat;

b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk

meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;

c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha,

dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan

d. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya

manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam

rangka mendorong terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan yang

berkelanjutan.

Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah :

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata

b. Mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan media

pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab;

c. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian

nasional; dan

d. Mengembangkan Kelembagaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang

mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata,

dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.

Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011, yang dimaksud dengan:

1. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan

bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap

orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama

wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

2. Pembangunan adalah suatu proses perubahan kea rah yang lebih baik yang di

dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi dan pengendalian, dalam

(15)

6

3. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) adalah

dokumen perencanan pembangunan kepariwisataan nasional untuk periode 15 (lima

belas) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2025.

4. Daerah Tujuan Pariwisata (Destinasi Pariwisata) adalah kawasan geografis yang

berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat Daya

Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat

yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.

5. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang selanjutnya disingkat KSPN adalah

kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk

pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu

atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan

sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

6. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia

yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

7. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang

mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke Destinasi

Pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah Destinasi Pariwisata dalam kaitan

dengan motivasi kunjungan wisata.

8. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang

pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi

sebagaimana mestinya.

9. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang

diperuntukkan bagi masyarakat umum melakukan aktifitas kehidupan keseharian.

10.Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk

mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam

melakukan kunjungan ke Destinasi Pariwisata.

11.Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas,

akses, dan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam

memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan

Kepariwisataan.

12.Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan,

mengkomunika-sikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk

(16)

7

13.Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang

dikembangkan secara terorganisasi meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta

dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang

secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di

bidang Kepariwisataan.

14.Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan Pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan Kepariwisataan.

2.2 Analisis Biplot

2.2.1 Gambaran Umum Analisis Biplot

Analisis Biplot merupakan suatu metode analisis peubah ganda, penjelasan suatu

informasi matriks data berukuran �� yang disajikan dalam bentuk grafik (Johnson &

Wichern, 2007, p. 726). Analisis Biplot memerlukan data dari sejumlah objek dan

variabel dengan skala pengukuran interval atau rasio. Informasi dari tampilan Biplot

adalah:

a. Kedekatan antar objek, digunakan untuk melihat kemiripan karakteristik antar objek.

Dua objek dengan karakteristik sama digambarkan sebagai dua titik dengan posisi

berdekatan.

b. Keragaman variabel, digunakan untuk melihat apakah ada variabel dengan

keragaman yang hampir sama untuk setiap objek. Variabel yang mempunyai

keragaman kecil digambarkan sebagai vektor yang pendek, sedangkan variabel

dengan keragaman besar digambarkan sebagai vektor yang panjang.

c. Korelasi antar variabel, untuk mengetahui pengaruh satu variabel terhadap variabel

yang lain. Dua variabel yang memiliki nilai korelasi positif akan digambarkan

sebagai dua garis dengan arah yang sama atau membentuk sudut yang lancip.

Sebaliknya, dua variabel dengan korelasi negatif digambarkan sebagai dua garis

dengan arah berlawanan atau membentuk sudut tumpul. Dua variabel tidak

berkorelasi digambarkan dalam dua garis berarah dengan sudut hampir mendekati

900.

d. Nilai variabel pada suatu objek, untuk melihat keunggulan dari setiap objek. Objek

yang terletak searah dengan arah vektor variabel dikatakan bahwa objek tersebut

mempunyai nilai di atas rata-rata . Sebaliknya, jika objek terletak berlawanan arah

(17)

rata-8

rata. Objek yang hampir berada di tengah-tengah berarti objek tersebut memiliki

nilai dekat dengan rata-rata.

Perhitungan analisis Biplot didasarkan pada dekomposisi nilai singular (Singular

Value Decomposition/SVD) matriks data. Istilah “bi” dalam Biplot menyatakan adanya

peragaan bersama antar objek dengan variabel, bukan karena tampilan Biplot yang sering

ditampilkan dalam dimensi dua

2.2.2 Dekomposisi Nilai Singular

Dekomposisi Nilai Singular (SVD) merupakan suatu metode yang dipergunakan

secara luas untuk menguraikan suatu matriks yang berkaitan dengan nilai singularnya.

SVD bertujuan untuk memfaktorkan suatu matriks X berukuran �� yang merupakan

matriks variabel ganda yang terkoreksi terhadap nilai rataannya, dengan � adalah

banyaknya objek pengamatan dan � adalah banyak peubah menjadi tiga buah matriks.

Salah satu matriks merupakan matriks yang unsure-unsurnya adalah nilai singular dari

matriks X.

Suatu matriks X , Jolliffe(2002,p. 90-91) dinyatakan sebagai SVD sebagai berikut

:

� =���

dengan,

1. Matriks U berukuran �× , L berukuran × , dan A berukuran ×�. U dan L

merupakan matriks dengan kolom ortonormal dengan �= � � �� , yang

berkaitan dengan vektor eigen dari matriks � � dan �= � � �� dengan

� =�.�

�, yaitu matriks yang berkaitan dengan vektor eigen dari �� . Syarat yang

harus dipenuhi oleh kedua matriks tersebut adalah � �=� �= .

2. Matriks L merupakan matriks diagonal dengan unsure diagonal utama adalah akar

dari nilai eigen matriks � �.

�=

�1 0

0 �2

0 0

0 0 �

dengan � adalah nilai eigen matriks � �untuk i=1,2, …, r dan �12 � .

(18)

9

Jolliffe(2002,p.90-94),dimisalkan = ��� dan =�1−�� dengan 0 � 1, maka

:

� =��� = ����1−�� =

dan unsur baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks X dapat dinyatakan sebagai:

=� ℎ

Pemilihan nilai � pada =��� dan =�1−�� bersifat sembarang dengan

syarat 0 � 1. Pengambilan dua nilai � berguna dalam interpretasi Biplot.

1. Jika nilai � = 0 diperoleh = ��� =� dan = �1−�� =�� maka

� �=

= � �

=

Sehingga diperoleh:

a. = � −1 � dengan � banyak objek pengamatan dan � adalah matriks

kovarians variabel ke-i dan variabel ke-j.

b. = � −1 � dengan � = � menggambarkan keragaman variabel ke-i.

c. Korelasi antar variabel ke-i dan variabel ke-j dijelaskan oleh cosines sudut antara

dan , missal sudut yang terbentuk adalah , yaitu

cos� =

= �

� � = d. Jika X berpangkat � maka

− �−1 = � −1 − −

Terlihat bahwa jarak mahalanobis sebanding dengan jarak Euclid. Ini

menunjukkan bahwa jarak Euclid mampu menggambarkan objek pengamatan

seperti data pengamatan yang sesungguhnya.

2. Jika nilai � = 1 diperoleh = ��� =�� dan = �1−�� = � maka

� �=

= � �

=

atau − − = − − , artinya kuadrat jarak Euclid

(19)

10 2.3 Analisis Gerombol (Cluster Analysis)

Analisis gerombol (Cluster Analysis) merupakan salah satu analisis peubah ganda

yang digunakan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan

karakteristik peubah-peubah yang diamati.Tujuan utama analisis gerombol adalah

mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik, Johnson &

Wichern(2007) dan Hair,et al(2007). Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu

atau beberapa cluster sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan

mempunyai kemiripan satu dengan yang lain. Homogenitas (kesamaan) yang tinggi antar

anggota dalam cluster (within cluster) dan heterogenitas (perbedaan) yang tinggi antar

cluster satu dengan cluster lainnya (between cluster) merupakan dua hal yang harus

dimiliki sebuah cluster agar dapat dikatakan cluster tersebut baik, Brown, et al(2012),

Izenman(2008), Tabachnik & Fidell(2007).

Tahapan penggerombolan dapat disajikan dalam bentuk diagram pohon

(dendogram) yang memungkinkan penelusuran penggerombolan objek-objek yang

diamati dengan lebih mudah dan informatif.Hal yang perlu diperhatikan dalam cluster

analysis diantaranya:1) himpunan objek yang ingin dicluster, 2) peubah yang diamati

(peubah indikator), 3) skala peubah (nominal, ordinal, interval dan rasio), 4) ukuran

kemiripan dan ketakmiripan, dan 5) teknik penggerombolan/pengelompokan.

Misalkan r dan s adalah dua objek pada ruang dimensi-p dan drs menunjukkan

ukuran ketakmiripan dua objek tersebut, maka drs memenuhi kondisi sebagai berikut :

1. drs≥ 0 untuk setiap objek r dan s : ukuran tidak pernah negatif

2. drs = 0 jika dan hanya jika r = s: ukuran bernilai nol bila objek r sama dengan objek s

3. drs = dsr : ukuran bersifat simetris

Ukuran ketakmiripan yang sering digunakan adalah jarak Euclidean antara dua objek.

Misalkan terdapat n objek dengan p peubah dalam matriks X berukuran n x p maka jarak

Euclidean antara objek ke r dan ke-s adalah:

� = − 2

=1

1 2

Dengan drs menyatakan jarak objek ke-r dan objek ke-s, xrk menyatakan nilai amatan pada

objek ke-r dan peubah ke-k, dan xsk menyatakan nilai amatan pada objek ke-s dan peubah

ke-k. Hasil ukuran jarak ini kemudian disusun ke dalam matriks jarak.

Terdapat dua macam teknik dalam cluster analysis yaitu teknik berhirarki dan

(20)

11

diinginkan belum diketahui. Sedangkan teknik tak berhirarki digunakan bila banyaknya

cluster yang diinginkan telah diketahui. Secara umum langkah-langkah yang digunakan

pada teknik berhirarki adalah:

1. Mulai dengan n gerombol, di mana tiap cluster hanya mengandung objek tunggal

dan sebuah matriks jarak (kemiripan) D=(dik)

2. Cari matriks jarak untuk pasangan cluster paling mirip. Jarak antara cluster r dan

s yang paling mirip menjadi drs

3. Gabung cluster r dan s ke dalam cluster baru (rs). Perbarui elemen dalam matriks

jarak dengan:(a) hapus baris dan kolom yang menghubungkan cluster r dan s, (b)

tambahkan sebuah baris dan kolom yang memberi jarak antara gerombol (rs) dan

cluster yang tersisa

4. Ulangi langkah 2 dan 3 sampai n-1 kali sehingga semua objek terbentuk dalam

satu cluster. Catat identitas dan level jarak (kemiripan) pada cluster yang

digabung.

Metode penggabungan/pautan dalam cluster analysis antara lain single linkage,

complete linkage, average linkage, ward, dan centroid. Teknik dasar masing-masing

metode pautan secara singkat diuraikan sebagai berikut.

a) Single linkage

Metode pautan ini didasarkan pada jarak minimum yang sering disebut pendekatan

tetangga terdekat (nearest-neighbor). Jarak minimum antara cluster( ) dengan cluster

lain misalkan cluster dituliskan sebagai:

( ) = min � ,�

dengan � dan � secara berturut-turut adalah jarak dari cluster ke cluster dan dari

cluster ke cluster cluster , ( ) merupakan jarak terdekat antara cluster dan

serta cluster dan (Johnson, 2007). Sebagai contoh misalkan dimiliki matriks jarak

Euclidean D, dengan elemen-elemen matriks sebagai berikut:

D = � = 1 2 3 4 5 0 9 3 6 11 0 7 5 10 0 9 2 0 8 0

maka cluster dengan jarak terdekat adalah cluster 3 dan 5 pertama bergabung/terpaut

menjadi cluster baru yaitu cluster (35), selanjutnya dilakukan perhitungan matriks jarak

baru. Elemen-elemen matriks jarak baru dihitung dengan perhitungan:

(21)

12

�(35)2 = min �32,�51 = min 7,10 = 7

�(35)4 = min �34,�54 = min 9,8 = 8

sehingga diperoleh matriks baru berikut.

� = (35) 1 2 4 0 3 7 8 0 9 6 0 5 0

Prosedur ini akan dilakukan sampai semua pasangan gerombol dengan jarak minimum

diperoleh dan bergabung menjadi satu gerombol. Hasil perhitungan akan digambarkan

dalam bentuk dendogram.

b) Complete linkage

Metode complete linkage memiliki kemiripan dengan metode single linkage akan

tetapi dalam pembentukan matriks jarak baru didasarkan pada jarak maksimum. Metode

ini sering disebut pendekatan tetangga terjauh (furthest-neighbor) atau metode diameter.

Jarak maksimum antara ( ) dengan kelompok lain yaitu kelompok dituliskan sebagai:

( ) = max � ,�

Dari contoh matriks jarak D sebelumnya, setelah terjadi pautan pada jarak terdekat

pertama yaitu cluster 3 dan 5, selanjutnya ditentukan matriks jarak baru dengan

elemen-elelmen:

�(35)1 = max �31,�51 = max 3,11 = 11

�(35)2 = max �32,�51 = max 7,10 = 10

�(35)4 = max �34,�54 = max 9,8 = 9

sehingga diperoleh matriks jarak baru berikut.

� = (35) 1 2 4 0 11 10 9 0 9 6 0 5 0

Prosedur ini akan dilakukan sampai semua pasangan cluster bergabung menjadi satu

cluster.

c) Average linkage

Metode average linkage memiliki kemiripan dengan single linkage dan complete

linkage, perbedaannya terletak pada perhitungan yang digunakan yaitu jarak rata-rata.

(22)

13

terkecil. Jarak rata – rata antara ( ) dengan kelompok lain yaitu kelompok dituliskan

sebagai:

( )

=

� �

dengan � adalah jarak obyek � (pada cluster dan cluster dengan cluster tersebut

membentuk cluster tunggal( )), dengan obyek pada cluster , � dan � secara

berturut–turut merupakan obyek-obyek dalam cluster dan (Johnson, 2007)

Pembentukan matriks jarak baru dari contoh matriks jarak D sebelumnya setelah

cluster 3 dan 5 terpaut sebagai berikut:

�(35)1 =

�31 +�51

2 =

3 + 11

2 = 7

�(35)2 =

�32+�52

2 =

7 + 10

2 = 8,5

�(35)4 =

�34 +�54

2 =

9 + 8

2 = 8,5

sehingga diperoleh matriks baru berikut.

� = (35) 1 2 4 1 7 8,5 8,5 0 9 6 0 5 0

Prosedur ini akan dilakukan sampai semua pasangan cluster bergabung menjadi satu.

d) Ward

Metode ward adalah metode yang menggabungkan dua cluster dengan banyak

pengamatan yang kecil. Jarak antar cluster yang digunakan dalam metode ini adalah

jumlah kuadrat antara pasangan cluster tersebut berdasarkan jumlah semua variabel dari

masing-masing cluster. Jika ( ) merupakan kombinasi kelompok dan kelompok ,

dengan jumlah jarak cluster dituliskan sebagai:

= � − ′ � −

= � − ′ � −

= � − ′ � −

dengan , , jumlah jarak cluster , dan ( ), merupakan vektor kolom

berupa nilai rata-rata obyek , = 1,2,3,…,n, = (� + � � )/(� +� ) (Rencher,

(23)

14

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan jangka panjang yang ingin diperoleh adalah hasil penelitian ini dapat

dijadikan rekomendasi dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang tepat

terhadap kabupaten/kota di Provinsi Bali apabila dilakukan penelitian-penelitian bidang

pariwisata lebih lanjut. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan kedekatan antar

kelompok kabupaten/kota dengan jenis usaha pariwisata pencirinya, dapat dijadikan dasar

penetapan kebijakan terhadap usaha pariwisata yang perlu mendapatkan perhatian khusus

dari pemerintah daerah jika menginginkan karakteristik usaha pariwisata daerahnya

seperti usaha pariwisata daerah acuan/teladan. Penelitian ini juga meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa menerapkan analisis statistika dalam

merumuskan dan menyelesaiakan permasalahna real di masyarakat, khususnya bidang

pariwisata.

Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

a. Mengklasifikasikan kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan jenis-jenis usaha

pariwisata

b. Mengetahui banyaknya kelompok yang terbentuk dari kabupaten/kota di Provinsi

Bali berdasarkan jenis-jenis usaha pariwisata;

c. Mengetahui jenis usaha pariwisata apa yang mencirikan masing-masing kelompok

kabupaten/kota di Provinsi Bali

d. Memberi rekomendasi jenis usaha pariwisata apa yang perlu mendapat perhatian

serius pada masing-masing kelompok kabupaten/kota.

e. Mengetahui hubungan kedekatan antar kelompok kabupaten/kota berdasarkan

jenis usaha pariwisata pencirinya.

3.2 Manfaat Penelitian

Sangat penting mengetahui kabupaten/kota mana saja di Provinsi Bali yang

merupakan satu kelompok berdasarkan jenis usaha pariwisata, dan jenis usaha pariwisata

apa yang mencirikan kelompok-kelompok kabupaten/kota yang terbentuk. Informasi

yang diperoleh dari penelitian ini dapat membantu dalam menentukan kebijakan terbaik

(24)

15

Selain informasi di atas, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan rekomendasi dalam

teknik pengambilan sampel untuk penelitian bidang pariwisata lebih lanjut, yang

melibatkan jenis usaha pariwisata di Provinsi Bali. Keterbatasan waktu dan dana dalam

penelitian, seringkali membuat peneliti tidak melakukan observasi pada seluruh anggota

populasi penelitian, tetapi hanya mengambil sebagian populasi yang disebut sampel.

Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang menjadi pusat

perhatian peneliti. Informasi mengenai kelompok-kelompok kabupaten/kota di Provinsi

Bali akan membantu dalam menetapkan kabupaten/kota mana saja yang harus dipilih

agar dapat mewakili Provinsi Bali secara keseluruhan.

Dengan demikian manfaat penelitian ini antara lain adalah:

1. Mengetahui kabupaten/kota yang memiliki karakteristik jenis usaha pariwisata yang

homogen sehingga tergabung menjadi satu kelompok.

2. Dapat dijadikan pedoman dalam penetapan kebijakan yang tepat mengenai jenis

usaha pariwisata pada masing-masing kabupaten/kota.

3. Dapat dijadikan rekomendasi dalam penetapan teknik pengambilan sampel yang tepat

pada penelitian bidang pariwisata lebih lanjut.

4. Dapat dijadikan sebagai praktek kerja lapang oleh mahasiswa matematika kompetensi

statistika dalam menerapkan analisis statistika untuk menyelesaikan permasalahan

(25)

16

BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Berawal dari motivasi penelitian, analisis situasi hingga memperoleh rumusan

permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, dirancang desain penelitian secara rinci.

Disain pengumpulan data, peringkasan data, analisis data, interpretasi hasil analisis, dan

merumuskan hasil kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang

ditetapkan. Desain dan tahapan penelitian digambarkan dalam Gambar 4.1

Dalam tahapan pengumpulan data ditetapkan variabel-variabel penelitian yang diamati,

mencakup skala pengukuran variabel, instrumen penelitian, dan lokasi pengambilan data.

Tahapan pengumpulan data dalam penelitian survei ini membutuhkan kerja keras dan

pantang menyerah, karena data yang diperlukan belum tentu tersedia atau sudah terekam

secara lengkap dalam satu direktori data. Seperti data mengenai usaha pariwisata,

beberapa lokasi sumber data yang perlu ditetapkan diantaranya dinas pariwisata provinsi

bali, dan dinas pariwisata daerah kabupaten/kota. Juga perlu dilakukan pengecekan

silang antara data yang tercatat di tingkat provinsi dan data di daerah kabupaten/kota.

Rancangan penelitian untuk mengetahui pengelompokan kabupaten/kota serta posisi

antar kelompok mengikuti bagan alir pada Gambar 4.2.

(26)

17

Gambar 4.2. Rancangan Penelitian

4.2 Populasi Penelitian

Data tentang usaha pariwisata yang terdapat di setiap kabupaten/kota menjadi

pusat perhatian dalam penelitian ini, dan berdasarkan data tersebut diadakan

pengklasifikasian kabupaten/kota dengan karakteristik yang sangat homogen dalam satu

kelompok. Sebaliknya, kabupaten/kota dengan karakteristik yang jauh berbeda akan

berada pada kelompok yang berbeda. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini

adalah jenis-jenis usaha pariwisata yang ada pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali.

(1)

Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

 Berapa banyak kelompok kabupaten/kota di provinsi bali

 Kabupaten/kota anggota dalam masing-masing kelompok

 Jenis usaha pariwisata yang mencirikan tiap kelompok

(2)

Penetapan Variabel Penelitian

 Jumlah jenis usaha pariwisata pada kabupaten/kota

(3)

Pengumpulan Data

 Data mengenai jumlah tiap usaha pariwisata di kabupaten/kota dicatat dari Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota atau Provinsi Bali

(4)

Analisis Data dan Interpretasi

 Analisis Cluster dan Analisis Biplot untuk pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan jenis usaha pariwisata

 Interpretasi hasil analisis

Kelompok Kabupaten/Kota dan

anggotanya, jenis usaha pariwisata

(27)

18 4.3 Variabel dan Instrumen Penelitian

Variabel-variabel yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini merupakan

kuantitas atau jumlah tiap-tiap jenis usaha pariwisata yang ada pada tiap kabupaten/kota

di Provinsi Bali. Usaha pariwisata yang didefinisikan dalam penelitian ini adalah usaha

pariwisata yang tertuang dalam PP N0. 10 Tahun 2009, sehingga variabel penelitian ini

meliputi :

1. Jumlah daya tarik wisata yang ada di kabupaten/kota

2. Jumlah kawasan wisata yang ada di kabupaten/kota

3. Jumlah usaha jasa transportasi wisata yang ada di kabupaten/kota

4. Jumlah usaha jasa perjalanan wisata yang ada di kabupaten/kota

5. Jumlah usaha jasa makanan dan minuman (Bar – Restoran) di kabupaten/kota

6. Jumlah usaha penyediaan akomodasi yang ada di kabupaten/kota

7. Jumlah usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi di kabupaten/kota

8. Jumlah usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan

pameran yang ada di kabupaten/kota

9. Jumlah usaha jasa informasi pariwisata yang ada di kabupaten/kotaa

10.Jumlah usaha jasa konsultan pariwisata yang ada di kabupaten/kota

11.Jumlah usaha jasa pramuwisata yang ada di kabupaten/kota

12.Jumlah usaha wisata tirta yang ada di kabupaten/kota

13.Jumlah usaha spa yang ada di kabupaten/kota

Variabel-variabel penelitian tersebut sangat berkaitan dengan instrumen

pengumpulan data, teknik validasi instrumen, dan sumber data. Hubungan antara

variabel-variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik validasi instrumen, dan sumber

(28)

19 Tabel 4.1

Hubungan antara variabel-variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik validasi instrumen, dan sumber data

Variabel Penelitian Instrumen Penelitian

Teknik Validasi Instrumen

Sumber Data

(1) (2) (3) (4)

Jumlah daya tarik wisata  Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah kawasan wisata  Tabulasi data  Expert

judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah usaha jasa

transportasi wisata 

Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah usaha jasa

perjalanan wisata 

Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah usaha jasa makanan

dan minuman (Bar –

Restoran) di kabupaten/kota

 Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah usaha penyediaan

akomodasi

 Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah usaha

penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi

 Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah usaha

penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,

konferensi, dan pameran

 Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature

Jumlah usaha jasa informasi

pariwisata 

Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah usaha jasa konsultan

pariwisata 

Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah usaha jasa

pramuwisata 

Tabulasi data  Expert judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

 Studi literature Jumlah usaha spa  Tabulasi data  Expert

judgement

 Dinas Pariwisata Daerah/Provinsi

(29)

20 4.4 Teknik Analisis Data

Data penelitian yang merupakan jumlah jenis-jenis usaha pariwisata pada tiap

kabupaten/kota disajikan secara grafik untuk memberikan informasi secara visual

mengenai kondisi dan perbandingan mengenai jumlah usaha-usaha pariwisata yang

tersedia di kabupaten/kota. Selanjutnya dilakukan analisis statistika inferensia yaitu

analisis Biplot dan analisis Cluster dengan bantuan software statistika (Minitab 17).

Hasil analisis data diinterpretasikan untuk menjawab tujuan yang ditetapkan

dalam penelitian ini. Dari 8 kabupaten dan 1 kota yang ada di Provinsi Bali, berapa

kelompok yang terbentuk, kabupaten/kota mana saja yang mengelompok menjadi satu

kelompok, bagaimana kedudukan/posisi antar kelompok, dan jenis usaha apa yang

menjadi penciri pada masing-masing kelompok. Informasi kelompok yang terbentuk

dapat menjadi referensi dalam penelitian lebih lanjut mengenai kepariwisataan,

khususnya mengenai jenis usaha pariwisata terutama dalam hal teknik pengambilan

(30)

21

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Statistika Deskriftif Data Penelitian

Data penelitian yang diperoleh dari kantor Dinas Pariwisata Daerah

Kabupaten/Kota dan Provinsi Bali direkapitulasi dan diperoleh hasil rekap data dinasi

pariwisata daerah kabupaten/kota serta data direktori Provinsi Bali.

Tabulasi data usaha pariwisata di kabupaten/kota provinsi Bali menunjukkan

bahwa usaha penyedia akomodasi dan usaha jasa makanan dan minuman adalah jenis

usaha pariwisata dengan jumlah unit yang jauh lebih besar dibanding usaha lainnya.

Kedua usaha tersebut tersedia dan berkembang pesat di seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Bali. Modus data penelitian adalah usaha jasa makanan dan minuman (bar &

restaurant) di Kabupaten Badung. Jika dilihat berdasarkan jenis usaha pariwisata maka

usaha penyedia akomodasi adalah usaha terbanyak di Provinsi Bali. Usaha

penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran hanya terdapat

di kota Denpasar dan kabupaten Badung dengan jumlah sangat kecil dan merupakan

usaha dengan jumlah paling sedikit di Provinsi Bali. Demikian juga usaha jasa

pramuwisata hanya tersedia di kota Denpasar, kabupaten Badung, dan kabupaten

Gianyar. Di Kabupaten Bangli, jenis usaha pariwisata yang paling besar jumlahnya

adalah daya tarik wisata, walaupun bila dilihat dari jenis usaha daya tarik wisata, jumlah

usaha daya tarik wisata yang terbesar di Bali terdapat di Kabupaten Gianyar.

Terdapat empat jenis usaha pariwisata (variabel) yang tidak disertakan dalam

analisis karena variabel tersebut belum tercatat di seluruh Kabupaten/Kota. Jenis usaha

pariwisata tersebut adalah usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, usaha

jasa informaasi pariwisata, usaha jasa konsultan pariwisata, dan usaha spa, sementara

hanya tercatat di kabupaten Badung dan kota Denpasar.

Ringkasan rekapitulasi data penelitian yang merupakan nilai statistik deskriftif

(31)
[image:31.595.89.448.91.302.2]

22 Tabel 5.1. Statistika Deskriptif Usaha Pariwisata

Sumber: data diolah (2015)

Nilai tengah (mean) dan simpangan baku (stdev) merupakan ukuran pemusatan

dan penyebaran dari jumlah usaha pariwisata di Provinsi Bali. Sebagian besar

keberadaan usaha pariwisata tidak merata di seluruh kabupaten/kota, nilai simpangan

baku yang sangat besar, lebih besar dari nilai tengah menunjukkan bahwa perbedaan

jumlah usaha pariwisata antar satu kabupaten/kota dengan kabupaten lainnya sangat

besar. Hal ini dimungkinkan karena jarak antar kabupaten/kota di Provinsi Bali cukup

dekat sehingga banyak usaha pariwisata masih terpusat di sekitar pusat kota provinsi

(Denpasar, Badung, dan Gianyar). Misalkan wisatawan yang ingin berwisata ke kawasan

wisata Bangli, Klungkung, Karangasem, Tabanan, Jembrana, atau Buleleng berangkat

dari pusat kota provinsi atau sekitarnya, menggunakan jasa transportasi wisata menuju

kawasan wisata tersebut dan setelahnya kembali dan menggunakan jasa akomodasi di

pusat kota dan sekitarnya.

Untuk melihat adanya ketergantungan antara Daerah (Kabupaten/Kota) dan jenis

usaha pariwisata, dilakukan uji Khi Kuadrat (Chi-Square) yang disajikan dalam tabel 5.2

Tabel 5.2 Uji Ketergantungan antara Daerah dan Usaha Pariwisata

Uji Nilai Statistik Uji Derajat Bebas Nilai Signifikansi Pearson Chi-Square 2267.343a 64 .000

Likelihood Ratio 1842.185 64 .000

Linear-by-Linear Association 2.006 1 .157 N of Valid Cases 6852

Sumber : data diolah (2015)

Uji Khi Kuadrat memperlihatkan bahwa karakteristik usaha pariwisata dan

daerah (kabupaten/kota) di provinsi Bali saling bergantung (tidak saling bebas). Hal ini

Usaha Nilai

Total Mean Stdev Skewness Kurtosis

Daya Tarik 228 25.33 16.454 1.462 1.845

Kawasan 16 1.78 1.093 -.188 -1.232

Transportasi 139 15.44 33.174 2.778 7.897

Perjalanan 397 44.11 82.590 1.887 2.617

Makanan_Min 2675 297.22 381.100 1.680 2.546

Akomodasi 3039 337.67 323.699 1.024 .182

Mice 9 1.00 2.345 2.617 6.975

Pramuwisata 115 12.78 27.027 2.236 4.723

[image:31.595.83.483.651.725.2]
(32)

23

berarti pada suatu Kabupaten/Kota berkembang satu atau beberapa jenis usaha

pariwisata (tidak seluruh jenis usaha pariwisata), atau jenis usaha pariwisata tertentu

berkembang hanya di satu atau beberapa Kabupaten/Kota (tidak pada seluruh

kabupaten/kota) di Provinsi Bali.

Normalitas data untuk daerah kabupaten/kota dan jenis usaha pariwisata dapat

dilihat pada dua indikator yaitu indeks Skewness (kemiringan kurva) dan indeks

[image:32.595.86.433.237.341.2]

Kurtosis (keruncingan kurva) seperti tertuang dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3 Indeks Skewness dan Kurtosis Data Penelitian

N Sum Skewness Kurtosis Statistic Statistic Statistic Std.

Error

Statistic Std. Error DAERAH 6852 20957 1.110 .030 .082 .059 USAHA 6852 36984 -.619 .030 4.150 .059 Valid N

(listwise)

6852

Sumber: data diolah (2015)

Indeks skewness untuk daerah (Kabupaten/Kota) adalah 1.110:0.030=3, sedangkan untuk

jenis usaha pariwisata didapatkan nilai -0.619:0.030= -20.64 Karena kedua indeks tidak

berada dalam rentang [-2,00;2.00] maka dapat dikatakan dari sudut kemiringan kurva,

data tidak berdistribusi normal. Indeks kurtosis untuk daerah (Kabupaten/Kota) sebesar

0.082:0.059 = 1.39, sedangkan untuk usaha pariwisata didapatkan nilai

4.150:0.059=70.34. Angka ini menunjukkan, bila pusat perhatian pada daerah

(Kabupaten/Kota), pada dasarnya data dapat dikatakan berdistribusi normal. Asumsi

kenormalan data diperlukan dalam analisis Biplot.

5.2 Klasifikasi Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali

Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali berdasarkan variable jumlah

msing-masing jenis usaha pariwisata yang terdapat di kabupaten/kota dengan

menggunakan teknik cluster berhierarki jarak kedekatan Euclidean dianalisis pada

metode pautan single linkage, complete linkage, average linkage, dan ward. Penetapan

cluster yang terbentuk didasarkan pada tingkat similarity 80%, dengan pertimbangan

nilai tersebut memberikan tingkat kemiripan yang sangat tinggi dalam perkembangan

jumlah usaha pariwisata pada kabupaten/kota di provinsi Bali.

Klasifikasi kabupaten/kota di Provinsi Bali dari keempat metode pautan yang

(33)

24

pautan yang lain memberikan enam cluster kabupaten/kota. Berikut diuraikan secara

terpisah hasil-hasil pengelompokan pada masing-masing metode pautan.

5.2.1 Hasil Pengelompokan Metode Single Linkage

Metode single linkage yang mendasarkan pembentukan matriks jarak baru

berdasarkan jarak minimum masing-masing anggota suatu cluster ke cluster lainnya.

Hasil analisis cluster teknik hierarkhi dengan metode pautan tunggal (single linkage)

untuk pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali berdasarkan jenis usaha

pariwisata dapat digambarkan dalam Gambar 5.1 dan Gambar 5.2. dan tahapan proses

[image:33.595.155.486.280.490.2]

diuraikan pada Tabel 5.4.

Gambar 5.1. Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Tingkat Similirity

Gambar 5.2. Dendogram Kabupaten/Kota Provinsi Bali pada Jarak Euclidean

Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungk ung Tabanan Giany ar Badung Denpasar 27.68 51.79 75.89 100.00 Observations S im ila ri ty

Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungkung Tabanan Gianyar Badung Denpasar 5.18 3.45 1.73 0.00 Observations D is ta n c e

[image:33.595.152.490.528.744.2]
(34)
[image:34.595.91.531.103.272.2]

25

Tabel 5.4 Tahapan Pengelompokan Metode Single Linkage

Number of obs. Number of Similarity Distance Clusters New in new Step clusters level level joined cluster cluster 1 8 92.6782 0.52465 4 8 4 2 2 7 86.8664 0.94110 6 7 6 2 3 6 86.8288 0.94379 4 5 4 3 4 5 81.1095 1.35362 4 9 4 4 5 4 80.8987 1.36872 4 6 4 6 6 3 54.0916 3.28961 3 4 3 7 7 2 46.5107 3.83282 2 3 2 8 8 1 27.6823 5.18199 1 2 1 9

Sumber: hasil olahan Minitab 17

Gambar 5.1, Gambar 5.2, dan Tabel 5.4 memperlihatkan proses pengelompokan

metode pautan tunggal (single linkage), yaitu Kabupaten Tabanan dan Klungkung

memiliki karakteristik usaha pariwisata yang paling dekat sehingga bergabung pertama

kali pada tingkat similarity 92,678% dan jarak Euclidean 0,525 dinamakan kelompok

(Tabanan-Klungkung). Kabupaten Buleleng dan Karangasem selanjutnya bergabung pada

tingkat similarity 86,866% dan jarak Euclidean 0,941 membentuk kelompok

(Buleleng-Karangasem). Pada tingkat similarity 86,829% dan jarak Euclidean 0,944 terjadi

penggabungan Kabupaten Jembrana dengan kelompok (Tabanan-Klungkung)

membentuk kelompok (Jembrana-Tabanan-Klungkung). Selanjutnya Kabupaten Bangli

bergabung dengan kelompok(Jembrana-Tabanan-Klungkung) pada similarity 81,110%

dan jarak Euclidean 1,354 membentuk kelompok

(Jembrana-Tabanan-Klungkung-Bangli). Kelompok kabupaten (Jembrana-Tabanan-Klungkung-Bangli) bergabung

dengan kelompok (Buleleng-Karangasem) pada tingkat similarity 80,899% dan jarak

Euclidean 1,369 selanjutnya dinamakan kelompok 4. Kabupaten Gianyar bergabung

dengan kelompok 4 pada similarity 54,092% dan jarak Euclidean 3,290. Terlihat

penurunan tingkat similarity yang sangat tajam sehingga diputuskan tidak dilakukan

penggabungan antara Kabupaten Gianyar dengan kelompok 4.

Pada tingkat similarity 80% terhadap jenis usaha pariwisata diperoleh bahwa

terdapat 4 kelompok Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yaitu Kota Denpasar, Kabupaten

Badung, dan Kabupaten Gianyar masing-masing merupakan kelompok dengan anggota

tunggal. Enam kabupaten lainnya yaitu Jembrana, Tabanan, Bangli, Klungkung,

Karangasem, dan Buleleng bergabung menjadi satu kelompok. Hal ini mengindikasikan

(35)

26

dan Kabupaten Gianyar dengan karakteristiknya masing-masing, sedangkan pada keenam

kabupaten lainnya usaha pariwisata belum berkembang secara maksimal, hanya jenis

usaha pariwisata tertentu saja yang telah mengalami perkembangan. Misalkan di Bangli

usaha daya tarik wisata yang menonjol, dan di Buleleng usaha penyedia akomodasi yang

lebih berkembang dibanding usaha lainnya.

Tiga kelompok masing-masing dengan satu anggota yaitu Kota Denpasar,

Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar tidak dapat ditentukan usaha apa yang

bersifat dominan. Pada kelompok 4 yang terdiri dari enam kabupaten lainnya, untuk

melihat usaha pariwisata yang bersifat dominan didasarkan pada nilai simpangan baku

terbesar dari masing-masing usaha pariwisata pada kelompok tersebut. Nilai simpangan

baku terbesar dari usaha pariwisata pada kelompok 4 adalah sebesar 168,4 yaitu usaha

penyedia akomodasi sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pariwisata yang bersifat

dominan pada kelompok 4 adalah usaha penyedia akomodasi.

Kedekatan antar cluster/ kelompok kabupaten/kota yang terbentuk berdasarkan

[image:35.595.81.475.405.502.2]

jarak antar kelompok diuraikan dalam tabel 5.5.

Tabel 5.5. Jarak antar kelompok Kelompok 1

(Denpasar)

Kelompok 2 (Badung)

Kelompok 3 (Gianyar)

Kelompok 4 (6 Kab. lain)

Kelompok 1 0 5.18365 7.18214 6.53654

Kelompok 2 5.18365 0 3.84932 4.85737

Kelompok 3 7.18214 3.84932 0 3.23829

Kelompok 4 6.53654 4.85737 3.23829 0

Sumber: data diolah (2015)

Jarak antar kelompok memperlihatkan bahwa kondisi usaha pariwisata kelompok

4 (Jembrana-Tabanan-Buleleng-Bangli-Klungkung-Karangasem) paling dekat dengan

Kabupaten Gianyar. Kabupaten Badung juga paling dekat dengan Kabupaten Gianyar.

Kota Denpasar paling dekat dengan Kabupaten Badung. Hal ini menunjukkan bahwa

kondisi usaha pariwisata Kota Denpasar berkembang lebih pesat dibanding kabupaten

lainnya dilihat dari jaraknya yang paling jauh dari kelompok lainnya, kondisi usaha

pariwisata yang paling dekat dengan Kota Denpasar adalah Kabupaten Badung.

5.2.2 Hasil Pengelompokan Metode Complete Linkage, Average Linkage, dan Ward

Hasil pengelompokan dengan metode Complete Linkage, Average Linkage, dan

(36)

27

digambarkan secara ringkas pada Gambar 5.3, Gambar 5.4, dan Gambar 5.5. Nilai-nilai

[image:36.595.156.450.117.301.2]

similarity dan jarak Euclideannya diuraikan pada Tabel 5.6, Tabel 5.7, dan Tabel 5.8.

Gambar 5.3. Dendogram Cluster Kabupaten/Kota Metode Complete Linkage

Tabel 5.6 Tahapan Pengelompokan Metode Complete Linkage

Number of obs. Number of Similarity Distance Clusters New in new Step clusters level level joined cluster cluster 1 8 92.6782 0.52465 4 8 4 2 2 7 86.8664 0.94110 6 7 6 2 3 6 84.7208 1.09484 4 5 4 3 4 5 67.1190 2.35612 4 9 4 4 5 4 50.4445 3.55095 3 6 3 3 6 3 47.6954 3.74794 3 4 3 7 7 2 27.6823 5.18199 1 2 1 2 8 1 0.0000 7.16559 1 3 1 9

[image:36.595.133.490.449.735.2]

Sumber: hasil olahan Minitab 17

Gambar 5.4. Dendogram Cluster Kabupaten/Kota dengan Metode Average Linkage

Bangli Jembrana Klungkung Tabanan Karangasem Buleleng Gianyar Badung Denpasar 0.00 33.33 66.67 1 00.00 Observations S im il a ri ty

Dendogram Cluster Complete Linkage

Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungkung Tabanan Gianyar Badung Denpasar 8.81 39.21 69.60 1 00.00 Observations S im il a ri ty

(37)

28

Tabel 5.7 Tahapan Pengelompokan Metode Average Linkage

Number of obs. Number of Similarity Distance Clusters New in new Step clusters level level joined cluster cluster 1 8 92.6782 0.52465 4 8 4 2 2 7 86.8664 0.94110 6 7 6 2 3 6 85.7748 1.01932 4 5 4 3 4 5 75.1785 1.77861 4 9 4 4 5 4 66.1832 2.42318 4 6 4 6 6 3 51.1757 3.49855 3 4 3 7 7 2 32.6185 4.82828 2 3 2 8 8 1 8.8138 6.53403 1 2 1 9

[image:37.595.133.492.186.492.2]

Sumber: hasil olahan Minitab 17

[image:37.595.89.534.575.733.2]

Gambar 5.5. Dendogram Cluster Kabupaten/Kota dengan Metode Ward

Tabel 5.8 Tahapan Pengelompokan Metode Ward

Number of obs. Number of Similarity Distance Clusters New in new Step clusters level level joined cluster cluster 1 8 92.6782 0.52465 4 8 4 2 2 7 86.8664 0.94110 6 7 6 2 3 6 85.7748 1.01932 4 5 4 3 4 5 75.1785 1.77861 4 9 4 4 5 4 66.1832 2.42318 4 6 4 6 6 3 51.1757 3.49855 3 4 3 7 7 2 32.6185 4.82828 2 3 2 8 8 1 8.8138 6.53403 1 2 1 9

Sumber: hasil olahan Minitab 17

Karangasem Buleleng Bangli Jembrana Klungkung Tabanan Gianyar Badung Denpasar -37.72 8.1 9 54.09 1 00.00 Observations S im il a ri ty

(38)

29

Hasil pengelompokan ketiga metode pautan menghasilkan 6 cluster/kelompok

yang sama pada tingkat similarity sekitar 85%. Kelompok 4 pada metode single linkage

terbagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok Kabupaten (Buleleng-Karangasem),

kelompok Kabupaten (Tabanan-Klungkung-Jembrana), dan Bangli terpisah menjadi

kelompok dengan anggota tunggal. Secara rinci dari enam kelompok yang terbentuk,

empat kelompok beranggota tunggal yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung,

Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kelompok 5: Kabupaten (Buleleng-Karangasem),

dan Kelompok 6: Kabupaten (Tabanan-Klungkung-Jembrana). Pada metode single

linkage, apabila ditetapkan terbentuk enam kelompok kabupaten/kota juga akan

menghasilkan pengelompokan yang sama dengan tingkat similarity yang lebih besar

yaitu sebesari 86,83%. Sebaliknya, jika pada ketiga metode yang lain ditetapkan banyak

kelompok kabupaten kota yang terbentuk adalah 4 kelompok seperti hasil

pengelompokan pada metode single linkage, maka akan terbentuk 4 kelompok yang sama

namun tingkat similarity yang dihasilkan ketiga metode jauh lebih kecil yaitu: complete

linkage sebesar 50,44%, average lingkage sebesar 66,18%, dan metode ward sebesar

66,18%. Hal ini menunjukkan bahwa analisis cluster hierarki untuk klasifikasi

kabupaten/kota di provinsi Bali menurut jenis usaha pariwisata yang terbaik diperoleh

dengan metode pautan single linkage.

5.3 Klasifikasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dengan Analisis Biplot

Analisis Biplot merupakan analisis deskriptif multivariate yang menyajikan

informasi secara bersama-sama sejumlah obyek pengamatan (baris) dan beberapa

variable (kolom) dari suatu matriks data dalam suatu plot pada bidang datar (dimensi

dua/ R2). Analisis biplot ini akan representatif apabila keragaman data yang mampu

diterangkan oleh kedua komponen utama pertama lebih dari 70%.

Data penelitian yang mencakup 9 objek kabupaten/kota dengan 9 usaha pariwisata

sebagai variabel penelitian, keragaman data yang mampu dijelaskan oleh kedua

komponen utama pertama sebesar 90,0% sehingga analisis biplot sangat representatif

untuk melihat karakteristik usaha pariwisata pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali.

Kedekatan antar kabupaten/kota dalam usaha pariwisata dilihat dari kedekatan

(39)
[image:39.595.127.478.72.299.2]

30

Gambar 5.6 Posisi Kabupaten/Kota menurut Usaha Pariwisata

Posisi kabupaten Buleleng dan Karangasem sangat dekat, demikian juga posisi

kabupaten Tabanan, Klungkung, Jembrana, dan Bali juga berdekatan. Hal ini

menunjukkan bahwa kondisi atau karakteristik usaha pariwisata kabupaten Buleleng

sangat dekat dengan Karangasem, demikian pula Tabanan, Klungkung, Jembrana, dan

Bangli. Kabupaten Gianyar, Badung, dan kota Denpasar posisinya jauh terpisah dari

keenam kabupaten lainnya, menunjukkan karakteristik pariwisata ketiga kabupaten/kota

tersebut jauh berbeda dibandingkan keenam kabupaten lainnya. Pengelompokan

[image:39.595.146.493.512.734.2]

kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan karakteristik usaha pariwisata ditunjukkan

Gambar 5.7.

(40)

31

Pengelompokan tersebut sama dengan hasil pengelompokan dengan analisis

Cluster metode single linkage. Empat kelompok yang terbentuk yaitu kota Denpasar,

kabupaten Gianyar, dan kabupaten Badung merupakan kelompok dengan anggota tunggal

dan keenam kabupaten lainnya menjadi satu kelompok (kelompok 4).

Keragaman masing-masing usaha pariwisata dalam analisis biplot dapat dilihat

dari panjang vektor variabel yang dibentuk, semakin panjang vektor menunjukkan

tingkat keragaman yang semakin besar. Korelasi antar peubah ditunjukkan oleh besar

sudut yang dibentuk oleh dua vektor variabel. Suduit lancip menunjukkan korelasi

positif, sudut tumpul menyatakan korelasi negatf, sedang sudut siku-siku menunjukkan

tidak ada korelasi antar kedua variabel. Besar keragaman dan korelasi usaha pariwisata

dipresentasikan dalam Gambar 5.8, nilai keragamannya dilihat dari nilai standar deviasi

[image:40.595.128.475.322.543.2]

pada tabel 5.1 sedangkan nilai korelasi antar usaha pariwsata dalam tabel 5.8.

Gambar 5.8 Hubungan Antar Variabel Usaha Pariwisata

Tabel 5.8 Korelasi antar Usaha Pariwisata

Usaha X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

X1 1

X2 -0.114 1

X3 -0.284 -0.176 1

X4 -0.153 -0.005 0.929 1

X5 0.277 0.403 0.459 0.738 1

X6 0.454 0.670 0.119 0.393 0.865 1

X7 -0.298 -0.146 0.995 0.954 0.511 0.152 1

X8 -0.241 -0.074 0.971 0.989 0.631 0.271 0.988 1

X9 -0.365 0.221 0.835 0.894 0.627 0.385 0.871 0.896 1

Sumber: data diolah(2015)

0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1

Gambar

Gambar 4.1  Tahapan Penelitian
Gambar 4.2.  Rancangan Penelitian
Tabel 4.1 Hubungan antara variabel-variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik validasi
Tabel 5.2  Uji Ketergantungan antara Daerah dan Usaha Pariwisata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar, berat kering akar, dan berat kering tajuk pada Pulu Lotong dan Pulu Mandoti yang diberi perlakuan cendawan endofit

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Motivasi orang tua (X1) dan Bimbingan Orang tua (X2) dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode angket. Sebelum

tabungan berpengaruh signifikan terhadap minat menabung ; Kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap minat menabung ; Kualitas produk tabungan dan kualitas layanan

PENGARUH PERILAKU BELAJ AR, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN LINGKUNGAN BELAJ AR TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”.. J

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh

Tinggal nanti bagaimana penerapannya dalam peraturan Undang – Undang, dimana bisa dilakukan adanya revisi atau perubahan dalam UU Hak Cipta untuk melindungi rumah adat

As Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) and Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) has a tradeoff between the high temporal resolution and high spatial resolution,