• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Bahwa dalam ketentuan Pasal 6 ayat (2) UU PBB mengisyaratkan penentuan Nilai Jual Obyek Pajak oleh Menteri Keuangan seyogyanya mendengar pertimbangan Gubernur ini berarti didalam penentuan NJOP disusun bersama antara Direktorat Jenderal Pajak selaku fiskus dengan Pemerintah Daerah dalam hal ini Gubernur. Hal ini dikarenakan PBB merupakan pajak yang bersifat objektif. Besar kecilnya pajak yang terutang ditentukan oleh NJOP dan besarnya NJOP ditentukan oleh kondisi objek pajaknya yaitu bumi dan bangunan. Karena objek PBB berada didaerah, maka daerahlah yang lebih memahami/mengetahui besarnya NJOP. Dengan melibatkan Gubernur dalam menetapkan NJOP maka diharapkan tercapai tata pengelolaan kewenangan perpajakan yang baik dan memperoleh keadilan politik ekonomi serta keadilan sosial dari pengenaan PBB. Oleh karena itu keterlibatan daerah dalam proses pembuatan kebijakan perpajakan tidak dapat diabaikan.

2. Bahwa prinsip yang digunakan dalam penetapan NJOP adalah prinsip keadilan dan kepastian hukum. Ketidakakuratan penetapan NJOP dalam pengenaan PBB akan mengakibatkan ketidakadilan vertikal dan ketidakadilan horizontal, dan ketidakpastian besarnya jumlah PBB terutang yang harus dibayar oleh wajib pajak. Disamping itu ketidak akuratan penilaian NJOP ini juga akan menimbulkan kesenjangan (gap) antara NJOP yang ditetapkan dengan harga pasar.

3. Bahwa terdapat hubungan yang erat antara NJOP PBB sebagai dasar untuk menghitung PBB dengan jenis pajak lain yaitu PPh PHTB dan BPHTB. Dalam hukum pajak Indonesia, NJOP bukan saja digunakan untuk keperluan penetapan PBB, akan tetapi juga dapat dijadikan dasar pengenaan pajak untuk penghitungan PPh PHTB dan BPHTB. Penggunaan NJOP sebagai dasar pengenaan pajak dalam menghitung PPh PHTB dan BPHTB yang terutang diterapkan jika harga transaksi atau nilai pasar tanah dan atau bangunan yang menjadi objek pajak lebih rendah dari NJOP nya.

B. Saran

1. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) yang mengatur tentang penetapan NJOP hendaknya di revisi. Peranan lebih besar sebaiknya diberikan kepada daerah secara bootom up. Gubernur menetapkan besarnya NJOP stelah lebih dahulu meminta pertimbangan pemerintah pusat dalam hal ini menteri keuangan.Agar lebih memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum, pengaturan penetapan NJOP sebaiknya lebih memberikan peranan kepada daerah secara bottom up

dengan menitik beratkan pada perangkat desa, kepala desa/lurah, camat, bupati/walikota, dan Gubernur, karena daerah lebih mengetahui kondisi objek PBB.

2. Untuk lebih memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum, maka diperlukan ketelitian keakuratan dalam penetapan NJOP PBB. Untuk itu sebaiknya dilakukan penyempurnaan pendaftaran objek dan subjek pajak melalui mekanisme SPOP dan pendataan objek dan subjek pajak dengan melaksanakan verifikasi data objek dan subjek pajak, identifikasi objek dan

subjek pajak, serta pengukuran bidang objek pajak dan subjek pajak. Dalam melakukan kegiatan ini seharusnya lebih melibatkan pemerintah daerah. 3. Agar ketentuan peratutan perUndang-Undangan perpajakan tentang dasar

pengenaan pajak dalam menhitung PPh PHTB dan BPHTB dapat berlaku efektif. Hendaknya dilaksanakan sosialisasi kepada notaris/PPAT, BPN, dan masyarakat pada umumnya tentang persyaratan penggunaan NJOP sebagai dasar pengenaan dalam penghitungan PPh PHTB dan BPHTB.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Attamimi, A. Hamid S, Hukum tentang peraturan perUndang-Undangan dan peraturan kebijakan (hukum tata Negara), Jakarta, universitas indonesia, 1990

Barata, Atep Adya, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Menghitung Objek dan Cara Pengajuan Keberatan Pajak, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, 2003

Brotodihardjo, R. Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, ed. ke-3 Bandung: Refika Aditama, 1998.

Devas, dkk, Keuangan Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta : UI Press, 1989.

Devano, Sony dan Rahayu, Siti Kurnia, Perpajakan. Konsep, Teori, dan Isu

Jakarta: Kencana, 2006.

Dirjen Pajak dan Yayasan Bina Pembangunan 1992, Buku Panduan Pajak Bumi dan Bangunan, Jakarta: Bina Rena Pariwera.

Direktur Jenderal Pajak. Himpunan Peraturan Pelaksanaan Perubahan Undang- Undang Perpajakan Juli 2001, Jakarta: CV Eko Jaya, 2001.

Djatmiko, H., Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta: Lembaga LP3 Artha Bakti PSIK,2002.

Gunadi M, Djoned. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Jakarta: Pusdiklat Perpajakan, 2001

Hanata, Bwoga, Yoseph Agus BBN dkk., Pemeriksaan Pajak di Indonesia,

Jakarta : Grasindo, 2005

Hoessin, Bhenyamin, Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Konsep, Teori, dan Aplikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 2002

Manan, Bagir, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: Penerbit Pusat Studi Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII,2002

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.

Kuncoro,Mudrajat, Desentralisasi Fiskal di Indoonesia : Dilema Otonomi dan Ketergantungan, dalam PRISMA No. 4 XXIV April 1995, Jakarta: LP3ES-UI, 1995.

Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Cetakan ke I, 1994.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, cet. 3 Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002.

Nurmantu, S., Pengantar Perpajakan, Jakarta: Grani, 2003.

Rasyid, M. Ryaas, Syaukani.HR, Afan Gaffar, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta, Cetakan I, Pustaka Pelajar, 2002.

Rosdiana, Haula dan Tarigan, Rasin, Perpajakan. Teori dan Aplikasi Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Siahaan, Marihot P., Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia Teori dan Praktik, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009

Setyawan, S. dan Suprapti, E., Perpajakan, Malang : Bayu Publishing, 2004. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tnjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Press, 1995

Soemitro, Rochmat, Pajak Bumi dan Bangunan, Bandung, PT. Eresco, 1989 Soeprapto,Maria Farida Indrati, Ilmu PerUndang-Undangan. Dasar-Dasar dan

Pembentukannya, cet. 11 Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Subiyantoro, H. dan Riphat, S., Kebijakan Fiskal : Pemikiran, Konsep dan Implementasi, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1998. Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002.

Tim Penyusun Ditjen Pajak dan Yayasan Bina Bangunan, Buku Panduan PBB, Edisi Revisi, Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Tjokroamidjojo, Bintoro, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1988.

Valentina, S. dan Suryo, A., Perpajakan Indonesia, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2003.

Waluyo, Perubahan PerUndang-Undangan Perpajakan Era Reformasi, Jakarta: Salemba Empat, 2000.

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, Cetakan II, 2000.

Waluyo, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 1996. Widodo, Joko, Good Governance, Telaah dari dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol

Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Surabaya: Insan Cendekia, 2002.

Widjaja, HAW,Penyelenggaraan otonomi Di Indortesia (Dalam Rangka Sosialisasi UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah),

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004

Wuisman , J.J.J. M., Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting, M. Hisyam, Jakarta: UI Press, 1996.

B. Makalah, Artikel dan Karya Ilmiah

http://www.sosial-budaya.blogspot.com/2009/05/tujuan-dan-fungsi-hukum.html, diakses tanggal 19 Maret 2010.

http://pengetahuanhukum.blogspot.com/2009/05/teori-keadilan-john-rawls.html diakses pada tanggal 21 April 2009.

http://yahyazein.blogspot.com/2008/07/keadilan-dan-kepastian-hukum.html diakses pada tanggal 21 April 2009

http://www.bambangkesit.files.wordpress.com/2009/09/modul-pbb-dtsd-pajak diakses pada tanggal 17 April 2010.

http://www.scribd.com/doc/22004521/Dasar-Dasar-Keuangan-Publik, diakses pada tanggal 19 April 2010.

http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=573, diakses pada tanggal 23 April 2010

http://ekobayuaji.blogspot.com/2008/09/njop-produk-perpajakan.html, akses tanggal 27 Juni 2010.

http://justkazz.blogspot.com/2010/02/penggunaan-asas-diskresi-dalam.html, akses tanggal 8 Agustus 2010.

Sidik M., Model Penilaian Properti Berbagai Penggunaan Tanah di Indonesia, Disertasi Doktor, Yogyakarta : Program Pasca Sarjana UGM,1998 C. Peraturan PerUndang-Undangan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang pajak Bumi dan Bangunan. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1985 tentang pajak Bumi dan Bangunan.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

UU 48/1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Undang-Undang No.12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah

UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 523/KMK.04/1998 tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Sebagai dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 82/KMK.04/2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Nomor : 523/KMK.04/1998

Tanggal : 18 Desember 1998

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) Kelompok A

Klas Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah)

Nilai Jual

Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2) 1 2 3 1 > 3.000.000 s/d 3.200.000 3.100.000 2 > 2.850.000 s/d 3.000.000 2.925.000 3 > 2.708.000 s/d 2.850.000 2.779.000 4 > 2.573.000 s/d 2.708.000 2.640.000 5 > 2.444.000 s/d 2.573.000 2.508.000 6 > 2.261.000 s/d 2.444.000 2.352.000 7 > 2.091.000 s/d 2.261.000 2.176.000 8 > 1.934.000 s/d 2.091.000 2.013.000 9 > 1.789.000 s/d 1.934.000 1.862.000 10 > 1.655.000 s/d 1.789.000 1.722.000 11 > 1.490.000 s/d 1.655.000 1.573.000 12 > 1.341.000 s/d 1.490.000 1.416.000 13 > 1.207.000 s/d 1.341.000 1.274.000 14 > 1.086.000 s/d 1.207.000 1.147.000 15 > 977.000 s/d 1.086.000 1.032.000 16 > 855.000 s/d 977.000 916.000 17 > 748.000 s/d 855.000 802.000 18 > 655.000 s/d 748.000 702.000 19 > 573.000 s/d 655.000 614.000 20 > 501.000 s/d 573.000 537.000 21 > 426.000 s/d 501.000 464.000 22 > 362.000 s/d 426.000 394.000 23 > 308.000 s/d 362.000 335.000 24 > 262.000 s/d 308.000 285.000 25 > 223.000 s/d 262.000 243.000 26 > 178.000 s/d 223.000 200.000 27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 28 > 142.000 s/d 142.000 128.000 29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 30 > 73.000 s/d 91.000 82.000 31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 32 > 41.000 s/d 55.000 48.000 33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 35 > 17.000 s/d 23.000 20.000 36 > 12.000 s/d 17.000 14.000 37 > 8.400 s/d 12.000 10.000

38 > 5.900 s/d 8.400 7.150 39 > 4.100 s/d 5.900 5.000 40 > 2.900 s/d 4.100 3.500 41 > 2.000 s/d 2.900 2.450 42 > 1.400 s/d 2.000 1.700 43 > 1.050 s/d 1.400 1.200 44 > 760 s/d 1.050 910 45 > 550 s/d 760 660 46 > 410 s/d 550 480 47 > 310 s/d 410 350 48 > 240 s/d 310 270 49 > 170 s/d 240 200 50 > 170 140 Menteri Keuangan, ttd. Bambang Subianto

Lampiran IB Keputusan Menteri Keuangan

Nomor : 523/KMK.04/1998

Tanggal : 18 Desember 1998

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) Kelompok B

Klas Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah)

Nilai Jual

Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2) 1 2 3 1 > 67.390.000 s/d 69.700.000 68.545.000 2 > 65.120.000 s/d 67.390.000 66.255.000 3 > 62.890.000 s/d 65.120.000 64.000.000 4 > 60.700.000 s/d 62.890.000 61.795.000 5 > 58.550.000 s/d 60.700.000 59.625.000 6 > 56.440.000 s/d 58.550.000 57.495.000 7 > 54.370.000 s/d 56.440.000 55.405.000 8 > 52.340.000 s/d 54.370.000 53.355.000 9 > 50.350.000 s/d 52.340.000 51.345.000 10 > 48.400.000 s/d 50.350.000 49.375.000 11 > 46.490.000 s/d 48.400.000 47.445.000 12 > 44.620.000 s/d 46.490.000 45.555.000 13 > 42.790.000 s/d 44.620.000 43.705.000 14 > 44.000.000 s/d 42.790.000 41.895.000 15 > 39.250.000 s/d 41.000.000 40.125.000 16 > 37.540.000 s/d 39.250.000 38.395.000 17 > 35.870.000 s/d 37.540.000 36.705.000 18 > 34.240.000 s/d 35.870.000 35.055.000 19 > 32.650.000 s/d 34.240.000 33.445.000 20 > 31.100.000 s/d 32.650.000 31.875.000 21 > 29.590.000 s/d 31.100.000 30.345.000 22 > 28.120.000 s/d 29.590.000 28.855.000 23 > 26.690.000 s/d 28.120.000 27.405.000 24 > 25.300.000 s/d 26.690.000 25.995.000 25 > 23.950.000 s/d 25.300.000 24.625.000 26 > 22.640.000 s/d 23.950.000 23.295.000 27 > 21.370.000 s/d 22.640.000 22.005.000 28 > 20.140.000 s/d 21.370.000 20.755.000 29 > 18.950.000 s/d 20.140.000 19.545.000 30 > 17.800.000 s/d 18.950.000 18.375.000 31 > 16.690.000 s/d 17.800.000 17.245.000 32 > 15.620.000 s/d 16.690.000 16.155.000 33 > 14.590.000 s/d 15.620.000 15.105.000 34 > 13.600.000 s/d 14.590.000 14.095.000 35 > 12.650.000 s/d 13.600.000 13.125.000

36 > 11.740.000 s/d 12.650.000 12.195.000 37 > 10.870.000 s/d 11.740.000 11.305.000 38 > 10.040.000 s/d 10.870.000 10.455.000 39 > 9.250.000 s/d 10.040.000 9.645.000 40 > 8.500.000 s/d 9.250.000 8.875.000 41 > 7.790.000 s/d 8.500.000 8.145.000 42 > 7.120.000 s/d 7.790.000 7.455.000 43 > 6.490.000 s/d 7.120.000 6.805.000 44 > 5.900.000 s/d 6.490.000 6.195.000 45 > 5.350.000 s/d 5.900.000 5.625.000 46 > 4.840.000 s/d 5.350.000 5.095.000 47 > 4.370.000 s/d 4.840.000 4.605.000 48 > 3.940.000 s/d 4.370.000 4.155.000 49 > 3.550.000 s/d 3.940.000 3.745.000 50 > 3.200.000 s/d 3.550.000 3.375.000 Menteri Keuangan, ttd. Bambang Subianto

Lampiran IIA Keputusan Menteri Keuangan

Nomor : 523/KMK.04/1998

Tanggal : 18 Desember 1998

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan Kelompok A

Klas Penggolongan, Nilai Jual Bangunan (Rp/M2)

Nilai Jual Bangunan (Rp/M2) 1 2 3 1 > 1.034.000 s/d 1.366.000 1.200.000 2 > 902.000 s/d 1.034.000 968.000 3 > 744.000 s/d 902.000 823.000 4 > 656.000 s/d 744.000 700.000 5 > 534.000 s/d 656.000 595.000 6 > 476.000 s/d 534.000 505.000 7 > 382.000 s/d 476.000 429.000 8 > 348.000 s/d 382.000 365.000 9 > 272.000 s/d 348.000 310.000 10 > 256.000 s/d 272.000 264.000 11 > 194.000 s/d 256.000 225.000 12 > 188.000 s/d 194.000 191.000 13 > 136.000 s/d 188.000 162.000 14 > 128.000 s/d 136.000 132.000 15 > 104.000 s/d 128.000 116.000 16 > 92.000 s/d 104.000 98.000 17 > 74.000 s/d 92.000 83.000 18 > 68.000 s/d 74.000 71.000 19 > 52.000 s/d 68.000 60.000 20 < 52.000 50.000 Menteri Keuangan, ttd. Bambang Subianto

Lampiran IIB Keputusan Menteri Keuangan

Nomor : 523/KMK.04/1998

Tanggal : 18 Desember 1998

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan Kelompok B

Klas Penggolongan, Nilai Jual Bangunan (Rp/M2)

Nilai Jual Bangunan (Rp/M2) 1 2 3 1 > 14.700.000 s/d 15.800.000 15.250.000 2 > 13.600.000 s/d 14.700.000 14.150.000 3 > 12.550.000 s/d 13.600.000 13.075.000 4 > 11.550.000 s/d 12.550.000 12.050.000 5 > 10.600.000 s/d 11.550.000 11.075.000 6 > 9.700.000 s/d 10.600.000 10.150.000 7 > 8.850.000 s/d 9.700.000 9.275.000 8 > 8.050.000 s/d 8.850.000 8.450.000 9 > 7.300.000 s/d 8.050.000 7.675.000 10 > 6.600.000 s/d 7.300.000 6.950.000 11 > 5.850.000 s/d 6.600.000 6.225.000 12 > 5.150.000 s/d 5.850.000 5.500.000 13 > 4.500.000 s/d 5.150.000 4.825.000 14 > 3.900.000 s/d 4.500.000 4.200.000 15 > 3.350.000 s/d 3.900.000 3.625.000 16 > 2.850.000 s/d 3.350.000 3.100.000 17 > 2.400.000 s/d 2.850.000 2.625.000 18 > 2.000.000 s/d 2.400.000 2.200.000 19 > 1.666.000 s/d 2.000.000 1.833.000 20 > 1.366.000 s/d 1.666.000 1.516.000 Menteri Keuangan, ttd. Bambang Subianto

Dokumen terkait