• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh penghindaran risiko terhadap demand menjadi peserta BPJS PBPU di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II. Penilaian responden terhadap variabel penghindaran risiko baik akan mengakibatkan masyarakat memanfaatkan BPJS PBPU.

2. Tidak ada pengaruh besarnya kerugian terhadap demand menjadi peserta BPJS PBPU di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II. Penilaian responden terhadap variabel besarnya kerugian baik akan mengakibatkan masyarakat memanfaatkan BPJS PBPU.

3. Ada pengaruh harga asuransi terhadap demand menjadi peserta BPJS PBPU di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II. Penilaian responden terhadap variabel harga asuransi baik akan mengakibatkan masyarakat memanfaatkan BPJS PBPU.

4. Ada pengaruh pendapatan terhadap demand menjadi peserta BPJS PBPU di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II. Penilaian responden terhadap variabel pendapatan baik akan mengakibatkan masyarakat memanfaatkan BPJS PBPU.

75

6.2 Saran

1. Masyarakat yang tergolong kategori PBPU dari pekerja dengan pendapatan tidak tetap agar mendaftarkan semua anggota keluarganya sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan cara mendatangi kantor BPJS kesehatan dan bertanya kepada petugas mengenai mekanisme pelayanan JKN sebab program Jaminan Kesehatan Nasional ini membantu meringankan biaya dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan agar semuanya memiliki jaminan kesehatan sehingga tidak perlu khawatir apabila kondisi kesehatan yang memburuk dikemudian hari.

2. BPJS Kesehatan agar melakukan peremajaan data peserta agar masyarakat yang seharusnya mendapat bantuan iuran dapat tercover dalam BPJS dan berperan aktif dalam melakukan sosialisasi pada masyarakat agar meningkatkan cakupan peserta BPJS di Indonesia.

3. Kepada peserta BPJS kesehatan agar tetap melaksanakan Pola Hidup Bersih Sehat, Gizi Seimbang dan upaya preventif sebab meski sudah dijamin dalam aspek pelayanan kesehatan namun penyakit mampu menyebabkan kerugian ekonomi.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permintaan (Demand) Asuransi Kesehatan

Menurut Feldstein (2005), permintaaan (demand) adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Permintaan terhadap kesehatan dapat dilakukan mengenai pengertian tentang keinginan, permintaan dan kebutuhan. Keinginan di sini adalah keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup didasarkan pada penilaian diri seseorang terhadap status kesehatannya. Sedangkan pada permintaan merupakan keinginan untuk lebih sehat dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran dan kebutuhan disini adalah keadaan kesehatan oleh tenaga kedokteran dinyatakan harus mendapatkan penanganan medis. Sedangkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan akan dilakukan mendalam dengan pendekatan sosial ekonomi.

Grossman (1972), mengemukakan penelitian pentingnya mengenai pelayanan kesehatan di mana dalam penelitiannya itu diungkapkan bahwa demand terhadap layanan kesehatan merupakan derivasi dari demand terhadap kesehatan itu sendiri. Kesehatan menurut Becker (1979) dalam Notoadmodjo (2003) komoditi yang penting sehingga berdasarkan hal tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku konsumen dalam human capital approach di mana arena pemilihannya diperluas hingga menyangkup pemilihan atas status kesehatan.

Menurut Grossman (1972), para konsumen memiliki permintaan terhadap pelayanan kesehatan karena dua alasan yaitu:

10

1. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi konsumsi

Pelayanan kesehatan sebagai sebuah komoditi konsumsi membuat konsumen sebagai pengguna layanan kesehatan merasa lebih baik.

2. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi investasi

Investasi dalam kesehatan merupakan nilai moneter sebab kesehatan dapat menurunkan jumlah hari sakit. Dengan menurunnya waktu sakit maka akan meningkatkan waktu yang tersedia untuk bekerja maupun adanya waktu luang untuk melakukan aktifitas lainnya.

2.2 Asuransi

Menurut Breider dan Breadles (1972) dalam Azwar (2010) asuransi (insurance) adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan–kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. Asuransi menurut pengertian railnya, adalah iuran bersama untuk meringankan beban individu kalau-kalau beban tersebut menghancurkannya. Konsep asuransi yang paling sederhana dan umum adalah suatu persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang yang bisa ditimpa kerugian, kerugian tersebut menimpa salah seorang di antara mereka, maka beban kerugian tersebut akan disebarkan ke seluruh kelompok (Muslehuddin, 1999).

Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Dagang Pasal 246 “Asuransi

adalah suatu perjanjian dimana si penanggung dengan menerima suatu premi mengikatkan dirinya untuk memberi ganti rugi kepada si tertanggung yang mungkin di derita karena terjadinya suatu peristiwa yang mengandung ketidakpastian dan yang akan mengakibatkan kehilangan, kerugian atau

11

kehilangan suatu keuntungan”.Selanjutnya menurut pasal 21 UU no 2/1992 menjelaskan bisnis atau bidang usaha perasuransian sebagai berikut “Usaha

asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya

seseorang”.

Asuransi mempunyai banyak manfaat, menurut Dahlan S. (2004) manfaat asuransi antara lain :

1. Rasa aman dan perlindungan.

2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Semakin besar kerugian yang mungkin timbul maka semakin besar pula biaya penanggungannya.

3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.

4. Berfungsi sebagai tabungan 5. Alat penyebaran risiko

6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha

12

2.3 Asuransi Kesehatan 2.3.1 Pengertian

1. Menurut Basuki dalam Sistem Kesehatan (Adisasmito, 2010), asuransi kesehatan adalah salah satu bentuk asuransi yang dirancang untuk meringankan beban keuangan karena perubahan dari kesehatannya.

2. Menurut Thabrany dan Mayanda dalam sistem kesehatan (Adisasmito, 2010) asuransi kesehatan adalah suatu instrument sosial untuk menjamin seseorang (anggota) dapat memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan tanpa mempertimbangkan keadaan ekonomi orang tersebut saat kebutuhan pelayanan kesehatan muncul. Dari definisi diatas dapat disimpulkan asuransi kesehatan merupakan suatu alat yang dapat membantu masyarakat agar tetap dapat melakukan pemeliharaan kesehatan tanpa harus terbebani dengan masalah ekonomi/keuangan.

2.3.2 Macam – macam asuransi kesehatan

Menurut Azwar dan Thabrany, tergantung dari ciri-ciri khusus yang dimiliki, maka asuransi kesehatan dapat dibedakan atas beberapa macam yakni : 1. Ditinjau dari pengelolaan dana

a. Asuransi kesehatan pemerintah

Disebut asuransi kesehatan pemerintah (government health insurance), jika pengelolaan dana dilakukan oleh pemerintah. Dengan ikut sertanya pemerintah kesehatan akan diperoleh beberapa keuntunngan misalnya biaya kesehatan dapat di awasi, pelayanan kesehatan dapat di standarisasi. Tetapi di samping itu juga ditemukan beberapa kekurangan yang umumnya berkisar pada kurang puasnya

13

para peserta yang kesemuanya kait berkait dengan mutu pelayanan yang kurang sempurna.

b. Asuransi kesehatan swasta

Disebut asuransi kesehatan swasta (private health insurance), jika pengelolaan dana dilakukan oleh suatu badan swasta. Keuntungan dari asuransi kesehatan adalah mutu pelayanan reltif lebih baik, sedangkan kerugiannya adalah sulit mengawasi biaya kesehatan yang pada akhirnya dapat memberatkan pemakai jasa pelayanan kesehatan.

2. Ditinjau dari keikut sertaan anggota a. Asuransi kesehatan wajib

Pada asuransi kesehatan wajib (compulsary health insurance) keikutsertaan peserta bersifat wajib. Dapat berlaku untuk setiap penduduk (national health insurance) dan ataupun untuk kelompok tertentu saja, misalnya dalam suatu

perusahaan. Pada umumnya asuransi kesehatan wajib berlaku jika asuransi kesehatan tersebut dikelola oleh pemerintah.

b. Asuransi kesehatan sukarela

Pada asuransi kesehatan sukarela (compulsary health insurance), keikutsertaan peserta tidaklah wajib, melainkan terserah pada kemauan masing –

masing. Bentuk ini berlaku jika asuransi kesehatan tersebut dikelola oleh swasta. 3. Ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung

a. Menanggung seluruh jenis pelayanan kesehatan

Pada sistem asuransi kesehatan dimana pengelola dana juga bertindak sebagai penyedia pelayanan, jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung biasanya

14

mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive plans). Jadi terbatas hanya pada pelayanan kuratif, tetapi juga pelayanan preventif. Tujuan utamanya ialah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan peserta. Peserta akan jarang sakit, penggunaan jasa pelayanan berkurang, sehingga dengan demikian badan asuransi kesehatan akan memperoleh keuntungan yang lebih baik.

b. Menanggung sebagian jenis pelayanan kesehatan

Di sini yang ditanggung hanya sebagai dari pelayanan kesehatan (partial plans) saja. Misalnya untuk macam pelayanan kesehatan tertentu yang umumnya

membutuhkan biaya besar.

4. Ditinjau dari jumlah dana yang ditanggung

a. Menanggung seluruh biaya kesehatan yang diperlukan :

Pada sistem ini seluruh biaya kesehatan ditanggung (first dollar principle) oleh asuransi kesehatan. Mudah diperkirakan, jika kesadaran peserta kurang, dapat mendorong pemanfaatan yang berlebihan sehingga menyulitkan badan asuransi dan atau penyedia pelayanan kesehatan.

b. Hanya menanggung pelayanan kesehatan dengan biaya yang tinggi saja : Untuk mengatasi penggunaan yang berlebihan, diperkenalkan bentuk lain, dimana asuransi kesehatan hanya menanggung pelayanan kesehatan yang membutuhkan biaya besar saja (largeloss principle). Apabila biaya tersebut masih di bawah standar yang ditetapkan, peserta harus membayar sendiri.

5. Ditinjau dari jumlah peserta yang ditanggung

a. Peserta adalah perseorangan (individual health insurance) b. Peserta adalah satu keluarga (family health insurance)

15

c. Peserta adalah satu kelompok (group health insurance) 6. Ditinjau dari peranan badan asuransi

a. Hanya bertindak sebagai pengelola dana

Bentuk ini adalah bentuk klasik dari asuransi kesehatan yang apabila dikombinasi dengan sistem pembayaran ke sarana kesehatan secara reimbursment, dapat mendorong tingginya biaya kesehatan. Tetapi apabila dikombinasikan dengan sistem prepayment, biaya kesehatan akan dapat dikendalikan.

b. Juga bertindak sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan

Bentuk HMO adalah salah satu contoh dimana badan asuransi sekaligus juga berperan menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini akan diperoleh beberapa keuntungan yakni dapat diawasinya biaya kesehatan, tetapi juga dapat mendatangkan kerugian yakni kurang sesuainya pelayanan kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.

7. Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan a. Pembayaran berdasarkan jumlah kunjungan peserta

Disini pembayaran dilakukan berdasarkan jumlah kunjungan peserta (reimbursment) yang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Makin banyak jumlah kunjungan, maka makin besar uang yang diterima oleh penyedia pelayanan kesehatan.

b. Pembayaran dilakukan di muka

Pada sistem ini, pembayaran kepada penyedia pelayanan dilakukan di muka (prepayment), dalam arti setelah pelayanan kesehatan selesai diselenggarakan.

16

2.4 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2.4.1 Pengertian

Berdasarkan buku pegangan sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam SJSN Tahun 2013, JKN merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) bagi seluruh rakyat indonesia, maupun untuk warga negara asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang pengaturannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah (Kemenkes RI, 2014).

2.4.2 Cara pendaftaran JKN

Untuk memudahkan masyarakat sebagai peserta BPJS, BPJS memberikan pelayanan dalam melakukan pendaftaran. Dalam pendaftaran JKN dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pendaftaran secara manual yang dapat dilakukan secara langsung kekantor BPJS terdekat atau dapat juga melalui pendaftaran yang dilakukan secara online yaitu dengan mengakses melalui situs http://bpjskesehatan.go.id/.

a) Pendaftaran secara online

Untuk pendaftaran secara online terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Hal-hal yg harus dipersiapkan sebelum Pendaftaran Peserta BPJS-Kesehatan secara online, yaitu:

17

1. Kartu Tanda Penduduk 2. Kartu Keluarga

3. Kartu NPWP

4. Alamat E-mail dan nomor telpon yang bisa dihubungi

Calon Peserta mengisi isian secara lengkap (Nama, Tanggal lahir, Alamat, Email dll). Besaran iuran adalah sesuai dengan kelas perawatan yang di pilih:

1. KELAS III = Rp. 30.000/Bulan 2. KELAS II = Rp. 51.000/Bulan 3. KELAS I = Rp. 80.000/Bulan

Setelah menyimpan Data, Sistem akan mengirimkan e-mail pemberitahuan nomor registrasi ke alamat e-mail sesuai dengan yang diisikan oleh calon peserta agar e- ID dapat digunakan/aktif, calon peserta agar melakukan pembayaran di bank. Pembayaran iuran harus dilakukan tidak melewati 24 jam sejak pendaftaran. Setelah calon peserta melakukan pembayaran di bank, makapeserta dapat mencetak e-ID dengan link yang terdapat pada e-mail pemberitahuan.

b) Pendaftaran secara manual

Sedangkan untuk pendaftaran secara langsung di kantor BPJS yang perlu dipersiapkan, yaitu:

1. Calon peserta mengisi Daftar Isian Peserta (DIP), membawa Kartu Keluarga/Kartu Tanda Penduduk (KTP) /Paspor pas foto bewarna 3x4

18

sebanyak 1 lembar. Untuk anggota keluarga menunjukan Kartu Keluarga/Surat Nikah/Akte Kelahiran.

2. Data diperoses oleh petugas BPJS Kesehatan untuk diterbitkan nomor Virtual Account (VA) perorangan dan diserahkan ke calon peserta. Calon

peserta membayar uang iuran Anjungan Tunai Mandiri (ATM)/Setor Tunai sesuai dengan nomor VA perorangan ke bank yang telah bekerja sama.

3. Membawa bukti pembayaran untuk dicetakkan Kartu Peserta.

4. Peserta menerima kartu peserta sebagai identitas dalam mengakses pelayanan.

2.4.3 Metode pembayaran JKN

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 metode pembayaran atau iuran dari program ini dibagi menjadi 3 jenis (Perpres RI No. 111 Tahun 2013):

1. Iuran jaminan kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh pemerintah daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu). 2. Iuran jaminan kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS,

anggota TNI/POLRI, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri dan pegawai swasta) dibayar oleh pemberi kerja yang dipotong langsung dari gaji bulanan yang diterimanya. Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:

a. Istri atau suami yang sah dari peserta; dan

19

b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan kriteria:

1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;

2. Dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

3. Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri) dan Peserta Bukan Pekerja (investor, perusahaan, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan) dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

2.4.4 Prinsip sistem JKN

Berdasarkan buku pegangan sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam SJSN Tahun 2013, Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut (Kemenkes RI, 2014):

1. Prinsip Kegotongroyongan

Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud

20

karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Prinsip Nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profitoriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

3. Prinsip Keterbukaan,

Kehati-hatian, Akuntabilitas, Efisiensi,dan Efektivitas. Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

4. Prinsip Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekali punmereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai

21

dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

6. Prinsip Dana Amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana untuk kesejahteraan peserta.

7. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan kepentingan peserta.

2.4.5 Tentang Peserta Mandiri (Non-PBI) BPJS Kesehatan

Berdasarkan Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan BPJS Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Tahun 2013 menjelaskan mengenai kepesertaan BPJS Kesehatan bahwa :

1. Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.

2. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.

3. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum,atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya. Peserta tersebut meliputi: Penerima

22

Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:

a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas :

 Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, contohnya :

1) Pegawai Negeri Sipil; 2) Anggota TNI;

3) Anggota Polri; 4) Pejabat Negara;

5) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri adalah Pegawai Tidak Tetap, Pegawai Honorer, Staf Khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.;

6) Pegawai Swasta; dan

7) Pekerja yang tidak termasuk nomor 1 sampai dengan nomor 6 yang menerima upah.

 Pekerja Bukan Penerima Upah (peserta pembayar mandiri) dan anggota keluarganya yaitu setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, contohnya :

23

1) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, contohnya:

a. Pekerja professional seperti pengacara, dokter praktek, notaris, konsultan, dan lain-lain)

b. Pekerja mandiri lainnya seperti petani, nelayan, pedagang, tukang ojek, pekerja mandiri salon, pekerja mandiri bengkel, dan lain-lain.

2) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

3) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

c. Bukan Pekerja (peserta pembayar mandiri) dan anggota keluarganya yaitu setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan yang terdiri atas:

1) Investor;

2) Pemberi Kerja adalah adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk klaimnya;

3) Penerima Pensiun; 4) Veteran;

24

5) Perintis Kemerdekaan; dan

6) Bukan Pekerja yang tidak termasuk nomor 1 sampai dengan nomor 5 yang mampu membayar Iuran.

d. Penerima pensiun terdiri atas:

1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun; 2) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak

pensiun;

3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

4) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan 5) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun

sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.

e. Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi: 1) Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan

2) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan kriteria:

a) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan

b) Belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berumur 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

f. Anggota keluarga yang dimaksud meliputi:

1) Satu orang istri atau suami yang sah dari peserta.

25

2) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan kriteria:

a) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri dan;

b) Belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berumur 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Jumlah peserta dan anggota keluarga yang ditanggung oleh jaminan kesehatan paling banyak 5 (lima) orang. Peserta yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 (lima) orang termasuk peserta, dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan membayar iuran tambahan. Kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat wajib. Meskipun yang bersangkutan sudah memiliki Jaminan Kesehatan lain. Kepesertan Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan dilakukan secara bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk. Pentahapan dilakukan sebagai berikut:

1. Tahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi: a. PBI Jaminan Kesehatan;

b. TNI dan anggota keluarganya; c. POLRI dan anggota keluarganya;

d. Peserta jaminan kesehatan PT Askes (Persero) dan anggota keluarganya; dan e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek dan anggota

keluarganya;

26

2. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019. Setiap peserta Jaminan Kesehatan berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan yang terdiri atas manfaat medis dan non medis. Manfaat medis tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan serta manfaat non medis meliputi manfaat akomodasi dan ambulans. Manfaat akomodasi dibedakan berdasarkan skala besaran iuran yang dibayarkan dan ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dan fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu.

Adapun pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik yang diberikan oleh dokter atau dokter gigi mencakup:

a. Administrasi pelayanan;

b. Pelayanan promotif dan preventif;

c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis;

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

Dokumen terkait