• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

akan menjadi tidak rasional. Akan tetapi individu yang mengalami

cemburu tidak menyadari bahwa pikirannya tidak rasional, sehingga

ia menganggap pikiran merupakan bagian dari realitas yang

c. Emotional Reaction (reaksi emosional)

Keadaan emosional dan intensitas respon individu ketika

cemburu sangat beragam dan bermacam-macam. Ketika cemburu

seseorang dapat mengalami emosi yang negatif, seperti kemarahan

pada pasangan atau pihak ketiga, kecemasan akan kehilangan

hubungan dengan pasangan, distress emosional dan fisik, depresi dan

sedih. Terkadang individu juga mengalami emosi yang positif,

dimana akan muncul perasaan gembira, cinta dan lebih hidup.

4. Faktor Penyebab

Brehm (2002) menyatakann terdapat dua aspek yang dapat

menyebabkan seseorang cemburu yaitu :

a. Faktor Personal

Pada dasarnya antara pria dan wanita Baik pria maupun wanita

pada dasarnya tidak berbeda kecenderungan dalam hal cemburu.

Namun, terdapat perbedaan-perbedaan individual yang dapat

menyebabkan seseorang lebih mudah merasakan cemburu yaitu :

1. Dependence

Berscheid (dalam Brehm,1992) menyatakan bahwa

individu yang sangat tergantung terhadap pasangannya meyakini

bahwa hanya pasangannya saja yang dapat membuat dirinya

bahagia dan tidak ada orang lain yang dapat menggantikannya

maka akan semakin besar pula rasa kecemburuan yang dialami

beberapa orang masih tetap mempertahankan hubungan yang

mereka jalin meskipun menyakitkan bagi mereka karena

individu tersebut berfikir bahwa mereka tidak memiliki

alternatif lain di luar hubungan yang mereka jalin (Choice &

Lamke dalam Miller, 2002). Sikap dependence juga erat

kaitannya dengan sikap posesif yang hadir, dimana seseorang

yang bergantung dengan pacarnya akan berusaha sekuat

mungkin untuk menjaga dan mengawasi setiap gerak-gerik dari

pasangannya (Caroll, 2005 dan Pinto & Hollandsworth dalam

Brehm, 1992)

2. Mate Value

Dalam hal ini seseorang lebih mudah merasakan

kecemasan apabila ia menganggap bahwa pasangannya adalah

individu yang menarik dan disenangi banyak orang baik dalam

segi penampilan fisik, bakat atau hal-hal lain yang merupakan

kelebihan dari pasangan dibandingkan dengan dirinya dan

merasa cemas apabila ada orang lain yang lebih baik darinya

dapat mendampingi pasangannya tersebut. Mate value ini ketika

seseorang menganggap bahwa dalam diri pasangannya terdapat

kriteria-kriteria yang ia sukai dan sangat cocok dengan dirinya,

maka hal ini dapat membuat individu tersebut semakin takut

kehilangan pasangannya. Hal ini juga dapat menjadi ancaman

melakukan atau mendapatkan orang lain yang lebih baik dari

mereka.

3. Sexual Exclusivity

Individu yang memiliki nilai sexual exclusivity

menginginkan dan mengharapkan pasangannya tetap setia hanya

kepada dirinya saja dan tidak mengizinkan pasangannya untuk

melakukan hubungan seksual dengan orang lain atau aktivitas

intim lainnya. Hal ini menyebabkan semakin besar orang yang

memiliki nilai ini akan mengalami kecemburuan.

4. Past Experience

Pengalaman berpacaran seseorang dapat mempengaruhi

munculnya kecemburuan pada hubungan yang akan dan sedang

dijalin. Individu yang dulunya memiliki pasangan yang tidak

setia dan mengalami kekecewaan pada hubungan sebelumnya,

dapat menurunkan kepercayaan individu tersebut kepada

pasangannya yang sekarang. Hal ini akan menyebabkan individu

tersebut lebih mudah untuk merasa cemburu dan curiga karena

semakin rendah kepercayaan individu terhadap

pasangannya,maka akan semakin mudah individu tersebut untuk

b. Berdasarkan Sifat Stimulus Terjadinya Kecemburuan

Buss (dalam Brehm 2002) menyatakan bahwa yang dapat

menimbulkan kecemburuan diakibatkan oleh adanya ketidaksetiaan

(infidelity) yang dilakukan oleh pasangan. Buss membagi stimulus

tersebut dalam dua bentuk, yaitu :

1. Kecemburuan Seksual

Kecemburuan seksual adalah kecemburuan yang terjadi

dikarenakan adanya ketidaksetiaan seksual yang dilakukan

pasangan. Ketidaksetiaan seksual adalah ketidaksetiaan yang

dilakukan pasangan bersama pihak ketiga yang melibatkan

hubungan fisik, seperti pelukan, ciuman dan hubungan seksual.

2. Kecemburuan Emosional

Kecemburuan emosional adalah kecemburuan yang

timbul dikarenakan adanya ketidaksetiaan emosional yang

dilakukan pasangan. Ketidaksetiaan emosional adalah

ketidaksetiaan yang dilakukan pasangan terhadap pihak ketiga

tanpa melibatkan hubungan fisik, melainkan lebih menekankan

kepada keakraban suatu hubungan, seperti rindu atau ingin

C. KelekatanTidak Aman (InsecureAttachment)

1. Pengertian

Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya

dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958

bernama John Bowlby yang kemudian dilengkapi oleh Mary Ainsworth

pada tahun 1969 (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Kelekatan merupakan

suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui

interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam

kehidupannya, biasanya orang tua (Mc Cartney dan Dearing, 2002).

Bowlby (1973) menyatakan bahwa kelekatan merupakan perilaku

yang berbeda antara satu orang dengan yang lain yang mengakibatkan

seseorang mencapai atau mempertahankan orang untuk dekat dengan

dirinya (Feeney & Noller, 1996). Bowlby (dalam Haditono dkk,1994)

menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan lama dalam rentang

kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau

figur lain pengganti ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth (dalam

Hetherington dan Parke,2001) mengatakan bahwa kelekatan adalah

ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang

bersifat spesifik, mengikat mereka dalan suatu kedekatan yang bersifat

kekal sepanjang waktu. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang

didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang

Bowlby berpendapat bahwa seorang bayi dengan kelekatan aman

akan merasa bahwa pengasuh adalah sumber kenyamanan dan

perlindungan ketika kebutuhan mereka muncul. Sedangkan bayi dengan

kelekatan tidak aman tidak mengalami kenyamanan dan perlindungan

secara konsisten dari pengasuhnya ketika suatu ancaman muncul

(Cassidy & Shaver, 2008). Hal ini juga sejalan dengan Ainsworth (1978)

dimana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tipe kelekatan

didasarkan pada reaksi bayi ketika berpisah dari pengasuhnya dan ketika

bertemu kembali dengan pengasuhnya (Feeney & Noller, 1996). Dengan

adanya perbedaan kualitas kelekatan hubungan individu, Aisnworth

membagi kelekatan menjadi dua kategori dasar yaitu kelekatan aman dan

kelekatan tidak aman. Dalam kategori kelekatan tersebut tidak hanya

menggambarkan bagaimana perilaku seseorang dengan pengasuh atau

figur lekatnya melainkan bagaimana persepsi seorang bayi adanya

pengasuh atau respon bayi terhadap pengasuh. Seseorang yang memiliki

kelekatan tidak aman dengan pengasuh utama mereka sejak kecil, akan

menemui kesulitan ketika mereka membangun suatu hubungan dengan

orang lain di masa depan (Cassidy & Shaver, 2008).

Hasan dan Shaver (1987) menyatakan bahwa seseorang dengan

kelekatan aman akan mudah dalam menjalin hubungan dekat dengan

orang lain dan merasa nyaman bergantung pada orang lain. sedangkan

maupun anxiety attachment akan merasa tidak nyaman dengan

hubungan yang mereka jalin.

Bartholomew (1991) menyatakan bahwa kelekatan dewasa

memiliki dimensi yang mendasar yaitu perspektif individu terhadap

orang lain (positif maupun negatif) dan perspektif individu terhadap

dirinya sendiri (positif dan negatif). Kelekatan tidak aman merupakan

model kerja negatif dari diri individu yang layak menerima cinta dan

perhatian dari orang lain (Anxiety) atau orang lain sebagai orang yang

memberi cinta dan perhatian (avoidant) yang dikembangkan dari pola

pengasuhan yang didapatkan. Menurut Collins dan Read, model kerja

atau working model membentuk respons secara kognitif, emosi dan

perilaku individu terhadap orang lain (Fenney & Noller, 1996).

Kelekatan tidak aman merupakan suatu persepsi dimana figure

lekatnya tidak sensitive, tidak merespon dan tidak berada disekitar

individu yang menyebabkan dirinya mengalami distress ketika

dihadapkan pada suatu ancaman. Individu yang memiliki kelekatan tidak

aman adalah individu yang memiliki pengalaman yang mengancam rasa

amannya (Mikulincer & Shaver, 2005). Hal ini menyebabkan individu

dengan kelekatan tidak aman memiliki representasi negative terhadap

figure lekatnya sehingga menyebabkan timbulnya masalah dalam suatu

hubungan.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan

terhadap orang lain atau diri sendiri yang mempengaruhi respons

pikiran, emosional dan perilaku individu terhadap pasangannya.

2. Tipe-tipe Kelekatan

Menurut Hazan dan Shaver (1987) terdapat tiga tipe kelekatan

yaitu :

2.1. Tipe kelekatan aman.

Mereka yang memiliki tipe aman memiliki kepercayaan

penuh terhadap orang yang dicintai. Kelekatan ini mendorong

individu untuk dekat dengan orang yang dicintai tetapi tetap menjadi

dirinya sendiri. Mereka yakin bahwa pasangannya adalah orang yang

layak diperhatikan dan sangat memperhatikan dirinya. Mereka

merasa nyaman bila bergantung pada yang dicintai. Sebaliknya

mereka juga merasa nyaman bila yang dicintai bergantung pada

mereka. Mereka tidak merasa khawatir ditinggalkan oleh yang

mereka cintai.

Dalam sebuah penelitian oleh Fricker & Moore menemukan

sebuah fakta bahwa orang yang memiliki tipe kelekatan aman

mengalami kepuasan hubungan yang tinggi dengan pasangannya.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang

memiliki kebahagiaan dalam menjalin hubungan dengan seseorang

baik dalam pacaran maupun pernikahan serta dapat membuat hati

2.2Tipe kelekatan menghindar

Tipe kelekatan menghindar ditandai dengan perasaan kurang

nyaman mengalami suatu keintiman atau kedekatan dengan orang

lain. Mereka enggan untuk percaya dan bergantung pada orang yang

dicintai. Mereka akan berusaha menjaga hubungan agar tidak terlalu

dekat dan intim dengan pasangannya. Penelitian yang dilakukan

Fricker & Moore (2002) menunjukkan bahwa orang yang memiliki

tipe kelekatan menghindar mengalami kepuasan hubungan yang

rendah. Karena mereka sulit percaya dan intim kepada orang lain,

akibatnya mereka sulit menikmati hubungan cinta dengan pasangan.

2.3 Tipe kelekatan cemas

Mereka yang memiliki tipe cemas mempunyai dorongan

untuk mem sepenuhnberikan atau menyerahkan dirinya sepenuhnya

dengan orang yang dicintai. Hal ini dilakukan karena mereka merasa

tidak sanggup untuk hidup sendiri tanpa adanya orang yang dicintai

yang mengakibatkan mereka mengalami kecemasan tinggi apabila

ditinggalkan oleh pasangannya. Selain itu, mereka juga sangat takut

apabila diabaikan dan munculnya kekhawatiran bahwa mereka tidak

sungguh-sungguh dicintai oleh pasangan mereka.

Penelitian Fricker & Moore (2002) memperlihatkan bahwa

orang yang memiliki tipe kelekatan cemas adalah orang yang paling

rendah kepuasan hubungannya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

ditinggalkan, dan selalu gundah apabila tidak diterima oleh

pasangan. Dalam kondisi ini orang dengan tipe kelekatan ini akan

sulit untuk bisa merasa berbahagia dalam jalinan cinta dan

cenderung memiliki kecemburuan terhadap pasangannya.

3. Dampak Kelekatan

a. Harga diri

Individu yang memiliki harga diri yang tinggi sehingga ia

merasa aman untuk berhubungan dengan orang lain sehingga ia akan

lebih menghargai komitmen dan akan membentuk hubungan yang

lama serta menghindari permusuhan atau konflik (Baron & Bryne,

2005). Individu yang memiliki kelekatan tidak aman menyebabkan

ia memiliki harga diri yang rendah dan memiliki pemikiran negatif

terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian harga diri memiliki

pengaruh terhadap kecemburuan yang dimiliki seseorang.

b. Kenyamanan dengan pasangan

Individu dengan kelekatan tidak aman akan merasa tidak

nyaman untuk terlalu dekat dengan pasangan. Namun sebaliknya

kelekatan aman merasa sangat nyaman untuk dapat dekat dengan

orang lain (Hazan & Shaver dalam Fraley dan Shaver, 2000)

c. Kepercayaan

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman cenderung

memiliki kepercayaan yang rendah terhadap orang lain khususnya

seseorang dengan kelekatan aman memiliki kepercayaan yang tinggi

terhadap orang lain(Hazan & Shaver dalam Fraley dan Shaver, 2000).

d. Kepuasan dalam hubungan

Individu dengan kelekatan yang tidak aman memiliki

kepuasan hubungan yang rendah. Namun sebaliknya individu dengan

kelekatan aman akan memiliki kepuasan hubungan yang tinggi (

Levy dan Davis dalam Feeney dan Noller, 1990).

e. Ketergantungan dengan pasangan

Individu dengan kelekatan tidak aman memiliki

ketergantungan yang rendah terhadap pasangan secara khusus adalah

tipe kelekatan menghindar yang memiliki hubungan yang tidak dekat

dengan orang lain (Hazan & Shaver dalam Feeney & Noller, 1990 ).

Sebaliknya individu dengan kelekatan aman mudah untuk bergantung

pada orang lain.

f. Keintiman

Inidividu yang memiliki kelekatan tidak aman tidak

memiliki keintiman yang rendah dan stress. Sebaliknynya individu

yang memiliki kelekatan aman memiliki keintiman dalam hubungan

dan memiliki kepuasan dalam hubungan tidak mengalami stress

D. Dinamika Hubungan Kelekatan Tidak Aman dan Kecemburuan

Individu masing-masing memiliki gaya kelekatan sendiri dan

berbeda-beda. Hazan dan Shaver (dalam Collins & Read, 1990)

menyatakan bahwa penggunaan teori kelekatan bayi digunakan sebagai

kerangka kerja untuk meneliti bagaimana hubungan cinta dewasa terkait

dengan interaksi orang tua-anak pada masa awal.

Dalam hubungan relasi yang menjadi salah satu masalah adalah

mengenai kecemburuan. Salah satu faktor penyebab kecemburuan adalah

dependence. Kelekatan merupakan salah satu bentuk dependency.

Kelekatan terdiri dari dua bentuk yaitu kelekatan aman dan kelekatan

tidak aman. Kelekatan tidak aman terdiri dari kelekatan cemas (anxiety)

dan kelekatan menghindar (avoidant). Kelekatan ini dibentuk saat

individu memiliki hubungan dengan pengasuhnya sejak kecil. Kelekatan

inilah yang akan berkelanjutan hingga individu tersebut dewasa dan

menjadikan orang lain sebagai figur lekatnya.

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman memiliki harga diri

yang rendah. Berbeda dengan individu dengan kelekatan anxiety yang

memandang negatif dirinya dan memandang positif orang lain, individu

dengan kelekatan avoidant memandang negatif orang lain dan positif

terhadap dirinya sendiri. Namun kedua kelekatan insecure ini memiliki

kecemburuan yang tinggi dibandingkan dengan individu dengan

kelekatan secure. Hal ini diakibatkan adanya harga diri yang rendah yang

dengan orang lain sehingga individu memiliki kepercayaan yang rendah

dan memiliki ketergantungan yang rendah dengan orang lain. Adanya

rasa khawatir dan cemas ditinggalkan dengan pasangan menyebabkan

individu dengan gaya kelekatan ini sulit untuk berbahagia, rasa percaya

diri yang rendah sehingga mengakibatkan kepuasan dalam hubungan

sangat rendah. Hal-hal seperti ini yang memicu adanya kecemburuan

pada individu tersebut (Baron & Bryne, 2005). Sebaliknya seseorang

yang memiliki kelekatan aman memiliki harga diri yang tinggi, percaya

diri, merasa nyaman bergantung dengan orang lain yang menyebabkan

individu tidak memiliki rasa khawatir ditinggalkan atau sendirian

sehingga individu tersebut memiliki kepuasan dalam hubungan yang

tinggi ( Levy&Davis dalam Feeney&Noller, 1990)

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman kepuasan hubungan

yang rendah (Fricker & Moore, 2002). Individu dengan kelekatan cemas

menunjukkan bahwa mereka akan merasa cemas apabila tidak lagi

dicintai, selalu khawatir bila ditinggalkan, dan selalu gundah apabila

tidak diterima oleh pasangan. Dalam kondisi ini orang dengan tipe

kelekatan ini akan sulit untuk bisa merasa berbahagia dalam jalinan cinta.

Berbeda dengan individu yang memiliki kelekatan menghindar bahwa

mereka tidak nyaman memiliki kedekatan atau intim dengan

pasangannya yang menyebabkan individu ini tidak memiliki kepuasan

dalam menjalin hubungan. Kedua kelekatan ini memiliki kecemburuan

dengan kelekatan aman akan memiliki kepuasan dalam menjalin relasi

dengan pasangan.

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman memiliki keintiman

yang rendah dan stress. Pada individu avoidant dengan adanya

karakteristik menghindar untuk terlalu dekat dengan pasangan

menyebabkan individu ini memiliki keintiman yang rendah. Keintiman

yang rendah merupakan salah satu hal yang menyebabkan adanya

kecemburuan. Pada individu anxiety dengan adanya kecemasan dan

memandang negatif terhadap diri sendiri mengakibatkan individu ini

memiliki keintiman yang rendah. Keintiman inilah yang berdampak pada

kecemburuan. Sebaliknya individu dengan kelekatan aman memiliki

keintiman dengan pasangan sehingga tidak mengalami cemburu yang

berdampak negatif.

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman yakni kelekatan

cemas dan kelekatan menghindar memiliki kepercayaan yang rendah

terhadap pasangan. Namun sebaliknya individu dengan kelekatan aman

memiliki kepercayaan dengan pasangannya. Kecemburuan secara

kognitif disebabkan oleh adanya ketidakpercayaan individu terhadap

BAGAN HUBUNGAN KELEKATAN TIDAK AMAN DAN KECEMBURUAN

Harga diri tinggi

Nyaman dengan pasangan

Memiliki kepercayaan dengan pasangan dan diri Puas dalam hubungan

Nyaman bergantung pada pasangan

Memiliki keintiman yang tinggi dengan pasangan

Harga diri rendah

Kurang nyaman dengan pasangan

Kepercayaan yang rendah dengan pasangan dan diri Kurang puas dalam hubungan

Tidak nyaman bergantung pada pasangan

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi

kelekatan tidak aman seseorang maka akan semakin tinggi pula

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variable) yakni kelekatan tidak aman dan variabel terikat (dependent variable) yakni kecemburuan. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauhmana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar,2009)

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep yang mengalami variasi nilai (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007). Variabel ada dua macam yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel merupakan Dalam penelitian ini kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas : Kelekatan Tidak Aman 2. Variabel Tergantung : Kecemburuan

C. Definisi Operasional 1. Kecemburuan

Cemburu merupakan respons terhadap ketidaksetiaan partner baik yang bersifat nyata maupun imajinasi. Rasa cemburu muncul ketika seseorang merasa terancam akan kehilangan hubungan yang penting

yang disebabkan oleh rival dan yang memiliki hubungan dengan perasaan takut, curiga, tidak percaya, cemas, marah, merasa dikhianati, merasa ditolak, terancam dan merasa kesepian. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Jealousy-evoking Partner Behaviors. Dalam skala ini semakin tinggi skor menunjukkan bahwa subjek memiliki kecemburuan yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya.

2. Kelekatan Tidak Aman (Insecure Attachment )

Kelekatan tidak aman merupakan suatu persepsi dan working model negatif terhadap orang lain atau diri sendiri yang mempengaruhi respons pikiran, emosional dan perilaku individu terhadap pasangannya.. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala adptasi ECR (Experiences in Close Relationship). Skala ini dapat menunjukkan tipe kelekatan yang dimiliki oleh subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka akan semakin tidak aman kelekatan yang dimiliki subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dimiliki subjek maka kelekatan yang dimiliki subjek akan semakin aman.

D. Subjek Penelitian

Kriteria sampel adalah sebagai berikut : 1. Wanita

2. Umur 18 hingga 30 Tahun

E. Metode Pengambilan Sample

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling dan penyebaran kuesioner melalui media internet (email). Pada penelitian ini, pemilihan subjek didasarkan pada beberapa kriteria yang sudah diketahui sebelumnya.

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini terdapat 2 variabel penelitan yaitu Gaya Kelekatan Dewasa (Adult Attachment) dan Cemburu (Jealousy). Untuk mendapatkan data dari kedua variabel tersebut maka peneliti menggunakan kuesioner dan skala Likert.

Sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya peneliti melakukan uji coba skala terlebih dahulu terhadap 55 subjek. Setelah dilakukan uji coba peneliti melakukan pengolahan data dan menganalisis reliabilitas dan korelasi item totalnya. Dalam pengolahan terdapat item-item yang gugur dengan korelasi item-item total yang kurang baik (≤ 0.3) sedangkan item-item yang memiliki korelasi item total yang baik (≥ 0.3) digunakan untuk pengambilan data pada penelitian yang sesungguhnya.

Pada skala kelekatan dewasa terdapat item yang bersifat favorable dan unfavorable. Sedangkan pada skala kecemburuan tidak terdapat item yang bersifat favorable dan unfavorable.

2. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala adaptasi yaitu ECR (Experiences in Close Relationship) untuk mengukur kelekatan tidak aman yang secara khusus mengukur tipe kelekatan avoidant dan anxiety serta Jealousy-Evoking Partner Behavior untuk mengukur kecemburuan terhadap pasangan.

2.1 ECR (Experiences in Close Relationship)

Skala ECR (Experiences in Close Relationship) ini diadaptasi dan menggunakan terjemahan bolak balik oleh Bapak Siswo. Pada Experiences in Close Relationship terdapat 7 alternatif pilihan dalam jawaban skala yaitu yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), N (Netral), AS (Agak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Item favorable diberi penilaian dari angka terkecil, yaitu 1 (STS), sampai angka terbesar, yaitu 7 (SS). Penilaian untuk item unfavorable dilakukan mulai dari angka terbesar, yaitu 7 (STS) sampai angka terkecil, yaitu 1 (SS).

Tabel 3.1

Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Sebelum Uji Coba

Indikator Item Jumlah Favorable Unfavorable Avoidant 2, 6, 10, 12, 14, 28 4, 8, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 30, 32, 34, 36 18 (50%) Anxiety 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 19, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35 17, 21 18 (50%)

2.2 Jealousy-Evoking Partner Behavior

Skala kecemburuan yang digunakan merupakan skala adaptasi dengan metode Likert. Jawaban subjek dinyatakan dalam 5 kategori dalam bentuk angka yaitu 1 (Semakin Tidak Cemburu), 2, 3, 4, 5 (Semakin Cemburu) dimana tiap-tiap pilihan adalah pencerminan dari tingkat kecemburuan yang di rasakan atau diungkapkan oleh subjek. Dalam skala yang diadaptasi Dijkstra dkk,2010 tidak terdapat item favorable dan unfavorable. Sikap yang ditunjukkan subjek mudah untuk diinterpretasikan dengan melihat jumlah skor total subjek. Semakin besar jumlah total keseluruhan menunjukkan sikap cemburu subjek yang tinggi. Sedangkan semakin

kecil besar jumlah total keseluruhan menunjukkan sikap cemburu subjek yang rendah.

Tabel 3.2

Cetak Biru Kecemburuan Sebelum Uji Coba

Indikator No. Item Jumlah

Suspicious behavior 5, 7, 9, 10,14, 18, 28, 32 8 Unfaithful behavior 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 36, 37, 42 16 Pornography 1, 2, 3, 4, 33, 34, 35 7 Technological invesment 6, 8, 11, 12, 15, 16, 17, 38, 39,40, 41 11

G. Kredibilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar,2011).

Validitas isi merupakan validitas yang digunakan dalam penelitian ini. Validitas isi pada penelitian ini didapatkan dengan mengkonsultasikan skala dengan orang ahli yaitu dosen pembimbing dan orang profesional yang merupakan lulusan pendidikan Bahasa Inggris. Apabila penampilan tes dapat meyakinkan dan memberi kesan mampu untuk mengungkapkan apa yang akan diukur maka validitas pada tes tersebut telah terpenuhi (Azwar, 2011).

2. Reliabilitas

Reliabilitas yang dimiliki oleh suatu pengukuran tinggi maka pengukuran tersebut dapat dikatakan sebagai pengukuran yang reliabel. Realibilitas memiliki beberapa nama lain seperti keajegan, keterpercayaan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya namun konsep

Dokumen terkait