• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak atau simultan variabel disiplin kerja, komunikasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerjapegawai pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli serdang,artinya disiplin kerja dan komunikasi yang terjalin baik dan terjaga memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan prestasi kerja.

1. Secara parsial bahwa variabel disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan serta dominan terhadap prestasi kerjapegawai pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli serdang

2. Secara parsial bahwa variabel komunikasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerjapegawai pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli serdang.

3. Koefisien determinasi (R square) menunjukkan bahwa variabel disiplin kerja, komunikasi organisasi yang diteliti mampu menjelaskan variabel prestasi kerja pegawai sebesar 86,4 % dan sisanya sebesar 13,6 % dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

5.2. Saran

1. Disarankan bagi perusahaan menerapkan disiplin kerja seperti datang tepat waktu dengan mengisi daftar absen dan perusahaan melakukan pengawasan

terhadap hasil absensi setiap bulannya,serta adanya pengawasan akan ketaatan peraturan untuk tidak meninggalkan meja kantor selama jam kerja berlangsung ,agar pegawai yang terlambat diberikan teguran dan sanksi tegas tanpa memandang status jabatan. Sedangkanpegawai yang datang tepat waktu dan mentaati peraturan diberikan nilai tambah melalui penilaian kinerja pegawai supaya termotivasi untuk melakukan disiplin kerja.

2. Intensitas komunikasi bagi suatu organisasi antara pimpinan dan karyawan memiliki manfaat yang besar. Dengan adanya komunikasi yang baik diantara kedua belah pihak, maka keinginan dan maksud dari keduanya dapat ditumbuhkembangkan sehingga dapat terpenuhi. Oleh sebab itu, pembentukan dan pengembangan intensitas komunikasi secara positif perlu diberlakukan dalam suatu organisasi agar kepentingan dan keinginan antara pimpinan dan bawahannya dapat saling terpenuhi. Melihat komunikasi organisasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang, memiliki rata-rata secara keseluruhan dimensi yang ada dapat dikatakan baik. Untuk dapat meningkatkan tingkat komunikasi organisasi informal di lingkungan organisasi, kita dapat melihat rata-rata perindikator yang berada dalam klasifikasi dan meningkatkan indikator yang masih dalam klasifikasi tersebut. Indikator yang masih dalam klasifikasi baik tersebut berada di dalam dimensi hubungan antar karyawan, atasan dan antar instansi, memunculkan ide-ide sehat, keterbukaan informasi, emphati dan kesetaraan. Komunikasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang harus ditingkatkan dari segi komunikasi formal antar instansi, harus ditingkatkan kejelasan informasi

yang disampaikan dengan komunikasi yang jauh lebih baik serta menerima dan menghasgai pendapat orang lain secara profesional yang apabila sejumlah kekurangan ini di perbaiki akan memungkinkan terjalinnya komunikasi yang baik yang akan menimbulkan kesiapan pekerjaan yang cepat dan tepat tanpa adanya misscomunication dalam melakukan pekerjaan tentunya akan meningkatkan prestasi kerja pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang meningkat.

3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lain seperti motivasi dan pengawasan kerja yang diduga besar pengaruhnya terhadap prestasi kerja karyawan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Disiplin Kerja

2.1.1. Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang untuk menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku.

Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, tanpa dukungan karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Menurut Hasibuan (2002:190) “ Kedisiplinan adalah fungsi operatif dari Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin pegawai maka akan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi pegawai untuk mencapai hasil yang optimal”.

Menurut Handoko (2000:208) “ Disiplin adalah kegiatan manajemen yang menjalankan standart-standart organisasional “.

Menurut Singodimedjo (2002:86) “Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk memahami dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya”.

Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Nitisemito (2001:199) menyatakan bahwa “Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis”.

Menurut Siswanto (2006:287) “Disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak, menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”.

Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat tujuan instansi, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan penghambat pencapaian tujuan instansi tersebut.

2.1.2. Jenis-Jenis Disiplin Kerja

Lebih lanjut Handoko (2000:208) ada dua tipe kegiatan kedisiplinan yaitu: 1. Disiplin Prepentif

Disiplin Prepentif adalah kegiatan yang dihasilkan untuk mendorong para pegawai agar mengikuti berbagai standart atau aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para pegawai.

2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah kegiatan yang dihasilkan untuk pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Berupa hukuman yang disebut dengan tindakan pendisiplinan. Biasanya peringatan atau skorsing.

Menurut Handoko (2000:209) “ Tujuan Pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan diwaktu yang akan datang bukan untuk menghukum kesalahan diwaktu yang lalu”.

Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik pegawai agar menaati semua peraturan instansi. Dengan keadilan dan ketegasan sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa dibarengi hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi alat pendidik bagi pegawai.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi menurut Hasibuan (2002:194) diantaranya adalah :

a. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut memperhatikan tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai.

b. Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

c. Balas Jasa

Balas jasa ( gaji dan kesejahteraan ) ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap instansi / pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin baik terhadap pekerjaan, disiplin mereka akan semakin baik pula.

d. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan sikap manusia yang merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya.

e. Pengawasan Melekat

Tindakan nyata dan efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai pada suatu instansi.

f. Sanksi Hukum

Sanksi hukum berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut untuk melanggar peraturan-peraturan instansi. Sikap dan perilaku indisipliner pada pegawai akan berkurang.

g. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama pegawai menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu instansi.

2.1.4. Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja

Menurut Sutrisno (2011:86) Disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Maka dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi disiplin kerja diantaranya adalah :

1. Absensi / Kehadiran 2. Ketaatan pada peraturan 3. Ketaatan pada standar kerja

4. Tingkat kewaspadaan tinggi 5. Bekerja etis

Indikator-indikator disiplin kerja pegawai diantaranya adalah : 1. Tepat waktu

2. Tingkat kehadiran

3. Mengenakan seragam kantor

4. Memelihara sarana dan prasarana kantor 5. Bekerja sesuai prosedur

6. Bekerja sesuai standar 7. Ketelitian dalam bekerja 8. Berhati-hati dalam bekerja 9. Bersikap sopan

10.Saling menghargai

2.2. Komunikasi

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja, terutama dalam membentuk organisasi yang efektif dan efesien. Oleh karena itu, hubungan komunikasi yang terbuka harus diciptakan dalam suatu organisasi.Menurut Purwanto (2006:3) “Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui sistem yang biasa ( lazim ), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan”.

Menurut Canggra (2007:4) “ Komunikasi diartikan sebagai salah satu aktifitas yang fundamental dalam kehidupan umat manusia yang dimana

merupakan penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima baik secara lisan, tulisan maupun alat komunikasi”.

Menurut Wiryanto (2004:9)“ komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain “. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah,intonasi,titik putus vokal dan sebagainya. Perpindahan efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi seseorang mengirimkan dan menerima berita sangat tergantung pada keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain).

2.2.2. Bentuk Dasar Komunikasi

Pada dasarnya ada dua bentuk dasar komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Masing-masing dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

2.2.2.1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal ( Verbal Communication ) merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain secara tertulis ( written ) maupun lisan (

oeral ). Bentuk komuniksasi verbal ini memiliki struktural yang teratur dan

terorganisasi dengan baik, sehingga tujuan penyampaian pesan-pesan bisnis dapat tercapai dengan baik.

Dalam dunia bisnis, seseorang dapat saja mengeskpresikan pesan- pesannya secara nonverbal. Namun, ekspresi secara nonverbal memiliki suatu keterbatasan dalam mengkomunikasi suatu pesan kepada pihak lain.

2.2.2.2. Komunikasi Nonverbal

Bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis adalah komunikasi nonverbal. Menurut teori antropologi, sebelum manusia menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh sebagai alat untuk komunikasi dengan orang lain. Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang menunjukkan komuniksi nonverbal :

1. Menggertakkan gigi untuk menunjukkan kemarahan

2. Mengerutkan dahi untuk menunjukkan sedang berfikir keras 3. Berpangku tangan untuk menunjukkan seseorang sedang melamun 4. Menggelengkan kepala untuk menunjukkan sikap menolak atau

keheranan

5. Menutup mulut dengan telapak tangan untuk menunjukkan suatu kebohongan

6. Telapak tangan yang terbuka menunjukkan kejujuran 7. Dan lain sebagainya

Pendek kata, dalam komunikasi nonverbal orang mengambil suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa segan, benci, cinta, rindu, maupun berbagai macam perasaan lainnya. Lagi pula secara mendasar, komunikasi nonverbal cukup berbeda dengan komunikasi verbal. Pada umumnya bentuk komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur, sehingga membuat komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari.

2.2.3. Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi jika seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya komunikasi cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah disebutkan.

Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica menyebutkan bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar komunikasi dinilai tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika.

Dibawah ini merupakan unsur-unsur dari komunikasi : 1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya

partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, dan komunikator.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah suatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan caratatap muka atau melalui media komunikasi. Isi bisa berupa pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan sengan kata messege, content, atau information.

3. Media

Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat melalui saluran atau media, ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya misalnya dalam komunikasi antarpribadi panca indra dianggap sebagai media komunikasi.Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai komunikasi antar pribadi.

Dalam komunikasi masa media adalah alat yang dapat menghubungkan antar sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi masa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, bulletin, handout, poster, spanduk dan lain

sebagainya. Sementara itu media elektronik antara lain radio, televisi, film,

video recording, computer, elektronik broad, audio caseatte dan

semacamnya.

Berkat perkembangan teknologi komunikasi khususnya dibidang komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, media massa elektronik semakin banyak bentuknya dan semakin mengaburkan btas-batas untuk membedakan antara media komunikasi dan komunikasi antar pribadi. Hal ini disebabkan karena semakin canggihnya media komunikasi itu sendiri yang bisa dikombinasikan antara satu sama lainnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima bisa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak akan ada penerima jika tidak ada sumber.

Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dia lah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima.Akan tetapi umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meskin pesan belum sampai kepada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang mengalami perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk penyampaian pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal ini menjadi seperti tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos dan jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial.

2.2.4. Dimensi dan Indikator Komunikasi

Menurut Wiryanto (2004:9) Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Maka dapat disimpulkan dimensi-dimensi komunikasi diantaranya adalah :

1. Keterbukaan 2. Empati 3. Sikap Positif 4. Kesetaraan

Indikator-indikator komunikasi diantaranya adalah : 1. Kejujuran berkomunikasi

2. Bertanggung jawab

3. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti 4. Terlibat aktif dan ekspresif

5. Fokus

6. Berbicara dengan jelas 7. Berbicara dengan spontan 8. Berbicara secara provisional 9. Bersikap positif

2.3. Prestasi Kerja

2.3.1. Pengertian Prestasi Kerja

Organisais adalah kumpulan orang yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda yang saling tergantung antara satu dengan lainnya, yang berusaha mewujudkan kepentingan bersama mereka dengan memanfaatkan berbagai sumber daya. Pada dasarnya tujuan yang ingin diwujudkan oleh organisasi adalah mencapai keuntungan. Oleh karena itu diperlukan pegawai-pegawai yang mempunyai prestasi yang tinggi.

Menurut sutrisno (2011:150) yang diterjemahkan oleh Bernardin dan Russel mendefenisikan prestasi kerja sebagai berikut : “ Prestasi Kerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu”.

Menurut Mangkunegara (2002:23) : “Prestasi Kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya”. Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dengan melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu (Hasibuan 2008:94). Sedangkan menurut Maier dalam As’ad (2001:63) “ Prestasi Kerja adalah kualitas, kauntitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan pekerjaan.

Menurut Dharma (1985:21) “Prestasi kerja dibentuk oleh pengharapan dimana setiap orang dalam suatu organisasi melaksanakan tugas sesuai dengan yang diharapkan darinya. Bila seseorang bekerja dalam suatu organisasi, orang-

orang lain bergantung padanya untuk melakukan hal-hal tertentu. Ketergantungan ini terungkap baik secara formal maupun secara informal sebagai suatu pengharapan”

2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah : 1. Kemampuan, perangai dan minat seorang.

2. Kejelasan dan penerima atas penjelasan peranan seorang pekerja. 3. Tingkat motivasi kerja.

Walaupun setiap faktor secara sendiri-sendiri juga mempunyai arti yang penting, tetapi kombinasi ketiga tersebut sangat menentukan tingkat hasil tiap pekerja, yang pada gilirannya membantu prestasi pegawai secara keseluruhan.

Sutrisno (2011:151) yang diterjemahkan oleh Byar dan Rue mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi prestasi kerja yakni faktor individu dan lingkungan. Faktor-faktor individu yang dimaksud adalah :

1. Usaha yang menunjukkan sebuah sinergik fisik dan mental yang digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas.

2. Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melakukan

tugas.

3. Role / task perfection, yaitu segala perilaku dan aktifitas yang dirasa

perlu oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Adapun faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi kerja : 1. Kondisi Fisik

2. Peralatan 3. Waktu 4. Material 5. Pendidikan 6. Supervisi 7. Desain Organisasi 8. Pelatihan 9. Keberuntungan

Faktor-faktor lingkungan ini tidak langsung menentukan prestasi kerja seseorang, tetapi mempengaruhi faktor-faktor individu.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa perilaku seseorang baik itu dalam organisasi atau instansi pemerintahan merupakan hasil dari interaksi berbagai variabel yaitu individual dan situasional. Oleh karena itu perilaku individu dapat diukur berdasarkan variabel-variabel yang berhubungan dengannya. Namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perilaku itu sendiri, bukan variabel-variabel yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut.

Untuk mengukur perilaku itu sendiri atau sejauh mana individu berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan organisasi / instansi, yaitu prestasi kerja pada umumnya dikaitkan dengan pencapaian hasil dari standar kerja yang telah ditetap.

Didalam penelitian ini pengukuran prestasi kerja diarahkan pada lima aspek yang merupakan bidang prestasi kunci bagi perusahaan / instansi yang bersangkutan.Bidang prestasi kunci tersebut adalah :

1. Hasil Kerja

2. Pengetahuan Pekerjaan 3. Kecekatan Mental 4. Sikap

5. Disiplin Waktu dan Absensi

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembahasan masalah keberhasilan kerja atau prestasi kerja haruslah dilihat dari dua sudut pandangan, yaitu :

1. Harus dilihat aspek-aspek yanng menyangkut kriteria pengukuran keberhasilan kerja yang merupakan sasaran akhir dari suatu pelaksanaan pekerjaan.

2. Perilaku dari individu itu sendiri dalam usaha untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Menurut Tika (2005:121) mendefenisikan kinerja pegawai sebagai hasil- hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Adapun yang menjadi dimensi pada kinerja pegawai yaitu perilaku yang harus dilakukan oleh para pegawai sebagai perwujudan dari tugas dan beban kerja yang diberikan perusahaan kepada pegawai, antara lain :

a. Kuantitas kerja adalah banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan olehpegawai, maka dapat diketahui tingkat kompetensi, ketepatan waktu, dan target pegawai tersebut dalam melakukan pekerjaannya.

b. Kualitas kerja menunjukkan sejauh mana kemampuan seorang pegawai dalam memberi hasil yang optimal yang dapat diraih dari ketepatan kerja, ketelitian kerja dan kerapian pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai.

2.3.3. Arti Penting dan Tujuan Penilaian Prestasi Kerja

Dalam sebuah instansi, para pegawai, Kepala Dinas dan sebagainya juga dilakukan penilaian namun dalam hal ini penilaian diarahkan kepada prestasi kerja. Sehingga fokus penilaiannya adalah sejauh mana seorang pegawai dan Kepala Dinas tersebut telah melaksanakan pekerjaannya. Apakah pegawai tersebut sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh instansi atau belum ?.

Penilaian prestasi merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan kembali dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Proses penilaian prestasi ditujukan untuk memahami prestasi kerja seseorang. Tujuan ini memerlukan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang saling berkaitan. Kegiatan-kegiatan itu terdiri dari identifikasi, observasi, pengukuran, dan

Dokumen terkait