• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa Bandung pada periode revolusi fisik tahun 1945-1948 merupakan waktu yang cukup penting untuk dibahas. Pada periode ini banyak sekali peristiwa pertempuran yang menentukkan nasib masyarakat Bandung untuk merdeka atau kembali di jajah. Dalam hal ini terdapat dua cara perjuangan yang berbeda dari tokoh militer yang di wakili oleh Sukanda Bratamanggala dan sipil yang diwakili oleh Sewaka yang terjadi di Bandung Utara. Peristiwa ini diawali oleh kedatangan Tentara Sekutu ke Bandung yang di pimpin oleh Brigade Mc Donald pada tanggal 12 Oktober 1945 yang menjadi awal adanya pertempuran yang terjadi di Bandung dan kemudian merembet ke daerah Bandung Utara yang menjadi kajian oleh penulis. Dalam hal ini terdapat tiga poin yang dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil dari rumusan masalah. Dari ketiga poin tersebut adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan dari hasil penelitian peristiwa yang terjadi di Bandung Utara pada kurun waktu 1945-1948 yang telah diuraikan di bab sebelumnya adalah peristiwa pertempuran yang terjadi di Bandung Utara pada kurun waktu 1945-1948 yang dilatarbelakangi oleh kedatangan dari Tentara Sekutu yang dipimpin oleh Brigade Mc Donald ke Bandung dengan menggunakan kereta api. Ketika pasukan sekutu datang ke Bandung, masyarakat Bandung ini telah merasakan akan adanya penjajahan kembali karena pengalaman di masa lalunya yang menderita. Dengan datangnya tentara sekutu ke Bandung pun menjadi sebuah ancaman bagi Masyarakat

Mohamad Ully Purwasatria, 2014

Bandung yang bermukim di Bandung Utara. Maka terjadilah beberapa pertempuran melawan tentara Sekutu oleh Tentara Keamanan rakyat yang di komandoi oleh Sukanda Bratamanggala di Wilayah Bandung Utara yang wilayahnya meliputi Lembang, Dago, Cijengkol, Cihideung, Cisarua. Dengan terjadinya peristiwa pertempuran di sekitar Villa Isola yang memakan korban dengan gugurnya Kapten Abdul Hamid, Sersan Badjuri, Sersan Surip, dan Sersan Sodik. Sedangkan di wilayah Bandung Utara yang lain, terdapat juga berbagai pertempuran dengan salah satunya di sekitar Gedung Sate dan Gedung PTT yang dilakukan oleh Samsu, D. Kosasih, Satu Kompi Hizbullah, Pemuda PTT, Batalyon II Res.8 Poniman, Paryadi, Ali Hanafiah dengan satu Peleton, Pasukan-pasukan Batalyon II Res.9 Kompi Sujana dan Tatang Basyah melawan Tentara Sekutu Inggris yang menguasai Gedung Sate dan Gedung PTT. Karena disana kekuatan tidak seimbang maka gedung PTT dikuasai oleh Inggris dan telah gugur 7 pahlawan yaitu Didi Kamarga, Suhodo, Mokhtaruddin, Rana, Subengat, Susilo, dan Suryono.

2. Menyoroti peranan tokoh militer yaitu Sukanda Bratamanggala sebagai pemimpin Batalyon di Bandung Utara ini cukup menonjol ketika terjadinya pertempuran di Bandung Utara. Sukanda sebelum terjun kedalam perang kemerdekaan di Bandung ini telah mendirikan batalyon di Lembang dengan mendirikan dan membina anggota prajuritnya untuk bersiap menghadapi datangnya Sekutu. Disamping itu, dengan figur beliau sebagai pemimpin batalyon di Bandung Utara yang pengalaman militernya cukup banyak dapat menggerakan anggotanya untuk mempertahankan wilayahnya dari jajahan tentara Sekutu yang berusaha untuk mengambil alih wilayah Bandung Utara. Ketika terjadinya pertempuran seperti di sekitar Villa Isola, di Lembang hingga ke Subang (Kerawang Timur), sosok Sukanda Bratamanggala ini berperan aktif untuk membendung serangan dari Sekutu yang bergerak di daerah Bandung Tengah. Walaupun dari beberapa pertempuran yang terjadi di Bandung Utara memakan

Mohamad Ully Purwasatria, 2014

Peranan Sukanda Bratamanggala Dan Sewaka Di Bandung Utara Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1945-1948

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

korban yang cukup banyak, tetapi jiwa perjuangan dari Sukanda Bratamanggala dan tokoh militer lainnya itu sangat militant karena mereka sadar mereka tidak ingin wilayah Indonesia khususnya di Bandung Utara kembali jatuh ketangan penjajah. Selain adanya peranan dari tokoh militer yaitu Sukanda Bratamanggala yang berjuang secara langsung dalam perang revolusi fisik, dalam perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan juga peranan dari tokoh sipil yaitu Raden Mas Sewaka yang berperan dari pihak sipil. Sewaka yang merupakan lulusan dari OSVIA (sekolah pemerintahan) ini mulai berkarier sebagai tenaga pemerintahan yang mulai tertarik ke dunia perpolitikan sejak zaman Belanda. Sewaka yang ketika itu menjadi Gubernur Jawa Barat menggantikan Soetoko ini aktif ikut dalam perundingan-perundingan yang bertujuan untuk membicarakan nasib wilayah Indonesia dengan Belanda dan memperjuangkan Wilayah Jawa Barat di dalam perundingan tersebut. Walaupun Sewaka tidak secara langsung berperan terhadap pertempuran yang terjadi di Bandung Utara namun secara tidak langsung Sewaka berperan juga. Dari penjelasan diatas mengenai berperannya Tokoh Militer yang dalam hal ini di wakili oleh Kolonel Sukanda Bratamanggala dan Tokoh Sipil yaitu Raden Mas Sewaka dari perjalanannya dalam mempertahankan kemerdekaan di Bandung Utara ini sepak terjangnya lebih di dominasi oleh tokoh Militer ketika pada peristiwanya di sana. Dalam hal ini pergerakan yang didominasi oleh Militer ini karena ketika melihat dari situasi dan kondisi pada saat itu dengan datangnya kembali Tentara Sekutu ke Kota Bandung, hal yang memungkinkan untuk dilakukan adalah melakukan perjuangan melalui jalan perang karena dengan jalan itu hal yang paling memungkinkan dalam mempertahankan kemerdekaan. Namun dengan adanya peranan dari Raden Mas Sewaka yang melihat bahwa dengan adanya jalan perang itu merasa kurang efektif karena dengan dapat menimbulkan korban yang banyak dan juga dari segi kesiapan mereka dirasa kurang seimbang dalam menghadapi tentara

Mohamad Ully Purwasatria, 2014

Sekutu maka Sewaka mengambil jalan diplomasi sebagai bentuk perlawanannya terhadap sekutu. Walaupun hasil dari diplomasi pun dengan berbagai perundingan seperti Linggarjati dan Renville merugikan bagi Rakyat Indonesia khususnya masyarakat Bandung Utara. Karena itu perjuangan yang terjadi dari kedua tokoh sipil dan Militer ini tidak dapat dilepaskan dengan cara dalam melakukan revolusi dengan cara Bertempur dan Berdiplomasi.Apa yang telah dilakukan oleh Masyarakat Bandung Utara baik dari tentara Militer, Lasykar-Lasykar, maupun warga lokal yang terlibat langsung dalam pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan ini merupakan sebuah sikap yang sangat berani. Karena memori kolektif terhadap pahitnya dijajah membuat mereka sadar untuk terus melawan kekuasaan asing demi mendapatkan sebuah kebebasan dari penderitaaan. Hal itu juga merupakan sebuah usaha untuk menegakkan kemerdekaan di Indonesia.

3. Walaupun ketika melihat dampak dari adanya peristiwa revolusi fisik di Bandung Utara pada tahun 1945-1948 ini kurang menguntungkan untuk kemenangan kaum republikan, upaya dari tokoh militer dengan jalannya melalui peperangan dan tokoh sipil yang menempuh perjuangannya dengan cara berdiplomasi pada perundingan telah memberikan hasil yang maksimal untuk mempertahankan kemerdekaan di Indonesia khususnya di Bandung Utara ini memberikan hasil yang positif walaupun jalan perjuangan yang ditempuh dari kedua tokoh diatas itu berbeda. Namun dengan adanya dua pola perjuangan dengan cara bertempur dan berunding ini dapat menimbulkan kesalahpahaman ketika kedua cara perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut digabungkan dalam waktu bersamaan. Di satu sisi, ketika militer menghendaki adanya sebuah pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan dengan tentara militer yang dirasakan kurang seimbang dengan tentara sekutu sehingga menimbulkan jatuh korban yang cukup banyak, sipil mulai menggunakan cara diplomasi sebagai bentuk antisipasi dalam berjuang untuk

Mohamad Ully Purwasatria, 2014

Peranan Sukanda Bratamanggala Dan Sewaka Di Bandung Utara Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1945-1948

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempertahankan kemerdekaan dengan bernegosiasi melalui adanya perundingan-perundingan sebagai bentuk perlawanan yang tidak menimbulkan korban namun dari segi hasilnya harus merelakan kehilangan wilayah Indonesia yang membuat kalangan militer merasa kesal dengan hasil perjuangan dari sipil.

5.2 Saran

Dari hasil kajian mengenai Peranan Sukanda Bratamanggala dan Sewaka di Bandung Utara dalam mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945-1948 ini merupakan bagian dari perjalanan Sejarah Indonesia pada periode Revolusi fisik yang dimulai pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan dibacakannya proklamasi kemerdekaan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Peristiwa yang terjadi di Bandung Utara ini merupakan kajian yang diambil penulis dengan berdasarkan keinginan karena mengkaji peristiwa Bandung tersebut secara wilayah dari berbagai wilayah yang ada di Bandung rata-rata sudah dikaji dan di Bandung Utara yang belum dikaji, maka penulis dalam bentuk skripsi.

Banyaknya kajian lokal yang belum sepenuhnya dikaji ini membuat rasa penasaran penulis untuk menulis peristiwa lokal yang berkaitan dengan peristiwa nasional pada revolusi fisik ini. selain itu, dengan skripsi mengenai kajian lokal ini dengan hasil penelitian dan analisis dari penulis akan menjadi sumber ilmu pengetahuan dan bahan bacaan untuk menambah literatur mengenai peristiwa yang terjadi di Bandung khususnya di Bandung Utara bagi para pembacanya. Dengan demikian generasi yang akan datang dapat mengambil manfaat dari hasil kajian ini yang tentunya memuat perjuangan yang dialami oleh generasi yang sebelumnya.

Mohamad Ully Purwasatria, 2014

University Press.

Adeng, (1995). Peranan Desa Dalam Perjuangan Kemerdekaan: Studi Kasus

Keterlibatan Beberapa Desa Di Daerah Bandung dan Sekitarnya Tahun 1945-1946. Jakarta: Depdikbud.

Anderson, B. (1988). Revolusi Pemoeda: Pendudukan Jepang Dan Perlawanan

Di Jawa 1944-1946. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Cribb, R. (1990). Gangster and Revolutinaries, The Jakarta People’s Militia and the Indonesian Revolution 1945-1949. Asian Studies Association fo

Australia, Australia: Southeast Asia Publications Series. Djajusman. (1986). Bandung Lautan Api. Bandung: Angkasa.

Djuhartono, (1965). Wedjangan revolusi karya Bung Karno. Jakarta: Jajasan Penjebar Pantjasila.

DisjarahDAM VI/Siliwangi. (1979). Siliwangi dari Masa ke Masa. Bandung: Angkasa.

Ekadjati, E.S. (1980). Sejarah Revolusi Kemerdekaan Rakyat Jawa Barat. Jakarta: Proyek Invetarisasi dan Dokumen Daerah Pusat Penelitian Sejarah dan Kebudayaan-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gottschlak, L. (1975). Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.

Hassan, M.Z. (1980). Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Jakarta: Bulan Bintang.

Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Husaeni, E.N. (2008). Peranan Laswi Jawa Barat Pada Masa Revolusi

Kemerdekaan (1945-1947). Skripsi Fakultas Sastra UNPAD Jatinangor.

Ismaun. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: FPIPS IKIP Bandung.

Kartodirdjo. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mohamad Ully Purwasatria, 2014

Peranan Sukanda Bratamanggala Dan Sewaka Di Bandung Utara Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1945-1948

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kosoh S, dkk. (1994). Sejarah Daerah Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Jakarta.

Lubis, N.H. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 2. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.

Matanasi, P. (2007). KNIL Bom Waktu Tinggalan Belanda. Yogyakarta: Media Pressindo.

Muhaimin, Y. (1982). Perkembangan Militer Dalam Politik di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nasution, A.H (1977). Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid II Diplomasi atau

Bertempur. Bandung: Angkasa.

Nasution, A.H. (1982). Memenuhi Panggilan Tugas Jilid I: Kenangan Masa

Muda. Jakarta: Gunung Agung

Notosusanto, N. (1984). Pejuang dan Prajurit; Konsep dan Implementasi

Dwifungsi ABRI. Jakarta: Sinar Harapan.

Notosusanto, N. (1968). Sedjarah dan Hankam. Djakarta: Departemen Pertahanan dan Keamanan, Lembaga Sejarah Hankam.

Notosusanto, N. (1979). Tentara Peta Pada Jaman Pendudukan Jepang Di

Indonesia. Jakarta: Gramedia

Poesponegoro, M.D. dan Notosusanto, N. (1993). Sejarah Nasional Indonesia

Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Prabowo, H. (2012). Perspektive Marxisme Tan Malaka: Teori dan Praksis

Menuju Republik. Yogyakarta: Jendela.

Pringgodigdo. (1986). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat

Reid, A. R. S. (1996). Revolusi Nasional Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Rickleft, M.C. (1991). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Rudini. (2012). Dari Isola ke Bumi Siliwangi. Bandung: Komodo Book

Saryono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Merdeka.

Sewaka. (1955). Tjorat-Tjaret dari djaman ke djaman. Bandung. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Simatupang, T.B. (1981). Metodologi Ilmu Perang di Indonesia. Jakarta: Kinta. Smail, J. R.W. (2011). Bandung Awal Revolusi: 1945-1946 (Bandung in The

Early Revolution, 1945-1946). Jakarta: Ka Bandung

Soebardjo, A. (1978). Lahirnya Republik Indonesia. Jakarta: Kinta.

Sumantri, M. (1995). Risalah Perjuangan Kemerdekaan Di Daerah Bandung

Utara – Karawang Timur dalam Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949. Bandung: Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan PGRI Daerah

Tingkat I Jawa Barat.

Sundhaussen, U. (1986). Politik Militer Indonesia 1945-1967: Menuju Dwi

Fungsi ABRI. Jakarta: LP3ES.

Team Sejarah KODAM VI Siliwangi. (1982). Peristiwa Bandung Lautan Api

Tanggal 24 Maret 1946. Bandung

Tim Penerangan Umum. (1972). Sedjarah Djawa Barat Suatu Tanggapan. Bandung: Pemerintah Daerah Djawa Barat.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Zeid, M. (2003). Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta: LP3ES.

Sumber Jurnal

Zuhdi, S. (2003). Antara Sewaka dan Soeria Kartalegawa: Dinamika Politik

Pemerintahan Di Jawa Barat Pada Masa Revolusi Indonesia. Jurnal

Historia No 7 Vol.IV (79-96). Sumber Skripsi

Junaidi, Gin Gin. (2012). Konflik antara tentara Indonesia dan Majelis Persatuan

Perjuangan Priangan (MPPP) Pada masa Revolusi Kemerdekaan di Jawa Barat (1945-1949). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Mohamad Ully Purwasatria, 2014

Peranan Sukanda Bratamanggala Dan Sewaka Di Bandung Utara Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1945-1948

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supriyanto, (1986). Hizbullah Bandung Pada Awal Revolusi Tahun 1945-1947. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sumber Internet

Wikipedia diakses pada tanggal 11 Februari 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Warga_sipil (diakses pada hari senin tanggal 24 februari 2014).

http//www.google.co.id/Sewaka (diakses pada hari minggu 27 Juli 2014) http//www.google.co.id/Isola (diakses pada hari minggu 27 Juli 2014)

Jahidi, Idi yang diakses dari http://www.google.com/url (diakses pada hari senin tanggal 24 februari 2014).

Undang – Undang TNI (Online) tersedia di http://www.google.co.id/UUTNI diakses tanggal 25 Februari 2014.

Sumber Wawancara

Dokumen terkait