BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat baduy merupakan wujud dari warga Negara yang baik yang tercermin melalui sowan dengan tujuan menjalin tali silaturahim dengan pemerintah.
2. Kesimpulan Khusus
Disamping kesimpulan umum di atas, diuraikan kesimpulan khusus, yakni: a. Terdapat dua faktor dipertahankannya tradisi seba yakni (1) warisan dari
leluhur masyarakat baduy yang harus dipertahankan dan dilaksanakan terus menerus secara rutin pada bulan Sapar; (2) ajang silaturahim masyarakat adat baduy dengan pemerintah.
b. Nilai-nilai yang terkandung pada pelaksanaan tradisi seba yang kaitannya dengan perwujudan sebagai warga Negara yang baik yakni (1) nilai empiris yang tercermin dalam persiapan pelaksanaan tradisi seba; (2) nilai estetis terlihat dalam perjalanan pelaksanaan tradisi seba; (3) nilai teologis tertuang dalam seluruh rangkaian pelaksanaan tradisi seba; (4) nilai teleologis tergambar pada tujuan dilaksanakannya tradisi seba; (5) nilai logis tercermin dalam aturan adat pelaksanaan tradisi seba dan (6) nilai etis terlihat pada tata cara pelaksanaan tradisi seba.
c. Strategi yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pewarisan tradisi seba yakni (1) melibatkan langsung generasi penerus dalam pelaksanaan tradisi seba; (2) proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua sejak dini mengenai tradisi seba; (3) proses habituasi melalui lingkungan sekitar yang dapat disampaikan melalui teman sebaya sedangkan strategi yang dilakukan pemerintah dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat baduy untuk kebutuhan mereka selama perjalanan dalam pelaksanaan tradisi seba.
d. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba yakni (1) koordinasi yang kurang baik antara warga Baduy dengan pemerintah; (2) jarak tempuh yang jauh dari wilayah antara kampung Baduy sampai ke pendopo Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten; (3) fluktuasi hasil bumi yang diperoleh sedangkan kendala yang dihadapi pemerintah dalam pelaksanaan tradisi Seba yakni (1) tidak menentunya waktu pelaksanaan Seba yang disebabkan oleh jarak tempuh yang jauh; (2) padatnya jadwal Bupati dengan Gubernur sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat Baduy tidak disambut langsung oleh Bapak Bupati Lebak dan Ibu Gubernur Banten. e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba
yakni (1) koordinasi yang maksimal dari jaro warga kepada pemerintah; (2) waktu pemberangkatan yang berbeda antara baduy luar dengan baduy dalam; (3) pemberian hasil panen yang tidak maksimal sebagai rasa syukur dan terima kasih masyarakat baduy kepada pemerintah sedangkan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi kendala-kendala yang terjadi yakni (1) dengan berkoordinasi yang lebih maksimal dengan jaro
warga untuk waktu sampai masyarakat baduy di pendopo; (2) mempersiapkan jadwal Bapa gede agar bisa menyambut dan memimpin langsung pelaksanaan tradisi seba.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang di ambil, maka peneliti mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai berikut:
1. Bagi pihak Disporabudpar Kabupaten Lebak, yaitu:
a. Pemerintah harus lebih mengintensifkan kunjungan ke kampung adat baduy ataupun mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat baduy.
b. Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam pewarisan nilai-nilai tradisi seba melalui publikasi ataupun promosi pada berbagai media tentang tradisi seba dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
c. Pemerintah khususnya bapa gede (Gubernur dan Bupati) hendaknya lebih mengutamakan pelaksanaan kegiatan tradisi seba sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap masyarakat adat baduy.
2. Bagi Masyarakat Adat Baduy
a. Masyarakat baduy diharapkan agar lebih terbuka kepada pemerintah perihal permasalahan yang terjadi di wilayah kampung adat baduy melalui jaro warga sebagai juru bicara.
b. Masyarakat baduy harus lebih berperan aktif untuk mewariskan nilai-nilai yang terkandung pada tradisi seba melalui pemberian masukan yang positif perihal pelaksanaan tradisi seba.
c. Masyarakat baduy harus lebih giat untuk memperoleh hasil bumi yang memuaskan agar dapat diberikan kepada bapa gede dalam tradisi seba secara maksimal.
d. Masyarakat baduy lebih meningkatkan esensi dari pelaksanaan tradisi seba itu sendiri untuk menjaga silaturahim dengan pemerintah, melalui bazar yang diadakan oleh pemerintah.
3. Bagi Jaro Warga (Kepala Desa Kanekes)
a. Harus lebih transparan kepada masyarakat baduy mengenai program- program yang diadakan pemerintah, ataupun segala hal yang berhubungan dengan pemerintah.
b. Dapat menampung aspirasi masyarakat baduy mengenai keluhan-keluhan yang terjadi di wilayah kampung adat baduy agar pada pelaksanaan tradisi seba, keluhan itu dapat disampaikan kepada pemerintah.
c. Lebih meningkatkan koordinasi dengan pemerintah, untuk menanggulangi kendala-kendala yang terjadi pada tradisi seba sehingga ada perbaikan untuk tradisi seba pada tahun berikutnya.
d. Jaro warga sebagai penghubung antara masyarakat baduy dengan pemerintah hendaknya dapat bekerja sama dengan pemerintah agar dapat memperkenalkan kebudayaan yang ada pada masyarakat adat baduy ke dunia luar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Alo Liliweri. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogjakarta. PT. LKiS Pelangi Aksara
Arikunto, Suharsimi (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalis Indonesia
Budimansyah, Dasim dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI
Danial, Endang dan Wasriah. (2009). Metode Penelitian Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia Darwis Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung : Laboratorium PKn
Universitas Pendidikan Indonesia
Efendi Ferry dan Mahfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ekadjati Edi. S. (1995). Kebudayaan Sunda suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta : Pustaka Jaya
Idrus, M. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.
Ilyas Senjaya, Amin (2004). Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Rangkasbitung : Dinas INKOSBUDPAR Kabupaten Lebak
Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Komalasari, Kokom dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia, Konsep, Perkembangan dan Masalah Kontemporer. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
Nasution, (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Noorkasiani dkk. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI
Plummer Ken. (2011). Sosiologi the Basics. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Poerwanto Hari. (2010). Kebudayaan dan lingkungan dalam perspektif Antropologi, cetakan kelima. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ranjabar Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor : Ghalia Indonesia
Setiadi, Elly M. dkk. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana Predana Media Group
Soelaeman, Munandar. (1989). Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Eresco
Soelaeman Munandar. (2010). Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT. Refika Aditama
Soerjono, Soekanto. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan Kualitatif dan R&D). Bandung: ALFABETA
Winataputra dan Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press
Wuryan Sri dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI
2. Disertasi, Internet, Artikel dan sumber lainnya
Dadi Miharja, Nong. (1993). Tatanan Masyarakat dan Upacara Adat Suku Baduy. Lebak: Tidak diterbitkan
Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. (2004). Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang serta peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Lebak:Dinas Inkosbudpar Pasha, Gurniwan Kamil. (2005). Strategi Hidup Komunitas Baduy di
Kabupaten Lebak Banten. Disertasi Doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran
Moeslim, Ajak, (2012). Tradisi Seba Baduy untuk Lestarikan Alam. Dalam Bantennculturetourism,[Online].Tersedia:http://bantenculturetourism. com/?author=1&paged=5. [31Mei 2012]
Sambas, (2012). Seba Baduy Ritual yang Dipertahankan. Dalam Kompas.com,[Online].Tersedia:http://oase.kompas.com/read/2012/05/ 01/14202278/Seba.Baduy..Ritual.yang.Dipertahankan. [31Mei 2012]