Nomor Daftar FPIPS : 1494/UN.40.1.2/PL/2013 TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI
PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK
(Studi Kasus Terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh
WINDA FEBRINA 0907476
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK
(Studi Kasus Terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak)
Oleh
Winda Febrina
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Winda Febrina 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
WINDA FEBRINA 0907476
TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK (Studi Kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes
Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I,
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 198803 1 003
PEMBIMBING II,
Syaifullah, S.Pd. M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001
Diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,
ABSTRAK
WINDA FEBRINA (0907476), “TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK” (Studi Kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak).
Perwujudan masyarakat adat baduy sebagai warga Negara yang baik dilakukan melalui tradisi seba. Seba merupakan tradisi yang dilakukan setahun sekali dengan bentuk kunjungan resmi (sowan). Seba merupakan perwujudan ketaatan masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah, khusunya pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji tentang tradisi seba pada masyarakat adat baduy sebagai perwujudan warga negara yang baik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan studi literatur. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh adat kampung baduy, kepala desa kanekes, aparat pemerintah Disporabudpar Kabupaten Lebak dan masyarakat adat baduy.
ABSTRACT
WINDA FEBRINA (0907476), "SEBA TRADITION ON INDIGENOUS BADUY AS EMBODIMENT OF GOOD CITIZENS"(Case
Studies of the Indigenous Baduy Village Kanekes Subdistrict Leuwidamar Lebak Regency).
Embodiment of indigenous Baduy as good citizens conducted by Seba tradition. Seba is a tradition that is done once a year by official visit (sowan). Seba is embodiment of obedience of indigenous Baduy to government, especially government of Lebak Regency and Banten Province.
Generally, this study to identify and learn about the Seba traditions of the indigenous Baduy as the embodiment of a good citizen. The approach used in this study is a qualitative approach using case studies. Data collection was conducted by interview techniques, observation, documentation, field notes and literature. Subjects in this study were traditional leaders of Baduy Village, head of Kanekes Village, government officials of Disporabudpar Lebak regency and indigenous Baduy.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ...i
KATA PENGANTAR ...ii
UCAPAN TERIMA KASIH ...iv
ABSTRAK ...viii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ...xii
DAFTAR BAGAN ...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
1. Tujuan Umum ... 7
2. Tujuan Khusus ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
1. Manfaat Teoritis ... 8
2. Manfaat Praktis ... 8
E. Penjelasan Istilah ... 9
1. Masyarakat Adat ... 9
2. Suku Baduy ... 10
3. Kebudayaan ... 10
4. Warga Negara ... 11
5. Tradisi Seba ... 11
F. Teknik Pengumpulan Data ... 12
1. Wawancara ... 12
2. Observasi ... 12
3. Dokumentasi ... 13
4. Catatan Lapangan ... 13
5. Studi Literatur ... 13
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 14
1. Reduksi Data ... 14
2. Display Data ... 14
3. Kesimpulan/Verifikasi ... 15
H. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 15
1. Lokasi Penelitian ... 15
2. Subjek Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16
A. Pengertian, Unsur dan Ciri Masyarakat ... 16
1. Pengertian Masyarakat ... 15
2. Unsur Masyarakat ... 18
B. Pengertian, Unsur, Komponen, Wujud, Perkembangan
Kebudayaan ... 22
1. Pengertian Kebudayaan ... 22
2. Unsur Kebudayaan ... 25
3. Komponen Kebudayaan ... 28
4. Wujud Kebudayaan ... 29
5. Perkembangan Kebudayaan ... 32
C. Sejarah, Pengertian, Tujuan Seba ... 33
1. Sejarah Seba ... 33
2. Pengertian Seba ... 34
3. Tujuan Seba ... 35
D. Kaitan PKn dengan Budaya/Adat ... 36
1. Pengertian, Tujuan, Fungsi PKn ... 36
a. Pengertian PKn ... 36
b. Tujuan PKn ... 38
c. Fungsi PKn ... 40
2. Pengembangan Budaya dalam Konteks PKn ... 40
E. Tradisi Seba dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 45
1. Pendekatan Penelitian ... 45
2. Metode Penelitian... 46
B. Teknik Pengumpulan Data ... 47
1. Wawancara ... 47
2. Observasi ... 48
3. Dokumentasi ... 49
4. Catatan Lapangan ... 49
5. Studi Literatur ... 50
C. Subjek Penelitian ... 50
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 51
1. Reduksi Data ... 52
2. Display Data ... 52
3. Kesimpulan/ Verifikasi ... 52
4. Pengujian Keabsahan Data ... 53
a. Credibility (Validitas Internal) ... 53
b. Transferability (Validitas Eksternal)... 55
c. Dependability (Reliabilitas) ... 56
d. Confirmability (Obyektivitas) ... 56
E. Tahap-tahap Penelitian ... 57
1. Tahap Pra Penelitian ... 57
2. Tahap Pelaksanaan ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 60
1. Profil Masyarakat Baduy... 60
2. Letak Geografis Kampung Adat Baduy ... 61
3. Asal Usul Masyarakat Baduy ... 63
4. Penduduk ... 65
5. Sistem Pemerintahan ... 68
6. Agama dan Kepercayaan... 71
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 76
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...123
A. Kesimpulan ...123
1. Kesimpulan Umum ...123
2. Kesimpulan Khusus ...123
B. Saran ...125 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat
telah berhasil menarik perhatian baik masyarakat asing maupun masyarakat lokal.
Ketertarikan para wisatawan kepada masyarakat adat Baduy membuat mereka
ingin melihat dan berkunjung ke kampung adat Baduy. Tidak sedikit para
wisatawan yang ingin meneliti mengenai kebudayaan yang dimiliki oleh
masayarakat adat Baduy tersebut.
Hal di atas sesuai data dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Lebak, pada tahun 2011 tercatat 6.469
pengunjung yang menyambangi Baduy. Menurut Kapala Bidang Pariwisata
Disporabudpar Kabupaten Lebak dari 6.469 pengunjung itu sekitar 120-an
wisatawan mancanegara. Hal itu mengindikasikan daya tarik wisata Baduy masih
diminati masyarakat.
Lokasi kampung adat Baduy terletak di Kabupaten Lebak. Mereka
berdomisili di sekitar hutan yang tidak bisa ditempuh dengan waktu yang singkat.
Hal tersebut sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Edi S. Ekadjati (2009: 52)
yang menyatakan bahwa ”lokasi permukiman masyarakat adat Baduy yang
terpencil, sikap hidup yang kukuh mempertahankan adat dari leluhur dan sikap
Sesuai pendapat di atas bahwa masyarakat adat Baduy memang berada di
tempat yang jauh dari keramaian, karena menurut sejarah yang ada mereka
merupakan pengasingan dari kerajaan sunda pajajaran. Hal tersebut diperkuat oleh
catatan lain dari laporan R.A.A.A Djajadiningrat, yang diikuti Yudistira Garna
yang dikutip oleh Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata
Kabupaten Lebak (2004: 9) antara lain sebagai berikut:
Menurut adat dan kepercayaan, orang-orang baduy merupakan kelompok yang mewakili suatu jaman peradaban Pasundan yang telah silam. Meskipun kita telah jauh di pengetahuan yang pasti tentang satu dan lainnya mengenai pandangan mereka namun melihat keterasingannya yang ketat yang mereka lakukan, sejauh ini dapat disimpulkan bahwa mereka itu bukan penganut ajaran Ciwa atau Wisnu dan bukan pula penganut suatu sekte Hindu ataupun Budha.
Menurut pendapat di atas dapat dideskripsikan bahwa masyarakat adat
Baduy telah ada sejak zaman kerajaan Pasundan. Kehidupan yang dianut oleh
masyarakat adat Baduy sejak beberapa abad yang lalu dapat disimpulkan bahwa
mereka memang telah terbiasa terisolir, jauh dari keramaian dan tidak menerima
masuknya kebudayaan dari luar.
Masyarakat adat Baduy dapat bertahan dalam kurun waktu yang sangat
lama dengan menolak budaya dari luar. Padahal, perubahan yang ditawarkan dari
luar membuat yang sulit menjadi mudah, membuat segalanya menjadi instan.
Namun itu semua tidak berpengaruh kepada pendirian masyarakat adat Baduy
dalam mempertahankan budaya warisan nenek moyangnya.
Tidak dapat dipungkiri keunikan budaya yang dimiliki oleh masyarakat
adat Baduy memanglah sangat lazim untuk diteliti dan dibanggakan. Kekhasan
menjadi unik dan berbeda dengan yang lain. Dengan kebudayaannya yang masih
kental dari warisan nenek moyang mereka, maka sudah sepantasnya masyarakat
adat Baduy menjadi kearifan lokal di Kabupaten Lebak.
Seiring dengan perkembangan zaman, dalam rangka menjalankan
kehidupan dan memenuhi kebutuhan masyarakat adat Baduy diberlakukan
toleransi terhadap perubahan yang berasal dari luar Baduy. Hal ini sejalan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pasya (2005: 227) dalam disertasinya
berpendapaat:
Perubahan sosial dalam kehidupan komunitas Baduy sebenarnya menurut Pikukuh tidak boleh terjadi, tetapi adanya toleransi terhadap pengobatan dari luar dan penanaman albazia akan mempercepat terjadinya perubahan dalam kehidupan mereka. Disamping itu perubahan sosial terjadi pada orang penamping yang keluar dari kehidupan dan budaya Baduy, karena adanya keinginan untuk mengubah kehidupan baik atas kehendak sendiri ataupun ajakan dan dorongan pihak lain, tetapi terlebih dahulu harus melakukan pertimbangan agar kelak tidak merugikan.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan
sosial pada masyarakat adat Baduy seketika dapat terjadi. Perubahan tersebut bisa
terjadi jika ada toleransi dari Pikukuh komunitas Baduy. Hal ini didasarkan pada
keinginan komunitas Baduy untuk mengubah kehidupan mereka sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan zaman.
Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa sebuah masyarakat adat
biasanya memiliki pemerintahan sendiri. Dimana pemerintahan tersebut di atur
sesuai kehendak masyarakat adat yang terkait. Begitu pula yang terjadi pada
masyarakat adat Baduy, mereka telah memiliki sebuah pemerintahan, dan wilayah
Setelah mengadakan studi pendahuluan melalui observasi bahwa sistem
pemerintahan yang ada disana tidak berbeda jauh dengan sistem pemerintahan
yang ada di organisasi pemerintahan. Mereka mempunyai kewajiban yang harus
di jalani sebagai pemimpin adat dalam mensejahterakan rakyatnya, ataupun untuk
memimpin tradisi-tradisi adat yang selayaknya dilaksanakan. Seperti yang
tercantum dalam buku membuka tabir kehidupan tradisi budaya Baduy yang
dikeluarkan Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwista Kabupaten
Lebak (2005: 13) menyebutkan bahwa:
Sistem pemerintahan masyarakat baduy dibagi menjadi 2 bagian yaitu: baduy jero yang meliputi kampung Cibeo, Kampung Cikeusik dan cikertawan dipimpin oleh seorang PUUN dan Baduy luar yang berada diluar ketiga perkampungan tersebut dengan istilah Baduy Penamping (Baduy Pasisian) dipimpin oleh JARO DANGKA.
Para pimpinan adat yang telah dibagi dalam wilayahnya masing-masing
menjalankan tugas sesuai kewajiban yang mereka emban. Warga masyarakat
Baduy pun patuh dan taat kepada pemimpinnya. Itulah yang dibanggakan dari
masyarakat adat Baduy. Selain mereka taat dan patuh kepada pemerintah yang ada
di wilayah mereka, mereka pun tidak lupa status mereka sebagai warga negara
Republik Indonesia umumnya dan warga negara Kabupaten Lebak khususnya.
Terkadang kompleksitas yang terjadi pada masyarakat adat mereka merasa
telah memiliki sistem pemerintahan tersendiri, maka tidak perlu lagi pengakuan
bahwa mereka masih menjadi bagian dari Warga Negara di Indonesia. Namun
berbeda dengan masyarakat adat Baduy, mereka tetap mempertahankan dan
Perwujudan masyarakat adat Baduy untuk menjadi warga negara yang
baik dapat dibuktikan dengan salah satu tradisi mereka yang dikenal dengan seba.
Seba merupakan tradisi yang dilakukan setahun sekali dengan bentuk kunjungan
resmi (sowan). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Senjaya (2004: 48)
yang menyatakan bahwa:
Seba merupakan tradisi adat yang harus dilakukan setiap tahunnya bagi warga Baduy sebagai wujud nyata tanda kesetiaan dan ketaatan kepada pemerintah Republik Indonesia yang dilaksanakan kepada penguasa pemerintahan dimulai dari Bupati Lebak dan Gubernur Banten.
Senada dengan pernyataan di atas, hal serupa juga dikemukakan oleh Ajak
Moeslim (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten) dalam
artikelnya (http://bantenculturetourism.com) yang menyebutkan bahwa :
Seba Baduy berasal dari kata sabah berarti berpergian jauh untuk meningkatkan silaturahmi antara masyarakat Kanekes dengan pemerintah setempat. Ritual seba diadakan setahun sekali, sesuai peninggalan leluhur Baduy, ritual seba sendiri berarti mendatangi atau bersilaturahim kepada pemimpin mereka yang tidak lain adalah Gubernur Banten. Mereka akan memberikan persembahan hasil bumi kepada Gubernur sebagai bentuk rasa terima kasih warga Baduy terhadap pemimpinnya.
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa seba merupakan perwujudan
ketaatan masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah, khusunya pemerintah
Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten. Selain itu tradisi seba juga mengandung
unsur-unsur nilai Pendidikan Kewarganegaraan (civic education value) yang
ditandai dengan ketaatan masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah sebagai
perwujudan warga negara yang baik (to be a good citizenship).
Tradisi seba terus bertahan hingga sekarang, karena tradisi seba
merupakan sebuah warisan dari leluhur masyarakat Baduy yang bertujuan untuk
tradisi seba dipertahankan untuk menjaga dan merawat lingkungan. Dengan
alasan tersebut, maka tradisi seba akan terus dipertahankan masyarakat adat
Baduy sebagai perwujudan kepatuhan masyarakat Baduy terhadap leluhur dan
pemerintah.
Menurut Marsadi (Staff Humas Kampung Baduy) dalam wawancara pra
penelitian menyatakan bahwa tradisi seba tahun ini berjalan dengan lancar.
Mereka menyerahkan beragam hasil bumi, seperti beras, pisang, gula merah, dan
talas kepada pemerintah setempat. Warga Baduy yang mengikuti tradisi seba
sekitar 1.388 orang, dengan 50 orang berjalan kaki sejauh 80km dari Kanekes
menuju Rangkasbitung dan Kota Serang, dibandingkan dengan tahun 2011 warga
Baduy yang mengikuti tradisi seba sebanyak 1.482 dengan 99 orang yang berjalan
kaki. Hal ini menggambarkan keikutsertaan warga Baduy dalam tradisi seba tahun
ini mengalami penurunan.
Sesuai dengan pelaksanaan tradisi seba tersebut, terlihat adanya rasa cinta
dan rasa taat masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah setempat. Masyarakat
adat Baduy tetap berupaya untuk mewujudkan harapan mereka sebagai warga
negara yang baik melalui tradisi seba. Misi tradisi seba ini telah membuat mereka
sama dengan warga negara yang di luar dari masyarakat adat Baduy, yang mana
sama-sama memberi harapan yang di inginkan mereka agar dapat lebih baik lagi.
Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”TRADISI SEBA PADA
MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis dapat
mengidentifikasi masalah umum yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu
tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga negara yang
baik.
Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka
masalah umum tersebut dijabarkan sebagai masalah khusus yang menjadi
rumusan masalah penelitian ini yaitu :
1. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi dipertahankannya tradisi seba ?
2. Nilai-nilai apa yang terkandung dalam tradisi seba kaitannya dengan
perwujudan warga negara yang baik ?
3. Strategi apa yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam pewarisan
nilai-nilai tradisi seba ?
4. Kendala apa yang dihadapi masyarakat adat Baduy dalam pelaksanaan tradisi
adat seba ?
5. Upaya apa yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam menanggulangi
kendala-kendala dalam pelaksanaan tradisi seba ?
C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji
tentang tradisi seba pada masyarakat adat baduy sebagai perwujudan
2. Tujuan khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini pula memiliki tujuan khusus yakni
untuk mengetahui dan mengidentifikasi :
a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi tradisi seba masih
dipertahankan
b. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi seba kaitannya dengan
perwujudan warga negara yang baik
c. Strategi apa yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam pewarisan
nilai-nilai tradisi seba
d. Kendala yang dihadapi masyarakat adat Baduy dalam pelaksanaan
tradisi adat seba
e. Upaya yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam menanggulangi
kendala-kendala dalam pelaksanaan tradisi seba
D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan
baru dalam tataran teoritis bagi pengembangan keilmuan. Selain itu
setelah melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih bagi perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat Baduy
1) Menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air dan meningkatkan rasa
kebersamaan
2) Mempererat tali silaturahmi antar warga baduy dengan pemerintah
3) Dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
tradisi seba pada kehidupan sehari-hari
b. Bagi Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata
1) Menjaga dan melestarikan kekayaan budaya yang ada di daerah,
sebagai sebuah aset yang sangat berharga
2) Meningkatkan daya tarik kebiasaan asli masyarakat adat Baduy
dalam bidang pariwisata
E.Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi pengertian dari
setiap istilah tersebut sebagai berikut :
1. Masyarakat Adat
Sukanto (dalam Darwis 2008: 104) menyatakan bahwa:
Melihat dari pengertian masyarakat adat di atas, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adat adalah masyarakat yang memiliki kesamaan-kesamaan dalam hal
keturunan, wilayah, dan hukum adat yang dipatuhinya, memiliki pula nilai nilai
budaya asli dan kearifan lokal. Hal-hal inilah yang membuat suatu perbedaan
antara masyarakat adat dengan masyarakat yang terdapat di kota-kota besar.
2. Suku Baduy
Merupakan salah satu suku di Indonesia yang hingga sekarang masih
mempertahankan nilai-nilai kebudayaan dasar yang dimiliki dan di yakninya di
tengah tengan peradaban yang modern di sekelilingnya.
Suku baduy terbagi menjadi dua, baduy luar dan baduy dalam. Kelompok
terbesar disebut dengan Baduy Luar atau Urang Panamping yang tinggal
disebelah utara Kanekes. Mereka berjumlah sekitar 7 ribuan yang menempati 28
kampung dan 8 anak kampung. Sementara di bagian selatannya dihuni masyarakat
Baduy Dalam atau Urang Tangtu. Diperkirakan mereka berjumlah 800an orang
yang tersebar di Kampung Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana.
3. Kebudayaan
Seorang antropolog yaitu E.B Tylor (dalam Ranjabar, 2006: 21)
memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut
Kebudayaan adalah hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan–kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Sesuai dengan pernyataan di atas, kebudayaan mencakup semua yang
didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan
artinya mencakup segala cara – cara atau pola berfikir, merasakan atau bertindak.
4. Warga Negara
Menurut Komalasari dan Syaifullah (2009: 1) berpendapat bahwa:
Warga Negara adalah anggota Negara. sebagai anggota suatu Negara seorang warga neggara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.
Sesuai dengan pernyataan di atas, warga Negara juga bisa disebut rakyat
yang menetap pada suatu wilayah tertentu dengan rakyat tertentu dan mempunyai
hubungan dengan suatu Negara. Warga Negara dengan Negara terdapat hubungan
timbal balik di antara keduanya, yakni warga Negara mempunyai kewajiban
kepada Negara begitupun sebaliknya.
5. Tradisi Seba
Berdasarkan artikel yang termuat dalam Kompas.com pada tanggal 3 Juli
2012 menyatakan bahwa: “Seba dapat diartikan sebagai kunjungan resmi yang
merupakan peristiwa dalam untaian adat masyarakat Baduy yang dilakukan seusai
Kawalu dengan rangkaian acara secara terperinci serta persiapan yang matang”.
Tradisi seba yang dimiliki oleh masyarakat adat baduy adalah perwujudan
nyata sebagai warga Negara yang baik. Selain itu tradisi seba juga merupakan
tanda kesetiaan dan ketaatan kepada Pemerintah Republik Indonesia yang
dilaksanakan kepada penguasa pemerintahan mulai dari Bupati Lebak dan
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data diantaranya sebagai berikut:
1.Wawancara
Meleong (2010: 186) menjelaskan bahwa :
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu/ percakapn itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini tertuju kepada
tokoh adat Baduy, kepala Desa Kanekes, masyarakat Baduy, Kepala Dinas
Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak.
Wawancara ini berfungsi untuk mengetahui hal-hal yang mendalam
mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan
warga Negara yang baik.
2. Observasi
Danial dan Wasriah (2009: 77) menyatakan bahwa:
Observasi merupakan alat yang digunakan untuk mengamati, dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/ merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang pelaksanaan tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat
Baduy yang sulit diperoleh dengan teknik lain.
Dengan melakukan observasi ini peneliti akan mendapatkan
3. Dokumentasi
Arikunto (1998: 236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi
merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya”.
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik
observasi dan wawancara. Data yang diperoleh dari dokumentasi, seperti
footo-foto, peta, data penduduk, gambar, dan surat-surat dari pelaksanaan
tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat Baduy ini dapat menjadi
referensi bagi peneliti.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara mendalam
dari hasil wawancara dan observasi. Catatan lapangan untuk penelitian ini
diperoleh ketika peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada
tokoh adat Baduy, masyarakat adat Baduy.
5. Studi Literatur
Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk
mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai literatur baik
berupa buku maupun artikel-artikel dari media masa yang berhubungan
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam
penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden di lapangan untuk
selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan. Menurut Nasution (2003: 129)
berpendapat bahwa:
“Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verifikasi”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam
pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk
mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan
pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan
untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul
sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.
2. Display Data
Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun
secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data
yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola
selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk
memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan
data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian
direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data yang
terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi.
Melalui tahap-tahap tersebut di atas penulis memperoleh data secara
lengkap mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai
perwujudan warga negara yang baik.
H.Lokasi dan Subjek Penelitian 1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah kampung adat baduy, Desa Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Lokasi ini
dipilih karena pada kampung adat Baduy memiliki keunikan tradisi yang
tidak dimiliki oleh kampung adat lain.
2.Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh Adat Baduy, Kepala Desa
Kanekes, beberapa warga masyarakat kampung adat Baduy, Kepala Dinas
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa:
penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.
Pendapat di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 9) yang
menjelaskan bahwa:
dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti
adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat mendalami dan memahami makna interaksi antar-manusia secara menyeluruh.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat peneliti utama adalah peneliti itu
sendiri, hal ini memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan
memperoleh data secara akurat.
Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan
dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif karena pertama,
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai tradisi seba pada
masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga negara yang baik
Maksudnya adalah peneliti membutuhkan sejumlah data lapangan yang berisi
masalah-masalah yang nyata terjadi di lapangan dan mencari solusi dalam
memecahkan masalah tersebut.
Kedua, pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, dalam pendekatan kualitatif
yang menjadi instrument utama adalah peneliti itu sendiri, maka pendekatan
kualitatif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dengan kata lain,
pendekatan kualitatif memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi, sehingga
memudahkan peneliti untuk menyesuaikan situasi yang berubah-ubah dalam
penelitian ini.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat
melakukan penelitian secara maksimal dan mendalam sehingga peneliti dapat
memperoleh data yang valid dan akurat terhadap pelaksanaan tradisi seba.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Menurut Arikunto (1998: 215) :
ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaflikasikannya dan menginterpretasikannya
Senada dengan pendapat di atas Danial (2009: 63) berpendapat bahwa :
Sesuai dengan pendapat di atas metode studi kasus dilakukan untuk
penelitian yang meliputi subjek yang sangat sempit, dengan kata lain metode ini
digunakan hanya untuk subjek penelitian yang belum tentu ada di tempat lain.
Sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan mengenai pelaksanaan tradisi Seba
masyarakat adat Baduy. Subjek dan objek penelitian ini hanya terdapat di
kampung adat Baduy dan tidak terdapat di kampung adat lain. Sehingga metode
penelitian yang paling cocok untuk penelitian ini menggunakan metode penelitian
studi kasus.
B. Teknik Pengumpulan Data
Supaya data yang diperoleh dari lapangan akurat dan valid, maka teknik
pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian di lapangan
adalah:
1. Wawancara
Wawancara menurut Esterberg (Sugiyono 2009: 317) adalah “pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Sedangkan menurut Nasution
(2003: 73), tujuan wawancara untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam
pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal
yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi”. Jadi dengan wawancara, peneliti
akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang situasi dan fenomena yang
terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
pertanyaan-pertanyaan garis besar yang memungkinkan responden mempunyai
kebebasan untuk memberikan jawaban serta memungkinakan wawancara
dilakukan secara mendalam.
Dalam implementasinya di lapangan peneliti melakukan wawancara
kepada Tokoh Masyarakat Baduy, Masyarakat Baduy, dan Kepala Dinas Pemuda,
Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Pemilihan responden
berdasarkan tujuan dan pertimbangan bahwa mereka adalah sumber yang tepat
karena responden tersebut mengetahui dan terlibat langsung dalam pelaksanaan
tradisi seba.
2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Arikunto (1998:
129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”.
Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang
dilihat oleh subjek penelitian, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan
yang dianut oleh para subjek pada keadaan waktu itu.
Data observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi
kegiatan penelitian di lapangan. Oleh karena itu, keberadaan peneliti secara
langsung di lapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk
mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk mendapatkan data yang lebih
Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu
tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga Negara yang
baik serta seluruh hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tradisi seba.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Arikunto (1998: 236) mengatakan
bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai
hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Data yang diperoleh dari studi
dokumentasi yang diambil oleh penulis yaitu berupa gambar-gambar kegiatan
tradisi seba masyarakat adat baduy, rumah adat baduy dan data-data dari
pemerintah desa kanekes seperti profil desa dan sejarah tradisi seba.
4. Catatan Lapangan
Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan atau wawancara dalam
pengumpulan data di lapangan, pada waktu berbeda di lapangan peneliti membuat
catatan, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan
lapangan. Catatan itu berupa coret-coretan yang sangat dipersingkat, berisi
kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan.
Menurut Moleong (2010: 153) berpendapat bahwa :
catatan lapangan bisa diubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba dirumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan, wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas.
catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat, luas, dan mendalam dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti tentang aktor, aktivitas ataupun tempat berlangsungnya kegiatan tersebut.
Adapun catatan lapangan yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini
adalah catatan yang peneliti liat secara langsung mengenai asal muasal tradisi adat
seba, pelaksanaan tradisi adat seba dan berita dari tokoh masyarakat Baduy
mengenai Baduy dan peradabannya.
5. Studi Literatur
Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan
berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Hal ini dimaksukan untuk memperoleh data teoritis
yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan berbagai literatur baik berupa buku maupun
artikel-artikel dari media masa atau internet. Hal ini dimaksudkan untuk
memperolah data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang
diperoleh melalui penelitian dan dapat menunjang hasil dari penelitian tersebut.
Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis ini yaitu untuk
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang
sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik
ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur
yang berhubungan dengan pelaksanaan tradisi seba.
C. Subjek Penelitian
Menurut Arikunto (2009: 152) “Subjek penelitian adalah benda, hal atau
Subjek penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di
dalam penelitian. Subjek penelitian harus ditentukan terlebih dahulu sebelum
peneliti siap untuk mengumpulkan data. Berdasarkan uraian ahli di atas, maka
yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Satu orang tokoh adat, sebagai yang dituakan dan banyak mengetahui sejarah
kampung adat Baduy.
2. Satu orang Kepala Desa Kanekes, sebagai pimpinan di wilayah Baduy.
3. Satu orang staf/aparat Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata
Kabupaten Lebak selaku pembuat kebijakan dalam melestarikan kearifan lokal.
4. Empat orang masyarakat Desa Kanekes, sebagai pelaksana tradisi adat seba.
Jadi dalam pengumpulan data dari responden didasarkan pada ketentuan
data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai
keterangan diperoleh hasil yang sama, maka sudah dianggap cukup untuk proses
pengambilan data yang diperlukan sehingga tidak perlu lagi meminta keterangan
dari responden berikut. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah
sampai pada titik jenuh.
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal proses
penelitian serta pada akhir penelitian. Senada dengan hal tersebut Nasution (2003:
129) mengemukakan “dalam penelitian kualitatif analitis data harus dimulai sejak
awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk
Sugiyono (2009: 335) mengungkapkan analisis data sebagai berikut:
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam
pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi
dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang
dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah
pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi
memberikan gambaran lebih rinci.
2. Display Data
Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara
terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang
terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya
untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun
dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk
memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data
bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data yang terkumpul direduksi,
selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi.
Demikian prosedur pengolahan data dan yang dilakukan penulis dalam
melakukan penelitian ini. Dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian yang
dilakukan penulis dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan
suatu penelitian.
4. Pengujian Keabsahan Data
Sugiyono (2009: 366) mengatakan bahwa “untuk menetapkan keabasahan
data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan tersebut
meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas)”.
a. Credibility (validitas internal)
Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak
memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh
tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas
(validitas internal). Menurut Sugiyono (2009: 368) cara yang dapat dilakukan
untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara
lain:
1). Perpanjangan Pengamatan
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian ini, difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh,
berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali kelapangan data sudah benar
berarti kredibel, maka waktu perpanjangan dapat diakhiri.
2). Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Menurut
Sugiyono (2009: 371), “sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan
adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian
atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti”.
3). Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi
dalam penelitian ini dilakukan terhadap informasi yang diberikan subjek
penelitian.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data. Sugiyono (2009: 372), menyebutkan “ada berbagai sumber, berbagai cara,
dan berbagai waktu dalam pengujian kredibilitas”.
4). Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak
ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan,
berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Bila tidak ada lagi data yang
ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan
data-data yang bertentangan dengan data-data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan
merubah temuannya.
5). Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, peneliti
menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara dengan subjek
penelitian, foto-foto, dokumen dan sebagainya. Dalam laporan penelitian,
sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau
dokumen autentik, sehingga lebih dapat dipercaya.
6). Mengadakan Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data. Apabila
data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid,
sehingga semakin kredibel/dipercayai, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti
dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti
perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaanya tajam,
maka peneliti harus merubah hasil temuannya, dan harus menyesuaikan dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data.
b. Transferability (Validitas Eksternal)
Transferability digunakan dalam pengujian hasil penelitian dengan
konteks sosial lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil
penelitian kualitatif yang peneliti lakukan sehingga ada kemungkinan untuk
menerapkan hasil penelitian ini pada kesempatan yang berbeda, maka peneliti
dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis.
Dengan demikian peneliti berharap pembaca menjadi jelas atas hasil
penelitian ini, sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya untuk
mengplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
c. Dependability (Reliabilitas)
Berkaitan dengan uji reliabilitas, peneliti dibimbing dan diarahkan secara
kontinyu oleh dua orang pembimbing dalam mengaudit terhadap keseluruhan
proses penelitian dengan tujuan supaya penulis dapat menunjukan hasil aktivitas
di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di
lapangan mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan
sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai
membuat kesimpulan.
d. Confirmability (Obyektivitas)
Mengenai konfirmability peneliti menguji hasil penelitian dengan
mengaitkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan dan
mengevaluasi hasil penelitiannya, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari
E.Tahap-Tahap Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian harus melalui beberapa tahapan-tahapan
penelitian terlebih dahulu, berikut adalah tahapan-tahapan yang harus
dilaksanakan oleh penulis:
1. Tahap Pra Penelitian
Dalam tahap pra penelitian peneliti melakukan persiapan yang diperlukan
sebelum terjun ke dalam kegiatan penelitian. Penyusunan rancangan penelitian,
pertimbangan masalah penelitian, lokasi penelitian dan pengurus perijinan
merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.
Memilih masalah serta menentukan judul dan lokasi penelitian merupakan
kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah masalah dan judul dinilai
telah mencukupi dan disetujui oleh pembimbing maka peneliti melakukan studi
lapangan untuk mendapat gambaran awal mengenai subjek yang akan diteliti.
Setelah diperoleh gambaran awal mengenai kondisi subjek penelitian, langkah
selanjutnya menyusun proposal penelitian dan pedoman wawancara serta format
observasi sebagai alat pengumpul data yang disesuaikan dengan fokus penelitian.
Pedoman wawancara yang dibuat terdiri dari dua bagian yaitu pedoman
wawancara untuk warga kampung adat Baduy dan pedoman wawancara untuk
Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Langkah
selanjutnya, proposal penelitian, pedoman wawancara, dan observasi tersebut
dikonsultasikan dengan pembimbing, kemudian setelah disetujui dijadikan
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu penulis menempuh
proses perijinan sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat
rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.
b. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada
Pembantu Dekan I atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat
rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.
c. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan ijin
penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya
dan Pariwisata Kabupaten Lebak.
d. Selanjutnya peneliti menyerahkan surat izin dari UPI kepada pihak
Disporabudpar Kabupaten Lebak, kemudian meminta tembusan kepada
Disporabudpar Kabupaten Lebak, setelah memperoleh rekomendasi dari
Disporabudpar Kabupaten Lebak selanjutnya surat diserahkan kepada pihak
Desa Kanekes, yang diwakili oleh Kepala Desa Kanekes sekaligus
memberitahukan bahwa peneliti akan melakukan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang
menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk
melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai
instrumen utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara antara
tokoh masyarakat adat Baduy, Kepala Desa Kanekes, Staff Disporabudbar
Kabupaten Lebak, dan masyarakat Desa Kanekes.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis
ketahui. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan
kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan, dengan tujuan
supaya dapat mengungkapkan data secara menditail dan lengkap.
3. Tahap Analisis Data
Tahap yang terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan
setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap ini peneliti berusaha
mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi.
Demikian tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
mengolah dan menganalisis data serta informasi yang diperoleh dalam penelitian
mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa
tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat baduy merupakan wujud dari
warga Negara yang baik yang tercermin melalui sowan dengan tujuan menjalin
tali silaturahim dengan pemerintah.
2. Kesimpulan Khusus
Disamping kesimpulan umum di atas, diuraikan kesimpulan khusus, yakni:
a. Terdapat dua faktor dipertahankannya tradisi seba yakni (1) warisan dari
leluhur masyarakat baduy yang harus dipertahankan dan dilaksanakan terus
menerus secara rutin pada bulan Sapar; (2) ajang silaturahim masyarakat adat
baduy dengan pemerintah.
b. Nilai-nilai yang terkandung pada pelaksanaan tradisi seba yang kaitannya
dengan perwujudan sebagai warga Negara yang baik yakni (1) nilai empiris
yang tercermin dalam persiapan pelaksanaan tradisi seba; (2) nilai estetis
terlihat dalam perjalanan pelaksanaan tradisi seba; (3) nilai teologis tertuang
dalam seluruh rangkaian pelaksanaan tradisi seba; (4) nilai teleologis
tergambar pada tujuan dilaksanakannya tradisi seba; (5) nilai logis tercermin
dalam aturan adat pelaksanaan tradisi seba dan (6) nilai etis terlihat pada tata
c. Strategi yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pewarisan tradisi seba
yakni (1) melibatkan langsung generasi penerus dalam pelaksanaan tradisi
seba; (2) proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua sejak dini
mengenai tradisi seba; (3) proses habituasi melalui lingkungan sekitar yang
dapat disampaikan melalui teman sebaya sedangkan strategi yang dilakukan
pemerintah dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat baduy untuk
kebutuhan mereka selama perjalanan dalam pelaksanaan tradisi seba.
d. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba
yakni (1) koordinasi yang kurang baik antara warga Baduy dengan
pemerintah; (2) jarak tempuh yang jauh dari wilayah antara kampung Baduy
sampai ke pendopo Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten; (3) fluktuasi hasil
bumi yang diperoleh sedangkan kendala yang dihadapi pemerintah dalam
pelaksanaan tradisi Seba yakni (1) tidak menentunya waktu pelaksanaan Seba
yang disebabkan oleh jarak tempuh yang jauh; (2) padatnya jadwal Bupati
dengan Gubernur sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat Baduy
tidak disambut langsung oleh Bapak Bupati Lebak dan Ibu Gubernur Banten.
e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba
yakni (1) koordinasi yang maksimal dari jaro warga kepada pemerintah; (2)
waktu pemberangkatan yang berbeda antara baduy luar dengan baduy dalam;
(3) pemberian hasil panen yang tidak maksimal sebagai rasa syukur dan
terima kasih masyarakat baduy kepada pemerintah sedangkan upaya yang
dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi kendala-kendala yang
warga untuk waktu sampai masyarakat baduy di pendopo; (2) mempersiapkan
jadwal Bapa gede agar bisa menyambut dan memimpin langsung pelaksanaan
tradisi seba.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang di ambil, maka peneliti mengajukan saran
yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai
berikut:
1. Bagi pihak Disporabudpar Kabupaten Lebak, yaitu:
a. Pemerintah harus lebih mengintensifkan kunjungan ke kampung adat
baduy ataupun mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat
baduy.
b. Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam pewarisan nilai-nilai tradisi
seba melalui publikasi ataupun promosi pada berbagai media tentang
tradisi seba dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
c. Pemerintah khususnya bapa gede (Gubernur dan Bupati) hendaknya lebih
mengutamakan pelaksanaan kegiatan tradisi seba sebagai bentuk
kepedulian mereka terhadap masyarakat adat baduy.
2. Bagi Masyarakat Adat Baduy
a. Masyarakat baduy diharapkan agar lebih terbuka kepada pemerintah
perihal permasalahan yang terjadi di wilayah kampung adat baduy melalui
b. Masyarakat baduy harus lebih berperan aktif untuk mewariskan nilai-nilai
yang terkandung pada tradisi seba melalui pemberian masukan yang
positif perihal pelaksanaan tradisi seba.
c. Masyarakat baduy harus lebih giat untuk memperoleh hasil bumi yang
memuaskan agar dapat diberikan kepada bapa gede dalam tradisi seba
secara maksimal.
d. Masyarakat baduy lebih meningkatkan esensi dari pelaksanaan tradisi seba
itu sendiri untuk menjaga silaturahim dengan pemerintah, melalui bazar
yang diadakan oleh pemerintah.
3. Bagi Jaro Warga (Kepala Desa Kanekes)
a. Harus lebih transparan kepada masyarakat baduy mengenai
program-program yang diadakan pemerintah, ataupun segala hal yang berhubungan
dengan pemerintah.
b. Dapat menampung aspirasi masyarakat baduy mengenai keluhan-keluhan
yang terjadi di wilayah kampung adat baduy agar pada pelaksanaan tradisi
seba, keluhan itu dapat disampaikan kepada pemerintah.
c. Lebih meningkatkan koordinasi dengan pemerintah, untuk menanggulangi
kendala-kendala yang terjadi pada tradisi seba sehingga ada perbaikan
untuk tradisi seba pada tahun berikutnya.
d. Jaro warga sebagai penghubung antara masyarakat baduy dengan
pemerintah hendaknya dapat bekerja sama dengan pemerintah agar dapat
memperkenalkan kebudayaan yang ada pada masyarakat adat baduy ke
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Alo Liliweri. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogjakarta. PT. LKiS Pelangi Aksara
Arikunto, Suharsimi (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalis Indonesia
Budimansyah, Dasim dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI
Danial, Endang dan Wasriah. (2009). Metode Penelitian Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia
Darwis Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia
Efendi Ferry dan Mahfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ekadjati Edi. S. (1995). Kebudayaan Sunda suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta : Pustaka Jaya
Idrus, M. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.
Ilyas Senjaya, Amin (2004). Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Rangkasbitung : Dinas INKOSBUDPAR Kabupaten Lebak
Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Komalasari, Kokom dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia, Konsep, Perkembangan dan Masalah Kontemporer. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
Nasution, (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Noorkasiani dkk. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI
Plummer Ken. (2011). Sosiologi the Basics. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Poerwanto Hari. (2010). Kebudayaan dan lingkungan dalam perspektif Antropologi, cetakan kelima. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ranjabar Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor : Ghalia Indonesia
Setiadi, Elly M. dkk. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana Predana Media Group
Soelaeman, Munandar. (1989). Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Eresco
Soelaeman Munandar. (2010). Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT. Refika Aditama
Soerjono, Soekanto. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan Kualitatif dan R&D). Bandung: ALFABETA
Winataputra dan Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press
2. Disertasi, Internet, Artikel dan sumber lainnya
Dadi Miharja, Nong. (1993). Tatanan Masyarakat dan Upacara Adat Suku Baduy. Lebak: Tidak diterbitkan
Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. (2004). Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang serta peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Lebak:Dinas Inkosbudpar
Pasha, Gurniwan Kamil. (2005). Strategi Hidup Komunitas Baduy di Kabupaten Lebak Banten. Disertasi Doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran
Moeslim, Ajak, (2012). Tradisi Seba Baduy untuk Lestarikan Alam. Dalam Bantennculturetourism,[Online].Tersedia:http://bantenculturetourism. com/?author=1&paged=5. [31Mei 2012]