• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK : Studi Kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK : Studi Kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor Daftar FPIPS : 1494/UN.40.1.2/PL/2013 TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI

PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK

(Studi Kasus Terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

WINDA FEBRINA 0907476

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK

(Studi Kasus Terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak)

Oleh

Winda Febrina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Winda Febrina 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

WINDA FEBRINA 0907476

TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK (Studi Kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes

Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I,

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 198803 1 003

PEMBIMBING II,

Syaifullah, S.Pd. M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,

(4)

ABSTRAK

WINDA FEBRINA (0907476), “TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK” (Studi Kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak).

Perwujudan masyarakat adat baduy sebagai warga Negara yang baik dilakukan melalui tradisi seba. Seba merupakan tradisi yang dilakukan setahun sekali dengan bentuk kunjungan resmi (sowan). Seba merupakan perwujudan ketaatan masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah, khusunya pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji tentang tradisi seba pada masyarakat adat baduy sebagai perwujudan warga negara yang baik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan studi literatur. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh adat kampung baduy, kepala desa kanekes, aparat pemerintah Disporabudpar Kabupaten Lebak dan masyarakat adat baduy.

(5)

ABSTRACT

WINDA FEBRINA (0907476), "SEBA TRADITION ON INDIGENOUS BADUY AS EMBODIMENT OF GOOD CITIZENS"(Case

Studies of the Indigenous Baduy Village Kanekes Subdistrict Leuwidamar Lebak Regency).

Embodiment of indigenous Baduy as good citizens conducted by Seba tradition. Seba is a tradition that is done once a year by official visit (sowan). Seba is embodiment of obedience of indigenous Baduy to government, especially government of Lebak Regency and Banten Province.

Generally, this study to identify and learn about the Seba traditions of the indigenous Baduy as the embodiment of a good citizen. The approach used in this study is a qualitative approach using case studies. Data collection was conducted by interview techniques, observation, documentation, field notes and literature. Subjects in this study were traditional leaders of Baduy Village, head of Kanekes Village, government officials of Disporabudpar Lebak regency and indigenous Baduy.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iv

ABSTRAK ...viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR BAGAN ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

E. Penjelasan Istilah ... 9

1. Masyarakat Adat ... 9

2. Suku Baduy ... 10

3. Kebudayaan ... 10

4. Warga Negara ... 11

5. Tradisi Seba ... 11

F. Teknik Pengumpulan Data ... 12

1. Wawancara ... 12

2. Observasi ... 12

3. Dokumentasi ... 13

4. Catatan Lapangan ... 13

5. Studi Literatur ... 13

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 14

1. Reduksi Data ... 14

2. Display Data ... 14

3. Kesimpulan/Verifikasi ... 15

H. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 15

1. Lokasi Penelitian ... 15

2. Subjek Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Pengertian, Unsur dan Ciri Masyarakat ... 16

1. Pengertian Masyarakat ... 15

2. Unsur Masyarakat ... 18

(7)

B. Pengertian, Unsur, Komponen, Wujud, Perkembangan

Kebudayaan ... 22

1. Pengertian Kebudayaan ... 22

2. Unsur Kebudayaan ... 25

3. Komponen Kebudayaan ... 28

4. Wujud Kebudayaan ... 29

5. Perkembangan Kebudayaan ... 32

C. Sejarah, Pengertian, Tujuan Seba ... 33

1. Sejarah Seba ... 33

2. Pengertian Seba ... 34

3. Tujuan Seba ... 35

D. Kaitan PKn dengan Budaya/Adat ... 36

1. Pengertian, Tujuan, Fungsi PKn ... 36

a. Pengertian PKn ... 36

b. Tujuan PKn ... 38

c. Fungsi PKn ... 40

2. Pengembangan Budaya dalam Konteks PKn ... 40

E. Tradisi Seba dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 45

1. Pendekatan Penelitian ... 45

2. Metode Penelitian... 46

B. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Wawancara ... 47

2. Observasi ... 48

3. Dokumentasi ... 49

4. Catatan Lapangan ... 49

5. Studi Literatur ... 50

C. Subjek Penelitian ... 50

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 51

1. Reduksi Data ... 52

2. Display Data ... 52

3. Kesimpulan/ Verifikasi ... 52

4. Pengujian Keabsahan Data ... 53

a. Credibility (Validitas Internal) ... 53

b. Transferability (Validitas Eksternal)... 55

c. Dependability (Reliabilitas) ... 56

d. Confirmability (Obyektivitas) ... 56

E. Tahap-tahap Penelitian ... 57

1. Tahap Pra Penelitian ... 57

2. Tahap Pelaksanaan ... 58

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 60

1. Profil Masyarakat Baduy... 60

2. Letak Geografis Kampung Adat Baduy ... 61

3. Asal Usul Masyarakat Baduy ... 63

4. Penduduk ... 65

5. Sistem Pemerintahan ... 68

6. Agama dan Kepercayaan... 71

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 76

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...123

A. Kesimpulan ...123

1. Kesimpulan Umum ...123

2. Kesimpulan Khusus ...123

B. Saran ...125 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat

telah berhasil menarik perhatian baik masyarakat asing maupun masyarakat lokal.

Ketertarikan para wisatawan kepada masyarakat adat Baduy membuat mereka

ingin melihat dan berkunjung ke kampung adat Baduy. Tidak sedikit para

wisatawan yang ingin meneliti mengenai kebudayaan yang dimiliki oleh

masayarakat adat Baduy tersebut.

Hal di atas sesuai data dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan

Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Lebak, pada tahun 2011 tercatat 6.469

pengunjung yang menyambangi Baduy. Menurut Kapala Bidang Pariwisata

Disporabudpar Kabupaten Lebak dari 6.469 pengunjung itu sekitar 120-an

wisatawan mancanegara. Hal itu mengindikasikan daya tarik wisata Baduy masih

diminati masyarakat.

Lokasi kampung adat Baduy terletak di Kabupaten Lebak. Mereka

berdomisili di sekitar hutan yang tidak bisa ditempuh dengan waktu yang singkat.

Hal tersebut sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Edi S. Ekadjati (2009: 52)

yang menyatakan bahwa ”lokasi permukiman masyarakat adat Baduy yang

terpencil, sikap hidup yang kukuh mempertahankan adat dari leluhur dan sikap

(10)

Sesuai pendapat di atas bahwa masyarakat adat Baduy memang berada di

tempat yang jauh dari keramaian, karena menurut sejarah yang ada mereka

merupakan pengasingan dari kerajaan sunda pajajaran. Hal tersebut diperkuat oleh

catatan lain dari laporan R.A.A.A Djajadiningrat, yang diikuti Yudistira Garna

yang dikutip oleh Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata

Kabupaten Lebak (2004: 9) antara lain sebagai berikut:

Menurut adat dan kepercayaan, orang-orang baduy merupakan kelompok yang mewakili suatu jaman peradaban Pasundan yang telah silam. Meskipun kita telah jauh di pengetahuan yang pasti tentang satu dan lainnya mengenai pandangan mereka namun melihat keterasingannya yang ketat yang mereka lakukan, sejauh ini dapat disimpulkan bahwa mereka itu bukan penganut ajaran Ciwa atau Wisnu dan bukan pula penganut suatu sekte Hindu ataupun Budha.

Menurut pendapat di atas dapat dideskripsikan bahwa masyarakat adat

Baduy telah ada sejak zaman kerajaan Pasundan. Kehidupan yang dianut oleh

masyarakat adat Baduy sejak beberapa abad yang lalu dapat disimpulkan bahwa

mereka memang telah terbiasa terisolir, jauh dari keramaian dan tidak menerima

masuknya kebudayaan dari luar.

Masyarakat adat Baduy dapat bertahan dalam kurun waktu yang sangat

lama dengan menolak budaya dari luar. Padahal, perubahan yang ditawarkan dari

luar membuat yang sulit menjadi mudah, membuat segalanya menjadi instan.

Namun itu semua tidak berpengaruh kepada pendirian masyarakat adat Baduy

dalam mempertahankan budaya warisan nenek moyangnya.

Tidak dapat dipungkiri keunikan budaya yang dimiliki oleh masyarakat

adat Baduy memanglah sangat lazim untuk diteliti dan dibanggakan. Kekhasan

(11)

menjadi unik dan berbeda dengan yang lain. Dengan kebudayaannya yang masih

kental dari warisan nenek moyang mereka, maka sudah sepantasnya masyarakat

adat Baduy menjadi kearifan lokal di Kabupaten Lebak.

Seiring dengan perkembangan zaman, dalam rangka menjalankan

kehidupan dan memenuhi kebutuhan masyarakat adat Baduy diberlakukan

toleransi terhadap perubahan yang berasal dari luar Baduy. Hal ini sejalan dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pasya (2005: 227) dalam disertasinya

berpendapaat:

Perubahan sosial dalam kehidupan komunitas Baduy sebenarnya menurut Pikukuh tidak boleh terjadi, tetapi adanya toleransi terhadap pengobatan dari luar dan penanaman albazia akan mempercepat terjadinya perubahan dalam kehidupan mereka. Disamping itu perubahan sosial terjadi pada orang penamping yang keluar dari kehidupan dan budaya Baduy, karena adanya keinginan untuk mengubah kehidupan baik atas kehendak sendiri ataupun ajakan dan dorongan pihak lain, tetapi terlebih dahulu harus melakukan pertimbangan agar kelak tidak merugikan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan

sosial pada masyarakat adat Baduy seketika dapat terjadi. Perubahan tersebut bisa

terjadi jika ada toleransi dari Pikukuh komunitas Baduy. Hal ini didasarkan pada

keinginan komunitas Baduy untuk mengubah kehidupan mereka sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan zaman.

Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa sebuah masyarakat adat

biasanya memiliki pemerintahan sendiri. Dimana pemerintahan tersebut di atur

sesuai kehendak masyarakat adat yang terkait. Begitu pula yang terjadi pada

masyarakat adat Baduy, mereka telah memiliki sebuah pemerintahan, dan wilayah

(12)

Setelah mengadakan studi pendahuluan melalui observasi bahwa sistem

pemerintahan yang ada disana tidak berbeda jauh dengan sistem pemerintahan

yang ada di organisasi pemerintahan. Mereka mempunyai kewajiban yang harus

di jalani sebagai pemimpin adat dalam mensejahterakan rakyatnya, ataupun untuk

memimpin tradisi-tradisi adat yang selayaknya dilaksanakan. Seperti yang

tercantum dalam buku membuka tabir kehidupan tradisi budaya Baduy yang

dikeluarkan Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwista Kabupaten

Lebak (2005: 13) menyebutkan bahwa:

Sistem pemerintahan masyarakat baduy dibagi menjadi 2 bagian yaitu: baduy jero yang meliputi kampung Cibeo, Kampung Cikeusik dan cikertawan dipimpin oleh seorang PUUN dan Baduy luar yang berada diluar ketiga perkampungan tersebut dengan istilah Baduy Penamping (Baduy Pasisian) dipimpin oleh JARO DANGKA.

Para pimpinan adat yang telah dibagi dalam wilayahnya masing-masing

menjalankan tugas sesuai kewajiban yang mereka emban. Warga masyarakat

Baduy pun patuh dan taat kepada pemimpinnya. Itulah yang dibanggakan dari

masyarakat adat Baduy. Selain mereka taat dan patuh kepada pemerintah yang ada

di wilayah mereka, mereka pun tidak lupa status mereka sebagai warga negara

Republik Indonesia umumnya dan warga negara Kabupaten Lebak khususnya.

Terkadang kompleksitas yang terjadi pada masyarakat adat mereka merasa

telah memiliki sistem pemerintahan tersendiri, maka tidak perlu lagi pengakuan

bahwa mereka masih menjadi bagian dari Warga Negara di Indonesia. Namun

berbeda dengan masyarakat adat Baduy, mereka tetap mempertahankan dan

(13)

Perwujudan masyarakat adat Baduy untuk menjadi warga negara yang

baik dapat dibuktikan dengan salah satu tradisi mereka yang dikenal dengan seba.

Seba merupakan tradisi yang dilakukan setahun sekali dengan bentuk kunjungan

resmi (sowan). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Senjaya (2004: 48)

yang menyatakan bahwa:

Seba merupakan tradisi adat yang harus dilakukan setiap tahunnya bagi warga Baduy sebagai wujud nyata tanda kesetiaan dan ketaatan kepada pemerintah Republik Indonesia yang dilaksanakan kepada penguasa pemerintahan dimulai dari Bupati Lebak dan Gubernur Banten.

Senada dengan pernyataan di atas, hal serupa juga dikemukakan oleh Ajak

Moeslim (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten) dalam

artikelnya (http://bantenculturetourism.com) yang menyebutkan bahwa :

Seba Baduy berasal dari kata sabah berarti berpergian jauh untuk meningkatkan silaturahmi antara masyarakat Kanekes dengan pemerintah setempat. Ritual seba diadakan setahun sekali, sesuai peninggalan leluhur Baduy, ritual seba sendiri berarti mendatangi atau bersilaturahim kepada pemimpin mereka yang tidak lain adalah Gubernur Banten. Mereka akan memberikan persembahan hasil bumi kepada Gubernur sebagai bentuk rasa terima kasih warga Baduy terhadap pemimpinnya.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa seba merupakan perwujudan

ketaatan masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah, khusunya pemerintah

Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten. Selain itu tradisi seba juga mengandung

unsur-unsur nilai Pendidikan Kewarganegaraan (civic education value) yang

ditandai dengan ketaatan masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah sebagai

perwujudan warga negara yang baik (to be a good citizenship).

Tradisi seba terus bertahan hingga sekarang, karena tradisi seba

merupakan sebuah warisan dari leluhur masyarakat Baduy yang bertujuan untuk

(14)

tradisi seba dipertahankan untuk menjaga dan merawat lingkungan. Dengan

alasan tersebut, maka tradisi seba akan terus dipertahankan masyarakat adat

Baduy sebagai perwujudan kepatuhan masyarakat Baduy terhadap leluhur dan

pemerintah.

Menurut Marsadi (Staff Humas Kampung Baduy) dalam wawancara pra

penelitian menyatakan bahwa tradisi seba tahun ini berjalan dengan lancar.

Mereka menyerahkan beragam hasil bumi, seperti beras, pisang, gula merah, dan

talas kepada pemerintah setempat. Warga Baduy yang mengikuti tradisi seba

sekitar 1.388 orang, dengan 50 orang berjalan kaki sejauh 80km dari Kanekes

menuju Rangkasbitung dan Kota Serang, dibandingkan dengan tahun 2011 warga

Baduy yang mengikuti tradisi seba sebanyak 1.482 dengan 99 orang yang berjalan

kaki. Hal ini menggambarkan keikutsertaan warga Baduy dalam tradisi seba tahun

ini mengalami penurunan.

Sesuai dengan pelaksanaan tradisi seba tersebut, terlihat adanya rasa cinta

dan rasa taat masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah setempat. Masyarakat

adat Baduy tetap berupaya untuk mewujudkan harapan mereka sebagai warga

negara yang baik melalui tradisi seba. Misi tradisi seba ini telah membuat mereka

sama dengan warga negara yang di luar dari masyarakat adat Baduy, yang mana

sama-sama memberi harapan yang di inginkan mereka agar dapat lebih baik lagi.

Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”TRADISI SEBA PADA

MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA

(15)

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis dapat

mengidentifikasi masalah umum yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu

tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga negara yang

baik.

Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka

masalah umum tersebut dijabarkan sebagai masalah khusus yang menjadi

rumusan masalah penelitian ini yaitu :

1. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi dipertahankannya tradisi seba ?

2. Nilai-nilai apa yang terkandung dalam tradisi seba kaitannya dengan

perwujudan warga negara yang baik ?

3. Strategi apa yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam pewarisan

nilai-nilai tradisi seba ?

4. Kendala apa yang dihadapi masyarakat adat Baduy dalam pelaksanaan tradisi

adat seba ?

5. Upaya apa yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam menanggulangi

kendala-kendala dalam pelaksanaan tradisi seba ?

C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji

tentang tradisi seba pada masyarakat adat baduy sebagai perwujudan

(16)

2. Tujuan khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini pula memiliki tujuan khusus yakni

untuk mengetahui dan mengidentifikasi :

a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi tradisi seba masih

dipertahankan

b. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi seba kaitannya dengan

perwujudan warga negara yang baik

c. Strategi apa yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam pewarisan

nilai-nilai tradisi seba

d. Kendala yang dihadapi masyarakat adat Baduy dalam pelaksanaan

tradisi adat seba

e. Upaya yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam menanggulangi

kendala-kendala dalam pelaksanaan tradisi seba

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan

baru dalam tataran teoritis bagi pengembangan keilmuan. Selain itu

setelah melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih bagi perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

(17)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat Baduy

1) Menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air dan meningkatkan rasa

kebersamaan

2) Mempererat tali silaturahmi antar warga baduy dengan pemerintah

3) Dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam

tradisi seba pada kehidupan sehari-hari

b. Bagi Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata

1) Menjaga dan melestarikan kekayaan budaya yang ada di daerah,

sebagai sebuah aset yang sangat berharga

2) Meningkatkan daya tarik kebiasaan asli masyarakat adat Baduy

dalam bidang pariwisata

E.Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah yang

peneliti gunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi pengertian dari

setiap istilah tersebut sebagai berikut :

1. Masyarakat Adat

Sukanto (dalam Darwis 2008: 104) menyatakan bahwa:

(18)

Melihat dari pengertian masyarakat adat di atas, dapat disimpulkan bahwa

masyarakat adat adalah masyarakat yang memiliki kesamaan-kesamaan dalam hal

keturunan, wilayah, dan hukum adat yang dipatuhinya, memiliki pula nilai nilai

budaya asli dan kearifan lokal. Hal-hal inilah yang membuat suatu perbedaan

antara masyarakat adat dengan masyarakat yang terdapat di kota-kota besar.

2. Suku Baduy

Merupakan salah satu suku di Indonesia yang hingga sekarang masih

mempertahankan nilai-nilai kebudayaan dasar yang dimiliki dan di yakninya di

tengah tengan peradaban yang modern di sekelilingnya.

Suku baduy terbagi menjadi dua, baduy luar dan baduy dalam. Kelompok

terbesar disebut dengan Baduy Luar atau Urang Panamping yang tinggal

disebelah utara Kanekes. Mereka berjumlah sekitar 7 ribuan yang menempati 28

kampung dan 8 anak kampung. Sementara di bagian selatannya dihuni masyarakat

Baduy Dalam atau Urang Tangtu. Diperkirakan mereka berjumlah 800an orang

yang tersebar di Kampung Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana.

3. Kebudayaan

Seorang antropolog yaitu E.B Tylor (dalam Ranjabar, 2006: 21)

memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut

Kebudayaan adalah hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan–kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Sesuai dengan pernyataan di atas, kebudayaan mencakup semua yang

didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan

(19)

artinya mencakup segala cara – cara atau pola berfikir, merasakan atau bertindak.

4. Warga Negara

Menurut Komalasari dan Syaifullah (2009: 1) berpendapat bahwa:

Warga Negara adalah anggota Negara. sebagai anggota suatu Negara seorang warga neggara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.

Sesuai dengan pernyataan di atas, warga Negara juga bisa disebut rakyat

yang menetap pada suatu wilayah tertentu dengan rakyat tertentu dan mempunyai

hubungan dengan suatu Negara. Warga Negara dengan Negara terdapat hubungan

timbal balik di antara keduanya, yakni warga Negara mempunyai kewajiban

kepada Negara begitupun sebaliknya.

5. Tradisi Seba

Berdasarkan artikel yang termuat dalam Kompas.com pada tanggal 3 Juli

2012 menyatakan bahwa: “Seba dapat diartikan sebagai kunjungan resmi yang

merupakan peristiwa dalam untaian adat masyarakat Baduy yang dilakukan seusai

Kawalu dengan rangkaian acara secara terperinci serta persiapan yang matang”.

Tradisi seba yang dimiliki oleh masyarakat adat baduy adalah perwujudan

nyata sebagai warga Negara yang baik. Selain itu tradisi seba juga merupakan

tanda kesetiaan dan ketaatan kepada Pemerintah Republik Indonesia yang

dilaksanakan kepada penguasa pemerintahan mulai dari Bupati Lebak dan

(20)

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data diantaranya sebagai berikut:

1.Wawancara

Meleong (2010: 186) menjelaskan bahwa :

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu/ percakapn itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini tertuju kepada

tokoh adat Baduy, kepala Desa Kanekes, masyarakat Baduy, Kepala Dinas

Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak.

Wawancara ini berfungsi untuk mengetahui hal-hal yang mendalam

mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan

warga Negara yang baik.

2. Observasi

Danial dan Wasriah (2009: 77) menyatakan bahwa:

Observasi merupakan alat yang digunakan untuk mengamati, dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/ merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang pelaksanaan tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat

Baduy yang sulit diperoleh dengan teknik lain.

Dengan melakukan observasi ini peneliti akan mendapatkan

(21)

3. Dokumentasi

Arikunto (1998: 236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi

merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel

berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda dan sebagainya”.

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik

observasi dan wawancara. Data yang diperoleh dari dokumentasi, seperti

footo-foto, peta, data penduduk, gambar, dan surat-surat dari pelaksanaan

tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat Baduy ini dapat menjadi

referensi bagi peneliti.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara mendalam

dari hasil wawancara dan observasi. Catatan lapangan untuk penelitian ini

diperoleh ketika peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada

tokoh adat Baduy, masyarakat adat Baduy.

5. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk

mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai literatur baik

berupa buku maupun artikel-artikel dari media masa yang berhubungan

(22)

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam

penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh

peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden di lapangan untuk

selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan. Menurut Nasution (2003: 129)

berpendapat bahwa:

“Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verifikasi”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam

pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk

mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan

pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan

untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul

sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.

2. Display Data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun

secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data

yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola

(23)

selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil

penelitian yang diperoleh.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk

memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan

data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian

direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data yang

terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi.

Melalui tahap-tahap tersebut di atas penulis memperoleh data secara

lengkap mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai

perwujudan warga negara yang baik.

H.Lokasi dan Subjek Penelitian 1.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah kampung adat baduy, Desa Kanekes,

Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Lokasi ini

dipilih karena pada kampung adat Baduy memiliki keunikan tradisi yang

tidak dimiliki oleh kampung adat lain.

2.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh Adat Baduy, Kepala Desa

Kanekes, beberapa warga masyarakat kampung adat Baduy, Kepala Dinas

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa:

penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.

Pendapat di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 9) yang

menjelaskan bahwa:

dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti

adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat mendalami dan memahami makna interaksi antar-manusia secara menyeluruh.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat peneliti utama adalah peneliti itu

sendiri, hal ini memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan

memperoleh data secara akurat.

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan

dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif karena pertama,

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai tradisi seba pada

masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga negara yang baik

(25)

Maksudnya adalah peneliti membutuhkan sejumlah data lapangan yang berisi

masalah-masalah yang nyata terjadi di lapangan dan mencari solusi dalam

memecahkan masalah tersebut.

Kedua, pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, dalam pendekatan kualitatif

yang menjadi instrument utama adalah peneliti itu sendiri, maka pendekatan

kualitatif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dengan kata lain,

pendekatan kualitatif memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi, sehingga

memudahkan peneliti untuk menyesuaikan situasi yang berubah-ubah dalam

penelitian ini.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat

melakukan penelitian secara maksimal dan mendalam sehingga peneliti dapat

memperoleh data yang valid dan akurat terhadap pelaksanaan tradisi seba.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Menurut Arikunto (1998: 215) :

ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaflikasikannya dan menginterpretasikannya

Senada dengan pendapat di atas Danial (2009: 63) berpendapat bahwa :

(26)

Sesuai dengan pendapat di atas metode studi kasus dilakukan untuk

penelitian yang meliputi subjek yang sangat sempit, dengan kata lain metode ini

digunakan hanya untuk subjek penelitian yang belum tentu ada di tempat lain.

Sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan mengenai pelaksanaan tradisi Seba

masyarakat adat Baduy. Subjek dan objek penelitian ini hanya terdapat di

kampung adat Baduy dan tidak terdapat di kampung adat lain. Sehingga metode

penelitian yang paling cocok untuk penelitian ini menggunakan metode penelitian

studi kasus.

B. Teknik Pengumpulan Data

Supaya data yang diperoleh dari lapangan akurat dan valid, maka teknik

pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian di lapangan

adalah:

1. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg (Sugiyono 2009: 317) adalah “pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Sedangkan menurut Nasution

(2003: 73), tujuan wawancara untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam

pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal

yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi”. Jadi dengan wawancara, peneliti

akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang situasi dan fenomena yang

terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

(27)

pertanyaan-pertanyaan garis besar yang memungkinkan responden mempunyai

kebebasan untuk memberikan jawaban serta memungkinakan wawancara

dilakukan secara mendalam.

Dalam implementasinya di lapangan peneliti melakukan wawancara

kepada Tokoh Masyarakat Baduy, Masyarakat Baduy, dan Kepala Dinas Pemuda,

Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Pemilihan responden

berdasarkan tujuan dan pertimbangan bahwa mereka adalah sumber yang tepat

karena responden tersebut mengetahui dan terlibat langsung dalam pelaksanaan

tradisi seba.

2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Arikunto (1998:

129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan

menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”.

Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang

dilihat oleh subjek penelitian, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan

yang dianut oleh para subjek pada keadaan waktu itu.

Data observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi

kegiatan penelitian di lapangan. Oleh karena itu, keberadaan peneliti secara

langsung di lapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk

mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk mendapatkan data yang lebih

(28)

Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu

tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga Negara yang

baik serta seluruh hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tradisi seba.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Arikunto (1998: 236) mengatakan

bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai

hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Data yang diperoleh dari studi

dokumentasi yang diambil oleh penulis yaitu berupa gambar-gambar kegiatan

tradisi seba masyarakat adat baduy, rumah adat baduy dan data-data dari

pemerintah desa kanekes seperti profil desa dan sejarah tradisi seba.

4. Catatan Lapangan

Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan atau wawancara dalam

pengumpulan data di lapangan, pada waktu berbeda di lapangan peneliti membuat

catatan, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan

lapangan. Catatan itu berupa coret-coretan yang sangat dipersingkat, berisi

kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan.

Menurut Moleong (2010: 153) berpendapat bahwa :

catatan lapangan bisa diubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba dirumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan, wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas.

(29)

catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat, luas, dan mendalam dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti tentang aktor, aktivitas ataupun tempat berlangsungnya kegiatan tersebut.

Adapun catatan lapangan yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini

adalah catatan yang peneliti liat secara langsung mengenai asal muasal tradisi adat

seba, pelaksanaan tradisi adat seba dan berita dari tokoh masyarakat Baduy

mengenai Baduy dan peradabannya.

5. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan

berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian. Hal ini dimaksukan untuk memperoleh data teoritis

yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan berbagai literatur baik berupa buku maupun

artikel-artikel dari media masa atau internet. Hal ini dimaksudkan untuk

memperolah data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang

diperoleh melalui penelitian dan dapat menunjang hasil dari penelitian tersebut.

Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis ini yaitu untuk

mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang

sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik

ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur

yang berhubungan dengan pelaksanaan tradisi seba.

C. Subjek Penelitian

Menurut Arikunto (2009: 152) “Subjek penelitian adalah benda, hal atau

(30)

Subjek penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di

dalam penelitian. Subjek penelitian harus ditentukan terlebih dahulu sebelum

peneliti siap untuk mengumpulkan data. Berdasarkan uraian ahli di atas, maka

yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Satu orang tokoh adat, sebagai yang dituakan dan banyak mengetahui sejarah

kampung adat Baduy.

2. Satu orang Kepala Desa Kanekes, sebagai pimpinan di wilayah Baduy.

3. Satu orang staf/aparat Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata

Kabupaten Lebak selaku pembuat kebijakan dalam melestarikan kearifan lokal.

4. Empat orang masyarakat Desa Kanekes, sebagai pelaksana tradisi adat seba.

Jadi dalam pengumpulan data dari responden didasarkan pada ketentuan

data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai

keterangan diperoleh hasil yang sama, maka sudah dianggap cukup untuk proses

pengambilan data yang diperlukan sehingga tidak perlu lagi meminta keterangan

dari responden berikut. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah

sampai pada titik jenuh.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal proses

penelitian serta pada akhir penelitian. Senada dengan hal tersebut Nasution (2003:

129) mengemukakan “dalam penelitian kualitatif analitis data harus dimulai sejak

awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk

(31)

Sugiyono (2009: 335) mengungkapkan analisis data sebagai berikut:

analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam

pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi

dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang

dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah

pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi

memberikan gambaran lebih rinci.

2. Display Data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara

terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang

terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya

untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun

dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk

memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data

(32)

bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data yang terkumpul direduksi,

selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi.

Demikian prosedur pengolahan data dan yang dilakukan penulis dalam

melakukan penelitian ini. Dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian yang

dilakukan penulis dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan

suatu penelitian.

4. Pengujian Keabsahan Data

Sugiyono (2009: 366) mengatakan bahwa “untuk menetapkan keabasahan

data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan tersebut

meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas)”.

a. Credibility (validitas internal)

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak

memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh

tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas

(validitas internal). Menurut Sugiyono (2009: 368) cara yang dapat dilakukan

untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara

lain:

1). Perpanjangan Pengamatan

Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data

penelitian ini, difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh,

(33)

berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali kelapangan data sudah benar

berarti kredibel, maka waktu perpanjangan dapat diakhiri.

2). Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Menurut

Sugiyono (2009: 371), “sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan

adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian

atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti”.

3). Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi

dalam penelitian ini dilakukan terhadap informasi yang diberikan subjek

penelitian.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data. Sugiyono (2009: 372), menyebutkan “ada berbagai sumber, berbagai cara,

dan berbagai waktu dalam pengujian kredibilitas”.

4). Analisis Kasus Negatif

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang

berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak

ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan,

berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Bila tidak ada lagi data yang

(34)

ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan

data-data yang bertentangan dengan data-data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan

merubah temuannya.

5). Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung

untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, peneliti

menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara dengan subjek

penelitian, foto-foto, dokumen dan sebagainya. Dalam laporan penelitian,

sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau

dokumen autentik, sehingga lebih dapat dipercaya.

6). Mengadakan Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data. Apabila

data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid,

sehingga semakin kredibel/dipercayai, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti

dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti

perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaanya tajam,

maka peneliti harus merubah hasil temuannya, dan harus menyesuaikan dengan

apa yang diberikan oleh pemberi data.

b. Transferability (Validitas Eksternal)

Transferability digunakan dalam pengujian hasil penelitian dengan

(35)

konteks sosial lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil

penelitian kualitatif yang peneliti lakukan sehingga ada kemungkinan untuk

menerapkan hasil penelitian ini pada kesempatan yang berbeda, maka peneliti

dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis.

Dengan demikian peneliti berharap pembaca menjadi jelas atas hasil

penelitian ini, sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya untuk

mengplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

c. Dependability (Reliabilitas)

Berkaitan dengan uji reliabilitas, peneliti dibimbing dan diarahkan secara

kontinyu oleh dua orang pembimbing dalam mengaudit terhadap keseluruhan

proses penelitian dengan tujuan supaya penulis dapat menunjukan hasil aktivitas

di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di

lapangan mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan

sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai

membuat kesimpulan.

d. Confirmability (Obyektivitas)

Mengenai konfirmability peneliti menguji hasil penelitian dengan

mengaitkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan dan

mengevaluasi hasil penelitiannya, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari

(36)

E.Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian harus melalui beberapa tahapan-tahapan

penelitian terlebih dahulu, berikut adalah tahapan-tahapan yang harus

dilaksanakan oleh penulis:

1. Tahap Pra Penelitian

Dalam tahap pra penelitian peneliti melakukan persiapan yang diperlukan

sebelum terjun ke dalam kegiatan penelitian. Penyusunan rancangan penelitian,

pertimbangan masalah penelitian, lokasi penelitian dan pengurus perijinan

merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.

Memilih masalah serta menentukan judul dan lokasi penelitian merupakan

kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah masalah dan judul dinilai

telah mencukupi dan disetujui oleh pembimbing maka peneliti melakukan studi

lapangan untuk mendapat gambaran awal mengenai subjek yang akan diteliti.

Setelah diperoleh gambaran awal mengenai kondisi subjek penelitian, langkah

selanjutnya menyusun proposal penelitian dan pedoman wawancara serta format

observasi sebagai alat pengumpul data yang disesuaikan dengan fokus penelitian.

Pedoman wawancara yang dibuat terdiri dari dua bagian yaitu pedoman

wawancara untuk warga kampung adat Baduy dan pedoman wawancara untuk

Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Langkah

selanjutnya, proposal penelitian, pedoman wawancara, dan observasi tersebut

dikonsultasikan dengan pembimbing, kemudian setelah disetujui dijadikan

(37)

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu penulis menempuh

proses perijinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat

rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada

Pembantu Dekan I atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat

rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan ijin

penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya

dan Pariwisata Kabupaten Lebak.

d. Selanjutnya peneliti menyerahkan surat izin dari UPI kepada pihak

Disporabudpar Kabupaten Lebak, kemudian meminta tembusan kepada

Disporabudpar Kabupaten Lebak, setelah memperoleh rekomendasi dari

Disporabudpar Kabupaten Lebak selanjutnya surat diserahkan kepada pihak

Desa Kanekes, yang diwakili oleh Kepala Desa Kanekes sekaligus

memberitahukan bahwa peneliti akan melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang

menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk

melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai

instrumen utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara antara

(38)

tokoh masyarakat adat Baduy, Kepala Desa Kanekes, Staff Disporabudbar

Kabupaten Lebak, dan masyarakat Desa Kanekes.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis

ketahui. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan

kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan, dengan tujuan

supaya dapat mengungkapkan data secara menditail dan lengkap.

3. Tahap Analisis Data

Tahap yang terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan

setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap ini peneliti berusaha

mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi.

Demikian tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam

mengolah dan menganalisis data serta informasi yang diperoleh dalam penelitian

mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa

tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat baduy merupakan wujud dari

warga Negara yang baik yang tercermin melalui sowan dengan tujuan menjalin

tali silaturahim dengan pemerintah.

2. Kesimpulan Khusus

Disamping kesimpulan umum di atas, diuraikan kesimpulan khusus, yakni:

a. Terdapat dua faktor dipertahankannya tradisi seba yakni (1) warisan dari

leluhur masyarakat baduy yang harus dipertahankan dan dilaksanakan terus

menerus secara rutin pada bulan Sapar; (2) ajang silaturahim masyarakat adat

baduy dengan pemerintah.

b. Nilai-nilai yang terkandung pada pelaksanaan tradisi seba yang kaitannya

dengan perwujudan sebagai warga Negara yang baik yakni (1) nilai empiris

yang tercermin dalam persiapan pelaksanaan tradisi seba; (2) nilai estetis

terlihat dalam perjalanan pelaksanaan tradisi seba; (3) nilai teologis tertuang

dalam seluruh rangkaian pelaksanaan tradisi seba; (4) nilai teleologis

tergambar pada tujuan dilaksanakannya tradisi seba; (5) nilai logis tercermin

dalam aturan adat pelaksanaan tradisi seba dan (6) nilai etis terlihat pada tata

(40)

c. Strategi yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pewarisan tradisi seba

yakni (1) melibatkan langsung generasi penerus dalam pelaksanaan tradisi

seba; (2) proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua sejak dini

mengenai tradisi seba; (3) proses habituasi melalui lingkungan sekitar yang

dapat disampaikan melalui teman sebaya sedangkan strategi yang dilakukan

pemerintah dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat baduy untuk

kebutuhan mereka selama perjalanan dalam pelaksanaan tradisi seba.

d. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba

yakni (1) koordinasi yang kurang baik antara warga Baduy dengan

pemerintah; (2) jarak tempuh yang jauh dari wilayah antara kampung Baduy

sampai ke pendopo Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten; (3) fluktuasi hasil

bumi yang diperoleh sedangkan kendala yang dihadapi pemerintah dalam

pelaksanaan tradisi Seba yakni (1) tidak menentunya waktu pelaksanaan Seba

yang disebabkan oleh jarak tempuh yang jauh; (2) padatnya jadwal Bupati

dengan Gubernur sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat Baduy

tidak disambut langsung oleh Bapak Bupati Lebak dan Ibu Gubernur Banten.

e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba

yakni (1) koordinasi yang maksimal dari jaro warga kepada pemerintah; (2)

waktu pemberangkatan yang berbeda antara baduy luar dengan baduy dalam;

(3) pemberian hasil panen yang tidak maksimal sebagai rasa syukur dan

terima kasih masyarakat baduy kepada pemerintah sedangkan upaya yang

dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi kendala-kendala yang

(41)

warga untuk waktu sampai masyarakat baduy di pendopo; (2) mempersiapkan

jadwal Bapa gede agar bisa menyambut dan memimpin langsung pelaksanaan

tradisi seba.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di ambil, maka peneliti mengajukan saran

yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai

berikut:

1. Bagi pihak Disporabudpar Kabupaten Lebak, yaitu:

a. Pemerintah harus lebih mengintensifkan kunjungan ke kampung adat

baduy ataupun mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat

baduy.

b. Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam pewarisan nilai-nilai tradisi

seba melalui publikasi ataupun promosi pada berbagai media tentang

tradisi seba dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

c. Pemerintah khususnya bapa gede (Gubernur dan Bupati) hendaknya lebih

mengutamakan pelaksanaan kegiatan tradisi seba sebagai bentuk

kepedulian mereka terhadap masyarakat adat baduy.

2. Bagi Masyarakat Adat Baduy

a. Masyarakat baduy diharapkan agar lebih terbuka kepada pemerintah

perihal permasalahan yang terjadi di wilayah kampung adat baduy melalui

(42)

b. Masyarakat baduy harus lebih berperan aktif untuk mewariskan nilai-nilai

yang terkandung pada tradisi seba melalui pemberian masukan yang

positif perihal pelaksanaan tradisi seba.

c. Masyarakat baduy harus lebih giat untuk memperoleh hasil bumi yang

memuaskan agar dapat diberikan kepada bapa gede dalam tradisi seba

secara maksimal.

d. Masyarakat baduy lebih meningkatkan esensi dari pelaksanaan tradisi seba

itu sendiri untuk menjaga silaturahim dengan pemerintah, melalui bazar

yang diadakan oleh pemerintah.

3. Bagi Jaro Warga (Kepala Desa Kanekes)

a. Harus lebih transparan kepada masyarakat baduy mengenai

program-program yang diadakan pemerintah, ataupun segala hal yang berhubungan

dengan pemerintah.

b. Dapat menampung aspirasi masyarakat baduy mengenai keluhan-keluhan

yang terjadi di wilayah kampung adat baduy agar pada pelaksanaan tradisi

seba, keluhan itu dapat disampaikan kepada pemerintah.

c. Lebih meningkatkan koordinasi dengan pemerintah, untuk menanggulangi

kendala-kendala yang terjadi pada tradisi seba sehingga ada perbaikan

untuk tradisi seba pada tahun berikutnya.

d. Jaro warga sebagai penghubung antara masyarakat baduy dengan

pemerintah hendaknya dapat bekerja sama dengan pemerintah agar dapat

memperkenalkan kebudayaan yang ada pada masyarakat adat baduy ke

(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Alo Liliweri. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogjakarta. PT. LKiS Pelangi Aksara

Arikunto, Suharsimi (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalis Indonesia

Budimansyah, Dasim dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Danial, Endang dan Wasriah. (2009). Metode Penelitian Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia

Darwis Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia

Efendi Ferry dan Mahfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ekadjati Edi. S. (1995). Kebudayaan Sunda suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta : Pustaka Jaya

Idrus, M. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.

Ilyas Senjaya, Amin (2004). Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Rangkasbitung : Dinas INKOSBUDPAR Kabupaten Lebak

Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

(44)

Komalasari, Kokom dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia, Konsep, Perkembangan dan Masalah Kontemporer. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Nasution, (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Noorkasiani dkk. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Plummer Ken. (2011). Sosiologi the Basics. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Poerwanto Hari. (2010). Kebudayaan dan lingkungan dalam perspektif Antropologi, cetakan kelima. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ranjabar Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor : Ghalia Indonesia

Setiadi, Elly M. dkk. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana Predana Media Group

Soelaeman, Munandar. (1989). Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Eresco

Soelaeman Munandar. (2010). Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT. Refika Aditama

Soerjono, Soekanto. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan Kualitatif dan R&D). Bandung: ALFABETA

Winataputra dan Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press

(45)

2. Disertasi, Internet, Artikel dan sumber lainnya

Dadi Miharja, Nong. (1993). Tatanan Masyarakat dan Upacara Adat Suku Baduy. Lebak: Tidak diterbitkan

Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. (2004). Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang serta peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Lebak:Dinas Inkosbudpar

Pasha, Gurniwan Kamil. (2005). Strategi Hidup Komunitas Baduy di Kabupaten Lebak Banten. Disertasi Doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran

Moeslim, Ajak, (2012). Tradisi Seba Baduy untuk Lestarikan Alam. Dalam Bantennculturetourism,[Online].Tersedia:http://bantenculturetourism. com/?author=1&paged=5. [31Mei 2012]

Referensi

Dokumen terkait