• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

pemikiran dan tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan.

2. Pembagian Akhlak

Tingkah laku atau akhlak adalah sikap seseorang yang dimanifestasikan ke dalam perbuatan. Sikap seseorang mungkin saja tidak digambarkan dalam

26

Rahmat Djatmika, System Etika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), h. 61.

27

perbuatan atau tidak tercermin dalam perilakunya sehari-hari, dengan perkataan lain kemungkinan adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara teoritis hal itu terjadi, tetapi dipandang dari sudut ajaran Islam itu tidak boleh terjadi ataupun kalau terjadi menurut ajaran Islam itu termasuk iman yang rendah.

Sebagaimana telah diuraikan, pengertian akhlak adalah suatu suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang memunculkan perbuatan-perbuatan tanpa perkataan-perkataan dengan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran terlebih dahulu. Maka akhlak terbagi dua, yakni:

A. Akhlak Mahmudah (akhlak yang mulia)

Akhlak mahmudah (akhlak yang mulia) adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (terpuji). Akhlak mahmudah amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak mahmudah itu dapat dibagi pada empat bagian:

1) Akhlak terhadap Allah, yaitu akhlak yang diartikan sebagai sikap atau pebuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai khalik.

2) Akhlak terhadap diri sendiri, yakni akhlak yang dapat diartikan sebagai wujud menghormati, menghargai, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya.

3) Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Maka perlunya kerjasama, saling menolong, dan saling menghargai satu sama lainnya.

4) Akhlak terhadap lingkungannya, yaitu akhlak terhadap lingkungan berdasarkan pada al-Qur’an, sesuai dengan tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya.28

B. Akhlak Madzmumah (akhlak yang tercela)

Akhlak madzmumah (akhlak yang tercela) adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela. Akhlak madzmumah ini harus kita ketahui dan kita jauhi, jika ingin memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Diantara akhlak madzmumah itu adalah:

1) Berbohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu ada tiga macam, bohong dengan perbuatan, bohong dengan lisan, dan bohong dalam hati. 2) Takabbur (sombong), adalah merasa atau mengaku diri besar, tinggi,

mulia, melebihi orang lain.

3) Hasad (dengki), adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut.

4) Bakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain.

3. Metode Pembinaan Akhlak

28

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw. yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik, yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.

Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal shalih dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan.

Dalam al-Qur’an kita misalnya membaca ayat yang berbunyi:

و

ﱠ ا

سﺎ

ْ

ْﻮ

ل

ﺑ ﺎ

ﷲﺎ

و

ْﺎ

ْﻮ

م

ْا

و

هﺎ

ْ

ْﺆ

ْ

.

”Dan di antara manusia (orang munafik) itu ada orang yang mengatakan: ”Kami beriman kepada Allah dan hari akhir, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 8)

Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa Rasul, mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa keimanan harus

membuahkan akhlak, dan juga memperlihatkan bahwa Islam sangat mendambakan terwujudnya akhlak yang mulia.

Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis Muhammad al-Ghazali terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak.29

Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.

Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara-cara di atas dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.

Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya.

29

Dalam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dam kenyataan.

Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog, bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan dalam bentuk permainan. Hal ini pernah dilakukan oleh para ulama di masa lalu. Mereka menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan Rasul, anjuran beribadah dan berakhlak mulia dan lain-lainnya.30

4. Pentingnya Pembinaan Akhlak

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata "pembinaan" berarti "proses, perbuatan, cara membina (Negara dan sebagainya), pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna yang lebih baik".31 Pembinaan akhlak adalah suatu pembinaan budi pekerti yang dilakukan dengan konsisten dan sungguh-sungguh agar terwujudnya akhlak yang mulia. Akhlak merupakan implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku yang sangat penting bagi manusia dan kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan Negara.

30

Ibid., h. 164.

31

Di dalam lingkungan sekolah, seorang guru mendidik siswanya bukan hanya memberikan teori-teori moral dan ukuran baik atau buruk, tapi memberi dorongan kepada mereka untuk melaksanakan suatu teori yang sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu, diperlukan keteladanan dari pihak guru, juga dalam mengajak dan membimbing siswa harus dengan kebijaksanaan.

Pembinaan akhlak yang dilakukan di sekolah melalui materi akhlak yang disampaikan oleh guru bertujuan agar para siswa dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan menggunakannya sebagai pedoman hidup dan membentuk manusia berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam serta membentuk individu siswa yang memiliki keyakinan dan kepribadian yang teguh. Sedangkan fungsinya adalah untuk menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam berhubungan dengan Allah SWT serta sesama manusia dan alam semesta.32

Sedangkan pendidikan secara non formal yang dilakukan di lingkungan keluarga, yakni oleh orang tua. Dalam keluarga, orang tua dituntut untuk menunjukkan sikap dan perilaku luhur di hadapan anaknya, karena perilaku orang tua menjadi salah satu faktor yang akan meresap pada jiwa mereka, sehingga akan terbentuk pribadi luhur pada mereka. Selain itu diperlukan contoh teladan dari orang tua tentang akhlakul karimah kepada putra-putrinya dalam pergaulan di lingkungan keluarga, tetangga, dan masyarakat. Oleh karena itu, orang tua dituntut untuk mengerti benar-benar tentang tuntunan akhlak Islam dan berupaya menanamkan, melatih, dan membiasakan akhlak terpuji kepada anak-anaknya sejak kecil.

32

Pentingnya pembinaan akhlak bagi manusia dalam kehidupan individu, masyarakat maupun Negara akan penulis uraikan agar kita dapat memahami pentingnya akhlak dalam kehidupan umat manusia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan rupa yang sebaik-baiknya sesuai dengan firman-Nya sebagai berikut:

ﻘْﺪ

ْﻘ

ْا ﺎ

ْﻹ

نﺎ

ْأ

ْﺣ

ْﻘ

ْ

.

ر

د

ْد

أ

ْ

ْ

.

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)". (QS. At-Tiin: 4-5)

Manusia telah diberikan satu anugerah dari Allah, maka apabila manusia dengan akalnya tidak dibimbing dengan ajaran agama yang berlandaskan kepada Al-Qur'an dan Hadits, tentulah manusia akan menghancurkan sesamanya, mengakibatkan hidupnya sesat dan merendahkan martabat dirinya.

Dengan akalnya yang sejalan dengan fitrah serta mampu mengendalikan hawa nafsunya, maka manusia akan mampu melebihi derajat ketaatannya daripada malaikat, namun bila sebaliknya maka manusia lebih rendah derajatnya daripada binatang. Hal tersebut membuktikan bahwa pembinaan akhlak yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan Hadits, sangat penting bagi manusia untuk mencapai hakekat kemanusiaan yang tinggi.

Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bermacam-macam cara untuk membentuk akhlak manusia seperti shalat, amal ma’ruf, nasehat yang baik, kisah-kisah, contoh-contoh teladan, dan sebagainya.

Pembinaan akhlak diharapkan agar manusia mengetahui eksistensi yang sebenar-benarnya sebagai makhluk Allah SWT, karena sebagai bukti Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad saw untuk menyempurnakan akhlak manusia,

karena tanpa akhlak manusia tidak mungkin dapat mempertahankan dan menjaga serta melaksanakan amanat sebagai khalifah Allah SWT.33 Faktor pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan pada kalangan masyarakat lapisan atas dan bawah karena berhasilnya suatu pembangunan bangsa bukan ditentukan oleh kekayaan yang dimiliki suatu Negara, tetapi didukung oleh manusia-manusia yang memiliki budi pekerti yang baik.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, bahwa pembinaan akhlak adalah supaya terjadi nilai-nilai (norma) yang terpuji dan terealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang memanifestasikan dalam hubungan dengan Allah SWT, sesama manusia dan makhluk lainnya.

Pembinaan akhlak kepada anak-anak ditujukan untuk terwujudnya manusia yang betakwa kepada Allah SWT dan cerdas. Menurut Ibnu Maskawaih, bahwa pembinaan akhlak bertujuan untuk menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan, sesuai dengan ajaran Islam yang taat beribadah dan sanggup hidup bermasyarakat. Pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia, agar memiliki pribadi yang berbudi pekerti baik. Oleh karena itu pembinaan akhlak sangat penting bagi kehidupan manusia, dengan pembinaan akhlak tersebut akan menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam hubungan dengan Allah dan sesama manusia.34

Definisi istilah-istilah dalam penelitian ini: 1. Komunikasi Instruksional

33

Muhammad Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: CV. Wucaksana, 1993), h. 10.

34

Komunikasi instruksional adalah proses interaksi guru dan murid dalam aktivitas belajar mengajar sebagai upaya pembinaan akhlak.

2. Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak adalah proses pembangunan perilaku anak murid secara bertahap yang dilakukan oleh guru sebagai implementasi dari iman dan ajaran Islam dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan negara.

Pembinaan akhlak yang dilakukan TPA melalui semua materi yang disampaikan oleh guru bertujuan agar murid dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan menggunakannya sebagai pedoman hidup dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam serta membentuk individu murid yang memiliki keyakinan dan kepribadian yang teguh.

3. Anak

Peserta didik yang belajar di TPA unit 373 At-Tahiriyah II berusia mulai dari 3 tahun sampai dengan 12 tahun.

Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua tahapan, yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak akhir. Masa kanak-kanak awal dimulai saat anak berusia tiga sampai enam tahun. Usia kanak-kanak awal sering juga disebut dengan usia pra sekolah. Sedangkan masa kanak-kanak akhir kira-kira di mulai saat anak berusia enam sampai sebelas tahun, yang biasa disebut usia sekolah.

Taman Pendidikan Al-Qur’an adalah tempat proses belajar mengajar yang di dalamnya mengajarkan baca tulis Al Qur’an yang di khususkan pada anak-anak. Taman Pendidikan Al-Qur’an unit 373 At-Tahiriyah II beralamat di Jl. Attahiriyah RT 0013/03 No. 10 Kel. Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510.

BAB III

PROFIL TPA AT-TAHIRIYAH II A. Sejarah Berdiri

At-Tahiriyah II adalah sebuah lembaga pendidikan Islam di bawah naungan Yayasan Addiniyah Attahiriyah sejak tahun 1972, yang dalam penyelenggaraannya hanya diresmikan oleh sebuah Madrasah Ibtidaiyah di bawah koordinasi Departemen Agama.

Pada tahun 1984, selanjutnya lembaga ini berkembang dengan menyelenggarakan Madrasah Tsanawiyah yang dipelopori oleh Drs. Moh. Naseh (Almarhum). Namun karena dalam perjalanannya mengalami kemunduran terlebih dengan fisik sekolah yang memprihatinkan hingga jumlah siswa semakin menurun. Sehingga pada tahun 1990 siswa Madrasah Tsanawiyah dikirim ke Madrasah Tsanawiyah Attahiriyah pusat yang bertempat di jalan Kampung Melayu Kecil Tebet Jakarta Selatan.

Dalam kurun waktu tiga tahun, kegiatan pembelajaran di At-Tahiriyah II mengalami kekosongan di siang hari. Untuk kembali menghidupkan poses pembinaan dan pendidikan Al Qur’an yang mestinya dapat dirasakan oleh lingkungan sekitar, maka dengan ketulusan seorang cucu dari pewakaf Madrasah Ibtidaiyah, yaitu Bapak Abdul Somad, lulusan dari Pondok Pesantren Gontor mensponsori dan mendukung berdirinya TK/TPA At-Tahiriyah II ini.

TK/TPA At-Tahiriyah ini berada di bawah naungan Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TK AL-Qur’an dan Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia dan memperoleh nomor keanggotaan unit 373, yang menjelaskan bahwa

TK/TPA yang didirikan telah memenuhi persyaratan untuk berhimpun dibawah koordinasi LPPTKA-BKPRMI DKI JAYA. Kemudian telah diresmikan di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1993 dan kembali dikukuhkan sebagai keanggotaan unit di LPPTKA BKPRMI nomor 96/PP/LPPTKA.9/1/2003. Dan pada akhirnya sampai saat ini TK/TPA At-Tahiriyah II sepenuhnya dipertanggungjawabkan oleh Neneng Juairiyah, S.Pd, lulusan Tarbiyah Bahasa Inggris di UNINDRA pada tahun 2004, yang juga cucu angkat pewakaf Madrasah ini.

Pemikiran untuk menyelenggarakan sebuah taman Al-Qur’an didasarkan pada semangat untuk menciptakan generasi qur’ani yang memang harus digalakkan agar membumi supaya santri dapat membentengi diri dengan akhlak dari kemajuan teknologi yang mengglobal.

Segenap masyarakat sekitar turut menyemangati dan juga mendukung berdirinya TK/TPA At-Tahiriyah II. Selama kurun waktu dua tahun, TPA ini telah berprestasi ke tingkat Nasional dalam bidang tartil. Sehingga banyak hati masyarakat yang terpanggil untuk menyekolahkan putra/putrinya di TPA ini, dan yang mendaftar hampir 250 santri. Pada tahun 1997 TK/TPA At-Tahiriyah II sempat mengalami kemerosotan kwantitas, hal ini disebabkan banyaknya kerusakan fisik sekolah, hingga santri merasa tidak nyaman untuk belajar, dan khawatir akan terjadi hal-hal yang akan membahayakan santri. Namun atas ridho Allah SWT, keadaan santri yang beberapa tahun menyusut kembali berkembang seiring dengan pembenahan sarana dan prasarana sekolah. Dalam kurun waktu 13 tahun, TPA At-Tahiriyah II telah memperoleh beberapa prestasi, yakni juara umum pada Festifal Anak Sholeh tingkat Kecamatan sebanyak sembilan kali, hingga memperoleh tiga piala bergilir secara tetap.

Tenaga pengajar di TPA ini berjumlah 8 orang, yakni 6 orang pengajar perempuan, dan 2 orang pengajar laki-laki. Pengajar tersebut mengajarkan santri mulai dari iqro sampai pada tahap Al Qur’an. TPA ini membuka pendaftaran dengan mengisi formulir dan uang pendaftaran. Dan setiap bulannya, santri dikenakan iuran sebagai penunjang kegiatan belajar. Kesejahteraan pengajar TPA ini sangat diperhatikan pada tiap bulannya. Tetapi dana yang diberikan itu berasal dari dana pribadi ketua TPA dan juga iuran santri setiap bulannya.

Keunggulan TPA At-Tahiriyah II dalam melaksanakan program pendidikan dan pelayanan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan Al Qur’an, diantaranya: 1. Dukungan yang sangat kuat dari Ustadz dan Ustadzah terhadap eksistensi

penyelenggaraan pendidikan Al Qur’an yang dilakukan di TPA ini.

2. Model pembelajaran prndidikan Al Qur’an yang dikomunikasikan dengan baik antara pengajar dan murid, menjadikan TPA At-Tahiriyah II ini mendapat kepercayaan dari warga untuk membimbing anak-anak mereka dalam mempelajari Al Qur’an.

3. Letak TPA yang strategis.

B. Visi, Misi dan Tujuan

Visi dari TPA At-Tahiriyah II ini adalah: a. Membangun diri cerdas Islami.

b. Pembinaan akhlak.

Misi dari TPA At-Tahiriyah II ini adalah:

a. Pendidikan, pembinaan, dan dakwah untuk menopang misi pembangunan bangsa.

b. Mengamalkan Al Qur’an. Tujuannya adalah:

1. Agar anak terampil membaca, menulis, menghafal, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an.

2. Membentuk anak didik yang beriman, berilmu, beramal, dan bertakwa kepada Allah.

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengelolaan pendidikan Al-Qur’an.

C. Program

Program TPA At-Tahiriyah ini terdiri dari 2 materi, yaitu: a. Materi pokok

1. Membaca Iqro dan Tadarus/tartil. 2. Ilmu Tajwid

3. Hafalan Bacaan Shalat 4. Hafalan Ayat-ayat Pilihan 5. Hafalan Surah-surah Pendek 6. Amalan Ibadah Shalat

1. Amalan wudhu dan thaharah

2. Amalan shalat maktubah (lima waktu) 3. Amalan khusus adzan dan iqomah b. Materi Penunjang

1. Do’a dan Adab Harian 2. Dinul Islam

3. Tahsinul Kitabah

b. Mencontoh cara penulisan huruf tunggal awal, tengah dan akhir c. Mencontoh cara penulisan huruf sambung (bentuk) isim dan fi’il d. Menyalin teks surah pendek tertentu

e. Menyalin teks bacaan shalat

f. Menyalin hadits populer dan kata mutiara g. Menyalin teks ayat pilihan tertentu h. Menyalin teks do’a harian tertentu

i. Pengenalan dasar tentang ilmu kaligrafi/khat

Target yang ingin dicapai dalam kegiatan di TPA At-Tahiriyah ini adalah: 1. Anak dapat membaca dan menulis Al Qur’an dengan baik

2. Anak dapat membaca dan menulis huruf latin 3. Anak dapat hafal do’a harian

4. Anak dapat hafal ayat-ayat pilihan dan surah-surah pendek 5. Anak dapat mengerjakan shalat

6. Anak dapat mengenal Allah dan berkepribadian Rasulullah serta para sahabatnya TPA At-Tahiriyah II mencakup kegiatan yang tidak diatur dalam kurikulum, yang bertujuan untuk menciptakan kondisi yang Islami, seperti:

1. Tadabur Alam (rekreasi)

Anak dibawa ke alam terbuka, melihat keindahan alam (di luar sekolah), guru sambil menceritakan keagungan dan keesaan Allah SWT dengan ciptaan-Nya. Dan juga mendidik anak untuk mensyukuri nikmat pemberian Allah SWT, serta memelihara lingkungan.

Ujian diadakan apabila santri telah menyelesaikan materi yang diberikan untuk ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam dunia pendidikan, wisuda mempunyai arti penting dan sakral. Dahulu, wisuda hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang telah lulus ujian akhir perguruan tinggi. Tetapi kini TPA melaksanakan wisuda bagi santri yang telah lulus ujian.

Wisuda santri ini biasanya dilaksanakan setiap tahun atau dua tahun sekali. Sebagai penghormatan kepadanya dikukuhkan dengan upacara wisuda dengan menerima sertifikat kelulusan (ijazah).

Prosesi wisuda ada tiga tahap, yaitu:

1. Kesiapan santri dengan seragam kebesaran 2. Acara ceremonial wisuda atau acara pokok 3. Pembagian kenang-kenangan

D. Sarana, Prasarana dan Struktur Organisasi 1. Sarana

Sarana yang disediakan di TPA At-Tahiriyah ini antara lain: 1. 30 buah Al Qur’anul Karim

2. Meja dan kursi santri sebanyak 90 buah

3. 6 buah ruang belajar 4. 2 paket kaset anak Islami 5. 2 paket VCD Islami 6. 2 paket Qishoshul Anbiya 7. Ruang kantor

9. 1 buah papan tulis kantor (whiteboard)

10. Komputer sebanyak 1 unit dan printer, serta berbagai kertas 11. 1 buah Televisi

12. 1 buah DVD 13. 2 buah meja guru 14. 1 set Sofa

15. 1 buah Tape (MP3)

16. 2 buah Lemari khusus piala 17. 1 buah lemari khusus dokumen 18. 1 buah Rak Al Qur’an

19. 1 buah dispenser 20. 1 buah kipas angin

21. 15 buah Buku Bacaan Penunjang Pelajaran

22. Baju-baju pentas: a. Nasyid 2 jenis

b. Puitisasi 2 jenis

c. Senam 3 jenis

d. Paket sholat berjamaah 1 paket

e. Topi 2 jenis

2. Prasarana

Prasarana yang paling mendukung kegiatan TPA At-Tahiriyah diantaranya akses yang cukup baik dan tempat yang strategis bagi warga masyarakat sekitar. 3. Struktur Organisasi

Pelindung : LPPTKA BKPRMI Penanggung Jawab : Abdul Somad

Pengelola : Ust. Husaini H. Sauji Ketua TPA : Neneng Juairiyah S. Pd Tata Usaha : Yusronida S. Pd

Bendahara : Nuria

E. Proses Belajar Mengajar TPA At-Tahiriyah II

Berbagai macam kegiatan rutin di TPA ini untuk menanamkan nilai-nilai

Dokumen terkait