• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapan Mengajar di TPA unit 373 At-Tahiriyah II…. 54

BAB IV KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DAN MURID

A. Persiapan Mengajar di TPA unit 373 At-Tahiriyah II…. 54

Berdasarkan hasil penelitian di TPA unit 373 At-Tahiriyah II, bahwa komunikasi instruksional yang terdiri dari pengajar sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan dan juga sasaran keduanya ini dalam proses belajar sama-sama melakukan persiapan sebelum masuk kelas atau mengajar.

Hal itu terlihat pada hasil wawancara mendalam dan hasil survey yang saya lakukan kepada 4 (empat) orang guru TPA unit 373 At-Tahiriyah II dalam memberikan materi yang berbeda sebagai berikut:

1. Penyajian Dalam Memberikan Materi Adab dan Do’a Harian

Guru yang pertama ini bernama Neneng Juairiyah, S.Pd., lahir di Jakarta tepatnya tanggal 26 Desember 1972. Beliau adalah selaku kepala sekolah TPA unit 373 At-Tahiriyah II.

Penyajian beliau dalam memberikan materi adab dan do’a harian yaitu yang pertama kali beliau kerjakan adalah melihat situasi siswa (mengawasi kelas), berusaha untuk dapat menguasai kelas agar siswa dapat tenang, kemudian beliau mulai dengan salam pembuka “Assalamu’alaikum”, kemudian diawali dengan klasikal awal, yaitu mereka membaca do’a mau belajar, lalu mengabsen, kemudian dilanjutkan dengan membaca iqro satu persatu.

Tabel 1

Rabu, 30 April 2008, Penyajian Materi Adab dan Do’a Harian No Komunikasi

Instruksional

Komunikator I

1. Pembukaan Baik anak-anak, duduklah yang rapi semuanya. Assalamu'alaikum wr.wb. Doa pembuka I (Doa Meminta Rizki dan Ilmu yang bermanfaat), Doa pembuka II (Doa Dibukakan Pintu Hikmah dan Rahmat).

2. Penyajian Anak-anak, ibu akan membacakan salah satu doa-doa harian, yaitu doa-doa memasuki masjid.

Coba ikuti bacaan ibu, "Allahumma iftah li abwaba rahmatika....". (Anak-anak mengikuti bacaan guru). Kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk mengulang bacaan doa tersebut. Coba Ihsan bacakan doa masuk masjid. Setelah Ihsan membacakan dengan tepat, guru memujinya. Kemudian guru menjelaskan hikmah membaca doa tersebut yaitu bahwa Allah Swt akan senantiasa membukakan pintu rahmat-Nya kepada orang yang membaca doa ketika memasuki masjid.

3. Penutup Anak-anak mari kita tutup materi hari ini dengan membaca doa. Tapi sebelumnya kalian duduk yang rapi! Coba bacakan doa penutup ya, " Allahumma auzi'ni an asykura ni'matakallati an'amta 'alayya wa 'ala walidayya...." Jangan lupa do'anya dibaca ketika masuk masjid. Besok ibu akan tanya kembali. Assalamu'alaikum wr.wb.

2. Penyajian Dalam Memberikan Materi Tajwid

Guru yang kedua ini bernama Ahmad Zikri, lahir di Jakarta, 12 Februari 1984. Pendidikan terakhirnya yaitu di Ma’had Utsman bin Affan.

Persiapan beliau dalam memberikan materi tajwid yang pertama kali beliau kerjakan adalah melihat situasi siswa (mengawasi kelas), berusaha untuk dapat menguasai kelas agar siswa dapat tenang, kemudian beliau mulai dengan salam pembuka “Assalamu’alaikum”, kemudian diawali dengan klasikal awal, yaitu mereka membaca do’a mau belajar, lalu mengabsen, kemudian dilanjutkan dengan membaca iqro atau tadarus/tartil satu persatu.

Tabel 2

Kamis, 1 Mei 2008, Penyajian Materi Tajwid No Komunikasi

Instruksional

Komunikator II

1. Pembukaan Baik anak-anak, duduk yang rapi semuanya. Assalamu'alaikum wr.wb. Doa pembuka I (Doa Meminta Rizki dan Ilmu yang bermanfaat), Doa pembuka II (Doa Dibukakan Pintu Hikmah dan Rahmat).

2. Penyajian Anak-anakku sekalian, keluarkan buku tajwidnya! Bapak akan menjelaskan materi tentang hukum bacaan Izhar. Izhar artinya jelas. Huruf-hurufnya ada 6, yaitu alif, hamzah, 'ain, ghain, ha, dan kha'. Baiklah, bapak akan tanya kalian satu persatu. Kamu Amel, apa pengertian izhar? Sebutkan huruf-hurufnya?

3. Penutup Anak-anak mari kita tutup materi hari ini dengan membaca doa. Tapi sebelumnya kalian duduk yang rapi! Coba bacakan doa penutup ya, " Allahumma auzi'ni an asykura ni'matakallati an'amta 'alayya wa

'ala walidayya...."

3. Penyajian Dalam Memberikan Materi Ayat-ayat Pilihan

Guru yang ketiga ini adalah seorang ibu rumah tangga. Beliau bernama Tahwilah, lahir di Jakarta, 9 November 1970.

Persiapan beliau dalam memberikan materi tajwid yang pertama kali beliau kerjakan adalah melihat situasi siswa (mengawasi kelas), berusaha untuk dapat menguasai kelas agar siswa dapat tenang, kemudian beliau mulai dengan salam pembuka “Assalamu’alaikum”, kemudian diawali dengan klasikal awal, yaitu mereka membaca do’a mau belajar, lalu mengabsen, kemudian dilanjutkan dengan membaca iqro atau tadarus/tartil satu persatu.

Tabel 3

Rabu, 7 Mei 2008, Penyajian Materi Ayat-ayat Pilihan No Komunikasi

Instruksional

Komunikator III

1. Pembukaan Baik anak-anak, duduk yang rapi semuanya. Assalamu'alaikum wr.wb. Doa pembuka I (Doa Meminta Rizki dan Ilmu yang bermanfaat), Doa pembuka II (Doa Dibukakan Pintu Hikmah dan Rahmat)

2. Penyajian Anak-anak mari kita baca Surat Lukman ayat 14-15 berikut dengan terjemahannya. Kemudian ibu akan meminta kalian untuk membacakan ayat tersebut di depan.

Selanjutnya, ibu akan menjelaskan kandungan ayat tersebut. Surat Lukman ayat 14-15 ini menjelaskan bahwa seorang anak diwajibkan berbakti kepada

kedua orang tua setelah melaksanakan kewajiban kepada Allah SWT, dengan cara menjaga hubungan baik dengan orang tua, mematuhi segala perintahnya (sepanjang perintah tersebut sejalan dengan aturan Allah SWT), tidak berkata kasar dan menyakitinya. Nah, siapa di antara kalian yang tidak pernah membantah perintah orang tua?

3. Penutup Anak-anak mari kita tutup materi hari ini dengan membaca doa. Tapi sebelumnya kalian duduk yang rapi! Coba bacakan doa penutup ya, " Allahumma auzi'ni an asykura ni'matakallati an'amta 'alayya wa 'ala walidayya...."

4. Penyajian Dalam Memberikan Materi Dinul Islam

Guru yang ke empat ini bernama Dewi Anggraini, lahir di Bima, 9 September 1970. Beliau sedang menyelesaikan studinya di UNINDRA.

Persiapan beliau dalam memberikan materi tajwid yang pertama kali beliau kerjakan adalah melihat situasi siswa (mengawasi kelas), berusaha untuk dapat menguasai kelas agar siswa dapat tenang, kemudian beliau mulai dengan salam pembuka “Assalamu’alaikum”, kemudian diawali dengan klasikal awal, yaitu mereka membaca do’a mau belajar, lalu mengabsen, kemudian dilanjutkan dengan membaca iqro atau tadarus/tartil satu persatu.

Tabel 4

15 Mei 2008, Penyajian Materi Dinul Islam No Komunikasi

Instruksional

1. Pembuka Baik anak-anak, duduk yang rapi semuanya. Assalamu'alaikum wr.wb. Doa pembuka I (Doa Meminta Rizki dan Ilmu yang bermanfaat), Doa pembuka II (Doa Dibukakan Pintu Hikmah dan Rahmat)

2. Penyajian Hari ini kita akan belajar materi Dienul Islam yang membahas tentang Rukun Iman. Tahukah kalian ada berapa rukun iman? Coba sebutkan! Rukun iman yang pertama adalah percaya kepada Allah Swt.

Rukun iman yang kedua yaitu percaya kepada Malaikat.

Rukun iman yang ketiga yaitu percaya kepada Kitab-kitab.

Rukun iman yang keempat yaitu percaya kepada Rasul-rasul.

Rukun iman yang kelima yaitu percaya kepada Hari Kiamat.

Rukun iman yang keenam yaitu percaya kepada Qadha dan Qadar.

3. Penutup Anak-anak mari kita tutup materi hari ini dengan membaca doa. Tapi sebelumnya kalian duduk yang rapi! Coba bacakan doa penutupnya, " Allahumma auzi'ni an asykura ni'matakallati an'amta 'alayya wa 'ala walidayya...."

B. Komunikasi Instruksional Guru dan Murid di TPA unit 373 At-Tahiriyah II Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan di TPA unit 373 At-Tahiriyah II, bahwa komunikasi yang banyak digunakan oleh para guru TPA unit 373 At-Tahiriyah II, yaitu:

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi berupa kata-kata yang diucapkan secara lisan dan tulisan yang sangat umum digunakan oleh banyak orang, hal ini karena komunikasi verbal sangat mudah untuk dipahami dan dimengerti. Oleh karena itu TPA unit 373 At-Tahiriyah mengkomunikasikan pesan-pesan agama secara verbal atau dengan lisan melalui program pembelajaran yang telah ditetapkan, seperti pelajaran pokok yaitu belajar membaca, mengenal aksara Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid, juga belajar tentang do’a sehari-hari yang dilakukan setiap hari sebelum pelajaran dimulai, hafalan surat-surat pendek dan ayat-ayat pilihan juga dilakukan setiap hari setelah pelajaran selesai. Selain itu guru memperkenalkan sejarah Islam dengan bercerita dan diselingi bernyanyi bersama dengan lagu-lagu Islami.

Seperti hasil wawancara penulis tentang komunikasi verbal yang digunakan guru terhadap informan I, yaitu ketika guru sedang mengajarkan tadarrus/tartil dan terdapat bacaan yang dibaca salah, maka guru tersebut mengulangi bacaannya kemudian diluruskan dan diberi penjelasan.35

Kelebihan dari komunikasi melalui lisan ini, murid lebih mudah mengetahui atau mengerti pesan yang disampaikan. Kelemahannya murid menjadi cepat lupa akan pesan yang disampaikan.

Kegiatan yang sering penulis temui, contohnya pada saat guru sedang berinteraksi dengan murid untuk menerangkan materi pelajaran seperti hafalan do’a-do’a harian, hafalan surat-surat pendek (Juz’amma), bernyanyi, permainan dan juga membaca iqro. Bentuk komunikasi ini juga terlihat dari cara guru menyikapi tingkah

35

Neneng Juairiyah, S. Pd., Kepala TPA unit 373 At-Tahiriyah II, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Mei 2008.

laku atau sikap muridnya ketika disuruh melakukan ibadah shalat, jika si anak tidak mau melaksanakan apa yang diajarkan serta diperintahkan oleh gurunya, maka guru tersebut mencoba melakukan pendekatan dengan cara berkata lembut lalu menasehatinya.

Dalam mempermudah pemahaman penulis mengenai bentuk komunikasi verbal, maka penulis mencoba menguraikan dengan rinci contoh yang ada di atas antara lain:

a. Metode bercerita/ceramah; adapun kegiatan lain yang sering dilakukan oleh guru di TPA unit 373 At-Tahiriyah II adalah dengan cara bercerita. Komunikasi dengan bentuk verbal yang diantara bentuknya adalah bercerita, dapat membantu dan memudahkan komunikasi dua arah antara seorang guru dan santri, terutama aktifitas yang memiliki relevansi dengan upaya transformasi pengetahuan dalam bentuk apapun sesuai dengan tujuan guru dalam kapasitasnya sebagai subjek pendidikan. Metode cerita ini juga cukup efektif dan mudah untuk dimengerti oleh murid, sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, karena memang cerita adalah suatu yang mengasyikkan, menyenangkan dan menggembirakan bagi mereka. Dalam masa kanak-kanak seperti kanak-kanak seperti ini, murid sangat gampang meniru bahkan meneladani seorang yang dianggap cocok dengan mereka, dan itu mereka dapatkan dari cerita-cerita yang mereka dengarkan baik lewat media maupun langsung dari penyampaian para guru.

Adapun dengan ceramah, yaitu satu cara penyampaian materi yang dilakukan secara lisan oleh guru. Murid dalam hal ini sebagai

penerima pesan, mendengarkan dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh gurunya tetapi ceramah juga mempunyai kekurangan seperti yang dikatakan Basyiruddin Usman salah seorang pakar dalam bidang pendidikan, ia mengatakan bahwa diantara kelemahan metode ceramah adalah, pertama; guru seringkali kesulitan dalam mengukur pemahaman murid sampai sejauh mana pemahaman mereka tentang materi yang diceramahkan, kedua; ceramah cenderung membosankan dan perhatian murid berkurang, karena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis murid, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi rabun.36

Keterangan ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Neneng Juairiyah, S.Pd. selaku Kepala Sekolah TPA unit 373 At-Tahiriyah II, beliau mengatakan umumnya anak-anak gemar mendengar cerita, melalui cerita dapat ditanamkan keimanan dan ketakwaan pada diri anak. Cerita dapat mengajari mereka mensyukuri nikmat Allah atau sekedar memperkenalkan sejarah Islam yang dapat diambil hikmahnya untuk menanamkan akhlakul karimah pada diri mereka, misalnya kisah Nabi Ibrahim yang tabah dan sabar menerima cobaan Allah SWT atau menjelaskan sifat-sifat terpuji yang dimiliki Nabi Muhammad saw.

Bahwa dengan bercerita khususnya yang berkaitan dengan akhlak, murid dalam kondisi seperti ini lebih cenderung memperhatikan nasihat dibandingkan dengan nasihat yang disampaikan dengan cara biasa. Metode mengajar dengan cara bercerita, memang memiliki daya efektifitas yang tinggi terutama pesan-pesan moral yang disampaikan dengan menggunakan tokoh, figure, atau teladan. Namun perlu

36

diingatkan bahwa salah memberikan cerita berarti salah menyampaikan pesan dapat berakibat fatal terhadap perkembangan moral anak.37

Dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, sebagai upaya mengimbangi tontonan atau film-film yang begitu membudaya dikalangan anak-anak seperti Naruto, Sinchan dan lain-lain. Kemahiran seorang guru dalam bercerita sangat berpengaruh pada diri anak. Seorang guru harus mengupayakan agar seorang anak lebih bangga dengan kehebatan Nabi Ibrahim daripada Power Rangers.

b. Bernyanyi; Dalam hal ini menyanyi salah satu sarana yang efektif dalam menanamkan keimanan dan ketakwaan anak, serta mengenalkan ajaran-ajaran agama kepada mereka. Melalui lagu, daya imajinasi anak ditimbulkan. Lagu memudahkan mereka menerima dan mengingat pesan-pesan agama yang diberikan, membuat mereka menjadi senang dan tidak jenuh dalam belajar, karena dengan Al-Qur’an anak-anak diajarkan lagu-lagu Islami. Memilih lagu-lagu yang tepat dan bermakna bagi anak sungguh penting. Oleh karena itu guru dituntut sekreatif mungkin mengembangkannya untuk anak. Sebagai contoh lagunya adalah lagu suara adzan. Lirik yang terdapat dalam lagu tersebut dapat membuat mereka senantiasa ingat akan waktu shalat. Sehingga mereka dapat terbiasa untuk melakukan sholat lima waktu.

c. Bermain; Adalah menciptakan permainan dalam Islam yaitu belajar sambil bermain dengan berusaha memberi muatan-muatan pelajaran tentang Islam keberbagai permainan yang sudah dikenal anak pada umunya, seperti simulasi yang dilakukan oleh beberapa orang murid yaitu

37

Neneng Juairiyah, S. Pd,. Kepala TPA unit 373 At-Tahiriyah II, Wawancara Pribadi, Jakarta, 30 April 2008.

dengan bergandengan tangan dan menutup mata salah seorang murid, mata murid yang ditutup tersebut disuruh meletakan benda kesebuah tempat dibantu oleh teman-temannya yang lain. Permainan tersebut mengajarkan kepada murid untuk selalu saling membantu terhadap orang yang kesusahan. Dan jika hal itu memang dapat memudahkan atau mengingat pelajaran serta pengetahuan yang diberikan.

Bentuk komunikasi ini juga terlihat dari cara guru menyikapi tingkah laku ataupun sikap muridnya ketika diperintahkan untuk melakukan shalat ataupun ibadah lainnya. Jika si anak tidak mau melakukan apa yang diajarkan dan diperintahkan oleh gurunya, maka guru tersebut mencoba melakukan pendekatan dengan cara menasihatinya.

Komunikasi melalui lisan yang dilakukan di TPA unit 373 At-Tahiriyah II juga mengkomunikasikan pesan-pesan agama melalui tulisan anak-anak diajarkan Al-Qur’an ayat-ayat Al-Qur’an, menggambar dan mewarnai dengan nuansa Islami.

Kelebihan dari komunikasi melalui tulisan, murid lebih mengingat akan pesan yang disampaikan oleh komunikator atau guru, murid dapat belajar menulis, baik itu huruf latin maupun huruf arab. Kelemahan dari komunikasi melalui tulisan, bagi anak murid yang belum bisa menulis ia akan mengalami kesulitan untuk menerima materi yang disampaikan kepada murid atau komunikan.

Setelah penulis amati, komunikasi yang dilakukan oleh para guru selaku komunikator dalam kegiatan belajar mengajar di TPA unit 373 At-Tahiriyah II, bahwa komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan materi-materi tentang akhlak yang baik dan materi lainnya kepada para murid selaku komunikan yang memberikan feedback setelah menerima pesan dari komunikator tersebut. Dalam hal

ini, komunikasi sangat penting sekali terutama komunikasi yang dilakukan oleh para guru terhadap anak-anak.

Dalam penyampaian pesan, guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau dengan bahasa yang sederhana, dan mudah dimengerti oleh anak-anak, sehingga pesan-pesan agama yang disampaikan mendapatkan feedback (tanggapan) yang positif dan diikuti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, komunikasi verbal berperan sekali dalam penyampaian pesan agama terhadap anak-anak.

Para guru TPA At-Tahiriyah II dalam penyampaian materi atau pesan agama, menggunakan komunikasi verbal atau lisan. Guru atau komunikator menyampaikan materi tentang do’a sehari-hari, secara bertahap dan berulang-ulang, karena anak tidak mungkin menghafal langsung apa yang disampaikan guru. Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan atau anak-anak, komunikasi melalui lisan atau verbal ini, harus dilakukan secara berulang-ulang.

2. Komunikasi Non Verbal

Manusia dalam berkomunikasi selain memakai bentuk verbal (lisan) juga memakai bentuk komunikasi non verbal, biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language).

Karena sifat alamiah yang dimiliki anak-anak meniru (apa yang dilihat dan didengarnya saat itu) seperti keadaan yang terjadi di lingkungan TPA unit 373 At-Tahiriyah II, maka seorang guru selaku komunikator disarankan sebaiknya menggunakan komunikasi verbal didukung dengan komunikasi non verbal. Komunikasi agama seperti ini perlu dilakukan di TPA agar penyampaian materi pesan agama benar-benar dipahami oleh anak-anak.

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan para guru, tentang bentuk komunikasi yang digunakan dalam proses belajar diperoleh data sebagai berikut: komunikasi verbal 1 orang, komunikasi interpersonal 1 orang, dan gabungan antara verbal dan non verbal 3 orang.

Dengan demikian maka jelas bahwa kebanyakan guru menggunakan bentuk komunikasi gabungan antara verbal dan non verbal, seperti ketika guru memberi teguran kepada anak yang salah, guru berteriak dengan lantang dan mengetuk meja. Hal ini dikarenakan jika murid-murid di TPA sudah selesai membaca iqro, mereka terkadang suka bercanda dengan temannya. Jadi, kedua komunikasi tersebut sering digunakan para guru.

Kedua bentuk komunikasi tersebut juga digunakan dalam proses belajar mengajar TPA unit 373 At-Tahiriyah II, hal ini penulis lihat pada saat:

ƒ Guru sedang mengajarkan iqro. Ketika terdapat bacaan yang di baca panjang, maka guru tersebut akan menggerakkan tangannya ke atas.

ƒ Guru bercerita sejarah para Nabi. Agar cerita lebih menarik dan anakpun senang, serta mudah dimengerti, maka guru menggunakan ekspresi wajah, sikap tubuh dan kontak mata sehingga perhatian murid dapat terfokus kepada apa yang kita sampaikan dan mereka dapat menerima pesan atau materi tersebut tanpa paksaan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Tahwilah yang mengatakan untuk memberikan materi atau nasehat kepada anak, haruslah seorang guru bertindak tanpa memaksa kepada anak, melainkan dengan rasa kasih sayang juga bisa disebut dengan pendekatan hati. Karena anak-anak pada umumnya lebih mudah didekati dengan cara lemah lembut daripada dengan cara memaksa.38

38

ƒ Kegiatan bernyanyi seperti guru dan murid bertepuk tangan sambil menggerakkan tubuh untuk menghidupkan suasana dan itu membuat anak tidak merasa jenuh dalam belajar.

ƒ Guru mendisiplinkan anak, masa anak-anak adalah masa bermain. Masa dimana anak-anak senang bermain dan suka meniru apa yang dilihatnya. Yang paling berpengaruh dalam masa ini adalah lingkungannya, yaitu bagaimana anak itu bergaul dengan teman-teman belajarnya di TPA unit 373 At-Tahiriyah II. Sehingga segala perilaku, baik dari kata-kata maupun tingkah laku anak dapat berubah disebabkan dengan pergaulan tersebut. Sudah sewajarnya anak seumur itu melakukan kegaduhan ketika sedang belajar, seperti berbicara dengan kepada temannya saat guru sedang mengajar atau bahkan berlari-lari mengejar temannya. Dalam hal ini, seorang guru menggunakan bentuk komunikasi verbal dan non verbal, dengan cara mengetuk meja sambil berbicara lantang agar suasana kelas kembali sunyi dan anakpun menjadi diam.

ƒ Dalam menyampaikan pesan-pesan agama tentang ibadah shalat, berkomunikasi dengan anak-anak tidak cukup hanya dengan komunikasi verbal, yaitu dengan mengatakan kita wajib shalat, tetapi perlu juga dengan menggunakan komunikasi non verbal, yaitu mempraktekkan bagaimana cara shalat dari awal mengangkat tangan untuk takbiratul ihram sampai ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk tahiyat akhir hingga salam, guru harus mempraktekkan gerakannya di depan anak-anak. Dengan demikian anak tidak hanya tahu tentang teori saja, melainkan dapat langsung mengikuti gerakan-gerakan yang telah dipelajari.

Dengan komunikasi verbal dan non verbal, anak menjadi lebih paham dan mudah mengerti, penyampaian pesan-pesan agama secara verbal dan non verbal tampak lebih efektif untuk anak-anak TPA.

Seperti hasil wawancara penulis tentang komunikasi verbal yang digunakan guru terhadap informan VI, yaitu ketika guru sedang mengajarkan tadarus/tartil dan terdapat bacaan yang salah, maka guru tersebut menegurnya dengan mengetukkan meja beberapa kali. Sehingga bacaannya dapat diperbaiki.39

Dalam mengkomunikasikan pesan-pesan agama, guru-guru TPA unit 373 At-Tahiriyah II selalu menggunakan komunikasi verbal dan non verbal. Guru juga menggunakan bahasa isyarat atau dengan kode. Komunikasi ini dilakukan oleh seorang guru kepada anak-anak dalam menyampaikan pesan-pesan agama, dan komunikasi bahasa isyarat dilakukan ketika guru dan murid berhadapan secara individu ataupun kelompok.

Anak sulit menerima materi ataupun pesan agama bila disampaikan hanya secara verbal tanpa didukung dengan komunikasi non verbal. Agar pesannya diikuti oleh anak-anak, maka guru tersebut harus mempraktekkannya di hadapan anak-anak. 3. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Selain komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan, TPA unit 373 At-Tahiriyah II juga menyampaikan pesan-pesan agama secara antarpribadi atau face to

Dokumen terkait