• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Dalam dokumen LAPORAN ANSIT TB KABUPATEN KEDIRI OCT 20 (Halaman 113-116)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Analisis situasi TB Kabupaten Kediri tahun 2014 yang telah dilakukan dengan multi metode memberikan berbagai kesimpulan, sebagai berikut.

1. Perumusan masalah terkait atau yang berhubungan dengan masalah Tuberkulosis, sebagai berikut: (a) Angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Kediri adalah sebesar 47,59%. Hal ini berarti angka penduduk yang belum produktif dan tidak produktif tinggi. (b) Penduduk miskin di Kabupaten Kediri masih cukup tinggi, tahun 2010 sebesar 44.895 KK, tahun 2011 sebesar 18.364 KK, dan tahun 2012 sebesar 25.672 KK (mencapai 14-15% dari total penduduk Kabupatan Kediri menurut Profil Pembangunan Jawa Timur 2013). (c) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun keatas di Kabupaten Kediri yang tidak tamat SD 5,54%, tamat SD 16,45% (masih tinggi). Sementara persentase penduduk yang lulus PT masih rendah (4,14%). (d) Hampir semua pelayanan kesehatan di Kabupaten Kediri masih sangat jauh dari rasio ideal sesuai target nasional, misalnya 2 pelayanan yang terkait TB, yaitu dokter umum dan perawat. (e) Jarak masyarakat terhadap rumah sakit adalah 0-154,005 km, puskesmas 0-20,221 km, puskesmas pembantu 0-14,325 km. Ada beberapa daerah yang sulit mengakses fasilitas kesehatan karena medan yang sulit serta sarana jalan dan angkutan yang tidak memadai. (f) Baru ada 8 puskesmas dengan perawatan (21,6%) dan ada 5 rumah sakit yang menerapkan strategi DOTS (RSUD Pare, RS Amelia, RS Muhammadiyah Siti Khodijah, RS Surya Melati, dan RS Aura Syifa). Ada 3 Balai Pengobatan yang melayani rawat inap dan rawat jalan (BP Wahyu Husada, BP Muhammadiyah Kanigoro, dan BP Jimbun Kandat). Kondisi ini mempengaruhi kualitas dan kuantitas pengendalian TB di Kabupaten Kediri. (g) APBD-Bidang Kesehatan masih rendah dibanding total APBD. (h) Belum ada Perda, Surat Keputusan Bupati, Surat Edara, atau pun produk hukum sejenisnya sebagai bentuk penegasan komitmen politis terkait dengan penanggulangan TB di Kabupaten Kediri. (i) Kemitraan Pengendalian TB di Kabupaten Kediri masih terbatas, melibatkan lembaga donor internasional (Global Fund/GF, International Partnership Fund/IPF, dan Family Health International/FHI) dan Lembaga lokal (Lembaga

Kesehatan NU, ‘Aisyiyah, KPAD dan PPNI). Kemitraan ini belum optimal mengingat SKPD-SKPD terkait dan lembaga-lembaga lain akan memiliki peran strategis apabila dilibatkan.

2. Kesehatan populasi di Kabupaten Kediri diukur dengan menggunakan metode DALY yang dapat menggambarkan beban maysarakat pertahun akibat menderita TB yang dihitung dengan satuan rupiah (Rp). Penilaian DALY telah memberikan informasi yang unik terhadap kesehatan populasi di Kabupaten Kediri yang dapat dijadikan rujukan untuk tingkat regional dan nasional dengan membandingkan kesehatan penduduk secara keseluruhan. Penilaian ini memberikan gambaran yang koheren terhadap penyakit TB di Kabupaten Kediri sehingga akan membantu untuk menentukan prioritas langkah-langkah strategis dalam pengambilan keputusan di kabupaten Kediri. Hasil Penghitungan untuk Kabupaten Kediri adalah sebesar Rp. 3.258.927.902,81,-. Nilai kerugian yang ditanggung ini adalah 3,9% dari anggaran dinas kesehatan Kabupaten Kediri yang pada tahun 2013 sebesar Rp.84.114.812.112, 1,9% dari APBD sektor kesehatan pada tahun 2013 sebesar Rp.170,967,647,792, dan 1,74% dari total anggaran kesehatan Kabupaten Kediri yang pada tahun 2013 mencapai Rp.187,685,586,117.

3. Hasil analisis akar masalah terkait dengan TB di Kabupaten Kediri, yaitu 1) Anggaran Kesehatan/Anggaran TB rendah (Akar masalah 1: Masih kecilnya dana operasional untuk penanggulangan TB (anggaran kesehatan sebagian besar untuk belanja tidak langsung/gaji); Akar masalah 2: Dana untuk kesehatan masih tersebar di dinas-dinas yang lain); 2) Kemiskinan (Akar masalah 1: Masih banyaknya masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan; Akar masalah 2: Belum efektifnya upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah Daerah); 3) Pendidikan; a. pendidikan masih rendah (Akar masalah 1: Angka masyarakat yang tidak sekolah tinggi, sebagian besar masyarakat hanya tamat SD, dan yang tamat PT hanya 4%; Akar masalah 2: Masyarakat tidak mampu mengakses pendidikan tinggi), b. Banyak masyarakat yang Gengsi dan Tidak Percaya dengan Pelayanan Puskesmas (Akar masalah 1: Kesan yang dimunculkan oleh Puskesmas dan tenaga kesehatan kurang baik dan kurang profesional; Akar masalah 2: Masih rendahnya sistem promosi pelayanan prima puskesmas); 4) Aksessibilitas (Akar masalah 1: Masih banyaknya masyarakat yang sulit untuk menjangkau atau menikmati layanan puskesmas; Akar masalah

2: Letak geografis yang jauh dan infrastruktur yang belum merata), 5. Kuantitas dan kualitas SDM bidang kesehatan: a. Rasio pelayanan kesehatan yang masih rendah (Akar masalah 2: Masih rendahnya rasio pelayanan kesehatan atau tidak sesuai dengan target nasional yang ditetapkan pemerintah; Akar masalah 2: Sistem perencanaan peningkatan rasio pelayanan kesehatan masih belum tertata); b. Masih ada dokter (terutama dokter praktek swasta) yang belum paham program DOTS (Akar masalah 1: Tidak terhubung dengan Program DOTS; Akar masalah 2: Sosialisasi Program pada RS atau klinik Swasta kurang), dan c. Belum adanya pemetaan secara maksimal dan belum adanya sistem evaluasi menyeluruh terhadap TB (akar masalah 1: Tenaga kesehatan belum memahami sepenuhnya tentang mekanisme pencataan kasus TB, sistem pemetaan, dan sistem evaluasi kasus secara menyeluruh; Akar masalah 2: Kabupaten Kediri tidak termasuk daerah yang mendapatkan pelatihan); dan 6. Kemitraan yang lemah (Akar masalah 1: Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri masih menjadi pemain tunggal dalam pemberantasan TB; Akar masalah 2: Kemitraan belum terjalin secara baik dan pola pelibatan berbagai stakeholder tidak diatur oleh payung hukum/peraturan yang jelas).

4. Kompleksitas permasalahan TB di Kabupaten Kediri memerlukan penanganan yang terpadu, semua stakeholders yang terkait dengan bidang kesehatan perlu bekerja bersama-sama, saling bantu membantu, bersinergi dan berkomunikasi lintas deparrtemen sesuai dengan tupoksi masing-masing, sehingga dapat menangani permasalahan TB di Kabupaten kediri secara holistik dan terintegrasi. Beberapa langkah yang diperlukan dalam melaksanakan program pemberantasan TB yang holistik dan terintegrasi pada kabupaten Kediri yaitu, 1) Penjajagan Stakeholders, 2) Penyamaan persepsi, 3) Role Playing dan Komunikasi Departemental, dan 4) Evaluasi dan pemantauan.

5. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan sebagai rekomendasi rencana advokasi TB di Kabupaten Kediri berdasarkan hasil analisis situasi yang telah dilakukan, yaitu1)optimalisasi kerjasama untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan TB, 2) peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan terkait TB, 3) peningkatan luas area jangkauan dengan aktivasi jejaring stakeholders, 4) pemetaan daerah-daerah rawan atau daerah-daerah kantong penderita TB, 5) pembuatan juklak, panduan, atau buku pegangan yang dapat menjadi rujukan

oleh semua petugas kesehatan, 6) peningkatan kuantitas dan kualitas kader TB, dan 7) inisiasi berdirinya LSM TB dan peningkatan kapasitas LSM TB.

Dalam dokumen LAPORAN ANSIT TB KABUPATEN KEDIRI OCT 20 (Halaman 113-116)

Dokumen terkait