• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN ANSIT TB KABUPATEN KEDIRI OCT 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN ANSIT TB KABUPATEN KEDIRI OCT 20"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISA SITUASI

TUBERKULOSIS (TB)

DI DAERAH

KABUPATEN KEDIRI

SR TB ‘AISYIYAH - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014

(3)

TIM PENELITI ANALISA SITUASI

TUBERKULOSIS (TB) KABUPATEN

KEDIRI

1. Nama

: Drs. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si.

Jabatan : Ketua

2. Nama

: Husamah, S.Pd.,M.Pd.

Jabatan : Anggota 1

3. Nama

: Hasan Ibrahim, S.Pd.

Jabatan : Anggota 2

4. Nama

: Moh. Sarip Hidayatullah, S.Sos.

Jabatan : Anggota 3

(4)
(5)

TIM PENELITI ANSIT TB KABUPATEN KEDIRI 2014

NO NAMA JABATAN INSTANSI

1 Drs. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si. Ketua Universitas Muhammadiyah Malang 2 Husamah, S.Pd., M.Pd. Anggota I Universitas

Muhammadiyah Malang 3 M. Syarip Hidayatullah, S.Sos. Anggota II Universitas

Muhammadiyah Malang 4 Hasan Ibrahim, S.Pd. Anggota III Universitas

Muhammadiyah Malang

5 Anik Ekowati, SE, MMA SSR TB

‘Aisyiyah ‘Aisyiyah Kab Kediri

KONTRIBUTOR/NARASUMBER

No Nama Jabatan Instansi

1. Drs. Sudarmono, MM Kabid Sosbud BAPPEDA Kab Kediri

2. Afril Dedy Setiawan, ST Kasubbid Kesos BAPPEDA Kab Kediri

3. Nur Munawaroh, M.Kes Kasi P2ML

(Penanggulangan

7. Siti Khotijah Kader TB Care

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin, dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, tim Analisis Situasi Perguruan Tinggi dapat menyelesaikan Analisis Situasi TB di Kabupaten Kediri. Pada dasarnya berdasarkan amanat yang telah dikemukakan pada strategi Nasional program Pengendalian TB 2011-2014 telah melibatkan berbagai pihak pemangku kebijakan, pusat dan daerah, organisasi profesi, Komite ahli TB, LSM, serta mitra internasional telah diarahkan secara bersama sama dan sinergi untuk pemberantasan TB di Indonesia dengan visi Menuju Masyarakat Bebas masalah TB, Sehat, Mandiri dan Berkeadilan.

Dalam penyusunan Analisis Situasi TB di Kabupaten Kediri ini, tim peneliti mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini tim peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bupati Kediri, Bappeda dan Dinas Kesehetan Kabupaten Kediri beserta jajarannya (khususnya Kasi P2ML, Puskesmas Badas, dan Puskesmas Plosoklaten) yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas kepada peneliti, sehingga analisis situasi TB Kabupaten Kediri dapat diselesaikan dengan lancar. Tidak Lupa ucapan terimakasih yang tidak terhingga kami sampaikan kepada PR TB ‘Aisyiyah yang telah memberikan pengalaman berharga dalam penelitian dan fasilitas lain pada Analisis Situasi TB Kabupaten Kediri. Terima kasih juga kepada Tim QC, SR, SSR TB Care ‘Aisyiyah yang banyak membantu penyusunan laporan ini.

Akhir kata, semoga Analisis Situasi TB Kabupaten Kediri dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada pada penelitian Analisis Situasi TB Kabupaten Kediri.

Kediri, September 2014

(7)

RINGKASAN EKSEKUTIF

(EXECUTIVE SUMMARY)

ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) KABUPATEN KEDIRI;

“Dalam Rangka Meningkatkan Peran Seluruh Pemangku Kepentingan

Daerah untuk Penanggulangan TB"

Analisa situasi TB ini dilaksanakan oleh Community TB-Care 'Aisyiyah bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, dan dikerjakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang. Pelaksanaan Analisa situasi TB Kabupaten Kediri dilaksanakan selama 4 bulan, sejak Juni 2014 hingga September 2014.

Pelaksanaan Analisa Situasi TB melibatkan instansi terkait dalam memenuhi keabsahan data, diantaranya adalah; 1) Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Langsung (P2ML) Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, 2) BAPPEDA Kabupaten Kediri, 3) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 4) Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri, 5) Puskesmas (Babadan dan Plosoklaten), 6)

Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Kediri, 7) Pimpinan Daerah

Muhammadiyah Kabupaten Kediri, 8) Petugas TB (Persatuan Perawat Nasional Indonesia/PPNI) Kabupaten Kediri, 9) Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Kediri, 10) Tim Penggerak PKK Kabupaten Kediri, 11) SSR TB-Care 'Aisyiyah Kabupaten Kediri, 12) Rumah Sakit Siti Khotidjah, 13) Tokoh Masyarakat Pemerharti TB, 14) BPMPD Kabupaten Kediri, 15) Dinas Kesra Kabupaten Kediri, dan 16) Pasien/Penderita TB.

Keterbatasan dalam analisa situasi TB ini terkait dengan; batasan waktu, akses terhadap sumber informasi, dan ketidaksinkronan data sekunder yang diperoleh dari dinas terkait.

Tujuan Analisa Situasi (Objective)

Analisa Situasi TB ini bertujuan mendapatkan data dan melakukan analisa mengenai kondisi penyakit TB, termasuk tentang prevalensi TB, kebijakan terkait TB, penganggaran daerah untuk penanggulangan TB, kondisi layanan termasuk akses terhadap layanan kesehatan terkait TB, dan para pemangku kepentingan dalam penanggulangan TB, TB-HIV, TB-MDR.

Analisa situasi TB ini juga untuk mengidentifikasi isu-isu dan beberapa kemungkinan dalam rangka menguatkan penanggulangan TB di Kabupaten Kediri.

Metodologi dan Pendekatan digunakan dalam Analisa Situasi

Kombinasi metodologi diterapkan dalam analisa situasi TB ini dengan pendekatan partisipatif. Kombinasi metodologi terdiri dari Analisa Profil, Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis), DALY (Disability Adjusted Life

Year), dan Analisa Peran Stakeholder. Untuk melengkapi kebutuhan dan

keabsahan data, juga melakukan survey lapangan dengan teknik observasi,, wawancara, dan Focus Group Discussion serta seminar hasil analisa.

Temuan Analisa Situasi

Prevalensi Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, dan Nasional

(8)

109/100.000, dan jika dibandingkan dengan prevalensi TB nasional sebesar

pada tahun 2012 297/100.000. Angka prevalensi menunjukkan TB masih

mengkhawatirkan.

Demografi dan TB

Berdasarkan data BPS tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Kediri sebesar 1.526.464 jiwa, dengan luas wilayah 1386,05 km2 dan memiliki kepadatan

penduduk 1.101,03/km2.

Tiga kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi, berada di Kecamatan 1)

Ngasem (3.118,02/km2), 2) Pare (1.924,04/km2), dan 3) Ngadiluwih

(1.761,69/km2). Tiga kecamatan tersebut juga merupakan Kecamatan dengan

prevalensi tinggi sejak tahun 2012. Tiga kecamatan tersebut bukan merupakan

daerah tertinggi untuk kasus kematian akibat TB, tidak terdapat keterkaitan

antara kepadatan dengan penularan dalam kasus Kabupaten Kediri.

Kasus baru TB selama tahun 2011 sampai tahun 2013 juga menyasar pada kelompok usia produktif (usia 15-54 tahun). Dari 1.235 kasus baru yang tercatat selama Tahun 2013, 51% disandang oleh kelompok usia produktif.

Performa Pelayanan TB

CDR/CNR: Berdasarkan data tahun 2013, capaian CNR/CDR Kabupaten Kediri sebesar 708 yang berarti 45,35% dari target CNR propinsi sebesar 70% (107/100.000), pada tahun 2012 CNR Nasional mencapai 138/100.000.

Success Rate: Mencapai 96% yang berarti melebihi dari target nasional (90,2%). Sedangkan angka pasien Kambuh, gagal, dan default yakni 4% pada tahun 2013.

Infrastruktur Pelayanan Kesehatan

Hingga tahun 2013 Kabupaten Kediri terdiri dari 26 kecamatan, 343 desa, dan 1 kelurahan, serta memiliki sarana kesehatan berupa 37 Puskesmas, 80 unit puskesmas pembantu, dengan rasio 2,42 puskesmas per 100.000 penduduk yang tersebar di 15 Kecamatan. Terdapat 10 Rumah Sakit, klinik bersalin 6 unit dan puskesmas keliling 37 unit, Balai Pengobatan/klinik 22 unit, Jumlah praktek dokter perorangan: 118 dokter umum, 54 praktek dokter gigi dan 95 praktek dokter spesialis.

Dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna untuk kelancaran pelaksanaan tupoksi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dalam memberi pelayanan kepada masyarakat, pada kurun waktu 2008-2013, Bupati Kediri

belum mengeluarkan SK/Perda/Surat Edaran.

Policy issues

Kebijakan terkait isu program Kesehatan

(9)

Sebagai awal pengembangan kebijakan untuk penanggulangan TB, bisa dikembangkan berdasarkan kebijakan yang telah ada, diantaranya dengan Keputusan Bupati Kediri nomor 188.45/358/418.32/2012 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Kediri. Kebijakan lain seharusnya diturunkan dari berbagai kebijakan kesehatan nasional dan provinsi.

Kebijakan terkait isu kepadatan penduduk

Sama halnya dengan kebijakan terkait isu proram kesehatan, kebijakan terkait isu kependudukan Kabupaten Kediri tertuang dalam Perda Nomor 10 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri 2011-2015, Perda Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri tahun 2010-2030, dan Peraturan Bupati Kediri nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Kediri tahun 2014. Artinya, belum ada kebijakan spesifik terkait isu kepadatan penduduk di pemerintahan daerah Kabupaten Kediri. Kebijakan lain seharusnya diturunkan dari berbagai kebijakan kesehatan nasional dan provinsi.

Kebijakan terkait isu promosi kesehatan terkait TB

Sama halnya dengan kebijakan terkait isu proram kesehatan dan kebijakan terkait isu kependudukan, kebijakan terkait isu promosi kesehatan terkait TB Kabupaten Kediri tertuang dalam Perda Nomor 10 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri 2011-2015, Perda Nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri tahun 2010-2030, dan Peraturan Bupati Kediri nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Kediri tahun 2014. Artinya, belum ada kebijakan spesifik terkait isu promosi kesehatan terkait TB di pemerintahan daerah Kabupaten Kediri. Kebijakan lain seharusnya diturunkan dari berbagai kebijakan kesehatan nasional dan provinsi.

Anggaran Pelayaan Kesehatan

Hingga Tahun 2013, anggaran kesehatan Kabupaten Kediri baru mencapai 8,99% masih rendah jika disesuaikan dengan Amanat UU Kesehatan 39 Tahun 2009, yang memandatkan anggaran kesehatan mencapai 10% dari APBD. Pada tahun 2012, anggaran kesehatan bersumber dari APBD Kabupaten Kediri Rp. 98.685.632.728 Kemudian, pada tahun 2013, anggaran kesehatan bersumber dari APBD menjadi Rp.170.967.647.792. Jika dilihat berdasarkan tren anggaran kesehatan Kabupaten Kediri bersumber dari APBD sejak tahun 2012 hingga 2013 mengalami kenaikan dari rentang 5,8% sampai 8,9% dari total APBD. Sementara itu Persentase anggaran TB terhadap APBD-Kesehatan sangat rendah, dimana tahun 2012 sebesar 0,084% (Rp. 82.374.750) dan tahun 2013 sebesar 0,068% (Rp. 115.465.000).

Kesehatan Penduduk dan Daya Saing Daerah

Dengan menurunnya angka prevalensi TB, secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas ekonomi. Jika dihitung menggunakan DALY, pada tahun 2013 akibat sakit TB menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 3.258.927.903, dengan asumsi 75 % dari penderita TB pada usia produktif.

(10)

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

AIDS : Aquired Immuno Deficiency Syndrome AKMS : Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BTA : Basil Tahan Asam

DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse GF : The Global Fund

HIV : Human Immunodeficiency Virus IDI : Ikatan Dokter Indonesia

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MDR : Multy Drugs Resistant

Perda : Peraturan Daerah

(11)

DAFTAR ISI

TIM PENELITI ANSIT TB KABUPATEN KEDIRI 2014 ... v

KONTRIBUTOR/NARASUMBER... v

KATA PENGANTAR ...vi

RINGKASAN EKSEKUTIF... vii

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... x

DAFTAR ISI...xi

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH ... 11

2.1. Wilayah ... 11

2.1.1 Jumlah Penduduk ... 12

2.1.2. Tingkat Ekonomi Masyarakat ... 17

2.2. Kemiskinan ... 19

2.3. Pendidikan... 21

2.4. Sumber Daya Daerah Bidang Kesehatan ... 23

2.4.1 Profil Layanan Kesehatan... 23

2.4.2 Jenis layanan ... 31

2.4.3 Aksessibilitas (Jarak dan Sarana) ... 33

2.5. Anggaran TB (termasuk diantaranya TB HIV dan TB MDR) untuk tahun anggaran 2011-2014 (termasuk kebijakan tentang penanggulangan TB) ... 35

2.6. Kebijakan dan Peraturan Terkait TB di Kabupaten Kediri ... 39

2.7. Profil Tuberkulosis ... 42

2.8. Sistem Rujukan ... 45

2.9. Peran Stakeholder... 47

2.9.1. Informasi peran stakeholder dalam kebijakan AIDS-TB ... 47

2.9.2. Media Informasi (Sosialisasi dan Kampanye) ... 47

2.9.3. Pendokumentasian ... 50

BAB III METODOLOGI DAN PROSES PENYUSUNAN ANSIT TB ... 51

3.1. Tinjauan Situasi ... 51

3.2. Analisis ... 52

3.2.1. Analisis Profil... 52

3.2.2. Analisis Kesehatan Populasi ... 53

3.2.3. Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) ... 53

3.2.4. Analisis Stakeholder/Pola Peran dan Analisis Kesenjangan Kapasitas ... 54

3.2.5. Rekomendasi Aksi Advokasi... 55

(12)

4.1. Tinjauan Situasi ... 56

4.1.1 Kondisi Layanan Kesehatan TB di Lapangan... 56

4.1.2 Data Prevalensi TB (Hasil Re-Check dari Lapangan) ... 56

4.2 Hasil Analisis Kesehatan Populasi menggunakan metode DALY ... 64

4.3. Hasil Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) ... 68

4.6. Hasil Analisis Stakeholders dan Analisis Kesenjangan Kapasitas ... 80

BAB V REKOMENDASI RENCANA ADVOKASI ... 95

5.1. Rekomendasi Rencana Aksi Advokasi ... 96

5.2. Rekomendasi Aksi Utama ... 96

5.3. Rekomendasi Potensi Kemitraan ... 96

BAB VI PENUTUP ... 98

6.1 Kesimpulan ... 98

6.2. Dukungan Kebijakan ... 101

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kediri tahun 2013 ...11

2. Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri (Orang) ...12

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ...13

4. Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kelahiran ...14

5. Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kematian ...15

6. Angka Harapan Hidup Kebupaten Kediri ...15

7. Kepadatan Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ...16

8. Rasio Penduduk yang Bekerja di Kabupaten Kediri Tahun 2009-2012 ...19

9. Kemiskinan dan Permasalahan Kesejahteraan Sosial Menurut Jenisnya ...19

10. Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2005-2009 ...20

11. Jumlah Panti Asuhan, Anak Asuh Menurut Jenis Kelamin dan Pengasuh ...21

12. Jumlah Panti Wreda, Penghuni Menurut Jenis Kelamin dan Pengurus ...21

13. APK Kabupaten Kediri ...22

14. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Berdasar Ijazah ...22

15. Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya pada Tahun 2013 ...27

16. Jumlah Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013 ...27

17.Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya ...29

18. Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012...29

19. Rasio Pelayanan Kesehatan (per 100.000 penduduk) ...30

20. Jarak Kasar Masyarakat dengan Sarana Kesehatan ...33

21. Anggaran Kesehatan Kabupaten Kediri Tahun 2011...36

22. Anggaran Kesehatan Kabupaten Kediri Tahun 2012...36

23. Anggaran Kesehatan Kabupaten Kediri Tahun 2013...37

24. Persentase Anggaran TB Kabupaten Kediri tahun 2011-2013 ...38

25. Angka Prevalensi Penderita TB secara Umum Tahun 2013 ...43

26. Data TB Jawa Timur dan Kabupaten Kediri Tahun 2012 & 2013 ...44

27. Prioritas Masalah Situasi Tuberkulosis di Kabupaten Kediri ...62

28. Matrik Masalah dan Besarnya Masalah ...63

29. Klasifikasi Ketidakmampuan hidup sehat dan beban menurut GBDS ...65

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Indeks Harapan Hidup Kabupaten Kediri ... 16

2. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri ... 26

3. Alur Pelayanan Pasien di Puskesmas Plosoklaten Kabupaten Kediri ... 48

4. Spanduk Sosialisasi Penyakit TB di Kabupaten Kediri ... 49

5. Poster Sosialisasi Penyakit TB di Puskesmas Plosoklaten Kab. Kediri ... 50

6. Sticker Sosialisasi Penyakit TB di Puskesmas Badas Kab. Kediri ... 50

7. Bagan Alir Analisis Akar Masalah Analisis Situasi TB Kabupaten Kediri ... 54

8. Perbandingan Kerugian Penyakit TB dengan Besar Anggaran Kesehatan Kabupaten Kediri 2013 ... 67

9. Diagram Alur Analisis Kausalitas TB di Kabupaten Kediri ... 76

10. Hasil Analisis Stakeholders TB di Kabupaten Kediri ... 91

1. Indeks Harapan Hidup Kabupaten Kediri 16 ... xiv

2. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri 26 ... xiv

Gambar 3. Indeks Harapan Hidup Kabupaten Kediri ... 16

(15)
(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang banyak menjangkiti masyarakat di Indonesia. Penyakit ini mulai dikenal oleh masyarakat dunia sejak diketemukannya bakteri Myobacterium tuberkulosis oleh Robert Koch pada tahun 1882. Nama spesies tuberkulosis inilah yang kemudian dikenal oleh masyarakat awam sebagai penyakit yang menyerang paru-paru manusia. Penyakit ini dikenal penyebarannya dengan melalui udara karena percikan mist yang dikeluarkan oleh penderita sebelumnya (Kusnadi, 2013).

Peningkatan penyakit Tuberkulosis secara dramatis terjadi pada era tahun 1980-an, dimana pandemi penyakit ini menyebar dengan sangat pesat di dunia, mulai dari Rusia, Amerika, Afrika, hingga benua Asia termasuk Indonesia (Weant, 2010). Saat ini penyakit Tuberkulosis telah mengalami mutasi. Munculnya strain virulen yang resisten terhadap obat merupakan pekerjaan rumah yang perlu untuk segera diselesaikan. TB juga merupakan Opportunities Diseases bagi penderita HIV/AIDS yang juga memerlukan penanganan dengan serius.

Prevalensi TB di Indonesia cukup mengkhawatirkan, apabila dilakukan rangking di dunia, Indonesia menduduki rangking ke-4 setelah China, India, dan Afrika Selatan (Kompas, 3 Maret 2014). Lebih lanjut dipaparkan oleh Kompas (2014) bahwa prevalensi TB di Indonesia 297 per 100.000 penduduk, dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000. Penderita TB tahun 2013 di Indonesia mencapai 800.000-900.000 orang, dengan kasus TB-MDR 6.900 penderita.

(17)

insidensi tahunan diperkirakan sebesar 430.000 kasus baru per tahun (189 per 100.000 penduduk). Angka kematian tahunan karena TB kira-kira 61.000 kematian (WHO Global Tuberkulosis Control, 2010).

Epidemi TB pada anak mengikuti pola epidemi TB pada orang dewasa di suatu wilayah tertentu. Walaupun sampai saat ini beban permasalahan TB anak di tingkat global masih belum begitu jelas, di berbagai negara sedang berkembang resiko terjadinya penularan TB anak pertahun sekitar 2-5%. Hal ini diperparah dengan tingginya angka kematian pada anak yang disebabkan oleh TB, yaitu sekitar 8-20%. Vaksinasi BCG memang memberikan hasil terhadap penurunan kejadian penularan dan kondisi yang mematikan, namun demikian pada anak dengan HIV tetap risiko untuk terjadi penularan TB masih cukup tinggi (Team AKMS Subdit TB, 2013).

Jumlah penderita baru TB di Jawa Timur tahun 2012 mencapai 20.327 kasus atau turun sebesar 0,61% dari tahun 2011. Dalam kurun waktu 5 tahun ini hanya pada tahun 2012 jumlah penderita TB baru mengalami penurunan dan pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan. Peningkatan tertinggi untuk kasus ini terjadi di tahun 2010, ada 11 kabupaten yang peningkatan penderita TBC baru di atas 100 kasus, yaitu Jember, Malang, Pamekasan, Jombang, Bojonegoro, Mojokerto, Kabupaten Kediri, Pasuruan, Gresik, Malang dan Sampang. Sementara di tahun 2012 penurunan di atas 100 kasus adalah Sidoarjo, Lumajang, Jember, Tulungagung dan Pacitan (RPJMD Jatim 2014).

(18)

korban yang meninggal akibat TB dari segala usia sebanyak 1.308 orang (Supriyatno, 2014)

Kabupaten Kediri termasuk daerah rawan TB. Menurut Dinkes Kab. Kediri (2013) Kabupaten Kediri dengan jumlah penduduk yang besar dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap cakupan program TB di Provinsi Jawa Timur, yang mana target cakupan adalah 70% dari perkiraan kasus (107/100.000 penduduk). Cakupan program penemuan penderita TB dengan BTA Positif (CDR) di Kabupaten Kediri tahun 2013 masih di bawah target, yaitu 43,35% (ditemukan 708 orang, dari perkiraan penderita TB sebesar 1.655 orang).

Catatan yang didapatkan petugas lapangan LKNU menunjukkan, di awal tahun 2013 sudah ditemukan 3 penderita Tuberkulosis di Kabupaten Kediri yang meninggal dunia. Sementara penderita yang berstatus DO (Drop Out), yaitu memilih berhenti mengkonsumsi obat sebanyak 1 orang. Penderita kambuh sebanyak 2 orang, dan 3 lainnya masih tercatat menjalani perawatan (Hadi, 2013).Kementrian Pusat sebelumnya pada 2009 mentargetkan agar Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, menekan angka penderita TB sebesar 70 % dari total 1149 penderita. Namun, baru 619 penderita yang tertangani, sehingga masih 530 penderita. Sementara itu, untuk target tahun 2010, naik menjadi 73 %, atau sebanyak 1208 penderita. Hingga akhir Juni 2010, Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri sudah menangani penderita TB sebanyak 363 orang (Kristian, 2013). Hingga kini, pihaknya juga belum bisa memenuhi target temuan. Pada 2009 lalu, pihaknya hanya menemukan 619 pasien dari perkiraan 1.642 pasien, sementara pada 2010 hanya menemukan 737 pasien dari perkiraan 1.655 pasien. Sementara itu, hingga Juni 2011, masih ditemukan 440 pasien yang diketahui positif menderita TBC (Chusna, 2011).

(19)

Care); Kebijakan yang lebih berani (agresif) dan didukung oleh sistem yang jelas (Bold Polices andsupportive system); Intensifikasi penelitian dan Inovasi untuk diagnosa cepat, vaksinasi pascapaparan pengobatan yang lebih singkat, dan lain-lain (Intensified research and Innovation) (Pusat Promosi Kesehatan, 2010; Ditjen PP&PL, 2011a).

Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat TB terus dilakukan melalui program pengendalian TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment of Shortcourse), yang meliputi komitmen politis, pemeriksaan dahak mikroskopis, pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung pengobatan, jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang bermutu serta pencatatan dan pelaporan yang baku. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal mendasar yang mesti diperhatikan dalam penanggulangan penyakit TB, yaitu, 1) Adanya kesepakatan nasional dan lokal terhadap program penanggulangan penyakit TB, 2) pendidikan kesehatan nasional dan lokal mengenai penyakit TB, 3) penemuan kasus-kasus baru melalui pemeriksaan rutin dahak terhadap orang-orang yang memiliki gejala penyakit TB, 4) pengobatan standar yang diobservasi, 5) pengembalian penderita yang lalai berobat, 6) pencatatan dan pemantauan kasus yang tersandarisasi, 7) Memastikan ketersedian obat dan perlengkapan lainnya, 8) pelatihan-pelatihan berulang yang berkelanjutan bagi para petugas kesehatan, 9) vaksinasi BCG bayi yang baru lahir serta 10) pemeriksaan anggota keluarga yang berinteraksi erat dengan orang dewasa penderita TB.Upaya‐upaya tersebut terkoordinasi dalam suatu program yang disebut sebagai strategi DOTS yang terdiri dari lima komponen, yaitu adanya komitmen politik, diagnosis dengan mikroskopik, pengobatan dengan obat jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawasan menelan obat (PMO), jaminan ketersediaan obat serta sistem pencatatan dan pelaporan yang baik dan seragam (Ditjen PP&PL, 2011a).

(20)

dan dukungan kemitraan dengan berbagai stakeholder. Semuanya diarahkan agar masyarakat mampu mempraktikkan perilaku pencegahan dan pengobatan TB.

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Tujuan Pembangunan Milenium mempertegas komitmen Indonesia untuk melakukan percepatan pencapaiannya. Inpres tersebut merupakan upaya percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional tahun 2010 yang tertuang dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2010. Laporan pencapaian MDG’s Tahun 2010 menunjukkan bahwa target 6C yaitu mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Tuberkulosis, merupakan satu satunya target MDG’s di bidang kesehatan yang telah tercapai, bahwa upaya pengendalian TB di Indonesia sebagai bagian pembangunan kesehatan telah dilaksanakan dengan benar dan memberikan kontribusi pada upaya pembangunan nasional.

Disepakati terdapat 12 agenda lanjutan Pasca MDG’s 2015 yang harus ditindaklanjuti untuk diselesaikan oleh negara-negara yang berkomitmen. Ke-12 butir agenda tersebut, yaitu 1) mengakhiri kemiskinan; 2) meningkatkan pemberdayaan wanita dan mencapai kesetaraan gender; 3) menyediakan pendidikan berkualitas dan suasana belajar seumur hidup; 4) memastikan kesehatan yang layak; 5) ketahanan pangan dan tercukupinya nutrisi; 6) mencapai akses air minum dan sanitasi; 7) menjaga keberlanjutan ketersediaan energi; 8) penciptaan lapangan kerja, mata pencarian keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang adil; 9) pengelolaan aset sumber daya alam secara berkesinambungan; 10) memastikan terciptanya tata kelola yang efektif di pemerintahan dan lembaga; 11) memastikan terciptanya kehidupan sosial yang stabil dan damai; dan 12) menciptakan lingkungan yang berdaya dengan pendanaan jangka panjang (Ditjen PP&PL, 2011b).

(21)

TB dapat dideteksi dengan strategi DOTS dan 85% diantaranya dinyatakan sembuh. b) Pada tahun 2050 TB bukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat global (Pusat Promosi Kesehatan, 2010).

Selain itu, Stop TB Partnership juga mempunyai komitmen untuk mencapai target dalam Tujuan Pembangunan Milenium, seperti yang disebutkan pada tujuan 6, target 8 (“to have halted and begun to reverse the incidence of TB”) pada tahun 2015. Tujuan tersebut akan dicapai dengan strategi ganda yang akan dikembangkan dalam waktu 10 tahun ke depan, yaitu akselerasi pengembangan dan penggunaan metode yang lebih baik untuk implementasi rekomendasi Stop TB yang baru berdasarkan strategi DOTS dengan standar pelayanan mengacu pada International Standard for TB Care (ISTC).

Tujuan yang ingin dicapai dalam Rencana Global 2006-2015 adalah untuk: 1. Meningkatkan dan memperluas pemanfaatan strategi untuk menghentikan penularan TB dengan cara meningkatkan akses terhadap diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif dengan akselerasi pelaksanaan DOTS untuk mencapai target global dalam pengendalian TB; dan meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas obat anti TB (OAT); 2. Menyusun strategi untuk menghadapi berbagai tantangan dengan cara mengadaptasi DOTS untuk mencegah, menangani TB dengan resistensi OAT (MDR-TB) dan menurunkan dampak TB/HIV; dan 3. Mempercepat upaya eliminasi TB dengan cara meningkatkan penelitian dan pengembangan untuk berbagai alat diagnostik, obat dan vaksin baru; serta meningkatkan penerapan metode baru dan menjamin pemanfaatan, akses dan keterjangkauannya ((Pusat Promosi Kesehatan, 2010; Ditjen PP&PL, 2011a; Ditjen PP&PL, 2011b). .

(22)

Pengendalian TB. 7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis.

Sehubungan dengan itu, ada prinsip pelayanan kesehatan yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini salah satunya adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri dan seterusnya Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. 1) Pembangunan tidak cukup hanya mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pengentasan rakyat miskin, peningkatan pendapatan rakyat yang memperhatikan pemerataan berkeadilan, peningkatan alokasi dana untuk pemenuhan hak-hak dasar rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, dan fasilitas publik lainnya, yang dapat makin memperluas dan meningkatkan kualitas kehidupan dan kapabilitas rakyat. 2) Bidang kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang perlu mendapatkan penanganan dan menjadi urusan wajib bagi Pemerintah baik pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sarana dan prasarana kesehatan baik itu menyangkut prasarana kesehatan dan tenaga medis menjadi perhatian yang harus disiapkan oleh pemerintah. 3) Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal. 4) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada prinsip-prinsip: (a) Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin; (b) Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang ’cost effective’ dan rasional; (c) Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas; (d) Penyelenggaraan yang transparan dan akuntabel. 5) Jaminan kesehatan harus bersifat komprehensif (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif), berjenjang (rawat jalan dan rawat inap di puskesmas, rawat jalan spesialistik di rumah sakit dan rawat inap di rumah sakit), tanpa batasan nilai rupiah.

(23)

tertinggi di Jawa Timur. Dalam proses Analisis situasi untuk advokasi penanggulangan TB, dilakukan kajian atas data kondisi atau keadaan TB dari aspek prevalensi, demografi, kebijakan dan anggaran penanggulangan TB (termasuk diantaranya TB-HIV dan TB MDR, serta kondisi pelayanan kesehatan di lapangan).

1.2. Tujuan

Tujuan Analisis Situasi Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kediri, yaitu a. Mengkaji penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kedirisampai

tahun 2014 (termasuk di dalamnya, yaitu 1) data prevalensi TB paru, TBAnak, TB HIV dan TB MDR, 2) kebijakan TB, 3) anggaran TB, dan 4) layanan kesehatan TB).

b. Memberi rekomendasi aksi kunciuntuk memaksimalkan upaya penanggulanganTuberkulosis (TB) di Kabupaten Kediri.

c. Mendukung Strategi Promosi Pengendalian Tuberkulosis (TB) yang dicanangkan Departemen Kesehatan melalui Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dan tertuang dalam Buku Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Tuberkulosis 2010, yaitu Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS) dalam pengendalianTuberkulosis (TB), khususnya di Kabupaten Kediri.

d. Menjadi landasan dan acuan untuk mendapatkan dukungan atau memperluas jaringan kemitraan, khususnya masyarakat umum, lembaga sosial kemasyarakatan (LSM), institusi pendidikan, pihak-pihak swasta (perorangan dan perusahaan yang memiliki Corporate Social responsibility), serta pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat (baik eksekutif, legislatif dan yudikatif). Hal ini tentu akan menjadi acuan dalam upaya pendampingan atau advokasi program Tuberkulosis (TB).

1.3. Proses Penyusunan

(24)

mulai bulan Mei-Agustus 2014. Hasil “Analisis SituasiTuberkulosis (TB) di Kabupaten Kediri” adalah berupa dokumen laporan Analisis-Situasi yang berisi data situasi penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kedirisampai tahun 2014 (termasuk di dalamnya, yaitu 1) data prevalensi TB paru, TBAnak, TB HIV dan TB MDR, 2) kebijakan TB, 3) anggaran TB, dan 4) layanan kesehatan TB). Hasil kajian dan telaah atassituasi ini mencakup Analisis akar masalah/Root Cause Analysis (RCA), Analisis sebab akibat, dan Analisis profil.

Proses pelaksanaan Analisis Situasi TB Kabupaten Kediri ini melibatkan SKPDyang terkait situasi TB di Kabupten Kediri, yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, BPS Kabupaten Kediri, Bappeda Kabupaten Kediri, Puskesmas Plosoklaten dan Babadan, Universitas Muhammadiyah Malang, PemegangProgram TB Care Aisyiyah PPA Jawa Timur Sub Recipient (SR), Sub-Sub Recipient (SSR) Kabupaten Kediri, Kader TBCare Aisyiyah Kabupaten Kediri, dan pasien (TB positif dan negatif) yang dikoordinasi oleh Pelaksana dari UniversitasMuhammadiyah Malang.

1.4. Manfaat

Hasil Analisis Situasi Tuberkulosis (TB) Kabupaten Kediri memiliki berbagai manfaat, yaitu

a. Menjadi rujukan dan dasar pertimbangan Community TB Care 'Aisyiyah untuk melaksanakan berbagai kegiatan seperti penyusunan policy paper, pelaksanaan audiensi, lobby, konferensi pers, dan KIE (Komunikasi-Informasi-Edukasi) di level Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, dan Pusat.

b. Menjadi rujukan dan dasar pertimbangan dalam upaya penyamaan persepsi sehingga memudahkan upaya pengambilan keputusan dan penentuan skala prioritas penanggulangan Tuberkulosis (TB).

(25)

preventif, upaya diagnosis dan pengobatan baru lainnya untuk menghentikan atau memutus mata rantai Tuberkulosis (TB).

d. Digunakan sebagai masukan dan kajian bagi penyusunan perencanaan, baik jangkapendek, menengah, dan jangka panjang bagi berbagai pihak atau stakeholder yang terkait dalam upayapenanggulangan Tuberkulosis (TB). e. Digunakan dalam mendukung Rencana Global Stop TB berdasarkan standar

(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH

2.1. Wilayah

Posisi geografis Kabupaten Kediri terletak antara 1110 47’ 05’’ sampai dengan 112018’ 20’’ BT dan 7036’ 12’’ sampai dengan 80 0’ 32’’ LS. Kabupaten Kediri diapit oleh 5 kabupaten, yakni Kabupaten Tulungagung (di sebelah Barat-Selatan), Kabupaten Nganjuk (Barat-Utara), Kabupaten Jombang (Utara-Timur), Kabupten Malang (Timur), dan Kabupaten Blitar (Selatan). Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui aliran Sungai Brantas yang membelah dari Selatan ke Utara. Pada tahun 2011 tingkat curah hujan rata-rata sekitar 15,81 mm/hari, lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 16,76 mm/hari (BPS Kabupaten Kediri, 2013).

Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kediri 138.605 ha (1.386,05 km2), terdiri dari lahan sawah 47.580 ha, lahan non sawah 91.025 ha, yang menaungi 26 Kecamatan, 343 Desa, dan 1 Kelurahan dengan organisasi RW sebanyak 2.812 dan RT sebanyak 9.265. Luas dan persentase luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Kediri tahun 2013 sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kediri Tahun 2013

(27)

No Kecamatan Luas Wilayah (km2) %

21 Kunjang 29,98 2,16

22 Banyakan 72,55 5,23

23 Ringinrejo 42,38 3,06

24 Kayenkidul 35,77 2,58

25 Ngasem 18,70 1,35

26 Badas 39,21 2,83

TOTAL 1.386,05 100

(Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2013)

Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa Kecamatan Kepung memiliki daerah yang paling luas yaitu mencapai 7,62% dari luas wilayah Kabupaten Kediri. Daerah yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Ngasem yang hanya memiliki luas sebesar 1,35% dari luas wilayah Kabupaten Kediri.

Kondisi iklim pada wilayah Kabupaten Kediri pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan daerah-daaerah lain di Indonesia yaitu secara umum beriklim tropis dengan dua musim. Kondisi iklim rata-rata Kabupaten Kediri, yaitu: a) Suhu maksimum rata-rata 30,70C pada musim kemarau dan suhu minimum rata-rata 230C, sedangkan pada musim penghujan suhu rata-rata setahunnya sebesar 270C. 2) Kelembaban udara rata-rata 85,5% per tahun, sementara nisbi antara 74-86%. 3) Kecepatan angin rata-rata pada musim kemarau antara 12-13 knots dan pada musim penghujan 17-20 knots. 4) Musim kemarau berlangsung selama 6-7 bulan yaitu sekitar bulan Mei-Nopember, sementara musim penghujan berlangsung selama 4-5 bulan yaitu pada bulan Desember-April setiap tahunnya. 5) Curah hujan rata-rata pertahunnya sebesar 130-150 mm, dengan jumlah hari hujan rata-rata 6-15 hari per bulan (BPS Kabupaten Kediri, 2013).

2.2 Penduduk

2.1.1 Jumlah Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Kediri selama 4 tahun terakhir berdasarkan Sensus Penduduk 2010 oleh BPS Jawa Timur ditunjukkan Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri (Orang) No. Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013

1. Laki-laki 752.852 757.089 759.995 764.439 2. Perempuan 746.916 751.119 758.126 762.025

Jumlah 1.499.768 1.508.208 1.518.121 1.526.464

(28)

Untuk mengetahui struktur atau susunan penduduk di Kabupaten Kediri dapat dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, berdasarkan Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Usia

Kelompok Umur

Tahun 1990 Tahun 2000 Tahun 2010

Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah 0-4 58.512 56.734 115.246 61.614 58.027 119.641 64.063 61.484 125.547

Jumlah 665.470 677.037 1.342.507 705.735 702.618 1.408.353 752.852 746.916 1.499.768

(Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2013).

(29)

Dari data diatas menunjukkan struktur penduduk Kabupaten Kediri tergolong penduduk muda. Persentase penduduk umur muda relatif lebih banyak daripada penduduk umur tua yaitu terlihat dengan jumlah penduduk yang berusia 25-54 tahun atau penduduk dalam usia produktif bekerja dengan jumlah penduduk sebanyak 668.758 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah penduduk yang berusia 75 tahun ke atas atau yang disebut dengan usia lanjut (lansia) yaitu usia yang tidak lagi produktif bekerja dengan jumlah sebanyak 41.686 jiwa.

Sementara itu, menurut Proyeksi Penduduk Tahun 2013 berdasarkan Sensus Penduduk oleh BPS Jawa Timur tahun 2010 berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Kediri termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 1.034.288 jiwa (67,76%) dan selebihnya sebanyak 492.175 jiwa (32,24%) berusia di bawah 15 tahun dan berusia 65 tahun ke atas. Dari angka tersebut dapat diketahui angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Kediri adalah sebesar 47,59%. Rasio ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun ke atas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-65 tahun). Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif ekonomi karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-65 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif (Dinkes, 2013).

Adapun penduduk Kabupaten Kediri berdasarkan angka kelahiran sebagaimana ditunjukkan Tabel 4.

Tabel 4. Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kelahiran

Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kelahiran

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Rata-rata /1000Penduduk

2010 7.872 7.126 14.998 10

2011 7.149 6.599 13.748 9

2012 1.468 1.400 2.868 2

(Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2013).

(30)

dengan jumlah total sebesar 14.998 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 10. Padatahun 2011 laki-laki berjumlah 7.149 jiwa, perempuan berjumlah 6.599 jiwa, dengan jumlah total sebesar 13.748 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 9. Padatahun 2012 laki-laki berjumlah 1.468 jiwa, perempuan berjumlah 1.400 jiwa, dengan jumlah total sebesar 2.868 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 2.

Data diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan angka kelahiran tertinggi berada pada tahun 2010 dengan jumlah 14.998 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah pada tahun 2012 yaitu sebesar 2868 jiwa. Adapun Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kematian sebagaimana ditunjukkan Tabel 5. dan Angka Harapan Hidup Kabupaten Kediri ditunjukkan Tabel 6.

Tabel 5. Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kematian

Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kematian

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Rata-rata /1000Penduduk

2010 4.243 4.756 8.999 6

2011 4.809 4.554 9.363 6

2012 905 840 1.745 1

(Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2013).

Tabel 6. Angka Harapan Hidup Kabupaten Kediri Tahun AHH (Tahun)

2010 69,66

2011 69,86

2012 70,25

(Sumber: BPS Provinsi Jatim, 2012)

(31)

Gambar 3. Indeks Harapan Hidup Kabupaten Kediri (Sumber: IPG Provinsi Jawa Timur, 2012).

Padatahun 2010 jumlah penduduk laki-laki sebesar 4.243 jiwa, jumlah penduduk perempuan sebesar 4.756 jiwa, dengan jumlah total sebesar 8.999 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 6. Padatahun 2011 jumlah penduduk laki-laki sebesar4.809 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan berjumlah 4.554 jiwa, dengan jumlah total sebesar 9.363 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 6. Padatahun 2012 jumlah penduduk laki-laki berjumlah 905 jiwa, perempuan berjumlah 840 jiwa, dengan jumlah total sebesar 1.745 jiwa dan rata-rata per 1000 penduduk sebesar 1.

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan angka kematian tertinggi berada pada tahun 2011 dengan jumlah 8.999 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah pada tahun 2012 yaitu sebesar 1.745 jiwa. Data kepadatan penduduk berdasarkan pekerjaan sebagaimana ditunjukkan Tabel 7.

Tabel 7. Kepadatan Penduduk Berdasarkan Pekerjaan No. Jenis Pekerjaan Tahun

2010 2011 2012

1 PNS - - 13.024

2 TKI 2.172 4.009 5.677

3 Pencari Kerja Terdaftar 10.347 8.794 11.467 4 Perkumpulan Petani 151.980 152.000 153.451 5 Pencari Ikan 5.404 5.242 5.448

Jumlah 169.903 170.045 189.067

(32)

2.1.2. Tingkat Ekonomi Masyarakat

Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mendorong kemajuan di semua sektor, baik fisik maupun mental sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kondisi ekonomi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit penyakit tertentu. Kemiskinan membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang di ukur dengan pengeluaran.

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu Negara dan daerah.Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja di Indonesia. Penggolongan usia kerja di Kabupaten Kediri mengikuti Indonesia dan standar internasional yaitu usia 15 tahun ke atas. Penduduk dilihat dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja, namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang masuk usia kerja yang dapat menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan kerja dan yang bukan angkatan kerja. Angkatan kerja sendiri terdiri dari mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang mencari pekerjaan.Mereka yang sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan suatu usaha dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja itulah yang dinamakan sebagai pengangguran terbuka.

Data Penduduk Usia Kerja tahun 2012 di Kediri berjumlah 1.133.257 orang dengan perincian, yaitu angkatan kerja sebanyak 791.689 dan bukan angkatan kerja sebanyak 341.568 orang. Angkatan kerja di Kabupaten Kediri, yaitu penduduk bekerja sebanyak 758.743 orang dan pengangguran terbuka 32.946 orang.

(33)

kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing.

Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Rasio penduduk yang bekerja pada tahun 2012 sebesar 95,40% yang berarti bahwa dari 100 orang jumlah angkatan kerja, terdapat 95 orang diantaranya terserap dalam lapangan pekerjaan yang tersedia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 2,55% persen poin dibandingkan tahun 2011.

2.1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Dalam kontek otonomi daerah, perkembangan ekonomi dapat dicermati melalui meningkatnya pertumbuhan ekonomi dimana pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur mencapai 7,22% melampaui target yang direncanakan (5,00-5,50%), sedangkan disparitas wilayah mencapai 112,53 poin. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 7,50% dengan tingkat disparitas wilayah sebesar 112,3 poin. Pertumbuhan ekonomi progresif ini diperkirakan akan terus meningkat. Kunci keberhasilan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dikarenakan Pemerintah Provinsi dalam menarik investor dan meningkatkan investasi serta menekan ekonomi biaya tinggi (high cost economy).

Sedangkan di Kabupaten Kediri sendiri pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 sebesar 5,83% mengalami pelambatan 0,21% bila dibangdingkan dengan tahun sebelumnya. Seiring dengan tingkat stabilitas ekonomi nasional dan prospek perkembangan ekonomi regional Jatim, pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi meningkat dengan kisaran 6,02% dengan melalui kontributor sektor yang ada diharapkan setiap tahun akan terus dipacu pada kisaran 6,10-6,20%.

(34)

perlu dijaga tingkat pertumbuhannya antra lain: sektor pertanian, perdagangan hotel dan restoran, industri pengolahan, bangunan dan jasa-jasa.

Adapun rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten Kediri Tahun 2009 – 2012 ditunjukkan Tabel 8.

Tabel 8. Rasio Penduduk yang Bekerja di Kabupaten Kediri Tahun 2009 – 2012 Daerah 2009 2010 2011 2012

Kediri 89.08 96.05 92.85 95.40 Jawa Timur 92.84 98.86 94.62 95.16 (Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas dan Susenas Tahun 2008-2012)

Kabupaten Kediri terus mengalami pertumbuhan ekonomi, dimana tahun 2009 adalah 4,28 (Jawa Timur 5,01), tahun 2010 adalah 6,07 ((Jawa Timur 6,68), tahun 2011 adalah 6,28 ((Jawa Timur 7,22), dan tahun 2012 adalah 6,99 ((Jawa Timur 7,27). Unsur lain yang layak dipertimbangkan dalam perekonomian wilayah adalah besarnya laju inflasi. Indikator ini pada prinsipnya menggambarkan kenaikan indeks harga konsumen di Jawa Timur, sebagai berikut 2009 (3,60), 2010 (6,80), 2011 (4,18), 2012 (4,63), dan 2013 (8,05) (RPJMD Jatim 2014).

2.2. Kemiskinan

Adapun angka kemiskinan dan permasalahan kesejahteraan sosial yang terdapat di Kabupaten Kediri. Berbagai ragam permasalahan kemiskinan yang menurut jenisnya dapat dikategorikan seperti pada Tabel 9.

Tabel 9.Kemiskinan dan Permasalahan Kesejahteraan Sosial Menurut Jenisnya No. Jenis Permasalahan Kesejahteraan Sosial Tahun

2010 2011 2012

1 Keluarga yang kurang beruntung (Miskin) 44.895 18.364 25.672 2 Gelandangan dan Pengemis 315 62 229

3 Anak Terlantar 1.472 666 905

4 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 3.459 1.924 2.902 (Sumber: BPS Kab. Kediri, 2013)

(35)

Profil Pembangunan Jawa Timur 2013 adalah sebesar 218.100 orang atau 14-15% dari penduduk Kabupatan Kediri (Profil Pembangunan Jawa Timur 2013; Dinas Kesehatan, 2012).

Walaupun berbagai program dan kegiatan pembangunan telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Kediri guna memenuhi hak-hak dasar, hak ekonomi, dan menghilangkan perbedaan perlakuan bagi setiap orang atau kelompok untuk bisa melayani kehidupan secara berkeadilan dan bermatabat, tetapi masih terdapat sebagian penduduk Kab. Kediri yang termasuk kategori miskin. Dalam kerangka kordinasi dan sinkronisasi dengan program penaggulangan kemiskinan nasional dan Jawa Timur, berbagai pogram/kegiatan telah dilaksanakan di kabupaten Kediri sebagai wujud keberpihakan kepada penduduk miskin, mulai dari bantuan dan perlindungan sosial bagi rumah tangga miskin hingga pemberdayaan usaha mikro da kecil di perdesaan dan wilayah miskin.

Program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan relatif telah berhasil menekan jumlah penduduk miskin pada tingkat yang cukup rendah jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Jawa Timur. Pada tahun 2005 terdapat 2,56% penduduk miskin, kemudian naik menjadi 3,15% pada tahun 2006 teutama didorong oleh kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak. Penurunan tajam terjadi pada tahun 2007 yaitu menjadi 1,97% dan terus menurun pada tahun 2008 menjadi 1,92%, tetapi terjadi kenaikan pada tahun 2009 menjadi 2,65%.Kendati angka kemiskinan selama periode 2005-2009 relatif rendah, Pemerintah Kabupaten Kediri perlu melanjutkan program penanggulangan kemiskinan agar penyelenggaraan pembangunan menyejahterakan sebanyak-banyaknya atau seluruh penduduk Kabupaten Kediri.

Adapun data tentang jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kediri (Tahun 2005-2009) ditunjukkan Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2005-2009

Tahun Jumlah Penduduk (Orang) Jumlah Penduduk Fakir Miskin (Orang)

% Penduduk/Fakir Miskin

2005 1.438.783 35.791 2,56

2006 1.445.695 45.509 3,15

2007 1.453.619 28.672 1,97

2008 1.471.706 28.313 1,92

2009 1.498.803 39.671 2,65

(36)

Tabel 11. berikut menunjukkan jumlah panti asuhan, anak asuh menurut jenis kelamin dan pengasuh di Kabupaten Kediri.

Tabel 11. Jumlah Panti Asuhan, Anak Asuh Menurut Jenis Kelamin dan Pengasuh NO. Uraian Tahun Kabupaten Kediri pada tahun 2010 sebanyak 17 panti, pada tahun 2011 sebanyak 70 panti, dan pada tahun 2012 sebanyak 72 panti. Jumlah anak asuh pada tahun 2011 sebanyak 725 orang. Pada tahun 2011 sebanyak 1.600 orangdan pada tahun 2012 sebanyak 1625 orang. Sedangkan jumlah pengasuh pada tahun 2011 sebanyak 128 orang. Pada tahun 2011 sebanyak 150 orang, dan pada tahun 2012 sebanyak 151 orang.Data diatas menunjukkan jumlah panti asuhan, anak asuh dan pengasuh setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2011 terjadi peningktan yang signifikan.

Tabel 12. berikut menyajikan data tentang jumlah panti wreda, penghuni menurut jenis kelamin dan pengurus yang ada di Kabupaten Kediri.

Tabel 12. Jumlah Panti Wreda, Penghuni Menurut Jenis Kelamin dan Pengurus NO. Uraian Tahun

(37)

mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.

Pada tahun ajaran 2012/2013, ada 2.123 institusi pendidikan di Kabupaten Kediri, mulai jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) sederajat hingga SMA sederajat. Institusi ini baik yang di bawah koordinasi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Kediri maupun di bawah koordinasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kediri, swasta dan negeri. Jumlah ini sama dengan tahun sebelumnya (BPS Kabupaten Kediri, 2013).Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis (melek huruf) adalah 1.048.606 atau 91,7% dari jumlah penduduk usia 15 tahun keatas (1.143.291). apabila diperinci pertahun maka angka melek huruf di Kabupaten Kediri tahun 2009 sebesar 92,76%, tahun 2010 sebesar 92,81%, tahun 2011 sebesar 92,84%, dan tahun 2012 sebesar 91,70%. Adapun APK jenjang pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Kediri dari tahun 2011-2013 ditunjukkan Tabel 13.

Tabel 13. APK Kabupaten Kediri

Daerah APK SD APK SLTP APK SLTA

2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 Jawa Timur 112,67 112,69 112,70 102,12 102,15 102,22 73,78 74,21 78,21 Kediri 105,06 105,30 105,47 103,81 103,82 103,82 59,50 59,64 61,63 (Sumber: Pemkab Kediri, 2010; Pemprov Jatim, 2014)

APK SD di Kabupaten Kediri di atas 100%. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa banyak anak yang sekolah di SD umurnya diluar 7-12 tahun, dan diduga masih kurang dari 7 tahun. Begitu pula APK SLTP juga diatas 100% karena banyak kita jumpai anak-anak yang usianya belum genap 7 tahun sudah sekolah SD dan imbasnya saat masuk SMP usianya kurang dari 13 tahun. Kondisi demikian yang menyebabkan APK SD dan SMP diatas 100%. Sementara itu, APK SLTA cenderung lebih rendah, hal ini diduga banyak anak tamatan SLTP yang tidak melanjutkan kejenjang SLTA.

Adapun persentase penduduk usia 15 tahun ke atas berdasar ijazah yang dimiliki menurut di Kabupaten Kediri tahun 2012 adalah ditunjukkan Tabel 14.

(38)

Persentase penduduk yang tamat SD, SLTP, dan SLTA di Kabupaten Kediri lebih tinggi dibandingkan persentase Jawa Timur.Sementara itu, persentase penduduk yang lulus PT di Kabupaten Kediri lebih rendah dari Jawa Timur. Hal ini dimungkinkan karena banyak lulusan SLTA yang tidak melanjutkan ke PT. Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk akan sangat berpengaruh terhadap angka IPM, karena akan mempengaruhi rata-rata lama sekolah yang merupakan unsur pembentuk IPM.IPM Kabupateb Kediri tahun 2013 adalah 72,72, sementara IPM Jawa Timur adalah 72,83.

2.4. Sumber Daya Daerah Bidang Kesehatan

2.4.1 Profil Layanan Kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri merupakan unsur pelaksana Pemerinrtah Kabupaten, dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dalam menyelenggarakan tugasnya Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah bidang kesehatan berdasarkan atas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dinas Kesehatan mempunyai beberapa fungsi yaitu a) perumusan kebijakan pembangunan bidang kesehatan, b) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kesehatan, c) pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kesehatan, d) pengkoordinasian bidang kesehatan, dan e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan peraturan Perundang-undangan.

Menurut informasi dalam Website Pemerintah Kabupaten Kediri (www.kedirikab.go.id) Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri adalah

(39)

berkeadilan.Masyarakat sehat secara mandiri ditandai dengan a) Peran serta masyarakat yang aktif dalam mewujudkan kemandirian hidup sehat; b) Perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit; c) Pelayanan Kesehatan yang berkualitas berhasil dan berdaya guna tersebar merata di Kabupaten Kediri; d) Meningkatnya Derajat Kesehatan masyarakat.

Untuk mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, maka ditetapkan Misi sebagai berikut: a) Menggerakkan promosi kesehatan secara luas dan berkesinambungan; b) Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat secara individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya; c) Meningkatkan pelayanan Kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi masyarakat; d) Meningkatkan tata kelola kepemerintahan bidang kesehatan secara optimal.Penjelasan Misi tersebut adalah : a) Menggerakkan promosi kesehatan secara luas dan berkesinambungan;artinya meningkatnya secara bermakna promosi kesehatan dan penyuluhan Masyarakat dalam pelaksanaan program-program Pembangunan Kesehatan. b) Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat secara individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya, artinya Meningkatnya secara bermakna Kemampuan dan kemandirian masyarakat serta kemitraan swasta untuk memelihara dan memperbaiki keadaan kesehatan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian Bayi dan Ibu, menurunnya angka kesakitan, menurunnya angka kecacatan dan ketergantungan, meningkatnya status gizi Masyarakat. c) Meningkatkan pelayanan Kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi masyarakat;artinya meningkatkan secara bermakna Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau mengandung makna bahwa salah satu tanggungjawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yanag bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. d) Meningkatkan peran tata kelola pemerintahan bidang kesehatan secara optimal, artinya meningkatnya secara bermakna kemampuan, tata kelola pemerintahan bidang kesehatan dengan cara merencana, mengorganisasi, melaksanakan dan kemampauan mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan program kegiatan.

(40)

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, yang membawahi:

a) Sub Bagian Penyusunan Program Evaluasi dan Informasi Kesehatan b) Sub Bagian Kepegawaian dan Keuangan

c) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan

3. Bidang Pelayanan Medik dan Kefarmasian, yang membawahi: a) Seksi Pelayanan Medik Dasar dan Rujukan

b) Seksi Kefarmasian dan Penyehatan Makanan Minuman c) Seksi Kesehatan Khusus

4. Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi, yang membawahi: a) Seksi Kesehatan Ibu, Bayi, dan Kesehatan Reproduksi b) Seksi Anak, Remaja, dan Usia Lanjut

c) Seksi Gizi

5. Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, yang membawahi: a) Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi

b) Seksi Pencegahan Penyakit Menular Langsung c) Seksi Pencegahan Penyakit Bersumber Binatang

6. Bidang Promosi Kesehatan dan Pencegahan Lingkungan, yang membawahi: a) Seksi Promosi Kesehatan

b) Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat c) Seksi Penyelamatan Lingkungan

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas, yang meliputi: a) UPTD Laboratorium Kesehatan

b) UPTD Pusat Pelatihan SDM Kesehatan c) UPTD Puskesmas

d) UPTD Gudang Farmasi dan Alat Kesehatan 8. Kelompok Jabatan Fungsional

(41)

Gambar 4. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri

(Sumber: www.kedirikab.go.id)

Penanggulangan penyakit Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kediri berada dibawah kendali Seksi Pencegahan Penyakit Menular Langsung (P2ML).

(42)

Tabel 15. Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya pada tahun 2013 No Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit Umum 7

10 Praktik dokter perorangan 285

11 Poskesdes 344

12 Apotek 89

13 Toko obat 9

(Sumber: Dinkes Kab. Kediri, 2013)

Berdasarkan Tabel 15. sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Kediri pada tahun 2013 meliputi: 1) Rumah Sakit Umum ada 7, yang digolongkan 2 milik pemerintah (RSUD Pare dan RSU BUMN/RSU Toelongrejo) dan 5 milik swasta (RSU Surya Melati, RSU Muhammadiyah Siti Khodijah, RSIA Aura Syifa, RSU Amelia, dan RSU Wilujeng). 2) Rumah Sakit Khusus ada 3, yaitu RSAB Kasih Bunda, RSU Bedah Arga Husada, dan RSAB Nuraini. 3) Puskesmas ada 37, yaitu 8 Puskesmas perawatan dan 29 puskesmas non perawatan. 4) Puskesmas Pembantu ada 80. 5) Puskesmas Keliling ada 37. 6) Posyandu ada 1720. 7) Balai Pengobatan ada 10, Klinik sebanya 12, dan Rumah Bersalin ada 6. 8) Apotek ada 89, toko obat ada 9, dan gudang farmasi kesehatan ada 1. 9) Praktik Dokter perorangan ada 285 dan praktik pengobatan tradisional ada 87. 10) Poskesdes ada 344. 11) Industri Rumah Tangga Makanan (PM-IRT) sebanyak 867, Pedagang Besar Farmasi ada 2, Cabang Penyalur Alat Kesehatan ada 1, Industri Kecil Obat Tradisional ada 7, Industri Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga ada 2, dan Industri Kosmetika 1.

Tabel 16. Jumlah Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013

Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Pustu Posyandu

(43)

Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Pustu Posyandu Kediri yang tertuang dalam Kabupaten Kediri dalam Angka 2013. Berdasarkan update data terbaru Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri yang tertuang dalam Profil Kesehatan 2013 Kabupaten Kediri, jumlah Rumah Sakit ada 10 (ada penambahan 1 rumah sakit) dan jumlah posyandu ada 1.720 (ada penambahan 4 posyandu). Posyandu di Kabupaten Kediri terbagi dalam 4 kategori, yaitu Posyandu Pratama 28 (1,63%), Posyandu Madya 1.000 (58,14%), Posyandu Purnama 637 (37,03%), dan Posyandu Mandiri 55 (3,20%). Persentase Posyandu Mandiri di Kabupaten Kediri masih jauh dari target propinsi yaitu 20%.

(44)

Tabel 17. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya

Tabel 18. Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012

Kecamatan Dokter Perawat Bidan Ahli Gizi dan Lainnya Paramedis Sanitarian Jumlah Umum Gigi Spesialis

(45)

Tabel 19. Rasio Pelayanan Kesehatan (per 100.000 penduduk)

(Sumber: Dinkes Prov. Jatim, 2012;Dinkes Prov. Jatim, 2013 )

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu pendukung di segala level pelayanan kesehatan dan dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan, diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat akan terjaga. Berdasarkan Tabel rasio pelayanan kesehatan di atas maka dapat dikatakan bahwa hampir semua pelayanan kesehatan di Kabupaten Kediri masih sangat jauh dari rasio ideal sesuai target nasional. Rasio dokter umum pada tahun 2013 adalah 17,6 atau masih kurang 22,4 dari rasio ideal sesuai target nasional. Rasio dokter gigi pada tahun 2013 adalah 3,8 atau masih kurang 7,2 dari rasio ideal sesuai target nasional. Rasio perawat tahun 2013 69,8 atau masih kurang 47,7 dari rasio ideal sesuai target nasional.

Apabila data tersebut dibandingkan atau dikoreksi dengan data di Profil Kesehatan 2013 Kabupaten Kediri yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri maka ada perbedaan data rasio. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Kediri pada tahun 2013 sebanyak 2.152 dengan proporsi terbesar adalah perawat 776 (rasio 47,56 atau lebih rendah 22,24 dari data Dinkes Provinsi Jawa Timur), bidan 600 orang (rasio 36,82 atau lebih tinggi 2,72 dari data Dinkes Provinsi Jawa Timur), dokter spesialis 108 (rasio 7,08), dokter umum 164 (rasio 10,22 atau lebih rendah 7,38 dari data Dinkes Provinsi Jawa Timur), dan jumlah dokter gigi 65 orang. Kesimpulan data ini juga masih sama bahwa rasio SDM Kesehatan masih belum memenuhi dari rasio ideal sesuai target nasional.

(46)

secara lengkap dikarenakan, yaitu 1) Dinas Kesehatan belum memiliki data SDM secara lengkap terutama dari Rumah Sakit (pemerintah maupun swasta), Balai Pengobatan, Rumah bersalin, Sarana pelayanan kesehatan lain, maupun data SDM institusi Diknakes/Diklat. 2) Belum ada sistem yang handal yang mengatur manajemen pengumpulan data SDM di daerah. Dengan demikian sangat disadari bahwa butuh perjuangan lebih untuk dapat memenuhi kebutuhan akan data dan informasi kesehatan agar dapat diperoleh potret terinci dari situasi kesehatan Kabupaten Kediri.

2.4.2 Jenis layanan

Berikut adalah Kegiatan Unggulan layanan kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri berdasarkan informasi di website resmi (www.kedirikab.go.id, yaitu:

1. Posyandu Lansia. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Jadi dengan adanya Posyandu Lansia diharapkan para lansia di Kabupaten Kediri mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Kegiatan posyandu lansia antara lain penyuluhan, pemeriksaan kesehatan (tekanan darah, berat badan), pengobatan dasar, pemberian makanan tambahan (PMT), dan rujukan (ke puskesmas/ rumah sakit).

(47)

pemeriksaan dan perawatan HIV-AIDS tersebut diharapkan mampu mencegah penyebaran HIV/AIDS dengan pemeriksaan IMS/VCT dari masyarakat risiko tinggi (WTS, Waria, Ibu-ibu dengan keluhan masalah seksual) tertular HIV/AIDS serta penyuluhan terhadap masyarakat penderita maupun keluarga yang dinyatakan positif tertular HIV/AIDS.

3. Panti Rehabilitasi Akibat Rokok. Dari tahun ke tahun jumlah perokok semakin bertambah, sebagai salah satu upaya penanggulangan dampak yang timbul akibat rokok maka Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri melalui UPTD Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK ) mendirikan Panti Rehabilitasi Akibat Rokok. Panti ini melakukan penanganan & penyembuhan efek rokok baik bagi perokok aktif maupun pasif dengan menggunakan metode hipnoterapi, akupuntur dan konsultasi. Selain itu panti ini juga melakukan kegiatan konseling ke sekolah-sekolah, baik SMP maupun SMA serta pondok pesantren yang ada di wilayah Kabupaten Kediri. Panti Rehabilitasi Akibat Rokok ini berada di UPTD Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK ) Jl. Soedanco Supriadi No 24A Kota Kediri.

4. Puskesmas Standart ISO. Dalam rangka meningkatkan kinerja program kesehatan menuju kabupaten sehat mandiri sesuai dengan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, yaitu: Mewujudkan dan Melestarikan Masyarakat Kabupaten Kediri yang sehat Secara Mandiri Bermanfaat dan Berkeadilan, salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah dengan membuat puskesmas menjadi puskesmas ISO dengan harapan agar puskesmas bisa menjadi tempat pemberian pelayanan kesehatan dasar tingkat pertama yang dapat memberikan kepuasan yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Kediri. Saat ini di wilayah Kabupaten Kediri ada 2 puskesmas ISO, yaitu Puskesmas Bendo dan Puskesmas Pagu, diharapkan kedepan semua puskesmas di Kabupaten Kediri dapat menjadi puskesmas ISO.

(48)

2.4.3 Aksessibilitas (Jarak dan Sarana)

Angka kasar tentang jarak masyarakat dengan sarana kesehatan di Kabupaten Kediri ditunjukkan Tabel 20.

Tabel 20. Jarak Kasar Masyarakat dengan Sarana Kesehatan

Sarana Kesehatan Jumlah Jarak Berdasarkan luas Kab. Kediri 1.386,05 km2 (km)

Rumah Sakit 9 0-154,005

Puskesmas 37 0-20,221

Puskesmas Pembantu 80 0-14,325

Posyandu 1.716 0-0,8077

Ponkesdes 15 0-7,403

Polindes 224 0-6,188

Poskesdes 344 0-4,029

Jumlah Sarana 2.425 0-0,572

Angka kasar jarak masyarakat ke sarana kesehatan dapat dihitung dengan membagi luas total Kabupaten Kediri dengan jumlah sarana kesehatan, dimana diketahui bahwa luas Kabupaten Kediri adalah 1.386,05 km2. Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa jarak terhadap rumah sakit adalah 0-154,005 km, jarak terhadap puskesmas adalah 0-20,221 km, jarak terhadap puskesmas pembantu adalah 0-14,325 km, jarak terhadap posyandu adalah 0-0,8077 km. Apabila dihitung total, maka jarak terhadap sarana kesehatan adalah 0-0,572 km.

Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Kediri yang dapat diakses oleh masyarakat terkait dengan TB adalah puskesmas, rumah sakit, puskesmas pembantu, dan posyandu. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kab/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan(Kepmenkes 184 tahun 2004). Revitalisasi Puskesmas dilaksanakan agar Puskesmas dapat melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi dan sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK kesehatan.Selain ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlah dan kualifikasi yang cukup, diperlukan juga dukungan sarana dan prasarana yang memadai agar pelaksanaan pembangunan kesehatan dapat berjalan dengan baik.

Gambar

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kediri Tahun 2013
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri (Orang)
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Usia
Tabel 4. Penduduk Kabupaten Kediri Berdasarkan Angka Kelahiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 8 faktor keamanan dari stabilitas lereng timbunan dengan perkuatan pada tanah dasar inisial atau tanpa penambahan

Soal pilihan ganda dimana aspek yang diukur peningkatan prestasi belajar siswa dari hasil pretest dan posttest setelah diberi treatment dengan teknik

“ Penerapan Overall Equipment Effectiveness Dan Failure Mode And Effect Analysis Sebagai Dasar Peningkatan Kinerja Mesin Rotary Dan Dryer (Studi Kasus : PT. Panca Eka

Varietas Tajuk secara umum memiliki daya tumbuh dan pertumbuhan yang tinggi dari pada varietas yang lain, hal ini disebabkan karena faktor genetik dari pada varietas

Selain itu, penutur bahasa Indonesia pada umumnya adalah dwibahasawan atau menguasai dua bahasa, yakni bahasa ibunya (bahasa daerah) dan bahasa Indonesia. Bahkan

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pemilihan Langsung Nomor : 03/BA-HPML.PYGNC/ULP- PJ.I-JS.KSR/DINKES.KKA/V/2014 tanggal 26 Mei 2014 dan Surat Penetapan Pemenang Pemilihan Langsung nomor

UI-P DI EMPAT UNGKIJNGAN PERADIIAN MAHXAMAH ACI]NG RI,PUBUK INDONESIA KOORDINATOR WIIr'lYAH KAIIMANTAN BANAT.. Dua Riba Enafi Belat sesuai

Menentukan frame ini termasuk dalam kategori Perintah (Command) atau Tanggapan (Response). - Congestion Control -> terdiri dari 3 bit yang mengontrol mekanisme