• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 BAB X : MANAJEMEN KLAIM

BAB XI : MANAJEMEN KOMUNIKASI

BAB XII : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BAB XIII : HAL-HAL KHUSUS PADA PROYEK

9

BAB II

MANAJEMEN RUANG LINGKUP

(SCOPE MANAGEMENT)

Ruang lingkup proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA ini didasarkan pada rencana kerja dan syarat-syarat serta dokumen kontrak yang telah ditandatangani.

2.1. Rencana Kerja dan Syarat-syarat

Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) merupakan sebuah buku yang berisi tentang syarat-syarat administrasi berupa instruksi kepada penyedia jasa pada Buku A, dengan ketentuan sebagai berikut

1. Instruksi ini berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana - kontraktor untuk menyiapkan penawarannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pengguna jasa. Informasi tersebut berkaitan dengan penyusunan, penyampaian, pembukaan, evaluasi penawaran dan penunjukan penyedia jasa.

2. Hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan kontrak oleh penyedia jasa, termasuk hak, kewajiban, dan resiko dimuat dalam syarat-syarat umum kontrak. Apabila terjadi perbedaan penafsiran / pengaturan pada dokumen lelang, penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama untuk menghindari pertentangan pengertian.

3. Data proyek memuat ketentuan, informasi tambahan, atau perubahan atas instruksi kepada pelaksana - kontraktor sesuai dengan kebutuhan paket pekerjaan yang akan dikerjakan.

Buku A terdiri dari beberapa bab, Bab I umum, yang berisi tentang hal-hal umum terkait lingkup pekerjaan, sumber dana, persyaratan penyedia jasa, satu penawaran, biaya penawaran, penjelasan dokumen, dan peninjauan lapangan. Di samping itu terdapat dokumen lelang dan penyiapan penawaran (bahasa, dokumen, harga, mata uang dan cara pembayaran, masa berlaku, jaminan, penawaran alternatif dan rabat, bentuk dan penandaan penawaran) serta penyampaian penawaran, pembukaan penawaran dan evaluasi serta ketentuan yang mengatur pemenang lelang

Bab II Data Proyek berisi tentang Lingkup pekerjaan, sumber dana, penjelasan dokumen lelang, mata uang penawaran dan cara pembayaran, masa berlakunya penawaran, jaminan penawaran, penawaran alternatif dan rabat, sampul dan tanda penawaran, batas akhir waktu penyampaian penawaran, pembukaan penawaran, evaluasi penawaran, penunjukan penyedia jasa, jaminan pelaksaaan, juru penengah.

10 Bab III berisi tentang bentuk surat penawaran, lampiran, surat penunjukan dan surat perjanjian yang meliputi surat-surat berikut ini :

a. surat penawaran (dok. Administrasi) b. surat penawaran (dok. Usulan biaya)

c. perjanjian kemitraan untuk kerja sama operasi (kso) d. surat kuasa

e. surat penunjukan penyedia jasa f. surat perjanjian

Bab IV mengatur tentang syarat-syarat umum kontrak berisi tentang definisi, penerapan, asal jasa, penggunaan dokumen, kontrak dan informasi, hak paten, hak cipta dan merek, jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, harga dan sumber dana, wewenang dan keputusan pengguna jasa, direksi teknis dan panitia peneliti pelaksanaan kontrak,dll.

Bab V syarat-syarat khusus dan umum kontrak. Ketentuan umum berisi tentang definisi, jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, jadual pelaksanaan, penggunaan penyedia jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil, penyelesaian perselisihan, penyesuaian harga, denda dan ganti rugi, gambar pelaksanaan, kegagalan bangunan. Ketentuan khusus berisi tentang kompensasi, pedoman pengoperasian dan pemeliharaan, disamping itu terdapat pula bentuk-bentuk jaminan

a. Bentuk jaminan penawaran (jaminan bank) b. Bentuk jaminan penawaran (surety bond) c. Bentuk jaminan pelaksanaan (jaminan bank) d. Bentuk jaminan pelaksanaan (surety bond) e. Bentuk jaminan uang muka (jaminan bank) f. Bentuk jaminan uang muka (surety bond) g. Bentuk jaminan pemeliharaan (jaminan bank) h. Bentuk jaminan pemeliharaan (surety bond)

Disamping itu RKS juga berisi syarat-syarat teknis khusus pelaksanaan dan pekerjaan seperti arsitektur, mekanikal dan elektrikal di dalam buku B.

11 2.2. Kontrak Kerja

2.2.1. Pelelangan

Dalam pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA ini, owner terlebih dahulu melakukan pemilihan terhadap pihak-pihak yang terlibat dan saling bekerjasama satu dengan yang lainnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan proyek. Sistem pemilihan tersebut dilakukan dengan cara pelelangan.

Pada umumnya, proses pelelangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Pelelangan Umum

Pelelangan umum merupakan jenis pelelangan yang sifatnya terbuka untuk seluruh pihak dalam melakukan penawaran sesuai ketentuan yang berlaku. Sistem pelelangan ini biasanya diumumkan melalui media cetak atau media elektronika.

b. Pelelangan Terbatas

Pelelangan terbatas merupakan jenis pelelangan yang hanya memberikan kesempatan pada pihak-pihak tertentu yang berkualitas dan bonafit, dalam arti telah terpilih untuk memasukkan penawaran.

c. Penunjukan Langsung

Penunjukan langsung merupakan pelelangan dengan sistem penunjukan langsung oleh rekanan owner, dimana penunjukan ini hanya berlaku pada satu pihak yang memenuhi klasifikasi dan prestasi sebagai pihak yang akan melaksanakan suatu proyek yang ditawarkan.

Pada pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA, pelelangan dilakukan dengan cara penunjukan langsung.

2.2.2. Tahap Kontrak

Kontrak adalah perikatan hukum antara pengguna jasa dengan penyedia jasa dalam pelaksanaan pengadaan jasa. Kontrak juga adalah perjanjian pemborongan pekerjaan antara pihak pemberi tugas (owner) dengan kontraktor. Ketentuan-ketentuan pada syarat-syarat umum kontrak harus diterapkan secara luas tanpa melanggar ketentuan yang ada dalam dokumen kontrak keseluruhan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12 Kontrak dibuat setelah pemberi tugas (owner) menetapkan/menunjuk pemenang pelelangan. Penetapan pemenang pelelangan dilaksanakan dengan cara mengeluarkan surat pelulusan pekerjaan/surat perintah kerja atau Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Tahap ini merupakan tahap kesepakatan antara owner dengan kontraktor. Kesepakatan tersebut diikat oleh surat perjanjian yang diatur dalam dokumen kontrak.

Dokumen kontrak adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan, yang terdiri dari:

 Surat perjanjian

 Surat penunjukan penyedia jasa  Surat penawaran

 Adendum dokumen lelang  Syarat-syarat khusus kontrak  Syarat-syarat umum kontrak  Spesifikasi teknis

 Gambar-gambar

 Daftar kuantitas dan harga

 Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran kontrak

Perjanjian yang terdapat dalam dokumen kontrak beserta dengan lampirannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

2.2.3. Jenis Kontrak

Yang dimaksud dengan kontrak kerja dalam hal ini yaitu suatu perjanjian atau persetujuan bersama secarala sukarela, tanpa ada unsur paksaan yang mempunyai kekuatan hukum untuk saling mengikat antara pemilik proyek atau yang mewakilinya dengan kontraktor sebagai pelaksana proyek.

1. Fixed Lump Sum Contract (kontrak dengan harga tetap)

Fixed Lump Sum Contract yaitu suatu kontrak pengadaan barang / jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian kontrak tersebut, sepenuhnya tanggung jawab pemborong. Sistem kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang dengan contoh yang jelas atau untuk jenis borongan yang perhitungan

13 volumenya untuk masing – masing unsur / jenis pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisnya. Harga yang mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total penawaran harga. Bila diperlukan daftar volume dan harga (bill of quantities) dapat dilampirkan dalam dokumen penawaran, tetapi tidak mengikat dalam kontak dan tidak dapat dijadikan dasar perhitungan untuk melakukan pembayaran. Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.

2. Fixed Unit Price Contract (kontrak harga satuan)

Fixed Unit Price Contract (kontrak harga satuan) adalah kontrak pengadaan barang / jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan / unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya akan didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar – benar telah dilaksanakan oleh pemborong. Dengan demikian, pekerjaan tambah / kurang dimungkinkan berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. Pertimbangan untuk memilih kontrak dengan cara ini adalah karena untuk keakuratan pengukuran volume pekerjaan yang tinggi diperlukan survey dan penelitian yang sangat mendalam, detail, sampel yang banyak, dan waktu yang lama sehingga biayanya yang sangat besar padahal pengukurannya juga lebih mudah dalam pelaksanaan. Di pihak lain pekerjaan bersifat mendesak dan harus segera dilaksanakan, sehingga untuk pekerjaan yang sifat kondisinya seperti hal tersebut tidak tepat bila digunakan kontrak dengan sistem lump sum.

3. Sistem Turn Key Contract

Sistem Turn Key Contract yaitu kontrak pengadaan barang / jasa pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga tertentu sampai konstruksi barang dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan criteria kinerja yang telah ditetapkan. Kontraktor melaksanakan seluruh jenis pekerjaan meliputi: survey lokasi, desain,

14 membuat / menyediakan mesin – mesin, alat – alat, mengangkut ke lokasi, memasang, mengawasi, mengadakan uji coba pengoperasian, pemberian pelatihan operasi dan pemeliharaannya. Sistem ini lebih tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau industry jadi, yang hanya diperlukan sekali saja dan tidak mengutamakan kepentingan untuk alih teknologi selanjutnya.

4. Sistem Cost Plus fee Contract

Sistem Cost Plus Fee Contract yaitu kontrak pengadaan barang / jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dimana jenis – jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain – lain ditambah fee yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (misalnya 10% dari jumlah biaya) yang telah dikeluarkan oleh pemborong. Dalam sistem kontrak tersebut, pemilik pekerjaan benar – benar hanya dan harus membayar sesuai bukti – bukti yang dikeluarkan kontraktor untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut. 5. Kontrak Owner Builder

Merupakan jenis kontrak yang pemiliknya sekaligus sebagai kontraktor, sehingga dapat mengerjakan proyeknya dengan kekuatan sendiri atau dengan mensubkan pekerjaan tertentu pada subkontraktor. 6. Kontrak Design and Building

Pada kontrak jenis ini owner hanya menyampaikan gagasan spesifikasi dan luas lahan. Setelah itu kontraktor merancang dan mengerjakannya. Pada sistem ini perusahaan bertanggung jawab penuh baik desain ataupun konstruksinya. Pembayarannya dilakukan pada saat proyek sudah selesai dan owner hanya hanya tinggal menggunakan. Pada pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA yang sedang dibangun ini, sistem kontrak yang digunakan adalah lumpsump fixed price.

15 2.3. Work Breakdown Structure

Lingkup pekerjaan menginformasikan pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan pada gedung tersebut. Penjelasan lingkup sebagai bahan mengenai metode apa saja yang harus dibuat dan bahan pembuatan schedule pelaksanaan.

Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi metode pelaksanaan secara umum. Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi besaran dari pekerjaan. Penataan site plan juga memperhatikan pekerjaan apa saja yang akan dikerjakan dalam rangka perencanaan lokasi material dan alat transportasinya. Di samping itu, pemahaman lingkup pekerjaan sangat mempengaruhi schedule pelaksanaan. Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi tidak saja durasi pelaksanaan, tapi juga urutan pelaksanaan dari kondisi ketergantungan antar pekerjaan (keterkaitan antar kegiatan). Rincian lingkup pekerjaan ini disebut sebagai Work Break down structure (WBS).

Lingkup pekerjaan dikelompokkan berdasarkan pengelompokan umum pekerjaan pelaksanaan gedung yang kemudian dapat di-breakdown lebih lanjut, yaitu :

1. Pekerjaan Persiapan 2. Pekerjaan struktur 3. Pekerjaan Arsitektur

4. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal 5. Pekerjaan Landscape / pekerjaan luar 2.3.1. Pekerjaan Persiapan

Mobilisasi personil, peralatan dan material ke lokasi proyek akan diatur sesuai dengan rencana dalam jadwal waktu pelaksanaan yang disepakati dan metode pelaksanaan yang disetujui. Pada bagian awal akan didatangkan peralatan untuk pekerjaan pembersihan lapangan, pembuatan instalasi pekerjaan sementara dan pekerjaan struktur bawah (pondasi dan galian tanah). Selanjutnya pendatangan peralatan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dan peralatan yang tidak dipergunakan lagi akan dikeluarkan dari lapangan. Hal ini dibutuhkan untuk mengatur mobilitas alat di lapangan yang efisien. Bahan yang didatangkan juga disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya agar kerusakan bahan karena penyimpanan di lapangan yang terlalu lama dapat dihindari. Hal ini juga disebabkan karena terbatasnya lahan pekerjaan.

Pada pekerjaan bangunan temporary facility seperti bangunan untuk keet kontraktor, los kerja, dan gudang, PT. PP (Persero), Tbk telah memiliki design khusus yang praktis. Di samping itu, pengaturan tata letak bangunan tersebut harus memperhatikan aspek kelancaran pekerjaan sehingga menjadi

16 efektif dan efisien. Foto dan gambar disain dari bangunan temporary facility tersebut disampaikan pada bagian Site Plan.

2.3.2. Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur gedung bertingkat merupakan pekerjaan yang memerlukan perencanaan metode pelaksanaan yang lebih detil. Pekerjaan ini menentukan lintasan kritis yang terjadi karena bentuknya yang bertingkat. Sehingga diperlukan perencanaan konsep metode, zoning dan arah pekerjaan yang tepat. Dalam bagian metode struktur akan disampaikan secara rinci mengenai konsep metode, zoning dan arah pekerjaan yang digunakan hingga

sequence pekerjaannya.

Pekerjaan struktur dapat dikelompokkan berdasarkan material, elemen strukturnya maupun posisinya terhadap elevasi tanah. Pengelompokan pekerjaan struktur berdasarkan materialnya adalah :

1. Pekerjaan Pembesian

2. Pekerjaan Pengecoran (beton) 3. Pekerjaan Bekisting

Sedangkan berdasarkan elemen struktur yang dikerjakan, pekerjaan struktur dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Pondasi

2. Pekerjaan Pile Cap, tie beam dan pelat lantai basement 3. Pekerjaan Kolom

4. Pekerjaan dinding penahan tanah 5. Pekerjaan dinding shearwall 6. Pekerjaan balok dan pelat lantai 7. Pekerjaan tangga

8. Pekerjaan ramp

9. Pekerjaan baja atap atau kanopi

Pengelompokkan pekerjaan struktur berdasarkan posisinya terhadap elevasi tanah adalah :

1. Pekerjaan substructure 2. Pekerjaan upperstructure

Di samping pekerjaan di atas, terdapat pula pekerjaan yang terkait langsung dengan pekerjaan struktur (sering disebut sebagai pekerjaan

17 siteworks), dikerjakan sebelum dan atau selama pekerjaan struktur dimulai yaitu:

1. Pekerjaan Dewatering (jika diperlukan) 2. Pekerjaan tanah

3. Pekerjaan dinding penahan tanah sementara (jika ada dan diperlukan) 4. Pekerjaan ground anchor (jika ada dan diperlukan)

5. Pekerjaan strutting (jika ada dan diperlukan)

Metode pelaksanaan pekerjaan struktur terdiri atas banyak macam. Beberapa diantaranya adalah:

1. Metode konvensional 2. Metode precast 3. Metode Topdown

4. Metode Semi Top Down

Pemilihan metode sangat tergantung atas kondisi proyek yang akan dikerjakan. Dapat dimungkinkan untuk melakukan kombinasi atas beberapa metode pelaksanaan pekerjaan struktur di atas dan selanjutnya akan dibahas di Bab IV Metode Konstruksi dan Peralatan.

Banyaknya keterkaitan antara suatu pekerjaan struktur dengan pekerjaan struktur yang lain dan antara pekerjaan struktur dengan pekerjaan arsitektur maupun Mekanikal dan Elektrikal, menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang baik. Suatu pekerjaan struktur tersebut harus dikerjakan berdasarkan urutan yang benar dan dihubungkan dengan pekerjaan struktur lain juga dengan benar. Setiap pekerjaan struktur dapat dibuat WBS berdasarkan elemen dan urutan pekerjaannya.

2.3.3. Pekerjaan Arsitektur / Finishing

Pekerjaan Finishing gedung bertingkat, sangat penting sekali peranannya karena akan menunjukkan, atau mewakili kualitas tampilan dari gedung yang bersangkutan. Upaya melakukan pekerjaan finishing juga dipengaruhi oleh kualitas pekerjaan struktur.

Pekerjaan finishing gedung bertingkat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaan finishing bagian dalam, dan pekerjaan finishing bagian luar bangunan. Pekerjaan finishing bagian dalam (interior), meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:

18 2. Pekerjaan plesteran, aci, dan keramik dinding (finishing dinding) 3. Pekerjaan finishing lantai (keramik, marmer, granit, floor hardener,

karpet, dll)

4. Pekerjaan plafond (gypsum, accoustic, kayu, exposed, dll)

5. Pekerjaan Kusen pintu kayu, pintu besi, pintu dan jendela aluminium 6. Pekerjaan Cat

7. Pekerjaan Railling (railling tangga, railling void, railling balkon, dll) 8. Pekerjaan cubicle (toilet)

9. Pekerjaan Sanitari 10. Pekerjaan aksesoris lain

Pekerjaan finishing bagian luar umumnya hanya pada pekerjaan kulit luar, yaitu:

1. Pekerjaan dinding bagian luar (bata merah, celcon, Hebel, facade precast,dll)

2. Pekerjaan lapisan dinding bagian luar (Plester aci, marmer, granit, Keramik, Cat, dll)

3. Pekerjaan kulit luar seperti aluminium composit panel, curtain wall, GRC, dll

Pada gedung bertingkat, pada prinsipnya pekerjaan arsitektur / finishing dapat dimulai apabila pekerjaan struktur telah selesai pada area tersebut. Hal ini berarti segala bekisting, perancah, serta potongan-potongan kayu sudah tidak ada pada lokasi dimana pekerjaan arsitektur akan dimulai. Namun, dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lain seperti ketersediaan lahan, disain perencanaan, dan kondisi lainnya, secara praktis pekerjaan ini dimulai pada saat gedung telah mengerjakan struktur beberapa lantai di atas ground floor (di atas basement).

2.3.4. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

Pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan bagian pekerjaan proyek gedung bertingkat yang berhubungan dengan fasilitas gedung. Pekerjaan ini terbagi atas dua bagian utama yaitu pekerjaan mekanikal dan elektrikal. Beberapa pekerjaan yang merupakan bagian dari pekerjaan mekanikal dan elektrikal adalah sebagai berikut:

19 2. Pekerjaan Instalasi telepon

3. Pekerjaan sound system 4. Pekerjaan CCTV 5. Pekerjaan Master Clock 6. Pekerjaan radio Komunikasi 7. Pekerjaan fire fighting

8. Pekerjaan AC central dan split 9. Pekerjaan instalasi air bersih 10. Pekerjaan instalasi air kotor 11. Pekerjaan sanitary

12. Instalasi listrik

13. Pekerjaan panel dan genset

Pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan pekerjaan yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan finishing. Hal yang paling umum terjadi adalah pada pekerjaan instalasi dan dengan pekerjaan plafond. Sehingga koordinasi kedua pekerjaan tersebut harus direncanakan dengan baik.

Pekerjaan-pekerjaan mekanikal dan elektrikal tersebut di atas akan dijelaskan lebih detil pada bagian metode pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan elektrikal

20 2.3.5. PEKERJAAN LANDSCAPE

Pekerjaan landscape pada dasarnya merupakan pekerjaan finishing area halaman atau luar dari gedung. Pekerjaan ini terbagi dua kelompok yaitu pekerjaan hardscape dan softscape. Penjelasan lebih rinci mengenai pekerjaan ini dapat dilihat dalam detil metode pekerjaan landscape.

2.4. Organizational Breakdown Structure

Organisasi proyek adalah suatu sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan dalam rangka mencapai suatu hasil yang efektif dan efesien sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Dengan adanya organisasi proyek ini maka kegiatan masing – masing pihak yang terlibat di dalam proyek tidak mengganggu/menghambat satu dengan yang lainnya. Masing – masing pihak mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya yang harus dipertanggungjawabkan kepada pihak – pihak yang terkait, dalam hal ini orang yang kedudukannya dalam organisasi berada di atasnya.

Struktur organisasi proyek merupakan perwujudan dari suatu sistem organisasi dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan, atau dengan kata lain merupakan suatu kerangka penjabaran dari keseluruhan tugas dan tanggung jawab masing – masing pihak yang terkait, sehingga jelas batasan wewenang dan tanggung jawabnya. Struktur organisasi terdiri dari beberapa unsur yang saling terkait dan berinteraksi satu dengan yang lainnya tanpa bisa terpisahkan rantai hubungan kegiatannya. Dengan adanya sistem organisasi yang baik dan struktur organisasi yang jelas, maka suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan dari pelaksanaan proyek pembangunan tersebut pun dapat tercapai sesuai dengan persyaratan waktu, biaya dan mutu yang telah disepakati sebelumnya.

Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, juga memiliki sistem organisasi dan struktur organisasi. Hal ini berguna untuk mendukung target dari pencapaian yang ingin dicapai, karena di dalam proyek ini melibatkan banyak instansi / badan hukum / perorangan yang masing – masing memiliki tugas, tanggung jawab serta wewenang yang berbeda – beda.

Adanya sistem organisasi dan struktur organisasi yang baik dan jelas pada proyek ini diharapkan dapat mengakomodasikan seluruh tugas, tanggung jawab dan

21 wewenang masing – masing pihak yang terlibat, sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan.

2.4.1. Stakeholder

Adapun unsur – unsur yang terlibat di dalam proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, antara lain:

1. Owner (Pemberi Tugas)

Pemberi tugas (owner) adalah pihak yan mempunyai dana dan ingin mendirikan suatu bangunan dengan menggunakan dana yang dimiliknya tersebut. Adapaun pelaksanaan dari tujuan tersebut dapat dilakukan sendiri atau dapat meminta pihak lain untuk melaksanakannya sesuai dengan diinginkan dengan pertimbangan tertentu.

Pemberi tugas dapat berupa perseorangan, badan, instansi, maupun lembaga baik pemerintah maupun swasta. Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku pemberi tugas (owner) adalah Kejaksaan Agung RI.

Tugas dan wewenang dari pemberi tugas (owner), meliputi:  Menyediakan dana pembangunan proyek

 Mengadakan pembebasan tanah

 Mengusahakan izin yang diperlukan untuk pembangunan proyek konstruksi tersebut (IMB)

 Mengadakan pembayaran atas pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan sesuai dengan kontrak

 Melakukan pemilihan konsultan dan kontraktor dengan pelelangan maupun penunjukan langsung serta mengadakan perjanjian dengan mereka (kontrak)

 Menyetujui dan menolak perubahan pekerjaan (tambahan / pengurangan pekerjaan)

 Memberikan keputusan dan instruksi yang berkaitan pada perubahan pekerjaan, waktu, dan biaya.

22  Menghadiri rapat – rapat dengan pelaksana proyek untuk dapat

memantau perkembangan proyek.

 Menghadiri rapat – rapat dengan pelaksana proyek untuk dapat memantau perkembangan proyek

2. Konsultan MK (Manajemen Konstruksi)

Konsultan manajemen konstruksi adalah pihak yang diberi kepercayaan oleh pemberi tugas (owner) untuk mengelola serta mengawasi proses pelaksanaan pembangunan dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan pekerjaan pembangunan. Dengan kata lain, konsultan manajemen konstruksi mewakili atau bertindak sebagai koordinator atas nama pemberi tugas (owner) dalam mengelola pelaksanaan pembangunan dan bertanggung jawab atas hasil pelaksanaan pekerjaan kepada pemberi tugas (owner).

Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku konsultan manajemen konstruksi adalah PT. Pancatrimas Arterindo.

Tugas dan wewenang dari konsultan manajemen konstruksi, meliputi:

 Melakukan pengewasan secara berkala terhadap pelaksanaan pekerjaan

Dokumen terkait