• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR KEJAKSAAN AGUNG JAKARTA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR KEJAKSAAN AGUNG JAKARTA SELATAN"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR

KEJAKSAAN AGUNG

JAKARTA SELATAN

oleh :

Eric Hartono 0706163464

Geovanie Lukas Wijaya 0706266273

Geraldie Lukman Wijaya 0706266286

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2010

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berbagai karunia dan rahmat yang telah diberikan sehingga laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan.

Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah spesial yang harus dilaksanakan untuk mencapai gelar sarjana teknik pada Departemen Sipil FTUI. Tujuan mata kuliah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam proyek konstruksi secara utuh diluar pemahaman teoritis di dalam kelas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka laporan kerja praktek ini dibuat.

Penulis menyadari laporan kerja praktik ini masih ada berbagai kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan agar penulisan ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan kerja praktek dengan judul :

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR

KEJAKSAAN AGUNG

JAKARTA SELATAN

yang disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sejauh yang kami ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari laporan kerja praktek yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapat gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Depok, November 2010

Eric Hartono Geraldie Lukman Geovanie Lukas

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Kerja Praktik dengan judul:

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR

KEJAKSAAN AGUNG

JAKARTA SELATAN

dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan disetujui untuk diajukan dalam sidang kerja

praktik.

Depok, November 2010 Dosen Pembimbing

(5)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Proyek ... 1 1.3. Data Proyek ... 1 1.4. Lokasi Proyek... 3 1.5. Fasilitas Pelengkap ... 4

1.6. Ruang Lingkup Proyek ... 5

1.7. Project Statement ... 6

1.8. Deliverables ... 7

1.9. Constraint dan Asumsi... 7

1.10. Sistematika Penulisan Laporan ... 7

BAB II MANAJEMEN RUANG LINGKUP (SCOPE MANAGEMENT) ... 9

2.1. Rencana Kerja dan Syarat-syarat ... 9

2.2. Kontrak Kerja ... 11

2.3. Work Breakdown Structure ... 15

2.4. Organizational Breakdown Structure ... 20

BAB III PERENCANAAN DAN MANAJEMEN LOKASI KERJA (SITE PLAN MANAGEMENT)... 26

3.1. PENDAHULUAN ... 26

(6)

vi

BAB IV METODE KONSTRUKSI DAN PERALATAN ... 41

4.1. PENDAHULUAN ... 41

4.2. DATA TEKNIS UMUM ... 42

4.3. SPESIFIKASI TEKNIS... 43

4.4. PEMBUATAN SHOP DRAWING ... 43

4.5. Peralatan ... 44

4.6. Konsep Metode Pekerjaan Struktur ... 53

4.7. Metode-Metode Pekerjaan Struktur ... 58

BAB V MANAJEMEN WAKTU ... 108

5.1. Pengantar tentang manajemen proyek ... 108

5.2. Perencanaan dan Penjadwalan Konstruksi ... 109

5.3. Manfaat Penjadwalan... 109

5.4. Manajemen waktu ... 111

5.5. Pengendalian Waktu ... 111

BAB VI MANAJEMEN BIAYA... 114

6.1. Pengendalian Biaya... 114

6.2. Pembayaran Prestasi Pekerjaan ... 116

BAB VII MANAJEMEN RISIKO... 118

7.1. Manajemen Risiko ... 118

7.2. Identifikasi risiko ... 118

7.3. Evaluasi Resiko ... 120

7.4. Tanggapan dan Perlakuan Resiko ... 120

7.5. Mendokumentasikan ... 120

BAB VIII MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA ... 121

8.1. Manajemen Keselamatan... 121

8.2. Manajemen Lingkungan ... 122

(7)

vii

BAB IX MANAJEMEN KUALITAS ... 124

9.1. Manajemen Kualitas PT. PP (Persero), Tbk ... 124

9.2. Standar Operasi ... 126

9.3. Pengontrolan Kualitas... 126

9.4. Penetuan Hold Point Tiap Pekerjaan ... 130

9.5. Target Kualitas ... 132

BAB X MANAJEMEN KLAIM... 134

10.1. Klaim ... 134

10.2. Manajemen Proyek Masa Pemeliharaan... 135

BAB XI MANAJEMEN KOMUNIKASI ... 139

11.1. Gambaran Umum ... 139

11.2. Laporan Kinerja ... 139

11.3. Laporan Informasi Kemajuan Pekerjaan ... 140

BAB XII MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA ... 148

12.1. Tim Manajemen Proyek ... 148

12.2. Organisasi Proyek ... 148

BAB XIII HAL-HAL KHUSUS PADA PROYEK ... 154

BAB XIV KESIMPULAN DAN SARAN ... 158

13.1. Kesimpulan ... 158

13.2. Saran ... 159

13.3. Penutup ... 159

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.3.1 Ilustrasi Proyek Gambar 1.4.1 Lokasi proyek

Gambar 1.4.2 Area proyek sebelum pembangunan Gambar 2.4.1 Struktur Organisasi Proyek

Gambar 3.2.1 Site Plan

Gambar 3.2.2 Kantor kontraktor dan konsultan Gambar 3.2.3 Denah lantai kantor

Gambar 3.2.4 Kantor tampak depan

Gambar 3.2.5 Foto area fabrikasi los kerja kayu dan besi pada lantai basement Gambar 3.2.6 Foto gerbang masuk proyek

Gambar 3.2.7 Foto pagar proyek Gambar 3.2.8 Foto theodolith Gambar 3.2.9 Foto compressor Gambar 3.2.10 Foto Tower Crane Gambar 3.2.11 Foto Mobil Mixer Gambar 3.2.12 Foto Bekisting Sateko Gambar 3.2.13 Pos jaga keamanan Gambar 3.2.14 Toilet direksi

Gambar 3.2.15 Tempat parkir dilihat dari atas

Gambar 4.5.1 Sketsa posisi tower crane terhadap gedung parkir yang dibangun Gambar 4.5.2 Daya jangkau dari Tower Crane

Gambar 4.5.3 Theodolith Gambar 4.5.4 Waterpass

Gambar 4.5.5 Mortar Utama MU-700 digunakan pada tahap finishing pengecoran pelat Gambar 4.5.6 Bahan waterproofing

Gambar 4.5.7 Bahan plywood

Gambar 4.5.8 Bahan curing compound Gambar 4.5.9 Bahan hydratite

Gambar 4.5.10 Bahan plamir

Gambar 4.5.11 Kayu lapis digunakan sebagai penahan bekisting Gambar 4.5.12 Kawat Bendrat

Gambar 4.5.13 Kawat Ayam

(9)

ix Gambar 4.7.2 Foto waterstop

Gambar 4.7.3 Detail Bekisting Balok Dengan Tie Rod Gambar 4.7.4 Detail Bekisting Balok Tanpa Tie Rod Gambar 4.7.5 Scaffolding menahan balok yang baru dicor Gambar 4.7.6 Pemasangan pelat precast

Gambar 4.7.7 Posisi Core Wall Gambar 4.7.8 Denah Posisi Tangga Gambar 4.7.9 Bekisting Tangga Gambar 4.7.10 Tulangan tangga Gambar 4.7.11 Bekisting anak tangga Gambar 4.7.12 Posisi Ramp Lantai Dasar Gambar 4.7.1 Posisi ramp Lantai Tipikal Gambar 4.7.2 Bekisting ramp

Gambar 4.7.3 Penyimpanan besi tulangan Gambar 4.7.4 Proses pembengkokan besi Gambar 4.7.5 Proses penyusunan besi

Gambar 4.7.6 Pemasangan besi tulangan pelat lantai Gambar 4.7.7 Pekerja menyusunan tulangan kolom

Gambar 4.7.8 Proses pekerjaan tulangan pada dinding geser Gambar 4.7.9 Flow chart Pekerjaan pengecoran

Gambar 4.7.10 Beton segar diletakkan pada pelat yang telah diberikan tulangan Gambar 4.7.11 Pekerja memadatkan beton segar dengan menggunakan vibrator Gambar 4.7.12 Pekerja memberikan mortar utama pada pelat

Gambar 4.7.13 Proses finishing pengecoran pelat Gambar 4.7.14 Blok Diagram Pemadam Kebakaran Gambar 4.7.15 Skematik Diagram Air Bersih Gambar 4.7.16 Blok Diagram Air Bersih Gambar 4.7.17 Skematik Diagram Air Kotor Gambar 4.7.18 Blok Diagram Air Kotor

Gambar 4.7.19 Pemasangan Chiller dan Pompa

Gambar 4.7.20 Skema Pemasangan Chiller dan Pompa Gambar 4.7.21 Pemasangan Pipa Regrigerant

Gambar 4.7.22 Blok Diagram Tata Udara

Gambar 4.7.23 Metode Pemasangan Kabel Intalasi Indoor Gambar 4.7.24 Pemasangan Saklar dan Stop Kontak

(10)

x Gambar 5.5.1 Kurva S Proyek Gedung Kejaksaan Agung

Gambar 5.5.2 Master Schedule

Gambar 8.1.1 Safety talk wajib diikuti setiap pekerja Gambar 8.2.1 Papan slogan dan peraturan di lokasi proyek Gambar 9.2.1 Standar Operasi QC

Gambar 9.3.1 Prosedur Slump Test Gambar 9.3.2 Uji test slump beton

Gambar 9.3.3 Sampel beton yang akan dites tekan Gambar 9.3.4 Pengukuran suhu beton

Gambar 9.3.5 Slump Test

Gambar 10.1.1 Diagram masalah klaim Gambar 12.2.1 Kondisi as-8

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.3.1 Data Fisik Proyek Tabel 4.2.1 Data-data teknis umum Tabel 4.3.1 Resume Spesifikasi Teknis Tabel 6.1.1 Rekapitulasi ( RAB ) Tabel 7.2.1 Identifikasi Risiko

Tabel 9.4.1 Hold Point 1 : Sebelum Pekerjaan Beton Tabel 9.4.2 Hold Point 2 : Selama Pekerjaan Beton

Tabel 9.4.3 Hold Point 1 : Setelah Bekisting Bawah Balok Terpasang Tabel 9.4.4 Hold Point 2 : Setelah Pembesian Plat Lantai Terpasang Tabel 9.4.5 Hold Point 1 : Sebelum Pengecatan

Tabel 9.4.6 Hold Point 2 : Selama Pengecatan Tabel 9.4.7 Hold Point 3: Setelah Pengecatan Tabel 9.5.1 Target Kualitas

Tabel 10.2.1 Bagan alir umum

Tabel 10.2.2 Bagan Alir Komplain Sampai Waktu Pemeliharaan Tabel 10.2.3 Bagan Alir Dari Sop

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejaksaan Agung merupakan salah satu lembaga Pemerintah yang tergolong besar yang membutuhkan sarana dan prasana yang mendukung. Salah satunya adalah gedung parkir, sarana olah raga dan kantor KBPA. Karena lahan parkir yang telah ada kurang bisa menampung kendaraan yang ada, maka dibutuhkan sebuah lahan parkir baru yang lebih luas. Selain itu, pemerintah sekarang sedang gencar-gencarnya mencanangkan program ‘memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat’, maka Kejaksaan Agung yang sebelumnya telah disebutkan sebagai salah satu lembaga pemerintah harus memberikan contoh kepada masyarakat, sehingga diperlukan tempat untuk sarana olahraga. Diperlukan juga ruangan yang cukup luas sebagai kantor KBPA.

1.2. Tujuan Proyek

Proyek pembangunan gedung ini akan difungsikan sebagai ruang parkir kendaraan dengan area yang lebih luas dari area parkir yang lama. Selain itu gedung ini juga akan difungsikan sebagai ruang sarana olahraga dan ruang kantor untuk KBPA. Mengingat tingginya yang mencapai 10 tingkat (11 lantai) maka akan dibuatkan lift sehingga dapat lebih mempermudah akses dari lantai ke lantai.

1.3. Data Proyek

1.3.1. Data Umum Proyek

Proyek merupakan proyek lanjutan dari tahap II dimana pekerjaan yang dilakukan adalah pembangunan basement.

1. Nama Proyek : Pembangunan Tahap III (Lanjutan) Gedung Bertingkat 10 (11 Lantai) untuk Parkir, Sarana Olahraga, dan Kantor KBPA (Keluarga Besar Purna Adhyaksa) Kejaksaan Agung RI.

2. Alamat Proyek : Jl. Sultan Hasanuddin no.1, Jakarta Selatan 3. Pemberi Tugas : Kejaksaan Agung Republik Indonesia 4. Pengelola Teknis : Departemen Pekerjaan Umum

5. Konsultan MK : PT. Pancatrimas Arterindo 6. Konsultan Perencana : PT. Adhika Karsa Pratama

7. Kontraktor : PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk 8. Supplier Besi : PT. Cakra Steel

(13)

2 10. Supplier Bekisting : PT. Supradjaya

PT. PCH 11. Peruntukan

Basement – lantai 6 : Parkir motor (355) , bis, dan mobil (347) Lantai 7 : Ruang tahanan

Lantai 8 : Kantor KBPA, food court, ruang fitness, ruang spa, dan ruang locker.

Lantai 9 (service) : Lapangan badminton dan tenis 12. Jenis Kontrak : Lumpsum Fixed Price

13. Nilai Kontrak (NK) : Rp 48.638.000.000,00 14. Cara Pembayaran : Monthly Payment

15. Uang Muka : 20%

16. Retensi : 5%

17. Lama Pelaksanaan: 210 hari kalender (21 April 2010 – 16 November 2010)

18. Masa Pemeliharaan : 180 hari kalender 19. Sumber Dana : APBN

20. Denda Keterlambatan

Pekerjaan : 10/00 (per seribu) dari harga kontrak atau bagian

kontrak untuk setiap hari keterlambatan. 1.3.2. Data Fisik Proyek

No. Lantai 1. Basement 2. Semi Basement 3. Lantai 1 4. Lantai 2 5. Lantai 3 6. Lantai 4 7. Lantai 5 8. Lantai 6 9. Lantai 7 10.. Lantai 8 11.. Lantai 9 (service)

(14)

3

Gambar 1.3.1 Ilustrasi Proyek

1.4. Lokasi Proyek

Proyek pembangunan gedung ini terletak di Jalan Sultan Hasanuddin no.1, Bulungan, Jakarta Selatan. Jalan menuju lokasi proyek cukup padat terutama saat pagi dan malam hari, saat aktifitas jam knator kecuali hari sabtu dan minggu, Berdasarkan kondisi lapangan, area proyek termasuk sempit, sehingga sulit untuk manuver kendaraan besar.

Batas-batas daerah proyek adalah sebagai berikut : a. Sebelah Barat : Jl. Bulungan

b. Sebelah Timur : Gedung Pidana Umum Kejaksaan Agung

c. Sebelah Selatan : Akses jalan masuk ke gedung kantor Kejaksaan Agung d. Sebelah Utara : Jl. Kyai Maja

(15)

4

Gambar 1.4.1 Lokasi proyek

Gambar 1.4.2 Area proyek sebelum pembangunan

1.5. Fasilitas Pelengkap

Terdapat banyak fasilitas pelengkap yang menjadi pendukung selama proyek berlangsung. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kantor dan Gudang

(16)

5  Lantai Atas : Ruang PM, ruang administrasi, ruang engineering, dan

ruang pelaksana

 Lantai Bawah : Ruang safety, ruang uitzet, ruang rapat, mushola, ruang makan, dapur, dan toilet (2 unit)

b. Keet MK

c. Gudang logistik dan gudang peralatan d. Pos jaga satpam

2. Tempat stock mekanikal a. Stock besi

b. Stock kayu c. Stock wiremesh d. Pabrikasi 3. Alat penunjang

a. Generator set (Genset)

b. Towercrane (Radius 50 meter) 4. Fasilitas lainnya

a. Area parkir b. Pompa air c. Bedeng pekerja d. Warung pekerja

1.6. Ruang Lingkup Proyek

Secara umum ruang lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut : a. Pekerjaan struktur

i. Galian Tanah ii. Pile Cap

iii. Lantai Basement s/d Lt 6B a. Core Wall

b. Tangga c. Ramp d. Shear Wall

iv. Lantai Basement s/d Lt 7 : a. Plat Lantai

b. Kolom

(17)

6 v. Lantai Basement s/d Lt Dasar :

a. Waterproofing Integral b. Waterproofing Coating c. Retaining Wall b. Pekerjaan arsitektur i. Lantai Basement s/d Lt 6 B : 1. Pasangan Dinding 2. Plester Aci 3. Finish Beton 4. Railing Tangga 5. Plafond 6. Screed Lantai 7. Kansteen 8. Siku Kolom 9. Alur Ramp

10. Coring dan Grouting Instalasi ME 11. Koef Lampu

c. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Lantai Basement s/d Lt 6B : 1. Pemadam Kebakaran 2. Plumbing 3. Tata Udara 4. Listrik 5. Elektronik 1.7. Project Statement

Tujuan yang ingin dicapai perusahaan dari pelaksanaan proyek ini adalah: a. Melaksanakan pekerjaan dengan waktu yang lebih singkat dan memiliki tingkat

pengembalian modal yang cepat bagi perusahaan.

b. Proyek dengan tingkat kesulitan relatif tinggi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumber daya dalam mengelola proyek-proyek sejenis di masa datang. c. Melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan yang

(18)

7 1.8. Deliverables

Deliverables dari proyek ini adalah sebagai berikut :

a. Gedung parkir b. As-built drawing

c. Maintenance Guarantee d. Close out report

1.9. Constraint dan Asumsi 1.9.1. Constraint

a. Lokasi proyek yang berada di daerah pusat bisnis, sangat berpengaruh pada metode pelaksanaan yang digunakan dan transportasi material.

b. Telah terjadi setidaknya dua kali demonstrasi terkait Kejaksaan Agung sehingga pintu masuk proyek tertutup untuk beberapa saat.

1.9.2. Asumsi

a. Kontraktor menentukan perkiraan waktu berdasarkan gambar yang diberikan

b. Waktu kerja 7 hari seminggu dengan 24 jam kerja dalam sehari

c. Proyek dimulai pada hari Rabu tanggal 21 April 2010 dan selesai pada Selasa 16 November 2010

d. Libur ditentukan pada hari lebaran Idul Fitri selama 14 hari, yaitu 6 - 19 September 2010

1.10. Sistematika Penulisan Laporan

Sub bab ini memaparkan sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik dalam proyek pembangunan Gedung Parkir Kejaksaan Agung yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : MANAJEMEN RUANG LINGKUP

BAB III : PERENCANAAN DAN MANAJEMEN LOKASI KERJA BAB IV : METODE KONSTRUKSI DAN PERALATAN

BAB V : MANAJEMEN WAKTU

BAB VI : MANAJEMEN BIAYA BAB VII : MANAJEMEN RISIKO

BAB VIII : MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

(19)

8 BAB X : MANAJEMEN KLAIM

BAB XI : MANAJEMEN KOMUNIKASI

BAB XII : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BAB XIII : HAL-HAL KHUSUS PADA PROYEK

(20)

9

BAB II

MANAJEMEN RUANG LINGKUP

(SCOPE MANAGEMENT)

Ruang lingkup proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA ini didasarkan pada rencana kerja dan syarat-syarat serta dokumen kontrak yang telah ditandatangani.

2.1. Rencana Kerja dan Syarat-syarat

Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) merupakan sebuah buku yang berisi tentang syarat-syarat administrasi berupa instruksi kepada penyedia jasa pada Buku A, dengan ketentuan sebagai berikut

1. Instruksi ini berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana - kontraktor untuk menyiapkan penawarannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pengguna jasa. Informasi tersebut berkaitan dengan penyusunan, penyampaian, pembukaan, evaluasi penawaran dan penunjukan penyedia jasa.

2. Hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan kontrak oleh penyedia jasa, termasuk hak, kewajiban, dan resiko dimuat dalam syarat-syarat umum kontrak. Apabila terjadi perbedaan penafsiran / pengaturan pada dokumen lelang, penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama untuk menghindari pertentangan pengertian.

3. Data proyek memuat ketentuan, informasi tambahan, atau perubahan atas instruksi kepada pelaksana - kontraktor sesuai dengan kebutuhan paket pekerjaan yang akan dikerjakan.

Buku A terdiri dari beberapa bab, Bab I umum, yang berisi tentang hal-hal umum terkait lingkup pekerjaan, sumber dana, persyaratan penyedia jasa, satu penawaran, biaya penawaran, penjelasan dokumen, dan peninjauan lapangan. Di samping itu terdapat dokumen lelang dan penyiapan penawaran (bahasa, dokumen, harga, mata uang dan cara pembayaran, masa berlaku, jaminan, penawaran alternatif dan rabat, bentuk dan penandaan penawaran) serta penyampaian penawaran, pembukaan penawaran dan evaluasi serta ketentuan yang mengatur pemenang lelang

Bab II Data Proyek berisi tentang Lingkup pekerjaan, sumber dana, penjelasan dokumen lelang, mata uang penawaran dan cara pembayaran, masa berlakunya penawaran, jaminan penawaran, penawaran alternatif dan rabat, sampul dan tanda penawaran, batas akhir waktu penyampaian penawaran, pembukaan penawaran, evaluasi penawaran, penunjukan penyedia jasa, jaminan pelaksaaan, juru penengah.

(21)

10 Bab III berisi tentang bentuk surat penawaran, lampiran, surat penunjukan dan surat perjanjian yang meliputi surat-surat berikut ini :

a. surat penawaran (dok. Administrasi) b. surat penawaran (dok. Usulan biaya)

c. perjanjian kemitraan untuk kerja sama operasi (kso) d. surat kuasa

e. surat penunjukan penyedia jasa f. surat perjanjian

Bab IV mengatur tentang syarat-syarat umum kontrak berisi tentang definisi, penerapan, asal jasa, penggunaan dokumen, kontrak dan informasi, hak paten, hak cipta dan merek, jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, harga dan sumber dana, wewenang dan keputusan pengguna jasa, direksi teknis dan panitia peneliti pelaksanaan kontrak,dll.

Bab V syarat-syarat khusus dan umum kontrak. Ketentuan umum berisi tentang definisi, jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, jadual pelaksanaan, penggunaan penyedia jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil, penyelesaian perselisihan, penyesuaian harga, denda dan ganti rugi, gambar pelaksanaan, kegagalan bangunan. Ketentuan khusus berisi tentang kompensasi, pedoman pengoperasian dan pemeliharaan, disamping itu terdapat pula bentuk-bentuk jaminan

a. Bentuk jaminan penawaran (jaminan bank) b. Bentuk jaminan penawaran (surety bond) c. Bentuk jaminan pelaksanaan (jaminan bank) d. Bentuk jaminan pelaksanaan (surety bond) e. Bentuk jaminan uang muka (jaminan bank) f. Bentuk jaminan uang muka (surety bond) g. Bentuk jaminan pemeliharaan (jaminan bank) h. Bentuk jaminan pemeliharaan (surety bond)

Disamping itu RKS juga berisi syarat-syarat teknis khusus pelaksanaan dan pekerjaan seperti arsitektur, mekanikal dan elektrikal di dalam buku B.

(22)

11 2.2. Kontrak Kerja

2.2.1. Pelelangan

Dalam pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA ini, owner terlebih dahulu melakukan pemilihan terhadap pihak-pihak yang terlibat dan saling bekerjasama satu dengan yang lainnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan proyek. Sistem pemilihan tersebut dilakukan dengan cara pelelangan.

Pada umumnya, proses pelelangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Pelelangan Umum

Pelelangan umum merupakan jenis pelelangan yang sifatnya terbuka untuk seluruh pihak dalam melakukan penawaran sesuai ketentuan yang berlaku. Sistem pelelangan ini biasanya diumumkan melalui media cetak atau media elektronika.

b. Pelelangan Terbatas

Pelelangan terbatas merupakan jenis pelelangan yang hanya memberikan kesempatan pada pihak-pihak tertentu yang berkualitas dan bonafit, dalam arti telah terpilih untuk memasukkan penawaran.

c. Penunjukan Langsung

Penunjukan langsung merupakan pelelangan dengan sistem penunjukan langsung oleh rekanan owner, dimana penunjukan ini hanya berlaku pada satu pihak yang memenuhi klasifikasi dan prestasi sebagai pihak yang akan melaksanakan suatu proyek yang ditawarkan.

Pada pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA, pelelangan dilakukan dengan cara penunjukan langsung.

2.2.2. Tahap Kontrak

Kontrak adalah perikatan hukum antara pengguna jasa dengan penyedia jasa dalam pelaksanaan pengadaan jasa. Kontrak juga adalah perjanjian pemborongan pekerjaan antara pihak pemberi tugas (owner) dengan kontraktor. Ketentuan-ketentuan pada syarat-syarat umum kontrak harus diterapkan secara luas tanpa melanggar ketentuan yang ada dalam dokumen kontrak keseluruhan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(23)

12 Kontrak dibuat setelah pemberi tugas (owner) menetapkan/menunjuk pemenang pelelangan. Penetapan pemenang pelelangan dilaksanakan dengan cara mengeluarkan surat pelulusan pekerjaan/surat perintah kerja atau Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Tahap ini merupakan tahap kesepakatan antara owner dengan kontraktor. Kesepakatan tersebut diikat oleh surat perjanjian yang diatur dalam dokumen kontrak.

Dokumen kontrak adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan, yang terdiri dari:

 Surat perjanjian

 Surat penunjukan penyedia jasa  Surat penawaran

 Adendum dokumen lelang  Syarat-syarat khusus kontrak  Syarat-syarat umum kontrak  Spesifikasi teknis

 Gambar-gambar

 Daftar kuantitas dan harga

 Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran kontrak

Perjanjian yang terdapat dalam dokumen kontrak beserta dengan lampirannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

2.2.3. Jenis Kontrak

Yang dimaksud dengan kontrak kerja dalam hal ini yaitu suatu perjanjian atau persetujuan bersama secarala sukarela, tanpa ada unsur paksaan yang mempunyai kekuatan hukum untuk saling mengikat antara pemilik proyek atau yang mewakilinya dengan kontraktor sebagai pelaksana proyek.

1. Fixed Lump Sum Contract (kontrak dengan harga tetap)

Fixed Lump Sum Contract yaitu suatu kontrak pengadaan barang / jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian kontrak tersebut, sepenuhnya tanggung jawab pemborong. Sistem kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang dengan contoh yang jelas atau untuk jenis borongan yang perhitungan

(24)

13 volumenya untuk masing – masing unsur / jenis pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisnya. Harga yang mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total penawaran harga. Bila diperlukan daftar volume dan harga (bill of quantities) dapat dilampirkan dalam dokumen penawaran, tetapi tidak mengikat dalam kontak dan tidak dapat dijadikan dasar perhitungan untuk melakukan pembayaran. Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.

2. Fixed Unit Price Contract (kontrak harga satuan)

Fixed Unit Price Contract (kontrak harga satuan) adalah kontrak pengadaan barang / jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan / unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya akan didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar – benar telah dilaksanakan oleh pemborong. Dengan demikian, pekerjaan tambah / kurang dimungkinkan berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. Pertimbangan untuk memilih kontrak dengan cara ini adalah karena untuk keakuratan pengukuran volume pekerjaan yang tinggi diperlukan survey dan penelitian yang sangat mendalam, detail, sampel yang banyak, dan waktu yang lama sehingga biayanya yang sangat besar padahal pengukurannya juga lebih mudah dalam pelaksanaan. Di pihak lain pekerjaan bersifat mendesak dan harus segera dilaksanakan, sehingga untuk pekerjaan yang sifat kondisinya seperti hal tersebut tidak tepat bila digunakan kontrak dengan sistem lump sum.

3. Sistem Turn Key Contract

Sistem Turn Key Contract yaitu kontrak pengadaan barang / jasa pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga tertentu sampai konstruksi barang dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan criteria kinerja yang telah ditetapkan. Kontraktor melaksanakan seluruh jenis pekerjaan meliputi: survey lokasi, desain,

(25)

14 membuat / menyediakan mesin – mesin, alat – alat, mengangkut ke lokasi, memasang, mengawasi, mengadakan uji coba pengoperasian, pemberian pelatihan operasi dan pemeliharaannya. Sistem ini lebih tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau industry jadi, yang hanya diperlukan sekali saja dan tidak mengutamakan kepentingan untuk alih teknologi selanjutnya.

4. Sistem Cost Plus fee Contract

Sistem Cost Plus Fee Contract yaitu kontrak pengadaan barang / jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dimana jenis – jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain – lain ditambah fee yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (misalnya 10% dari jumlah biaya) yang telah dikeluarkan oleh pemborong. Dalam sistem kontrak tersebut, pemilik pekerjaan benar – benar hanya dan harus membayar sesuai bukti – bukti yang dikeluarkan kontraktor untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut. 5. Kontrak Owner Builder

Merupakan jenis kontrak yang pemiliknya sekaligus sebagai kontraktor, sehingga dapat mengerjakan proyeknya dengan kekuatan sendiri atau dengan mensubkan pekerjaan tertentu pada subkontraktor. 6. Kontrak Design and Building

Pada kontrak jenis ini owner hanya menyampaikan gagasan spesifikasi dan luas lahan. Setelah itu kontraktor merancang dan mengerjakannya. Pada sistem ini perusahaan bertanggung jawab penuh baik desain ataupun konstruksinya. Pembayarannya dilakukan pada saat proyek sudah selesai dan owner hanya hanya tinggal menggunakan. Pada pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA yang sedang dibangun ini, sistem kontrak yang digunakan adalah lumpsump fixed price.

(26)

15 2.3. Work Breakdown Structure

Lingkup pekerjaan menginformasikan pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan pada gedung tersebut. Penjelasan lingkup sebagai bahan mengenai metode apa saja yang harus dibuat dan bahan pembuatan schedule pelaksanaan.

Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi metode pelaksanaan secara umum. Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi besaran dari pekerjaan. Penataan site plan juga memperhatikan pekerjaan apa saja yang akan dikerjakan dalam rangka perencanaan lokasi material dan alat transportasinya. Di samping itu, pemahaman lingkup pekerjaan sangat mempengaruhi schedule pelaksanaan. Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi tidak saja durasi pelaksanaan, tapi juga urutan pelaksanaan dari kondisi ketergantungan antar pekerjaan (keterkaitan antar kegiatan). Rincian lingkup pekerjaan ini disebut sebagai Work Break down structure (WBS).

Lingkup pekerjaan dikelompokkan berdasarkan pengelompokan umum pekerjaan pelaksanaan gedung yang kemudian dapat di-breakdown lebih lanjut, yaitu :

1. Pekerjaan Persiapan 2. Pekerjaan struktur 3. Pekerjaan Arsitektur

4. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal 5. Pekerjaan Landscape / pekerjaan luar 2.3.1. Pekerjaan Persiapan

Mobilisasi personil, peralatan dan material ke lokasi proyek akan diatur sesuai dengan rencana dalam jadwal waktu pelaksanaan yang disepakati dan metode pelaksanaan yang disetujui. Pada bagian awal akan didatangkan peralatan untuk pekerjaan pembersihan lapangan, pembuatan instalasi pekerjaan sementara dan pekerjaan struktur bawah (pondasi dan galian tanah). Selanjutnya pendatangan peralatan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dan peralatan yang tidak dipergunakan lagi akan dikeluarkan dari lapangan. Hal ini dibutuhkan untuk mengatur mobilitas alat di lapangan yang efisien. Bahan yang didatangkan juga disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya agar kerusakan bahan karena penyimpanan di lapangan yang terlalu lama dapat dihindari. Hal ini juga disebabkan karena terbatasnya lahan pekerjaan.

Pada pekerjaan bangunan temporary facility seperti bangunan untuk keet kontraktor, los kerja, dan gudang, PT. PP (Persero), Tbk telah memiliki design khusus yang praktis. Di samping itu, pengaturan tata letak bangunan tersebut harus memperhatikan aspek kelancaran pekerjaan sehingga menjadi

(27)

16 efektif dan efisien. Foto dan gambar disain dari bangunan temporary facility tersebut disampaikan pada bagian Site Plan.

2.3.2. Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur gedung bertingkat merupakan pekerjaan yang memerlukan perencanaan metode pelaksanaan yang lebih detil. Pekerjaan ini menentukan lintasan kritis yang terjadi karena bentuknya yang bertingkat. Sehingga diperlukan perencanaan konsep metode, zoning dan arah pekerjaan yang tepat. Dalam bagian metode struktur akan disampaikan secara rinci mengenai konsep metode, zoning dan arah pekerjaan yang digunakan hingga

sequence pekerjaannya.

Pekerjaan struktur dapat dikelompokkan berdasarkan material, elemen strukturnya maupun posisinya terhadap elevasi tanah. Pengelompokan pekerjaan struktur berdasarkan materialnya adalah :

1. Pekerjaan Pembesian

2. Pekerjaan Pengecoran (beton) 3. Pekerjaan Bekisting

Sedangkan berdasarkan elemen struktur yang dikerjakan, pekerjaan struktur dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Pondasi

2. Pekerjaan Pile Cap, tie beam dan pelat lantai basement 3. Pekerjaan Kolom

4. Pekerjaan dinding penahan tanah 5. Pekerjaan dinding shearwall 6. Pekerjaan balok dan pelat lantai 7. Pekerjaan tangga

8. Pekerjaan ramp

9. Pekerjaan baja atap atau kanopi

Pengelompokkan pekerjaan struktur berdasarkan posisinya terhadap elevasi tanah adalah :

1. Pekerjaan substructure 2. Pekerjaan upperstructure

Di samping pekerjaan di atas, terdapat pula pekerjaan yang terkait langsung dengan pekerjaan struktur (sering disebut sebagai pekerjaan

(28)

17 siteworks), dikerjakan sebelum dan atau selama pekerjaan struktur dimulai yaitu:

1. Pekerjaan Dewatering (jika diperlukan) 2. Pekerjaan tanah

3. Pekerjaan dinding penahan tanah sementara (jika ada dan diperlukan) 4. Pekerjaan ground anchor (jika ada dan diperlukan)

5. Pekerjaan strutting (jika ada dan diperlukan)

Metode pelaksanaan pekerjaan struktur terdiri atas banyak macam. Beberapa diantaranya adalah:

1. Metode konvensional 2. Metode precast 3. Metode Topdown

4. Metode Semi Top Down

Pemilihan metode sangat tergantung atas kondisi proyek yang akan dikerjakan. Dapat dimungkinkan untuk melakukan kombinasi atas beberapa metode pelaksanaan pekerjaan struktur di atas dan selanjutnya akan dibahas di Bab IV Metode Konstruksi dan Peralatan.

Banyaknya keterkaitan antara suatu pekerjaan struktur dengan pekerjaan struktur yang lain dan antara pekerjaan struktur dengan pekerjaan arsitektur maupun Mekanikal dan Elektrikal, menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang baik. Suatu pekerjaan struktur tersebut harus dikerjakan berdasarkan urutan yang benar dan dihubungkan dengan pekerjaan struktur lain juga dengan benar. Setiap pekerjaan struktur dapat dibuat WBS berdasarkan elemen dan urutan pekerjaannya.

2.3.3. Pekerjaan Arsitektur / Finishing

Pekerjaan Finishing gedung bertingkat, sangat penting sekali peranannya karena akan menunjukkan, atau mewakili kualitas tampilan dari gedung yang bersangkutan. Upaya melakukan pekerjaan finishing juga dipengaruhi oleh kualitas pekerjaan struktur.

Pekerjaan finishing gedung bertingkat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaan finishing bagian dalam, dan pekerjaan finishing bagian luar bangunan. Pekerjaan finishing bagian dalam (interior), meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:

(29)

18 2. Pekerjaan plesteran, aci, dan keramik dinding (finishing dinding) 3. Pekerjaan finishing lantai (keramik, marmer, granit, floor hardener,

karpet, dll)

4. Pekerjaan plafond (gypsum, accoustic, kayu, exposed, dll)

5. Pekerjaan Kusen pintu kayu, pintu besi, pintu dan jendela aluminium 6. Pekerjaan Cat

7. Pekerjaan Railling (railling tangga, railling void, railling balkon, dll) 8. Pekerjaan cubicle (toilet)

9. Pekerjaan Sanitari 10. Pekerjaan aksesoris lain

Pekerjaan finishing bagian luar umumnya hanya pada pekerjaan kulit luar, yaitu:

1. Pekerjaan dinding bagian luar (bata merah, celcon, Hebel, facade precast,dll)

2. Pekerjaan lapisan dinding bagian luar (Plester aci, marmer, granit, Keramik, Cat, dll)

3. Pekerjaan kulit luar seperti aluminium composit panel, curtain wall, GRC, dll

Pada gedung bertingkat, pada prinsipnya pekerjaan arsitektur / finishing dapat dimulai apabila pekerjaan struktur telah selesai pada area tersebut. Hal ini berarti segala bekisting, perancah, serta potongan-potongan kayu sudah tidak ada pada lokasi dimana pekerjaan arsitektur akan dimulai. Namun, dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lain seperti ketersediaan lahan, disain perencanaan, dan kondisi lainnya, secara praktis pekerjaan ini dimulai pada saat gedung telah mengerjakan struktur beberapa lantai di atas ground floor (di atas basement).

2.3.4. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

Pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan bagian pekerjaan proyek gedung bertingkat yang berhubungan dengan fasilitas gedung. Pekerjaan ini terbagi atas dua bagian utama yaitu pekerjaan mekanikal dan elektrikal. Beberapa pekerjaan yang merupakan bagian dari pekerjaan mekanikal dan elektrikal adalah sebagai berikut:

(30)

19 2. Pekerjaan Instalasi telepon

3. Pekerjaan sound system 4. Pekerjaan CCTV 5. Pekerjaan Master Clock 6. Pekerjaan radio Komunikasi 7. Pekerjaan fire fighting

8. Pekerjaan AC central dan split 9. Pekerjaan instalasi air bersih 10. Pekerjaan instalasi air kotor 11. Pekerjaan sanitary

12. Instalasi listrik

13. Pekerjaan panel dan genset

Pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan pekerjaan yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan finishing. Hal yang paling umum terjadi adalah pada pekerjaan instalasi dan dengan pekerjaan plafond. Sehingga koordinasi kedua pekerjaan tersebut harus direncanakan dengan baik.

Pekerjaan-pekerjaan mekanikal dan elektrikal tersebut di atas akan dijelaskan lebih detil pada bagian metode pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan elektrikal

(31)

20 2.3.5. PEKERJAAN LANDSCAPE

Pekerjaan landscape pada dasarnya merupakan pekerjaan finishing area halaman atau luar dari gedung. Pekerjaan ini terbagi dua kelompok yaitu pekerjaan hardscape dan softscape. Penjelasan lebih rinci mengenai pekerjaan ini dapat dilihat dalam detil metode pekerjaan landscape.

2.4. Organizational Breakdown Structure

Organisasi proyek adalah suatu sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan dalam rangka mencapai suatu hasil yang efektif dan efesien sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Dengan adanya organisasi proyek ini maka kegiatan masing – masing pihak yang terlibat di dalam proyek tidak mengganggu/menghambat satu dengan yang lainnya. Masing – masing pihak mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya yang harus dipertanggungjawabkan kepada pihak – pihak yang terkait, dalam hal ini orang yang kedudukannya dalam organisasi berada di atasnya.

Struktur organisasi proyek merupakan perwujudan dari suatu sistem organisasi dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan, atau dengan kata lain merupakan suatu kerangka penjabaran dari keseluruhan tugas dan tanggung jawab masing – masing pihak yang terkait, sehingga jelas batasan wewenang dan tanggung jawabnya. Struktur organisasi terdiri dari beberapa unsur yang saling terkait dan berinteraksi satu dengan yang lainnya tanpa bisa terpisahkan rantai hubungan kegiatannya. Dengan adanya sistem organisasi yang baik dan struktur organisasi yang jelas, maka suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan dari pelaksanaan proyek pembangunan tersebut pun dapat tercapai sesuai dengan persyaratan waktu, biaya dan mutu yang telah disepakati sebelumnya.

Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, juga memiliki sistem organisasi dan struktur organisasi. Hal ini berguna untuk mendukung target dari pencapaian yang ingin dicapai, karena di dalam proyek ini melibatkan banyak instansi / badan hukum / perorangan yang masing – masing memiliki tugas, tanggung jawab serta wewenang yang berbeda – beda.

Adanya sistem organisasi dan struktur organisasi yang baik dan jelas pada proyek ini diharapkan dapat mengakomodasikan seluruh tugas, tanggung jawab dan

(32)

21 wewenang masing – masing pihak yang terlibat, sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan.

2.4.1. Stakeholder

Adapun unsur – unsur yang terlibat di dalam proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, antara lain:

1. Owner (Pemberi Tugas)

Pemberi tugas (owner) adalah pihak yan mempunyai dana dan ingin mendirikan suatu bangunan dengan menggunakan dana yang dimiliknya tersebut. Adapaun pelaksanaan dari tujuan tersebut dapat dilakukan sendiri atau dapat meminta pihak lain untuk melaksanakannya sesuai dengan diinginkan dengan pertimbangan tertentu.

Pemberi tugas dapat berupa perseorangan, badan, instansi, maupun lembaga baik pemerintah maupun swasta. Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku pemberi tugas (owner) adalah Kejaksaan Agung RI.

Tugas dan wewenang dari pemberi tugas (owner), meliputi:  Menyediakan dana pembangunan proyek

 Mengadakan pembebasan tanah

 Mengusahakan izin yang diperlukan untuk pembangunan proyek konstruksi tersebut (IMB)

 Mengadakan pembayaran atas pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan sesuai dengan kontrak

 Melakukan pemilihan konsultan dan kontraktor dengan pelelangan maupun penunjukan langsung serta mengadakan perjanjian dengan mereka (kontrak)

 Menyetujui dan menolak perubahan pekerjaan (tambahan / pengurangan pekerjaan)

 Memberikan keputusan dan instruksi yang berkaitan pada perubahan pekerjaan, waktu, dan biaya.

(33)

22  Menghadiri rapat – rapat dengan pelaksana proyek untuk dapat

memantau perkembangan proyek.

 Menghadiri rapat – rapat dengan pelaksana proyek untuk dapat memantau perkembangan proyek

2. Konsultan MK (Manajemen Konstruksi)

Konsultan manajemen konstruksi adalah pihak yang diberi kepercayaan oleh pemberi tugas (owner) untuk mengelola serta mengawasi proses pelaksanaan pembangunan dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan pekerjaan pembangunan. Dengan kata lain, konsultan manajemen konstruksi mewakili atau bertindak sebagai koordinator atas nama pemberi tugas (owner) dalam mengelola pelaksanaan pembangunan dan bertanggung jawab atas hasil pelaksanaan pekerjaan kepada pemberi tugas (owner).

Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku konsultan manajemen konstruksi adalah PT. Pancatrimas Arterindo.

Tugas dan wewenang dari konsultan manajemen konstruksi, meliputi:

 Melakukan pengewasan secara berkala terhadap pelaksanaan pekerjaan kontraktor di lapangan terutama standar mutu (kesesuaian dengan spesifikasi tekni, rencana kerja dan syarat – syarat (RKS) seperti digariskan sebelumnya).

 Melakukan proses pengawasan dan member penilaian terhadap laju pelaksanaan dan tingkat perkembangan pekerjaan kontraktor di lapangan serta ketepatannya dengan jadwal rencanan penyelesaian.  Melakukan proses pengawasan produktivitas terhadap aspek waktu dan

biaya proyek, termasuk juga dampak yang ditimbulkan.

 Melakukan pengawasan dan membuat persetujuan terhadap kemungkinan adanya revisi, perubahan, dan penyesuaian hasil perencanaan baik karena pertimbangan tertentu maupun atas permintaan owner demi hasil pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik.

(34)

23  Melakukan proses penelitian dan pemeriksaan terhadap hasil-hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan kontraktor di lapangan, baik dari segi waktu, mutu, dan biaya.

 Memberikan peringatan dan pengarahan kepada kontraktor jika terdapat penyimpangan teknis, rencana kerja, dan syarat-syarat (RKS) dalam proses pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

 Meminta penjelasan kepada kontraktor sehubungan rencana pekerjaan ataupun hasil-hasilnya demi kepastian pelaksanaan proyek.

 Menilai dan mensyahkan surat-surat berita acara laju pelaksanaan dan perkembangan (kemajuan) pekerjaan, berita acara penyerahan pekerjaan.

3. Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah pihak yang bergerak dalam bidang jasa, yang memiliki kemampuan untuk merancang, merencanakan atau memberikan konsultasi kepada pemilik bangunan sehingga tercipta suatu rancangan yang sesuai dengan keinginan pemilik. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan atau perseroan yang berbadan hukum.

Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku konsultan perencana adalah PT. Adhika Karsa Pratama. Konsultan perencana ini dibagi menjadi konsultan arsitektur dan konsultan struktur. Tugas dan wewenang dari konsultan arsitektur :

 Membuat rancangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari owner.  Memberikan konsultasi dan pertimbangan kepada owner mengenai

rancangan yang akan dibuat.

 Membuat gambar rancangan yang telah disepakati dengan sedetail mungki.

Sedangkan tugas dan wewenang dari konsultan struktur yaitu:  Memberikan konsultasi kepada konsultan arsitektur saat perencanaan

mengenai kekuatan konstruksi yang mungkin dapat diterapkan.  Memberikan masukan dan usulan mengenai konstruksi pendukung

(35)

24  Membuat revisi atas perencanaan sebelumnya jika ada yang tidak sesuai

dengan kondisi di lapangan.

 Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada pemberi tugas maupun pelaksana proyek tentang pelaksanaan pekerjaan.

 Menghadiri rapat-rapat teknis dan koordinasi agar bila ada perubahan-perubahan bisa cepat diketahui dan diantisipasi.

4. Kontraktor

Kontraktor adalah pihak yang menerima pekerjaan bangunan menurut biaya yang telah disepakati dan melaksanakannya sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat serta gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan.

Kontraktor berupa perseroan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan bangunan. Dalam pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku kontraktor adalah PT. Pembangunan Perumahan (Persero). Tugas dan wewenang dari kontraktor meliputi:  Menyiapkan sumber daya manusia dari tenaga ahli sampai dengan

mandor-mandor dan pekerja-pekerja dalam berbagai bidang pekerjaan.  Mempelajari gambar kerja dengan seksama dan melaporkan kepada

pengawas setiap ada perubahan.

 Menyediakan alat-alat yang dipergunakan, memperbaikinya apabila rusak dan jika pekerjaan telah selesai wajib menyingkirkan alat-alat tersebut dan membersihkan bekas-bekasnya.

 Menyusun dan memperhitungkan keperluan dana untuk membiayai pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan.

 Memperhitungkan syarat dan ketentuan dalam kontrak tentang bentuk, volume, mutu, dimensi dan lain-lainnya dari bagian-bagian pekerjaan.  Memilih dan menetapkan metode pelaksanaan konstruksi (MPK) yang

akan dipakai.

 Menyiapkan cash flow untuk pembiayaan pelaksanaan pekerjaan dan rencana-rencana pendanaan (funding plan) serta sistem pengendalian internal, baik bagiaspek keuangan maupun bagi operasional

pengendalian waktu dan mutu.

(36)

25 2.4.2. Struktur Organisasi Proyek

Gambar 2.4.1 Struktur Organisasi Proyek

Penjelasan masing-masing bagian struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab masing-masing divisi akan diberikan pada Bab X mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia

(37)

26

BAB III

PERENCANAAN DAN MANAJEMEN LOKASI KERJA

(SITE PLAN MANAGEMENT)

3.1. PENDAHULUAN

Sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu pekerjaan konstruksi, pekerjaan yang pertama harus dilakukan adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan ini, baik untuk proyek-proyek pembangunan gedung bertingkat, proyek pembangunan

airport, jembatan, jalan, pelabuhan, dermaga maupun proyek lainnya, secara umum

tidak banyak berbeda. Besar kecilnya, mudah atau sulitnya tergantung pada masing-masing proyek yang akan dikerjakan.

Pekerjaan persiapan harus direncanakan sebelum masa pelaksanaan suatu proyek konstruksi dan pada saat tender. Perencanaannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu hasil perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut.

Adapun pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain:

1. Perencanaan site plan

2. Perhitungan kebutuhan Sumber daya (listrik dan air) 3. Pembuatan shop drawing

4. Pengadaan material untuk pekerjaan persiapan 5. Mobilisasi peralatan

6. Pelaksanaan di lapangan

3.2. PERENCANAAN SITE PLAN

Perencanaan site plan pada prinsipnya adalah perencanaan tata letak atau lay

out dari fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan proyek.

Fasilitas-fasilitas yang dimaksud antara lain:

1. Kantor proyek / direksi keet 2. Gudang material dan peralatan

3. Base camp staf proyek dan barak pekerja 4. Los kerja besi dan kayu

5. Pagar proyek dan pintu gerbang 6. Jalan kerja

(38)

27 8. Lokasi pembuatan komponen precast (jika ada)

9. Cleaning pit 10. Pos jaga 11. Toilet 12. Parkir

13. Instalasi air bersih 14. Instalasi air kotor 15. Instalasi Listrik

Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan secara cermat penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan disain lay out proyek yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan. Namun demikian yang tetap harus dipertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan nantinya dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai dan dikembalikan ke gudang peralatan kontraktor. Adapun kondisi lahan terhadap tapak gedung yang akan dibangun disajikan pada gambar site plan

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan lay out fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek antara lain:

1. Menempatkan semua fasilitas proyek di luar dari bagian denah proyek yang akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu pelaksanaan proyek. Kecuali jika lahan terlalu sempit dan atau telah tersedia lahan area gedung (biasanya struktur basement) untuk dapat ditempati.

2. Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel beton dan lainnya, harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya, sehingga memudahkan penyimpanan dan pengambilannya.

3. Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca, seperti: semen maupun material finishing lainnya dalam gudang tertutup.

4. Menempatkan alat-alat berat seperti tower crane pada posisi strategis, agar dapat menjangkau seluruh area kerja yang diperlukan dengan tetap memperhatikan aspek kemudahan erection dan dismantling. Di

(39)

28 samping itu perlu juga untuk memperhatikan area lingkungan sekitar yang terlewati oleh jib TC.

5. Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar agar tidak menimbulkan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material maupun manuver alat-alat berat.

6. Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material.

7. Menempatkan pos jaga yang tepat sehingga memudahkan mengawasi seluruh kegiatan proyek.

8. Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika, namun tetap efisien.

9. Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh dari lokasi proyek.

Berdasarkan kondisi site yang akan terjadi karena penyelesaian tahap pekerjaan, maka site plan dapat dibuat dalam beberapa kondisi yaitu:

1. Kondisi pekerjaan substructure (struktur bawah) 2. Kondisi pekerjaan upperstructure

3. Kondisi pekerjaan finishing

Perencanaan site plan yang baik apabila perubahan site plan atas perubahan kondisi site tidak terlalu banyak dan efisien. Pada saat kerja praktek, site plan proyek sedang berada pada fase kondisi pekerjaan upperstructure

(40)

29 3.2.1. Kantor Proyek / Direksi Keet

Kantor proyek / direksi keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staf dari kontraktor, pengawas maupun pemilik proyek di lapangan yang dilengkapi dengan ruangan-ruangan kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, musholla, dan toilet. Besar kecilnya kantor proyek ini tergantung pada jenis proyek maupun jumlah staf yang bekerja.

Kantor konsultan dan kontraktor menggunakan keet standar dari PT. PP (Persero), Tbk yang dapat berupa container, Keet rakitan dari baja, maupun

temporary office yang berada di dalam basement. Hal tersebut tergantung dari

ketersediaan lahan. Secara prinsip terdapat tiga kondisi yang umum dijumpai yaitu pada saat pekerjaan substucture, upperstructure dan finishing /

landscape. Ketiga kondisi tadi membuat kondisi lahan yang juga berbeda.

Sehingga diperlukan perencanaan terhadap ketiga kondisi tersebut dengan tetap memperhatikan aspek-aspek penting lainnya seperti efisien dan efektifitas. Adapun lokasi kantor proyek dapat dilihat pada gambar site plan dan detil dari desain kantor dan contoh foto pelaksanaan dapat dilihat pada gambar dibawah.

(41)

30

Gambar 3.2.3 Denah lantai kantor

Gambar 3.2.4 Kantor tampak depan

3.2.2. Gudang Material dan Peralatan

Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca seperti semen dan material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup. Untuk itu, diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang. Sebagai tempat penyimpanan material, gudang harus memenuhi berbagai persyaratan. Kondisinya harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab.

(42)

31 Gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat ringan, seperti : vibrator, mesin genset portable, alat-alat pengukuran, alat-alat pekerjaan finishing serta berbagai komponen peralatan lainnya. Konstruksi gudang penyimpanan material dan peralatan dibangun seperti bangunan kantor proyek. Yakni dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali.

Gudang material dibuat dengan standar PT. PP (Persero), Tbk, terbuat dari rangka baja yang mudah dipasang dan dibongkar dengan cover terbuat dari plywood dan material seng.

3.2.3. Base camp staf proyek dan barak pekerja

Base camp proyek sering digunakan apabila proyek berada di luar kota. Tempat ini untuk menampung tim proyek sebagai tempat tinggal.

Barak pekerja merupakan bangunan tempat tinggal para pekerja. Barak pekerja ini dirancang dapat menggunakan sistem rakitan atau dengan rangka kayu, menyesuaikan kondisi yang ada. Lokasi barak pekerja dapat berada di dalam lokasi proyek maupun di luar, tergantung ketersediaan lahan, aspek keamanan atau permintaan pihak tertentu. Apabila tidak berada di lokasi proyek, maka barak pekerja harus berada sedekat mungkin dengan lokasi proyek untuk memudahkan pengawasan dan kelancaran proyek.

3.2.4. Los kerja besi dan kayu

Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu. Los kerja besi merupakan tempat pemotongan maupun pembengkokan besi beton sesuai gambar kerja (shop drawing) yang ada. Los kerja kayu digunakan sebagai tempat pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Bangunan untuk fasilitas ini biasanya dibuat lepas tanpa dinding (los) dan diberi penutup atap, agar para pekerja dapat bekerja dengan nyaman.

Los kerja ini ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi stok material dan direncanakan dalam satu flow fabrikasi besi maupun kayu yang dianggap paling efektif dan efisien dari aspek luas area yang dibutuhkan dan yang tersedia serta dari aspek efisiensi waktu fabrikasi dan perpindahan material besi dan kayu.

(43)

32 Los kerja untuk fabrikasi kayu adalah los kerja standar dari PT. PP (Persero), Tbk yang terbuat dari rangka baja yang mudah dipasang dan dibongkar dengan atap terbuat dari material seng. Adapun lokasi los kerja besi dan kayu pada pelaksanaan proyek ini dapat dilihat pada gambar siteplan dan detil dari disain los kerja besi dan kayu dapat dilihat dalam gambar dibawah.

Gambar 3.2.5 Foto area fabrikasi los kerja kayu dan besi pada lantai basement

3.2.5. Pagar Proyek dan Pintu Gerbang

Pembuatan pagar proyek dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi merupakan suatu keharusan. Hal tersebut, untuk menjamin keamanan kerja dalam lingkungan proyek. Karena fungsinya sebagai pengaman, maka pagar dibuat kokoh dan tidak mudah roboh.

Di samping itu, untuk keserasian dengan lingkungan sekitarnya, maka pagar proyek harus dicat dan diberi dekorasi secukupnya, sehingga terlihat lebih asri.

Konstruksi pagar proyek dibuat dengan menggunakan dinding seng dan didukung oleh tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut pengikat pada jarak tertentu. Sehingga, konstruksinya kuat sebagai pengaman proyek yang sedang dikerjakan.

Pagar proyek ini ditempatkan pada sisi yang membutuhkan. Apabila dalam suatu proyek telah ada bangunan existing yang dianggap dapat berfungsi sebagai pagar proyek dimana dinilai cukup kuat, maka pada area sisi tersebut tidak perlu dipasang pagar proyek. Pada kondisi tertentu saat site survey, pihak

(44)

33 pemilik sudah memasang pagar proyek. Pada kondisi ini maka pagar proyek oleh kontraktor sudah tidak perlu dipasang lagi, kecuali apabila ditemukan beberapa bagian dari pagar existing yang dianggap rusak dan perlu diganti.

Pintu gerbang terbuat dari pintu dengan standar dari PT. PP (Persero), Tbk. Gerbang terbuat dari rangka baja yang dengan mudah dipasang dan dibongkar, dengan cover dari material logam dengan penampilan standar dari PT. PP (Persero), Tbk.

Gambar 3.2.6 Foto gerbang masuk proyek

(45)

34 3.2.6. Jalan Kerja

Jalan kerja di lingkungan proyek, dibuat untuk jalur lalu-lintas kendaraan proyek, baik untuk truk material, truk mixer maupun mobilisasi alat-alat berat seperti mobile crane, tower crane, lift barang, dan lainnya.

Membuat jalan kerja ini, harus kuat walaupun bersifat sementara. Oleh karena itu, jalan kerja dibuat dengan suatu perkerasan berupa sirtu, aspal maupun beton dengan mutu minimal K-250 tanpa tulangan. Pemilihan design dari jalan kerja ini berdasarkan kondisi jalur jalan kerja. Apabila kondisi tanah permukaan cukup keras maka perkerasan tidak perlu dilakukan. Khusus untuk perkerasan jalan kerja berupa beton bertulang, maka metode pelaksanaan dapat dibuat dengan konvensional maupun precast.

Pada kondisi tidak akses sama sekali, maka jalan kerja dibuat dengan melintasi area struktur, biasanya pada struktur pelat lantai ground floor. Pada kondisi ini, dilakukan perhitungan-perhitungan untuk memastikan kemampuan struktur pelat lantai atas beban lalu lintas yang akan ada. Umumnya dilakukan perkuatan dengan memasang pipe support pada struktur pelat dan balok pada lokasi yang akan dijadikan jalur jalan kerja.

3.2.7. Penempatan Alat Berat TC, PH, lift barang dan alat ringan lainnya. Pada proyek-proyek konstruksi gedung bertingkat tinggi atau gedung bertingkat rendah dengan denah yang luas, diperlukan alat-alat berat untuk transportasi material, terutama untuk arah vertikal. Untuk sistem transportasi vertikal ini, tower crane dan lift barang marupakan alat transportasi yang sering digunakan pada proyek pembangunan gedung bertingkat.

Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vertikal

bahan-bahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, dan material lainnya. Penempatan tower crane, harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut, juga harus memperhitungkan beban maksimum yang mampu diangkatnya. Pada kondisi tertentu, penggunaan tower crane tidak dimungkinkan, maka digunakan mobile crane. Dapat pula digunakan kombinasi keduanya apabila diperlukan.

Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat adalah pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan telah

(46)

35 mencapai ketinggian tertentu. Pondasi tower crane berupa pondasi beton plat setempat dengan bored pile atau tiang pancang. Pondasi tower crane pada posisi tower crane di dalam gedung, memanfaatkan pondasi gedung yang akan dibangun. Sedangkan bracing menggunakan material baja yang diangkurkan ke struktur bangunan yang sudah jadi pada elemen struktur kolom maupun balok dan plat lantai.

Sementara itu, lift barang atau passanger lift merupakan alat transportasi vertikal untuk pengangkutan material pekerjaan finishing maupun tenaga kerja proyek. Konstruksi lift bahan dan penumpang ini, dibuat seperti pada tower crane yang meliputi pondasi struktur rangka untuk rail lift, diperkuat dengan bracing yang diangkur pada struktur bangunan yang sudah jadi.

Penggunaan alat-alat ringan seperti compressor, alat pengukuran,

scaffolding, pompa air dan lain-lain menyesuaikan kebutuhan proyek.

Gambar 3.2.8 Foto theodolith

(47)

36

Gambar 3.2.10 Foto Tower Crane

Gambar 3.2.11 Foto Mobil Mixer

(48)

37 3.2.8. Pos Jaga

Untuk pengawasan area proyek terhadap aspek keamanan, diperlukan pos keamanan. Semua pekerja yang akan masuk dan keluar harus melewati pos keamanan untuk diperiksa. Begitu juga dengan keluar masuk barang, harus melapor ke pos keamanan untuk dilakukan pencatatan. Pos keamanan juga harus mendata setiap tamu yang akan masuk dan keluar proyek.

Pos keamanan dibuat dengan elevasi lebih tinggi dari vincity untuk pengamatan yang luas dan lebih baik.

Gambar 3.2.13 Pos jaga keamanan

3.2.9. Toilet

Sebagai fasilitas sanitasi yang harus ada pada proyek diperlukan toilet. Toilet dibedakan disain dan lokasinya berdasarkan peruntukannya. Toilet untuk karyawan dan konsultan didisain berbeda dengan untuk pekerja. Toilet untuk karyawan dan konsultan ini ditempatkan sedekat mungkin dengan kantor. Sedangkan toilet untuk pekerja diletakkan berada di lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung.

Toilet dibuat dengan finishing keramik dan kloset dengan kualitas bagus. Tersedia juga bak air.

(49)

38

Gambar 3.2.14 Toilet direksi

3.2.10. Area Parkir

Untuk melindungi kendaraan karyawan dan tamu dari cuaca serta untuk kerapian dan kenyamanan, maka dibuat areal parkir pada lokasi proyek. Area parkir sebisa mungkin ditempatkan pada area yang teduh dengan tanah yang diberi perkerasan. Area parkir diatur sedemikian rupa agar terlihat rapi dimana kendaraan tersusun dengan baik.

Area parkir dengan kapasitas cukup dan dapat melindungi kendaraan dari hujan dan cuaca panas. Pada kondisi tertentu, area parkir tidak dilengkapi dengan pelindung namun tetap tersusun rapi. Area parkir sebisa mungkin dipisahkan antara parkir kendaraan roda dua dengan parkir kendaraan roda empat. Pada kondisi tertentu pula dimana lokasi proyek sangat sempit, area parkir ditempatkan di luar area proyek seperti di halaman dekat lokasi proyek, di jalan sebelah proyek dengan ijin pihak terkait atau yang lainnya. Disain dan foto area parkir dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(50)

39 3.2.11. Instalasi Air Bersih

Pada pelaksanaan proyek diperlukan air bersih untuk beberapa kebutuhan seperti air curing beton, perawatan beton sample test, pembersihan ban mobil, pekerjaan finishing, dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan instalasi air bersih.

Instalasi air bersih dapat berupa susunan tanki air, instalasi pipa dan pompa. Air bersih dapat berasal dari air tanah atau PDAM. Instalasi air bersih didisain sedemikian rupa sehingga rapi, efisien,dan tidak mengganggu aktifitas kegiatan proyek.

3.2.12. Instalasi Air Kotor

Pada pelaksanaan proyek sering terdapat air kotor atau air sisa atau air buangan seperti contoh air sisa curing, air sisa pekerjaan bored pile, air dari toilet, dan lain-lain. Adanya air buangan atau air kotor tersebut membutuhkan suatu instalasi air kotor di dalam proyek yang nantinya dialiri di saluran air kota dengan syarat mutu air buangan baku tertentu yang sesuai persyaratan pemerintah setempat.

Instalasi air kotor berupa pipa pembuangan, saluran pengendap atau penyaring dan saluran drainase yang menuju saluran kota. Drainase dibuat dengan saluran temporary dengan kemiringan dan debit untuk mengalirkan aliran permukaan ke drainase kota. Disain instalasi air kotor diusahakan tidak menggangu aktifitas proyek, terliaht rapi dan efisien.

3.2.13. Instalasi Listrik dan penerangan

Suatu proyek membutuhkan energi listrik dalam jumlah yang cukup besar. Kebutuhan tersebut terutama untuk menjalankan peralatan seperti tower

crane, passanger hoist, lampu penerangan, dan lain-lain. Agar proses tersebut

berjalan lancar maka dibutuhkan instalasi listrik dan penerangan yang memadai.

Sumber listrik berasal dari PLN dan didistribusikan ke lokasi proyek dan kantor. Instalasi listrik didisain sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, efisien, tidak membayakan, dan tidak menggangu aktifitas kegiatan proyek.

(51)

40 3.2.14. Traffic Management

Adanya aktifitas masuk dan keluar proyek berupa terutama material, memerlukan pengaturan khusus. Pengaturan tersebut dapat berupa penentuan pintu masuk dan pintu keluar, area manuver, area loading dan unloading material, area antrian, dan aturan-aturan lain. Pengaturan lalu-lintas tersebut disebut traffic management.

Traffic management sangat terkait dengan lalu lintas yang ada di luar

proyek dan lalu lintas yang diperkirakan terjadi di dalam proyek. Jumlah dan kondisi akses serta rute jalan kerja saling menentukan dalam perencanaan lalu-lintas di dalam proyek.

Pada lokasi proyek yang cukup luas, traffic management hanya fokus pada pengendalian lalu lintas sekitar proyek. Namun, apabila lokasi proyek sempit, maka pengaturan lalu lintas di dalam proyek menjadi lebih penting untuk diperhatikan.

Pada proyek ini, lokasi lahan proyek sangat sempit. Sehingga traffic

manajemen menjadi cukup penting. Pada gambar site plan ditunjukkan disain traffic manajemen untuk proyek ini.

Gambar

Gambar 2.4.1 Struktur Organisasi Proyek
Gambar 3.2.5 Foto area fabrikasi los kerja kayu dan besi pada lantai basement
Gambar 3.2.10 Foto Tower Crane
Gambar 3.2.14 Toilet direksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

procurement berbagai peralatan bangunan yang penting, agar kedatangannya di proyek tepat waktu dan sesuai dengan perjanjian pelaksanaan pekerjaanb. - Melakukan pengawasan

Seluruh pihak-pihak yang ada di dalam Proyek Pembangunan Hotel Ibis Style Candiland ini, mulai dari pemilik, pengawas, serta pelaksana terlibat secara aktif agar terwujudnya

Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang kesalahan teknis dalam pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor meminta toleransi kepada pihak

Ruang lingkup pekerjaan yang dilakukan pada pembangunan struktur pada proyek pembangunan Pusat Perbelanjaan Gelanggang Seni Dan Taman Rekreasi Icon Bali ini dimulai dari

Tesis ini dengan judul “Rencana Kerja Ulang Proyek Pembangunan Gedung dan Optimalisasi” (Studi Kasus Pelaksanaan Proyek Pembangunan Asrama Baru Lantai 5 Kantor LPPKS Indonesia).

15 BAB II DATA PROYEK 2.1 Proses Pelelangan Proyek Proses pelelangan adalah suatu proses kegiatan tawar menawar harga pekerjaan antara pihak owner dan pihak pelaksana sehingga

1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Selama kerja praktik di proyek pembangunan jalan tol, sebagai mahasiswa Teknik Geodesi akan terlibat dalam berbagai tugas yang terkait dengan pengukuran

Surat Perjanjian Kerjasama Renovasi & Pembangunan Infrastruktur adalah dokumen resmi yang mengatur kesepakatan antara pihak terlibat dalam proyek pembangunan dan renovasi infrastruktur, mencakup rincian tugas, jangka waktu, dan kewajiban