• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dan saran terhadap permasalahan yang penulis hadapi selama melaksanakan PKLM.

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Sejarah Umum UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan pajak dan pendapatan daerah di bawah naungan Biro Keuangan pada Sekretariat Wilayah tingkat 1 Sumatera Utara. Selanjutkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat 1 Sumatera Utara tentang Susunan dan Tata Cara Sekretariat Wilayah Daerah tingkat 1 Provinsi Sumatera Utara, maka Biro Keuangan ditingkatkan menjadi Direktorat Keuangan.

Dengan demikian, tentu bagian Pajak Pendapatan Daerah berubah menjadi Sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan. Dengan terbentuknya SK Gubernur Kepala Daerah tingkat 1 Sumatera Utara pada tanggal 21 Maret 1975, maka Sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi Direktorat Pendapatan Daerah. Pada tanggal 1 September 1975, keluarlah Surat Menteri Dalam Negeri No. KUPD 3/12/43 tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I dan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II, yang sebelumnya dibawah naungan Direktorat Pendapatan Daerah, yang namanya diubah menjadi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 31 Maret 1976 No.143/II/GSU dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Daerah Sumatera Utara (DPRDSU). Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.4 Tahun 1976.

Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas serta pelayanan kepada masyarakat, maka diperlukan pengembangan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I dengan membentuk cabang-cabang dinas. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Tingkat I Sumatera Utara terdapat di Kabupaten/Kotamadya tingkat II di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri KUPD 7/7/39-26 pada tanggal 31 Maret 1978, dibentuklah cabang Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Utara di seluruh Kabupaten/Kotamadya tingkat II di Sumatera Utara.

Kemudian berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri No.061/2743/S tanggal 22 November 1999 tentang Pemerintah Daerah, maka terhitung sejak tanggal keluarnya surat tersebut, nama Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara diubah menjadi “Dinas Pendapatan Provinsi”. Cabang Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara diubah juga menjadi ”Cabang Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara”.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan bermotor, maka pemerintah membentuk Penyelenggaraan Sistem Baru Pendaftaran Kendaraan Bermotor yang disebut “ SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP “ atau selanjutnya disingkat menjadi SAMSAT.

Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap adalah gabungan dari 3 instansi yang mempunyai objek dana kendaraan bermotor yang berdomisili di Sumatera Utara. Ketiga instansi tersebut adalah :

1. Kepolisian Daerah Sumatera Utara yaitu DITLANTAS POLDASU.

2. Pemerintah Daerah Sumatera Utara yaitu Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara (DISPENDA).

3. Departemen Keuangan yaitu PT.Jasa Raharja Cabang Utama Medan. Pembentukan SAMSAT ini adalah bertujuan untuk :

1. Meningkatkan Pendapatan Daerah Sumatera Utara melalui pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), khususnya di daerah Sumatera Utara.

2. Meningkatkan Pendapatan Daerah Sumatera Utara melalui penerimaan dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor dan penerimaan dari sektor BBNKB.

Dalam pengembangan dan optimalisasi pelayanan yang lebih luas kepada wajib pajak, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini telah membentuk 14 cabang daerah (Kabupaten/Kota) di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang tertera di dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 UPTD PROVINSI SUMATERA UTARA

NO. UNIT WILAYAH KERJA

1. UPTD Medan Utara Medan Barat, Medan Baru, Medan Helvetia, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Labuhan, Medan Belawan.

2. UPTD Medan Selatan Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Kota, Medan Amplas, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Deli Tua, Pancur Batu.

3. UPTD Binjai Kota Binjai dan Kabupaten Langkat.

4. UPTD Pematang Siantar Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.

5. UPTD Kisaran Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai. 6. UPTD Rantau Parapat Kabupaten Labuhan Batu.

7. UPTD Padang Sidimpuan Kabupaten Tapanuli Selatan. 8. UPTD Tebing Tinggi Kota Tebing.

9. UPTD Kabanjahe Kabupaten Karo.

10. UPTD Sibolga Kabupaten Sibolga dan Tapanuli Tengah. 11. UPTD Sidikalang Kabupaten Sidikalang

12. UPTD Gunung Sitoli Kabupaten Nias

13. UPTD Balige Kabupaten Toba Samosir. 14. UPTD Penyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

B. Struktur Organisasi UPT Medan Utara.

Struktur organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Struktur ini kemudian digambarkan dalam bagan organisasi atau diagram. Diagram ini akan memperlihatkan garis-garis besar hubungan antara fungsi-fungsi dalam organisasi, arus tanggung jawab dan wewenang. Dalam pengertian luas, dapat diartikan bahwa struktur organisasi itu tergantung pada tugas-tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh individu-individu dari kelompok, dalam mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Kantor UPT

Medan Utara menerapkan struktur lini dan staf. UPT Medan Utara dipimpin oleh seorang Kepala UPT, dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha. Kepala UPT secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah. UPT Medan Utara terdiri dari 5 seksi, yaitu Seksi Bagian Tata Usaha, Seksi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Seksi Pendapatan Lain-Lain (PPL), Seksi Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah/ Air Permukaan (ABT/APU), Seksi Retribusi, Seksi Pajak Angkutan Di Atas Air/ Bea Balik Nama Angkutan Di Atas Air (PA3/BBNA3), yang dapat dilihat dalam Gambar 2.1

Gambar 2.1

STRUKTUR ORGANISASI / UPT DIPENDA MEDAN UTARA Ka. UPT Kasubag Tata Usaha Kasi PKB Kasi PLL Kasi ABT / APU Kasi Ratribusi Kasi PA3 /BBNA3

C. URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1. Kepala Unit Pelaksana Teknis

Tugas dan Fungsi :

1. Melaksanakan koordinasi, kerja sama dengan pihak terkait, pembinaan pengendalian teknis dan evaluasi penggalian potensi, pemberdayaan potensi dan pemungutan Sumber Pendapatan Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masing-masing. 3. Menyempurnakan konsep standar-standar pendapatan potensi,

pengadministrasian dan pengutipan dan pelaporan hasil PKB, PKDA, Pajak ABT/APU, Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain.

2. Seksi Sub Bagian Tata Usaha Tugas dan Fungsi :

1. Menyimpan surat-surat yang berhubungan dengan bidang tugas Sub Bagian Tata Usaha dan surat-surat dari seksi lainnya yang telah selesai diproses.

2. Mencatat dalam pembukuan pemasukan yang telah ditentukan inventaris dan Alat Tulis Kantor (ATK).

3. Seksi Pajak Kendaraan Bermotor. Tugas dan Fungsi :

1. Menghubungi penunggak Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Kendaraan Bermotor (BBNKB) dengan surat.

2. Membuat laporan pembayaran penunggakan PKB dan BBNKB dengan surat.

3. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Unit sesuai dengan bidangnya.

4. Seksi Pendapatan Lain-Lain Tugas dan Fungsi :

1. Menerima laporan bulanan dari seksi yang mengelola PAD dan melaporkannya kepada UPT.

2. Menerima, menyalurkan dan mempertanggungjawabkan SPT dan Materai Leges jalur SAMSAT.

3. Menyelenggarakan koordinasi dan optimalisasi pendapatan lain-lain dn setoran laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

5. Seksi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Umum (ABT/APU)

Tugas dan Fungsi :

1. Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul/ pengajuan keberatan dari Wajib Pajak mengenai Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Umum (ABT/APU) dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (PBB-KB).

2. Membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan dan denda pajak pengambilan dan pemanfaatan ABT/APU sesuai standar yang ditetapkan.

3. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang teknisnya.

6. Seksi Retribusi Tugas dan Fungsi :

1. Menyempurnakan dan menyusun konsep standar teknis retribusi bagi hasil pajak dan bukan pajak, pembukuan, dan pelaporannya.

2. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data/bahan untuk penyempurnaan dan penyusunan jenis retribusi, teknis pemungutan dan tata administrasi retribusi, sosialisasi standar yang ditetapkan serta penetapan target retribusi.

3. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala, sesuai dengan bidang teknisnya.

7. Seksi Pajak Angkutan Di Atas Air/Bea Balik Nama Angkutan Di Atas Air (PA3/BBNA3)

Tugas dan Fungsi :

1. Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul/pengajuan keberatan dari WP mengenai Pajak Angkutan Di Atas Air dan Bea Balik Nama Angkutan di Atas Air (PA3/BBNA3), sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku.

2. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Memberikan laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Unit sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Gambar 2.2

STRUKTUR ORGANISASI DIPENDA SUMATERA UTARA Kepala Dinas

Wkl. Kepala Dinas

Fungsional Bagian Tata Usaha

Subbag Keu Subbag UmKap Subbag Kepeg Subbag org.hkim Subdis Binram Seksi Perencanaan & Pengembangan Seksi Penyuluhan Seksi Evaluasi &

Monitoring Subdis PKB /KAA Seksi Teknis Perpajakan Seksi Sengketa Pjk & Keberatan Seksi Pembukuan & Pelaporan Subdis Pjk ABT/APU & PBB-KB Seksi Teknis Perpajakan lain-lain Seksi Sengketa Pjk & Keberatan Seksi Pembukuan & Pelaporan Subdis Dalbin Seksi Pengendalian Keu &Material Seksi Pengendalian Aparat Plks Seksi Pembinaan Teknis Adm Pemdapatan Subdis Ret /PLL Seksi Teknis Retribusi

Seksi Bagi hasil Pjk/Bukan Pajak Seksi penerimaan lain-lain Seksi Pembukuan & Pelaporan UPT MEDAN UTARA UPT MEDAN SELATAN UPT

BINJAI SIANTAR UPT P. KISARAN UPT

UPT RANTAU PRAPAT UPTP. SIDEMPUAN UPT. SIDIKALANG UPT. TEBING TINGGI UPTKAB ANJAHE

UPT. UPT UPT.

BALIGE

UPT.PENYAB UNGAN

BAB III

URAIAN TEORITIS DAN

GAMBARAN DATA PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

A. URAIAN TEORITIS 1. Pengertian Pajak

Pengertian Pajak menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Para ahli dalam bidang bidang perpajakan memberikan defenisi yang berbeda-beda mengenai pengertian pajak. Namun demikian, berbagai defenisi tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama.

Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, mengatakan Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang secara langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk pembayaran pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2002:2)

Proof. Dr. Soeparman Soemahamidjaja, mengatakan Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, gunanya untuk menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Mardiasmo, 2002:2)

P.J.A Adriani, mengatakan Pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib pajak dan wajib membayarnya menurut prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan), Maka dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut :

c) Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23 A yang menyatakan pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara yang diatur dalam Undang-Undang.

d) Tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaran bermotor.

e) Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

f) Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi kas Negara (anggaran Negara) yang diperlukan untuk menutup pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur regulerend).

2. Fungsi Pajak.

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pandapatan Negara untuk membiayai pendapatan Negara untuk membiayai pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal di atas, maka pajak mempunyai beberapa fungsi yakni :

a. Fungsi Anggaran (budgeter)

Yaitu pajak sebagai alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas Negara. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah baik yang bersifat rutin maupun pembangunan, negara membutuhkan biaya dan biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat, dan ini diharapkan dari sektor pajak.

b. Fungsi Mengatur (regulerend)

Yaitu pajak sebagai alat pengatur kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi dan konsumsi, perdagangan dan perkembangan harga, dalam hal ini meliputi :

1) Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka mengiringi penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri. 2) Untuk mengendalikan inflasi, misalnya pajak penjualan untuk barang

kebutuhan akan diberikan keringanan, sedangkan pajak atas barang mewah ditetapkan dengan tarif yang mahal.

3) Sebagai alat pendapatan nasional, khususnya kekayaan yang lebih merata di masyarakat. Menurut kebijaksanaan ini, pemerintah mengenakan pajak yang lebih tinggi pada golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi. c. Fungsi Stabilitas.

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

3. Asas Pemungutan Pajak.

Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, ahli yang mengemukakan tentang asas pemungutan pajak, antara lain :

a. Menurut Adam Smith, dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal ”the four maxim”, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut :

1. Asas Equality (Asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan). Pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak, Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib.

2. Asas Certainly (Kepastian Hukum). Semua pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi huku m.

3. Asas Confidience of Payment (Asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan). Pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya di saat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau di saat wajib pajak menerima hadiah. 4. Asas Effeciency (Asas efisien atau asas ekonomis). Biaya pemungutan

pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai Negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh Negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah :

1. Asas Domisili atau asas tempat tinggal. Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. 2. Asas Sumber. Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang

wajib pajaknya. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia, maka dari penghasilan yang diperoleh dari Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.

3. Asas Kebangsaan. Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara. Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal.

4. Jenis-jenis Pajak

Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat terdiri dari beberapa jenis yang pembagiannya dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain :

1. Menurut Golongannya.

a) Pajak Langsung adalah pajak yang dipungut secara periodik menurut kohir (daftar piutang pajak), yang pembebanannya langsung kepada wajib pajak , tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, contohnya Pajak Penghasilan.

b) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pengenaannya atau pembebanannya dapat dilimpahkan kepada orang lain, contohnya PPN dan Bea Materai.

2. Menurut Lembaga Pemungutnya

a) Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan yang digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, contohnya Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPnBm).

b) Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah menurut Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, bahwa Pajak Daerah adalah iuran wajib yang langsung dilakukan orang pribadi atau badan kepada daerah, tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak Daerah dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Kriteria Pajak Daerah :

Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak secara umum. Yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak Pusat yang memungut adalah pemerintah pusat, sedangkan Pajak Daerah yang memungutnya adalah pemerintah daerah. Kriteria Pajak Daerah secara spesifik diuraikan oleh K.J Davey (1998) dalam bukunya Financing Regional Government, yang terdiri dari 4 (empat) hal yaitu :

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah sendiri.

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat, tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah.

3. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemeritah daerah. 4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat,

tetapi hasil pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah. Dari kriteria pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian Pajak Daerah tersebut terdiri dari pajak yang ditetapkan dan atau dipungut di wilayah daerah dan bagi hasil dengan pemerintah pusat, dalam literatur pajak dan public finance. Pajak dapat diklasifikasikan berdasarkan golongan, wewenang, sifat, dan lain sebagainya. Pajak Daerah termasuk klasifikasi pajak menurut wewenang pemungutnya. Selanjutnya, Pajak Daerah ini dapat diklasifikasikan kembali menurut wilayah pemungutnya, maka Pajak Daerah dapat dibagi menjadi :

1. Pajak Provinsi, yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air (BBNKBKAA), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), dan Pajak Pengambilan Air Bawah Tanah dan Air Pemukaan (PPABTAP). 2. Pajak Kotamadya/Kabupaten, yang terdiri dari Pajak Restoran, Pajak

Penerangan Jalan, Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C.

Karena untuk laporan akhir, penulis akan membahas masalah Pajak Kendaraan Bermotor. Maka, penulis akan menjelaskan tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

5. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak yang dikenakan terhadap kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor . Kendaraan bermotor adalah

semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya, yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknis berupa motor atau peralatan lainnya, yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak.

6. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Secara umum yang disebut sebagai Subjek Pajak bagi pajak daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak. Berkaitan dengan pajak kendaraan bermotor, maka yang disebut subjek pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Pengertian memiliki berarti orang yang bersangkutan mempunyai hak sepenuhnya atas kepemilikan dan penggunaan atau pemanfaatan dari kendaraan tersebut. Sedangkan menguasai kendaraan berarti orang yang bersangkutan hanya dapat memanfaatkan dan menggunakan saja kendaraan bermotor tersebut tanpa memiliki.

Subjek pajak akan menjadi wajib pajak apabila yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah sebagai wajib pajak daerah. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Wajib Pajak Kendaraan Bermotor diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang terutang, ternasuk dalam pengertian wajib pajak ini adalah pemungut atau pemotong pajak.

7. Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Objek pajak adalah sesuatu yang dapat dijadikan sasaran pengenaan pajak. Sesuatu tersebut dapat berupa keadaan, perbuatan dan peristiwa. Karena pajak

kendaraan bermotor termasuk pajak objektif atau kebendaan, maka yang menjadi objek pajaknya adalah keadaan benda tersebut. Dengan demikian yang dimaksud objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh orang pribadi atau badan.

8. Bukan Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Dikecualikan sebagai objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh :

a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

b. Kedutaan, Konsulat Perwakilan Negara Asing, dan Perwakilan Lembaga-Lembaga Internasional dengan asas timbal balik.

c. Subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah, seperti pabrikan atau importir yang semata-mata disediakan untuk dipamerkan atau tidak untuk dijual.

9. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan pajak merupakan ukuran atau pengakuan nilai tertentu yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak. Nilai yang menjadi dasar pengenaan pajak

Dokumen terkait