LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
TENTANG
MEKANISME PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU
ATAP (SAMSAT) MEDAN UTARA
O
L
E
H
MARTHA S NAIBAHO NIM : 072600043
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Pertama sekali, penulis ingin mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan
yang maha baik,Yesus Kristus buat berkat, kasih serta rahmat-Nya yang begitu besar
dan luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik
serta dapat mengatasi segala kendala-kendala yang penulis hadapi, baik dalam
penulisan maupun dalam pelaksanaannya di lapangan. Terima kasih ya Allah atas
kehidupan yang begitu indah dan berwarna yang dapat penulis rasakan hingga saat
ini, terima kasih Yesus buat keluarga dan teman-teman yang begitu sayang kepada
penulis. Segala hormat serta kemuliaan bagi-Mu di tempat Yang Maha Tinggi.
Adapun tugas akhir penulis yang berjudul “Mekanisme Pengenaan Pajak
Kendaraan Bermotor Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara”. Penulis sangat tertarik pada judul ini, karena menurut penulis, hingga saat ini kendaraan bermotor tidak bisa lepas dari kehidupan
masyarakat. Pajak kendaraan bermotor adalah salah satu objek yang memberikan
sumbangan yang cukup besar dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dari hasil pendapatan pajak kendaraan bermotor tersebut dimasukkan ke kas daerah,
yang dapat digunakan untuk membiayai fasilitas-fasilitas yang berguna untuk
masyarakat umum, terutama kepada pemilik kendaraan bermotor tersebut.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis didukung oleh orang-orang
yang berjasa di sekitar penulis. Maka, penulis ingin mengucapkan terima kasih
1. Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara dan Drs. Humaizi, MA
selaku Pembantu Dekan I.
2. Drs. M. H. Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Diploma
(PRODIP) III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Bapak Drs. Rasyudin Ginting, M.Si selaku dosen pembimbing penulis.
Terima kasih ya pak atas bimbingannya.
4. Kepada para Dosen yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama
masa perkuliahan.
5. Kepada Bapak Hj. Syaiful Bahri, SH selaku Kepala UPT Dipenda Medan
Utara, Ibu Hj. Zubaidah, SE selaku Kasubag Tata Usaha UPT Dipenda Medan
Utara yang memberikan izin riset kepada penulis, serta bang Ali Aman
Saragih, SH. terima kasih ya bang buat bantuannya yang begitu besar ketika
penulis melakukan riset di Kantor SAMSAT Medan Utara.
6. Buat orang tuaku tersayang. My mother, you are the best mom in the world.
Terima kasih buat doa, dukungan, cinta, perhatian, dan kasih sayangmu yang
begitu besar. Buat ayah yang paling kusayangi, ayah adalah pemimpin terbaik
dalam hidupku. Terima kasih untuk tetap menjadi yang terbaik yang ayah
bisa. I love u so much,you are the best thing in my life.
7. Buat saudara-saudaraku terkasih keluarga Naibaho yakni Kristina, Budi,
Rinaldi, Asri, dan Romual. Juga bang Rinaldi Hutauruk, terima kasih ya buat
8. Buat sahabat-sahabatku yang tercinta Eflin, Elfrida, Joel, Utari, you are the
best friend that i have. Teman-teman yang tidak akan terlupakan Madelisa,
Lenta, Santa, Mega, Sinar, Naiza dll. Teman seperjuangan menyusun tugas
akhir Isabrina dan buat bang Stevan pemimpin kelompok kecil Light of sun,
terima kasih ya bang buat doa dan smangatnya.
9. Buat semua teman-temanku di kelas A, yang namanya tidak dapat disebutkan
satu persatu terima kasih ya buat dukungannya, penulis tidak akan pernah lupa
sewaktu kita belajar bersama-sama. Semoga semua yang kita cita-citakan
dapat terkabul, Amin.
10.Buat semua yang mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini, masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sekalian demi perbaikan di masa yang
akan datang.
Medan, Juni 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang ... 1
B. Tujuan dan manfaat ... 4
C. Ruang Lingkup ... 7
D. Metode Praktik Kerja Lapangan... 7
E. Metode Pengumpulan Data ... 8
F. Sistematika Penulisan Laporan ... 9
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM ... 11
A. Sejarah Umum UPT Medan Utara ... 11
B. Struktur Organisasi UPT Medan Utara ... 14
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi... 16
BAB III URAIAN TEORITIS DAN GAMBARAN DATA ... 20
A. Uraian Teoritis ... 20
1. Pengertian Pajak ... 20
2. Fungsi Pajak ... 22
3. Asas Pemungutan Pajak Pajak ... 23
4. Jenis-jenis Pajak ... 25
5. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor ... 27
7. Objek Pajak Kendaraan Bermotor ... 28
8. Bukan Objek Pajak Kendaraan Bermotor ... 29
9. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor ... 29
10.Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ... 31
11.Saat Terutang Pajak, Masa Pajak, dan Wilayah Pemungutan PKB ... 31
12.Pendaftaran Kendaraan Bermotor ... 32
13.Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor ... 33
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 42
A. Realisasi Penerimaan PKB pada UPT Medan Utara ... 42
B. Faktor Pendukung Pencapaian Target Penerimaan PKB di UPT Medan Utara .... 44
C. Upaya UPT Medan Utara dalam meningkatkan penerimaan PKB ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
A. Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Provinsi Sumatera Utara ... 13
Tabel 3.1 Perbandingan dan Target PKB/BBNKB Pada UPT Medan Utara... 39
Tabel 4.1 Analisis Penerimaan PKB/BBNKB Pada UPT Medan Utara ... 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPT Medan Utara ... 15
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dipenda Sumatera Utara ... 19
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Sebagai daerah otonom, maka daerah berhak untuk mengurus rumah
tangganya sendiri, berdasarkan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
aspirasi masyarakatnya. Hal ini memberikan dampak, dimilikinya sejumlah
kewenangan bagi daerah sebagai wujud nyata dari otonomi yang dimiliki oleh
daerah. Pelaksanaan kewenangan tersebut harus dilakukan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sehingga masing-masing daerah disamping
mengakomodasikan kepentingan daerahnya sendiri, juga dapat mengakomodasikan
kepentingan yang lebih luas bagi daerah lainnya maupun secara nasional.
Daerah provinsi juga memiliki kewenangan sebagaimana layaknya daerah
otonom, sehingga daerah provinsi dapat melakukan prakarsa sendiri untuk
kepentingan masyarakatnya. Kewenangan untuk melakukan prakarsa sendiri harus
diterjemahkan bahwa daerah provinsi memiliki kewewenangan dan kemampuan
untuk mendefenisikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Dengan
demikian, disamping kewenangan-kewenangan yang secara inisiatif diberikan oleh
pemerintah pusat kepada daerah provinsi, maka apabila masyarakat menghendaki dan
membutuhkan, kewenangan tersebut dapat dikembangkan.
Demikian pula halnya dengan kewenangan daerah provinsi untuk memungut
pajak daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah. Maka kebutuhan dan
dimana hal ini harus difasilitasi oleh daerah provinsi. Untuk dapat memberikan
fasilitas tersebut, maka kewenangan daerah provinsi harus melakukan prakarsa
sendiri berdasarkan kebutuhan masyarakatnya, agar masyarakat mendapat banyak
keuntungan.
Konsep otonomi sebagaimana disebutkan di atas memberikan warna kegiatan
pembangunan di daerah, terutama pembangunan di bidang ekonomi. Namun perlu
diingat bahwa kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di
bidang ekonomi pada dasarnya bersifat stimulan untuk memacu kegiatan ekonomi
dalam masyarakat. Pada akhirnya, maka pemerintah daerah berfungsi sebagai
fasilitator.
Salah satu objek yang memberikan sumbangan yang cukup besar dalam
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak kendaraan bermotor. Pajak
kendaraan bermotor adalah pajak yang dikenakan terhadap kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan
beroda dua atau lebih, serta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat,
dan digerakkan oleh peralatan teknis berupa motor dan peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak
kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak.
(Suandy, 2002:262)
Dengan adanya praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) ini, mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui mekanisme pengenaan pajak kendaraan bermotor, serta
lapangan mandiri ini juga dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi
mahasiswa, karena dengan kegiatan tersebut mahasiswa lebih memahami dunia kerja.
Dalam mekanisme pengenaan pajak kendaraan bermotor, terdapat suatu
konsep yang berguna untuk mengatur besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh
si pemilik kendaraan bermotor. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis
kendaraan bermotor yang ditentukan. Jenis-jenis kenderaan yang dimaksud adalah :
a) Jenis kendaraan darat, contohnya : truk,sedan,sepeda motor,bus,dll.
b) Jenis kendaraan air, contohnya : boat,kapal penumpang (ferry),dll.
Kendaraan bermotor tersebut di atas, dikenakan pajak kendaraan bermotor karena
bertenaga mesin . Maka jenis kendaraan yang menggunakan motor wajib dikenakan
pajak kendaraan bermotor dan hasil pendapatan dari pajak kendaraan bermotor
tersebut, dimasukkan ke dalam pendapatan daerah yang digunakan untuk
pembangunan fasilitas-fasilitas yang berguna bagi masyarakat umum,terutama
pemilik kendaraan bermotor tersebut.(Suandy,2002:265)
Prosedur-prosedur yang harus dilakukan dalam mekanisme pengenaan pajak
kendaraan bermotor tersebut adalah :
a) Pemilik kendaraan bermotor tersebut harus membayar pajak kendaraan
bermotor dengan jumlah yang sudah ditetapkan oleh Kantor SAMSAT, sesuai
dengan jenis kendaraan bermotor setiap tahunnya.
b) Apabila pemilik kendaraan bermotor terlambat ataupun tidak membayar pajak
tersebut sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, maka pemilik
kendaraan tersebut akan dikenakan sanksi ataupun denda sesuai dengan
c) Pemilik diwajibkan untuk mengurus surat-surat penting kepemilikan
kendaraan bermotor seperti : STNK, SIM, dan lain-lain sebagai syarat-syarat
dalam penggunaan kendaraan bermotor untuk kehidupan sehari-hari.
Untuk melaksanakan mekanisme pengenaan pajak kendaraan bermotor,
pemerintah tidaklah selalu berhasil, karena sering terjadi kendala atau masalah seperti
banyaknya pemilik kendaraan bermotor yang tidak taat pajak dan adanya kepemilikan
kendaraan secara tidak sah (ilegal).
Selain masyarakat, kadang-kadang pemerintah juga mengalami masalah yaitu
dengan adanya kenaikan pajak kenderaan bermotor dari tahun ke tahun akibat krisis
moneter yang terjadi di Indonesia.
Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM), dengan mengambil judul tentang “MEKANISME
PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) MEDAN UTARA”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). 1. Tujuan PKLM
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :
a) Untuk mengetahui mekanisme (tatacara) pengenaan pajak bermotor di
Kantor SAMSAT Medan Utara.
b) Untuk mengetahui perkembangan target dan realisasi penerimaan pajak
c) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor SAMSAT
Medan Utara dalam hal pajak kendaraan bermotor.
d) Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak
kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Medan Utara.
2. Manfaat PKLM
a) Bagi Mahasiswa.
1. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang diperoleh di perkuliahan, khususnya
di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU), ke
dalam permasalahan yang dihadapi dalam PKLM di Kantor SAMSAT
Medan Utara, dan ikut bergabung langsung sekaligus berperan serta ke
dalam lingkungan kerja di instansi tersebut.
2. Mempelajari keahlian dan perilaku baru, meningkatkan komunikasi dan
pendekatan serta menerapkan (mempraktikkan) ilmu yang didapat di
bangku perkuliahan di dalam suatu pekerjaan yang sebenarnya.
3. Memperbaiki sikap dalam hal kedisiplinan dan tanggung jawab dalam
melaksanakan pekerjaan.
4. Memberikan pengalaman secara langsung kepada mahasiswa terhadap
situasi dunia kerja.
5. Mengembangkan cara berpikir dan bertindak, serta meningkatkan daya
b) Bagi Kantor SAMSAT Medan Utara.
1. Sebagai sarana untuk membina hubungan baik dengan Universitas
Sumatera Utara, khususnya Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan USU.
2. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam
meningkatkan kualitas SDM.
3. Dengan dilaksanakannya PKLM, bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya
terhadap instansi tersebut, baik berupa kritik maupun saran yang bersifat
membangun, sehingga menjadi sumber masukan dan meningkatkan
kinerja yang baik di lingkungan instansi tersebut, khususnya dalam
penanganan pajak kendaraan bermotor.
c. Bagi Program Studi DIII Administrasi Perpajakan FISIP USU. 1. Meningkatkan hubungan kerja sama FISIP USU dengan Kantor SAMSAT
Medan Utara.
2. Mempromosikan sumber daya manusia Universitas, khususnya di
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan USU.
3. Membuat interaksi antara dosen dengan instansi pemerintah yang
bersangkutan, dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan
yang diterima mahasiswa melalui PKLM.
4. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
C. Ruang Lingkup PKLM
Adapun ruang lingkup PKLM yaitu :
1. Prosedur ataupun tata cara perhitungan pajak kendaraan bermotor.
2. Informasi data-data pajak kendaraan bermotor yang telah terbayar melalui unit
teknis dinas pendapatan Medan Utara di Ka.Seksi pajak kendaraan bermotor.
3. Realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor, yang informasinya dapat
diperoleh di Ka.Seksi pajak kendaraan bermotor.
4. Faktor pendukung dan upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor SAMSAT
Medan Utara dalam meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor..
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun metode yang digunakan penulis dalam praktik kerja lapangan mandiri
(PKLM) ini adalah :
1. Tahap persiapan
Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari
pengajuan judul, menentukan judul, pemilihan objek dan lokasi PKLM di
Kantor SAMSAT Medan Utara, mencari bahan untuk pembuatan laporan
hingga melakukan konsultasi dengan pihak jurusan dan dengan dosen
pembimbing serta penyusunan proposal PKLM.
2. Studi Literatur (Kepustakaan)
Penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber bacaan berupa
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan observasi lapangan di lokasi PKLM yaitu di Kantor
SAMSAT Medan Utara selama kurang lebih satu bulan..Dalam observasi ini
penulis memberikan surat pengantar untuk melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) dan melakukan pengamatan terhadap data yang
diperlukan penulis.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data dan informasi yang relevan dengan
objek PKLM. Data tersebut dapat berupa data primer yang diperoleh dari pihak
yang berkompeten mengenai pajak kendaraan bermotor, melalui wawancara dan
pengamatan, serta data sekunder yang diperoleh dari data-data dokumentasi
untuk menunjang keberhasilan dari topik yang akan dibahas, dalam hal ini data
yang bersumber dari buku, Undang-Undang, serta referensi yang diperoleh dari
Kantor SAMSAT Medan Utara.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data-data mengenai
mekanisme pengenaan pajak kenderaan bermotor.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data berupa :
1. Daftar Pertanyaan ( Interview Guide )
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung terhadap pihak
Kantor SAMSAT Medan Utara, yang dianggap mampu memberikan masukan
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Dalam mencari data dan informasi sebagai bahan penelitian ini, penulis
melakukan pengamatan secara langsung atas kegiatan yang dilakukan di
kantor SAMSAT Medan Utara, untuk melihat dan mengetahui berbagai
fenomena yang akan dihadapi dalam melaksanakan PKLM .
3. Daftar Dokumentasi ( Optional Guide )
Daftar dokumentasi dapat berupa struktur organisasi Kantor SAMSAT Medan
Utara dan dokumentasi yang lain sebagai pelengkap dari laporan PKLM ini.
F. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun sistematika penyusunan laporan PKLM ini adalah :
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang masalah PKLM,
tujuan dan manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode
pengumpulan data serta sistematika penulisan PKLM.
BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Dalam bab ini penulis menjelaskan gambaran secara umum lokasi PKLM
yaitu Kantor SAMSAT Medan Utara, menguraikan berbagai fenomena yang
terjadi, alternatif pemecahan masalah, struktur organisasi, serta data-data yang
diperoleh dari Kantor SAMSAT Medan Utara.
BAB III: GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan cara sistematika tentang setiap bidang
BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan
evaluasi terhadap data-data yang berhubungan dengan judul laporan PKLM.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dan saran terhadap
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
A. Sejarah Umum UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurusi
pengelolaan pajak dan pendapatan daerah di bawah naungan Biro Keuangan pada
Sekretariat Wilayah tingkat 1 Sumatera Utara. Selanjutkan berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat 1 Sumatera Utara tentang Susunan dan
Tata Cara Sekretariat Wilayah Daerah tingkat 1 Provinsi Sumatera Utara, maka Biro
Keuangan ditingkatkan menjadi Direktorat Keuangan.
Dengan demikian, tentu bagian Pajak Pendapatan Daerah berubah menjadi
Sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan. Dengan
terbentuknya SK Gubernur Kepala Daerah tingkat 1 Sumatera Utara pada tanggal 21
Maret 1975, maka Sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah ditingkatkan
menjadi Direktorat Pendapatan Daerah. Pada tanggal 1 September 1975, keluarlah
Surat Menteri Dalam Negeri No. KUPD 3/12/43 tentang pembentukan Dinas
Pendapatan Daerah Tingkat I dan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II, yang
sebelumnya dibawah naungan Direktorat Pendapatan Daerah, yang namanya diubah
menjadi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.
Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara
Daerah Sumatera Utara (DPRDSU). Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat
I Sumatera Utara No.4 Tahun 1976.
Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas serta pelayanan kepada
masyarakat, maka diperlukan pengembangan organisasi Dinas Pendapatan Daerah
Tingkat I dengan membentuk cabang-cabang dinas. Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Tingkat I Sumatera Utara terdapat di Kabupaten/Kotamadya tingkat II di
Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri KUPD
7/7/39-26 pada tanggal 31 Maret 1978, dibentuklah cabang Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Utara di seluruh Kabupaten/Kotamadya tingkat II di Sumatera Utara.
Kemudian berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri No.061/2743/S tanggal
22 November 1999 tentang Pemerintah Daerah, maka terhitung sejak tanggal
keluarnya surat tersebut, nama Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara
diubah menjadi “Dinas Pendapatan Provinsi”. Cabang Dinas Pendapatan Daerah
Tingkat I Sumatera Utara diubah juga menjadi ”Cabang Dinas Pendapatan Provinsi
Sumatera Utara”.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan
bermotor, maka pemerintah membentuk Penyelenggaraan Sistem Baru Pendaftaran
Kendaraan Bermotor yang disebut “ SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL
SATU ATAP “ atau selanjutnya disingkat menjadi SAMSAT.
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap adalah gabungan dari 3 instansi
yang mempunyai objek dana kendaraan bermotor yang berdomisili di Sumatera
1. Kepolisian Daerah Sumatera Utara yaitu DITLANTAS POLDASU.
2. Pemerintah Daerah Sumatera Utara yaitu Dinas Pendapatan Daerah Sumatera
Utara (DISPENDA).
3. Departemen Keuangan yaitu PT.Jasa Raharja Cabang Utama Medan.
Pembentukan SAMSAT ini adalah bertujuan untuk :
1. Meningkatkan Pendapatan Daerah Sumatera Utara melalui pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBN-KB), khususnya di daerah Sumatera Utara.
2. Meningkatkan Pendapatan Daerah Sumatera Utara melalui penerimaan dari
sektor Pajak Kendaraan Bermotor dan penerimaan dari sektor BBNKB.
Dalam pengembangan dan optimalisasi pelayanan yang lebih luas kepada
wajib pajak, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini telah
membentuk 14 cabang daerah (Kabupaten/Kota) di wilayah Provinsi Sumatera Utara
yang tertera di dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 UPTD PROVINSI SUMATERA UTARA
NO. UNIT WILAYAH KERJA
1. UPTD Medan Utara Medan Barat, Medan Baru, Medan Helvetia,
Medan Perjuangan, Medan Tembung,
Medan Labuhan, Medan Belawan.
2. UPTD Medan Selatan Medan Maimun, Medan Polonia, Medan
Kota, Medan Amplas, Medan Selayang,
3. UPTD Binjai Kota Binjai dan Kabupaten Langkat.
4. UPTD Pematang Siantar Kota Pematang Siantar dan Kabupaten
Simalungun.
5. UPTD Kisaran Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai.
6. UPTD Rantau Parapat Kabupaten Labuhan Batu.
7. UPTD Padang Sidimpuan Kabupaten Tapanuli Selatan.
8. UPTD Tebing Tinggi Kota Tebing.
9. UPTD Kabanjahe Kabupaten Karo.
10. UPTD Sibolga Kabupaten Sibolga dan Tapanuli Tengah.
11. UPTD Sidikalang Kabupaten Sidikalang
12. UPTD Gunung Sitoli Kabupaten Nias
13. UPTD Balige Kabupaten Toba Samosir.
14. UPTD Penyabungan Kabupaten Mandailing Natal.
B. Struktur Organisasi UPT Medan Utara.
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan antara
individu-individu dalam suatu kelompok. Struktur ini kemudian digambarkan dalam
bagan organisasi atau diagram. Diagram ini akan memperlihatkan garis-garis besar
hubungan antara fungsi-fungsi dalam organisasi, arus tanggung jawab dan wewenang.
Dalam pengertian luas, dapat diartikan bahwa struktur organisasi itu tergantung pada
tugas-tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh
Medan Utara menerapkan struktur lini dan staf. UPT Medan Utara dipimpin oleh
seorang Kepala UPT, dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha. Kepala UPT secara
operasional bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah. UPT
Medan Utara terdiri dari 5 seksi, yaitu Seksi Bagian Tata Usaha, Seksi Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), Seksi Pendapatan Lain-Lain (PPL), Seksi Pengambilan
dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah/ Air Permukaan (ABT/APU), Seksi Retribusi,
Seksi Pajak Angkutan Di Atas Air/ Bea Balik Nama Angkutan Di Atas Air
(PA3/BBNA3), yang dapat dilihat dalam Gambar 2.1
Gambar 2.1
STRUKTUR ORGANISASI / UPT DIPENDA MEDAN UTARA
Ka. UPT
Kasubag Tata Usaha
Kasi PKB
Kasi PLL
Kasi ABT / APU
Kasi Ratribusi
C. URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1. Kepala Unit Pelaksana Teknis
Tugas dan Fungsi :
1. Melaksanakan koordinasi, kerja sama dengan pihak terkait, pembinaan
pengendalian teknis dan evaluasi penggalian potensi, pemberdayaan
potensi dan pemungutan Sumber Pendapatan Daerah sesuai ketentuan
yang berlaku.
2. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil
Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masing-masing.
3. Menyempurnakan konsep standar-standar pendapatan potensi,
pengadministrasian dan pengutipan dan pelaporan hasil PKB, PKDA,
Pajak ABT/APU, Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain.
2. Seksi Sub Bagian Tata Usaha Tugas dan Fungsi :
1. Menyimpan surat-surat yang berhubungan dengan bidang tugas Sub
Bagian Tata Usaha dan surat-surat dari seksi lainnya yang telah selesai
diproses.
2. Mencatat dalam pembukuan pemasukan yang telah ditentukan inventaris
dan Alat Tulis Kantor (ATK).
3. Seksi Pajak Kendaraan Bermotor. Tugas dan Fungsi :
1. Menghubungi penunggak Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea
2. Membuat laporan pembayaran penunggakan PKB dan BBNKB dengan
surat.
3. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Unit sesuai
dengan bidangnya.
4. Seksi Pendapatan Lain-Lain Tugas dan Fungsi :
1. Menerima laporan bulanan dari seksi yang mengelola PAD dan
melaporkannya kepada UPT.
2. Menerima, menyalurkan dan mempertanggungjawabkan SPT dan Materai
Leges jalur SAMSAT.
3. Menyelenggarakan koordinasi dan optimalisasi pendapatan lain-lain dn
setoran laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
5. Seksi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Umum (ABT/APU)
Tugas dan Fungsi :
1. Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan
memproses usul/ pengajuan keberatan dari Wajib Pajak mengenai Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Umum (ABT/APU) dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(PBB-KB).
2. Membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan dan denda pajak pengambilan
3. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas
sesuai dengan bidang teknisnya.
6. Seksi Retribusi Tugas dan Fungsi :
1. Menyempurnakan dan menyusun konsep standar teknis retribusi bagi hasil
pajak dan bukan pajak, pembukuan, dan pelaporannya.
2. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data/bahan untuk
penyempurnaan dan penyusunan jenis retribusi, teknis pemungutan dan
tata administrasi retribusi, sosialisasi standar yang ditetapkan serta
penetapan target retribusi.
3. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala, sesuai
dengan bidang teknisnya.
7. Seksi Pajak Angkutan Di Atas Air/Bea Balik Nama Angkutan Di Atas Air (PA3/BBNA3)
Tugas dan Fungsi :
1. Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan
memproses usul/pengajuan keberatan dari WP mengenai Pajak Angkutan
Di Atas Air dan Bea Balik Nama Angkutan di Atas Air (PA3/BBNA3),
sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku.
2. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit sesuai dengan
bidang tugasnya.
3. Memberikan laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan
Gambar 2.2
STRUKTUR ORGANISASI DIPENDA SUMATERA UTARA Kepala Dinas
Wkl. Kepala Dinas
Fungsional Bagian Tata Usaha
BAB III
URAIAN TEORITIS DAN
GAMBARAN DATA PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
A. URAIAN TEORITIS 1. Pengertian Pajak
Pengertian Pajak menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Para ahli dalam bidang bidang perpajakan memberikan defenisi yang
berbeda-beda mengenai pengertian pajak. Namun demikian, berbagai defenisi tersebut
mempunyai maksud dan tujuan yang sama.
Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, mengatakan Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan, dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang secara langsung dapat ditunjuk dan
yang digunakan untuk pembayaran pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2002:2)
Proof. Dr. Soeparman Soemahamidjaja, mengatakan Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, gunanya untuk menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa
P.J.A Adriani, mengatakan Pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib pajak dan wajib membayarnya menurut prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara
ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah)
atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan), Maka
dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak antara
lain sebagai berikut :
c) Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23 A yang
menyatakan pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan Negara yang diatur dalam Undang-Undang.
d) Tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar
pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya
dengan orang yang tidak membayar pajak kendaran bermotor.
e) Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila
wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
f) Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi kas Negara
penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur dan melaksanakan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi
dan sosial (fungsi mengatur regulerend).
2. Fungsi Pajak.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pandapatan Negara untuk membiayai pendapatan Negara untuk membiayai
pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal di atas, maka pajak mempunyai beberapa
fungsi yakni :
a. Fungsi Anggaran (budgeter)
Yaitu pajak sebagai alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas
Negara. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah baik yang bersifat rutin
maupun pembangunan, negara membutuhkan biaya dan biaya ini dapat diperoleh dari
penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti
belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk
pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni
penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari
tahun ke tahun ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat, dan ini diharapkan dari sektor pajak.
b. Fungsi Mengatur (regulerend)
Yaitu pajak sebagai alat pengatur kehidupan ekonomi dengan jalan
mempengaruhi produksi dan konsumsi, perdagangan dan perkembangan harga, dalam
1) Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka mengiringi penanaman modal,
baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai fasilitas
keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
2) Untuk mengendalikan inflasi, misalnya pajak penjualan untuk barang
kebutuhan akan diberikan keringanan, sedangkan pajak atas barang
mewah ditetapkan dengan tarif yang mahal.
3) Sebagai alat pendapatan nasional, khususnya kekayaan yang lebih merata
di masyarakat. Menurut kebijaksanaan ini, pemerintah mengenakan pajak
yang lebih tinggi pada golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi.
c. Fungsi Stabilitas.
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran
uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan
efisien.
3. Asas Pemungutan Pajak.
Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, ahli yang
mengemukakan tentang asas pemungutan pajak, antara lain :
a. Menurut Adam Smith, dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang
1. Asas Equality (Asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas
keadilan). Pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara harus sesuai
dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak, Negara tidak boleh
bertindak diskriminatif terhadap wajib.
2. Asas Certainly (Kepastian Hukum). Semua pungutan pajak harus
berdasarkan Undang-Undang, sehingga bagi yang melanggar akan dapat
dikenai sanksi huku m.
3. Asas Confidience of Payment (Asas pemungutan pajak yang tepat waktu
atau asas kesenangan). Pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi
wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya di saat wajib pajak baru
menerima penghasilannya atau di saat wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas Effeciency (Asas efisien atau asas ekonomis). Biaya pemungutan
pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya
pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai Negara sebagai asas dalam
menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan
pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh Negara sebagai
landasan untuk mengenakan pajak adalah :
1. Asas Domisili atau asas tempat tinggal. Negara berhak mengenakan pajak
atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di
wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
2. Asas Sumber. Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
wajib pajaknya. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia, maka
dari penghasilan yang diperoleh dari Indonesia akan dikenakan pajak oleh
pemerintah Indonesia.
3. Asas Kebangsaan. Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan
suatu Negara. Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak
adalah status kewarganegaraan dari orang pribadi atau badan yang
memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi
persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal.
4. Jenis-jenis Pajak
Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat terdiri dari beberapa jenis yang
pembagiannya dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain :
1. Menurut Golongannya.
a) Pajak Langsung adalah pajak yang dipungut secara periodik menurut
kohir (daftar piutang pajak), yang pembebanannya langsung kepada
wajib pajak , tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, contohnya
Pajak Penghasilan.
b) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pengenaannya atau
pembebanannya dapat dilimpahkan kepada orang lain, contohnya PPN
dan Bea Materai.
2. Menurut Lembaga Pemungutnya
a) Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan yang
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan
Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPnBm).
b) Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah menurut
Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
No. 34 Tahun 2000, bahwa Pajak Daerah adalah iuran wajib yang
langsung dilakukan orang pribadi atau badan kepada daerah, tanpa
imbalan langsung yang seimbang. Pajak Daerah dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana
hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah.
Kriteria Pajak Daerah :
Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak secara
umum. Yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak Pusat
yang memungut adalah pemerintah pusat, sedangkan Pajak Daerah yang
memungutnya adalah pemerintah daerah. Kriteria Pajak Daerah secara
spesifik diuraikan oleh K.J Davey (1998) dalam bukunya Financing Regional
Government, yang terdiri dari 4 (empat) hal yaitu :
1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan
daerah sendiri.
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat,
3. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemeritah daerah.
4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat,
tetapi hasil pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.
Dari kriteria pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian Pajak
Daerah tersebut terdiri dari pajak yang ditetapkan dan atau dipungut di wilayah
daerah dan bagi hasil dengan pemerintah pusat, dalam literatur pajak dan public
finance. Pajak dapat diklasifikasikan berdasarkan golongan, wewenang, sifat, dan lain sebagainya. Pajak Daerah termasuk klasifikasi pajak menurut wewenang
pemungutnya. Selanjutnya, Pajak Daerah ini dapat diklasifikasikan kembali menurut
wilayah pemungutnya, maka Pajak Daerah dapat dibagi menjadi :
1. Pajak Provinsi, yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
(BBNKBKAA), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), dan
Pajak Pengambilan Air Bawah Tanah dan Air Pemukaan (PPABTAP).
2. Pajak Kotamadya/Kabupaten, yang terdiri dari Pajak Restoran, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C.
Karena untuk laporan akhir, penulis akan membahas masalah Pajak
Kendaraan Bermotor. Maka, penulis akan menjelaskan tentang Pajak Kendaraan
Bermotor.
5. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak yang dikenakan terhadap
semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya, yang digunakan di
semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknis berupa motor atau
peralatan lainnya, yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat
besar yang bergerak.
6. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
Secara umum yang disebut sebagai Subjek Pajak bagi pajak daerah adalah
orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak. Berkaitan dengan pajak
kendaraan bermotor, maka yang disebut subjek pajak Kendaraan Bermotor adalah
orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor.
Pengertian memiliki berarti orang yang bersangkutan mempunyai hak sepenuhnya
atas kepemilikan dan penggunaan atau pemanfaatan dari kendaraan tersebut.
Sedangkan menguasai kendaraan berarti orang yang bersangkutan hanya dapat
memanfaatkan dan menggunakan saja kendaraan bermotor tersebut tanpa memiliki.
Subjek pajak akan menjadi wajib pajak apabila yang bersangkutan telah
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah sebagai wajib
pajak daerah. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang
terutang, ternasuk dalam pengertian wajib pajak ini adalah pemungut atau pemotong
pajak.
7. Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Objek pajak adalah sesuatu yang dapat dijadikan sasaran pengenaan pajak.
kendaraan bermotor termasuk pajak objektif atau kebendaan, maka yang menjadi
objek pajaknya adalah keadaan benda tersebut. Dengan demikian yang dimaksud
objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan
bermotor oleh orang pribadi atau badan.
8. Bukan Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Dikecualikan sebagai objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan
dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh :
a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
b. Kedutaan, Konsulat Perwakilan Negara Asing, dan Perwakilan
Lembaga-Lembaga Internasional dengan asas timbal balik.
c. Subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah, seperti pabrikan
atau importir yang semata-mata disediakan untuk dipamerkan atau tidak untuk
dijual.
9. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Dasar pengenaan pajak merupakan ukuran atau pengakuan nilai tertentu yang
digunakan sebagai dasar pengenaan pajak. Nilai yang menjadi dasar pengenaan pajak
tersebut harus dpat diukur. Ukuran nilai objektif adalah nilai penyerahan barang,
sehingga karena berkaitan dengan pajak kendaraan bermotor, maka nilai penyerahan
dapat berupa nilai jual beli, nilai tukar menukar, dan lain sebagainya. Dasar
pengenaan pajak kendaraan bermotor :
a. Nilai jual kendaraan bermotor.
b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar penggunaan kendaraan
Berikut merupakan uraian 2 (dua) unsur pokok tersebut :
1. Nilai Jual Kendaraan
Nilai jual kendaraan bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran
umum atas suatu kendaraan bermotor. Dalam hal harga pasaran umum
atas suatu kendaraan umum tidak diketahui, nilai jual kendaraan bermotor
ditentukan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut :
a) Isi silinder dan atau satuan daya.
b) Penggunaan kendaraan bermotor.
c) Jenis kendaraan bermotor.
d) Merek kendaraan bermotor.
e) Tahun pembuatan kendaraan bermotor.
f) Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang
diijinkan.
g) Dokoumen impor untuk jenis kendaraan tertentu.
2. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar penggunaan kendaraan bermotor.
Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor tersebut akan selalu
ditinjau kembali setiap tahunnya, yakni dapat dilihat melalui :
1. Tahun pembuatan adalah tahun perakitan kendaraan bermotor.
2. Nilai jual kendaraan bermotor ditetapkan berdasarkan harga pasaran
umum suatu kendaraan bermotor.
a) Sedan, Jeep, Station Wagon, Sepeda Motor, dan sejenisnya sebesar
1,00.
b) Mobil barang/ Beban, sebesar 1,30..
c) Alat-alat Besar dan Alat-alat berat sebesar 1,00.
10. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
Berdasarkan pokok pajak kendaraan bermotor yang terutang, dihitung dengan
cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak. Adapun tarif pajak kendaraan bermotor
dikenakan sebesar :
a. 1,5 % (satu koma lima persen) untuk kendaraan bermotor bukan umum.
b. 1 % (satu persen) untuk kendaraan bermotor umum.
c. 0,5 % (nol koma lima persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat
dan alat-alat besar.
Berikut ini adalah contoh perhitungan pajak kendaraan bermotor dengan jenis
(merek) kendaraan bermotor adalah : YAMAHA XJ 600 VIRAGO, dengan tahun
pembuatan adalah tahun 1988. Dasar pengenaan pajak menurut SK Mendagri No.11
Tahun 2002, dikenakan Rp.62.600.000,-. Maka, besarnya pajak yang dikenakan
adalah : 1,5 % x Rp.62.600.000,- = Rp.939.000,-
11. Saat Terutang Pajak, Masa Pajak, dan Wilayah Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
Pajak yang terutang merupakan pajak kendaraan bermotor yang harus dibayar
oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut
pemerintah daerah provinsi setempat, saat pajak terutang dalam masa pajak, terjadi
pada saat pendaftaran kendaraan bermotor.
Pada pajak kendaraan bermotor, pajak terutang dikenakan untuk masa pajak
selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran kendaraan
bermotor. Pemungutan pajak kendaraan bermotor merupakan satu kesatuan dengan
pengurusan administrasi kendaraan bermotor lainnya. Pajak kendaraan bermotor
dibayar sekaligus dimuka untuk masa pajak 12 bulan kedepan. Kewajiban pajak yang
berakhir sebelum 12 bulan karena sesuatu hal, maka hal tersebut berarti pajak
kendaraan bermotor yang karena suatu dan lain hal jika masa pajaknya tidak sampai
12 bulan, maka dapat dilakukan restitusi. Pengertian suatu dan lain hal dimaksud
antara lain jika kendaraan bermotor didaftarkan di daerah lain (mutasi daerah tempat
pendaftaran kendaraan bermotor) atau kendaraan bermotor yang rusak dan tidak
dapat digunakan lagi karena fource majeure.
Pajak kendaraan bermotor yang terutang di wilayah provinsi tempat
kendaraan bermotor terdaftar. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah provinsi
yang hanya terbatas atas kendaraan bermotor yang terdaftar dalam lingkup wilayah
administrasinya.
12. Pendaftaran Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor yang kerena sesuatu dan lain hal berada di luar wilayah
daerah tempat kendaraan bermotor terdaftar sebagaimana dimaksud di atas, selama 3
bulan berturut-turut, maka wajib didaftarkan di daerah tempat kendaraan bermotor
Pemungutan adalah suatu proses menghimpun data dari subjek-subjek pajak
dan objek pajak, mengetahui tentang besarnya pajak terutang wajib pajak dan
melakukan penagihan kepada wajib pajak dan lain-lain.
Lembaran-lembaran pada SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) yaitu :
1. Lembar 1 : Wajib pajak
2. Lembar 2 : Dispenda Provinsi Sumatera Utara
3. Lembar 3 : Jasa Raharja
4. Lembar 4 : Bendaharawan Khusus Penerima
5. Lembar 5 : Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
13. Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPT Medan Utara. Proses pemungutan pajak kendaraan bermotor dapat diartikan sebagai
kegiatan, mulai dari penghimpunan data subjek dan objek PKB, penentuan besarnya
pajak terutang sampai dengan pemungutan serta pengawasan pajak kendaraan
bermotor.
1. Loket I
a) PENDAFTARAN 1. Pelaksana : a. POLRI
b. DIPENDA
2. Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Pengambilan formulir SPT
b. Pengisian formulir SPT/Permohonan STNK
c. Berkas
Keterangan :
a. Jika WP ingin mengurus Pengesahan untuk 1 (satu) tahun Kendaraan
Bermotornya, maka berkas yang harus dilengkapi adalah :
1. KTP (Kartu Tanda Penduduk)
2. STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)
3. BPKP (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor)
4. SPT (Surat Pemberitahuan)
b. Jika WP ingin mengurus Ganti STNK/ Teliti Ulang 5 (lima) tahun Kendaraan
Bermotornya, maka berkas yang harus dilengkapi adalah :
1. KTP
2. STNK
3. BPKP (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor)
4. SPT
5. FORMULIR
6. CEK FISIK
2. LOKET II
b) PENELITIAN BERKAS 1. Pelaksana : POLRI
2. Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Check persyaratan dan kelengkapan berkas b. Pendataan (Entry)
c) PENETAPAN PAJAK 1. Pelaksana : - DIPENDA
- JASA RAHARJA
Tugas dan fungsi Dipenda dalam penetepan pajak :
a. Membuat perhitungan dan penetapan pajak.
b. Membuat nomor kohir.
c. Mengisi data Notice pajak.
d. Menyampaikan berkas kepada kasir.
Tugas dan fungsi Jasa Raharja dalam penetapan pajak :
a. Membuat laporan cek rekapitulasi penerimaan Sumbangan
Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (SWDKLLJ)
dari bendaharawan SAMSAT.
b. Membuat bukti setoran uang ke Bank SUMUT.
c. Membuat laporan ke Cabang Utama Jasa Raharja.
d) KOREKTOR
Pelaksana : DIPENDA
Tugas Dan Fungsi :
a. Final Checking
Yaitu meneliti benar atau tidaknya pengenaan pajak kendaraan
bermotor.
b. Meneliti data pajak dalam ketentuan pajak sementara.
e) PEMBAYARAN Pelaksana : DIPENDA
Kegiatan yang dilakukan dalam pembayaran :
1. Menerima pembayaran dari WP.
2. Membukukan hasil penerimaan.
3. Mencetak SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).
4. Menyampaikan SKPD pada loket pencetak STNK.
5. Menyampaikan berkas pada petugas arsip.
6. Menyetor hasil penerimaan ke kasir pada bendahara.
7. Menghimpun berkas yang belum dibayar ke petugas
penagihan.
3. LOKET III
Pencetak STNK
Peran dan Tugas : POLRI
1. Melaksanakan Pencetakan STNK (Embossing).
2. Menyampaikan SKPD / STNK ke loket pengembalian.
3. Penyerahan SKPD / STNK dan Plat Nomor Polisi kepada
Wajib Pajak.
Dalam gambar 3.1 berikut, dapat dilihat Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan
Gambar 3.1
PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA UPT MEDAN UTARA
PENDAFTARAN
1. Pengambilan formulir SPT/ Permohonan STNK formulir khusus pengesahan
2. Pengisian formulir SPT 3. Berkas
4. Menyampaikan berkas pada pengurus checking
DISPENDA POLRI
PENELITIAN BERKAS
1. Chek persyaratan dan kelengkapan berkas m 2. Pendataan (entry)
3. Menyampaikan berkas ke penetapan
POLRI
PENETAPAN
1. Membuat perhitungan dan penetapan WP 2. Membuat nomor kohir
3. Mengisi data notice pajak
4. Menyampaikan berkas pada kasir
KOREKTOR
1. Meneliti kebenaran dan penetapan kepada WP 2. Meneliti data pajak dalam ketentuan sementara
PEMBAYARAN
1. Menerima pemabayaran dari wajib pajak 2. Membuka hasil penerimaan
3. Mencetak SKPD
4. Menyampaikan SKPD pada loket emboling / Pencetak STNK
5. Menyampaikan berkas pada petugas kartu box (Arsip) 6. Menyetor hasil penerimaan kasir pada bendahara
(validasi)
Sumber Data : UPT. Medan Utara / Dinas Pendapatan Propinsi Sumatera Utara
EMBOSSING / PENCETAK STNK
1. Melaksanakan embossing / pencetakan STNK 2. Menyampaikan SKPD / STNK ke loket pengambilan
STNK / Plat Motor
POLRI
Penyerahan SKPD / STNK dan Plat Motor L
B. Data Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Medan Utara.
Penghimpunan Data Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Medan Utara
dilaksanakan mulai dari kegiatan penghimpunan data wajib pajak, perhitungan pajak,
serta menetapkan target dan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor untuk
setiap tahunnya. Pada tabel 3.1 bawah ini merupakan data Perbandingan Target dan
Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPT Medan Utara untuk Tahun
2000 s/d 2006.
Tabel 3.1
PERBANDINGAN DAN TARGET PKB/BBN-KB UPTD Medan Utara tahun 2000-2006 (JANUARI-MEI)
TAHUN TARGET REALISASI PERSENTASE
2000 Rp. 102.071.579.000 Rp. 199.078.965.590 195,04%
2001 Rp. 311.272.395.000 Rp. 362.577.783.519 116,48%
2002 Rp. 378.916.395.000 Rp. 423.776.252.841 111,84%
2003 Rp. 607.058.016.000 Rp. 645.489.896.878 106,33%
2004 Rp. 762.290.360.000 Rp. 797.921.241.009 104,67%
2005 Rp. 904.790.000.000 Rp. 921.075.901.914 101,80%
2006 Rp. 803.670.000.000 Rp. 800.534.646.432 99,61%
Sumber Data : Medan Utara/ DIPENDA Sumatera Utara.
Dari tabel 3.1 dapat diperoleh data atau informasi mengenai jumlah
perbandingan target dan realisasi penerimaaan pajak kendaraan bermotor (PKB) pada
2001, 2002, 2003, 2004, 2005, hingga tahun 2006. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa secara umum kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam membayar
PKB/BBN-KB sudah baik. Hal tersebut dapat kita lihat dari jumlah penerimaan dan
realisasi yang telah dicapai.
1. Pada tahun 2000, target PKB adalah berjumlah Rp. 102.071.579.000
dengan relisasi PKB sebesar Rp. 199.078.965.590, dan pencapaian
persentasenya sebesar 195,04%.
2. Pada tahun 2001, mulai terjadi peningkatan target UPT Medan Utara yang
dari tahun 2000 sebesar Rp. 102.071.579.000 naik menjadi
Rp.311.272.395.000.
3. Pada tahun 2002, dengan tingkat realisasi Rp. 423.776.252.841 juga
meningkat dari target yang ditentukan yakni sebesar Rp. 378.916.395.000,
sehingga dapat mencapai persentase sebesar 111,84%.
4. Pada tahun 2003, target penerimaaan PKB juga masih terus meningkat
dari Rp. 378.916.395.000 pada tahun 2002, menjadi Rp. 607.058.016.000,
dengan realisasi sebesar Rp. 645.489.896.878, sehingga mencapai
persentase sebesar 106,33%.
5. Pada tahun 2004, target penerimaan PKB juga mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya, yakni target penerimaan tahun 2004 sebesar Rp.
762.290.360.000, dengan realisasi sebesar Rp.797.921.241.009, sehingga
pencapaian persentasenya adalah 104,67%.
6. Pada tahun 2005, target penerimaan PKB juga masih terus dalam tahap
Rp. 904.790.000.000 di tahun 2005, dengan tingkat realisasi sebesar Rp.
921.075.901.914 dan persentase mencapai 101,80%.
7. Pada tahun 2006, terjadi penurunan dari target penerimaan sebesar Rp.
803.670.000.00, sedangkan realisasi hanya mencapai Rp.
800.534.646.432, maka pencapaian persentase dari target yang ditentukan
hanya mencapai 99,61%.
Sesuai tabel di atas sejak tahun 2000 hingga tahun 2006, penerimaan terbesar
untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang diperoleh UPT Medan Utara adalah
pada tahun 2000, yakni dengan target Rp.102.071.579.000 dapat mencapai realisasi
sebesar Rp. 199.078.965.590, sehingga tingkat persentasenya juga mampu mencapai
195,04%, lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
Maka, dari tabel 3.1 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap tahunnya
UPT Medan Utara cukup berhasil dalam mencapai target yang ditetapkan. Itu
terbukti, bahwa sejak tahun 2000 hingga tahun 2005, realisasi penerimaan pajak
kendaraan bermotor yang diperoleh UPT Medan Utara dapat melebihi target yang
telah ditentukan, meskipun di tahun 2006 UPT Medan Utara tidak berhasil mencapai
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini, penulis akan membahas analisis dan evaluasi data yang
bersumber dari bab-bab sebelumnya. Pada bab terdahulu telah dijelaskan secara
terperinci tentang data pajak kendaraan bermotor pada UPT Medan Utara. Akan
tetapi, untuk menjelaskannya penulis menguraikannya berdasarkan data-data yang
telah dikumpulkan berdasarkan data kualitatif disertai dengan penjelasan yang
objektif dan sistematis.
A. Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Medan Utara. Dari Tabel 3.1 sebelumnya, penulis dapat memperoleh data atau informasi
mengenai jumlah perbandingan target dan penerimaan pajak kendaraan bermotor
(PKB) pada UPT. Medan Utara, selama 7 tahun sejak tahun 2000 s/d 2006. Penulis
dapat menyimpulkan bahwa :
1. Adanya perbedaan persentase target yang berbeda-beda setiap tahunnya. Hal
ini terlihat jelas pada tahun 2000 hingga tahun 2006 terjadi kenaikan
persentase yang berbeda-beda pula. Misalnya pada tahun 2000 target yang
ditentukan oleh UPT.Medan Utara adalah sebesar Rp.102.071.579.000
sedangkan realisasinya meningkat menjadi Rp. 199.078.965.590, maka terjadi
kenaikan persentase sebesar 95,04%. Ini disebabkan oleh tingginya tingkat
kesadaran masyarakat wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan
2. Adapun faktor yang menyebabkan rendahnya target dibandingkan realisasi
pajak kendaraan bermotor adalah karena disebabkan tingginya daya beli
masyarakat terhadap kendaraan bermotor. UPT. Medan Utara hanya
menetapkan target sesuai dengan keadaan dan jumlah wajib pajak pada tahun
tersebut. Tetapi karena tingginya daya beli masyarakat mengakibatkan
realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor di UPT. Medan Utara menjadi
semakin besar.
3. Untuk tahun 2006, terlihat jelas pada tabel 3.1 sebelumnya bahwa realisasi
penerimaan pajak kendaraan bermotor menurun dari tahun-tahun sebelumnya.
Itu terlihat dari persentase target yang dapat dicapai hanya 99,61%. Itu
disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
pada tahun 2006. Selain itu menurunnya tingkat daya beli masyarakat
terhadap kendaraan bermotor.
4. UPT. Medan Utara tidak mampu mempertahankan persentase target yang
meningkat dari tahun ke tahun. Ini terlihat dalam tabel 4 .1 dibawah, dimana
mulai tahun 2000 s/d tahun 2006 persentase target semakin menurun. Namun
demikian, itu terjadi karena UPT. Medan Utara juga menetapkan target yang
semakin besar setiap tahunnya. Selain itu UPT. Medan Utara juga sudah
berusaha untuk mensosialisasikan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
kepada wajib pajak (WP) terdaftar, dengan cara mengirimkan Surat
Pemberitahuan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor.
Maka analisis target dan realisasi pajak kendaraan bermotor pada UPT.
Tabel 4.1
ANALISIS REALISASI PENERIMAAN PKB/BBN-KB UPTD Medan Utara tahun 2000-2006 (JANUARI-MEI)
Tahun Target Realisasi Persentase Persenta se target
Sumber Data : Medan Utara/ DIPENDA Sumatera Utara.
B. Faktor Pendukung Pencapaian Target Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPT Medan Utara.
Peningkatan penerimaan PKB di UPT Meddan Utara dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut ini :
1. Kerja sama dan Koordinasi yang baik.
Adanya kerjasama dan koordinasi yang baik dan tertata rapi dari instansi
gabungan yakni :
a) Kepolisian Derah Sumatera Utara yaitu DITLANTAS POLDASU.
b) Pemerintahan Daerah Sumatera Utara yaitu Dinas Pendapatan Daerah
c) Departemen Keuangan yaitu PT.Jasa Raharja Cabang Utama Medan.
d) Pemungutan PKB di UPT Medan Utara berada dalam satu kesatuan
dalam pengadministrasiannya.
2. Adanya Kesadaran Masyarakat.
Dengan adanya kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak
Kendaraan Bermotor, akan sangat berpengaruh besar terhadap jumlah realisasi
penerimaan PKB dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
3. Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Wilayah Kerja UPT Medan Utara meliputi sebagian kota Medan dan
sebagian Kabupaten Deli Serdang, yang jumlah kendaraan bermotor
terbanyak untuk semua UPTD yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
4. Pemanfaatan Sistem Informasi dan Teknologi yang modern dan canggih.
UPT Medan Utara telah menggunakan sistem informasi teknologi dan
informasi yang modern sejalan dengan perkembangan zaman.
C. Upaya yang dilakukan UPT Medan Utara dalam meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
Adapun upaya untuk meningkatkan penerimaan PKB antara lain dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Menyurati WP kendaraan bermotor yang menunggak PKB.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap berkas WP, khususnya menyangkut
3. Melakukan himbauan kepada masyarakat melalui media massa, media cetak,
maupun media elektronik. Media cetak dapat berupa brosur, spanduk,
reklame, pengumuman, surat edaran dan sebagainya.
4. Melakukan razia kendaraan bermotor oleh pihak DITLANTAS POLDASU
yang dilakukan secara rutin dan dadakan.
5. Melakukan kerjasama yang baik dan berkesinambungan antara Dinas
Pendapatan Sumatera Utara, Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan PT.Jasa
Raharja, khususnya untuk pembayaran PKB di Sumatera Utara yang dapat
dilakukan melalui Bank Sumut.
6. Memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat dengan didukung prasarana
kegiatan antara lain :
a) Memberikan nomor urut pendaftaran, guna tertibnya pelayanan
pendaftaran.
b) Menyediakan sarana pengatur masuk keluarnya WP agar tetap tertib.
c) Menyediakan papan informasi guna memberikan informasi kepada WP
tentang status proses pendaftaran.
d) Menetapkan batas waktu proses penyelesaian pemungutan PKB.
e) Menyediakan papan informasi yang berisikan denah kantor, mekanisme
dan prosedur PKB, besarnya biaya dan informasi lainnya.
BAB V
KASIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian dari keseluruhan isi penulisan ini, maka pada bab ini
penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan saran yang bersifat konstruktif
bagi Kantor SAMSAT Medan Utara.
A. KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan akhir dari keseluruhan PKLM yang dilaksanakan di Kantor
Samsat Medan Utara, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Diketahui bahwa Mekanisme Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor yang
dilakukan di UPT Medan Utara adalah berjalan dengan cukup baik dan
memberikan pelayanan yang baik juga bagi Wajib Pajak (WP), yang dapat
dilihat pada tabel 4.1.
2. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPT Medan Utara terus
menunjukkan peningkatan setiap tahun, meskipun pada tahun 2006 tidak
mencapai target yang telah ditentukan, yang dapat dilihat pada tabel 4.1
3. Faktor-faktor pendukung Pajak Kendaraan Bermotor, seperti kerja sama yang
baik dan pemanfaatan teknologi yang modern dan sebagainya adalah sangat
berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
pada UPT Medan Utara.
4. Upaya peningkatan yang telah dilakukan UPT Medan Utara telah maksimal,
itu dapat dilihat dalam peningkatan penerimaan pajak Kendaraan Bermotor
B. SARAN
Sebagai akhir dari isi laporan ini, penulis ingin memberikan saran yang
mungkin bermanfaat serta membangun dalam memotivasi Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Sumatera Utara UPT Medan Utara maupun bagi Program
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. UPT Medan Utara dapat lebih meningkatkan kesadaran masyarakat dengan
mengadakan publikasi dan sosialisasi tentang Pajak Kendaraan Bermotor, serta
menyadarkan pentingnya peran dan fungsi Pajak Kendaraan Bermotor dalam
menunjang penerimaan daerah.
2. Setiap Kantor SAMSAT hendaknya melakukan peningkatan pelayanan dari tahun
ke tahun, agar masyarakat merasa puas dan tidak merasa rugi dalam membayar
pajak, misalnya ruang tunggu yang memadai sistem informasi dan teknologi
yang memadai.
3. Pihak kepolisian harus lebih sering melakukan razia agar dapat diketahui Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor yang belum melunasi PKB nya.
4. Hendaknya PRODIP III Administrasi Perpajakan semakin meningkatkan kerja
sama dan hubungan yang baik dengan kantor (instansi) PKLM, sehingga kantor
(instansi) tersebut dapat mendukung program PKLM dan dapat menunjang
kualitas SDM mahasiswa PRODIP III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
5. Untuk dapat mencapai hasil yang terbaik bagi mahasiswa, perlu diadakan kerja
mahasiswa tidak hanya berperan untuk mengambil data untuk Laporan Tugas
Akhir, tetapi turut serta berperan di dalamnya, sehingga dapat diperoleh hasil
DAFTAR PUSTAKA
Gunadi,dkk, 1997. Perpajakan :Jilid 1, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, Cetakan Kedua, 1991.
Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Andi Yogya, Yogyakarta.
Moenir H.A.S, 1983. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta.
Siahaan, P. Marihot, 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suandy,Erly, 2002. Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.
Waluyo Irawan B, Illyas, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
PERATURAN PEMERINTAH
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.
PERATURAN DAERAH