LAPORAN TUGAS AKHIR
TATA CARA PELAKSANAAN PEMBAYARAN
PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) MEDAN UTARA
O L E H
NAMA : HADELLA JUNINSI NIM : 102600007
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat–Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, serta shalawat beserta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Adapun Tugas Akhir penulis yang berjudul : TATA CARA PELAKSANAAN PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI SATU ATAP (SAMSAT) MEDAN UTARA. Penulis sangat tertarik dengan judul ini, karena menurut penulis hingga saat ini kendaraan bermotor tidak lepas dalam kehidupan masyarakat. Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) adalah salah satu objek yang akan meningkatkan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis mendapat banyak dukungan
dari berbagai pihak dan berjasa bagi penulis, maka dalam kesempatan ini penulis
1. Papa KAHARUDDIN HARAHAP dan Mama LENA MEGAWATI
LUBIS tercinta, yang tiada henti selalu mendoakan, memberikan kasih
sayang, nasehat, motivasi, semangat, dan dukungan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Pa, Ma kalian
adalah inspirasi dalam hidupku. Aku Cinta Papa dan Mama Karena Allah.
2. Terima kasih kepada Alm. Opung tersayang Hj. Siti Fatimah Pohan, S.Pd
yang memberikan semangat sampai disaat terakhirnya sehingga saya dapat
melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara.
3. Buat Kedua Adikku Hagaansyah Dijaya dan Haura Padilsyah yang sangat
aku sayangi, kalian adalah Hero in my heart.
4. Buat Tulang Sehat Tua Hamonangan Lubis, Amd yang memberikan
motivasi kepada penulis.
5. Buat Kakak sepupuku yang telah memberi support, Lidya Veerly Yuniety
Siregar dan Rizki Milliani Siregar, kalian kakak-kakakku yang paling
baik.
6. Bapak Prof. DR. Badaruddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Drs. Zakaria, M.SP selaku
pembantu Dekan I.
7. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M. Si selaku Ketua Jurusan Program
8. Bapak Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, MSP selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran
dan arahan kepada penulis.
9. Bapak Drs. H. Baharuddin, SH, M.si selaku Kepala UPT. SAMSAT
Medan Utara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan riset.
10.Bapak Ahmad Ampera, S.Sos selaku Kasubag Tata Usaha di UPT. Samsat
Medan Utara.
11.Abangda Ali Aman Saragih, SH selaku pegawai SAMSAT Medan Utara
yang telah membantu dan membimbing penulis dalam memperoleh
data-data, guna untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini.
12.Seluruh Pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP
USU atas informasinya dalam segala urusan administrasi.
13.Buat kedua temanku Mila Winda dan Nur Ainun Siagian yang selama
kuliah selalu bersama-sama. Don’t Forget To Me My Friends Cew
CheChalPie.
14.Buat dedek Endang Arischa yang telah setia menemani penulis tiap malam
dalam mengerjakan Tugas Akhir, buat dedek Ney Lubis, dedek Amel Rtg,
dan Opi yang telah memberi kehebohan dikos sehingga penulis semangat
15.Buat teman-teman stambuk 2010 khusus Tax A yang aku sayangi.
Semoga kita kedepannya menjadi orang sukses, Amin dan buat
teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Harapan penulis semoga
laporan Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi semua pihak dan mudah-mudahan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Wassalamu’alaikum Wr.
Wb.
Medan, Juli 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI………...v
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri....……….1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...…..5
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...……....5
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri…………...…………..6
C. Uraian Teoritis………/...………...8
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri………..……....15
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...……….15
F. Metode Pengumpulan Data………...………...17
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri…….…18
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Umum SAMSAT Medan Utara... 21
B. Struktur Organisasi SAMSAT Medan Utara... 26
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi... 28
D. Visi, Misi, Motto, Strategi dan Komitmen... 32
BAB III : GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK
A.Pengertian Pajak... 35
B.Sumber Pendapatan Daerah... 37
C.Gambaran Pajak Kendaraan Bermotor... 38
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA A.Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran PKB... 61
B.Data Realisasi Penerimaan PKB Di SAMSAT Medan Utara... 66
C.Upaya Dalam Peningkatan Penerimaan PKB... 68
D.Sanksi-Sanksi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor... 70
BAB V : PENUTUP A.Kesimpulan... 71
B.Saran... 72
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,
Perguruan Tinggi di tuntut untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan setiap
unsurnya termasuk mahasiswa sebagai elemen penting masa depan agar menjadi yang
mandiri, kreatif dan solutif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi dalam era
globalisasi. Ilmu pengetahuan sangat berperan penting karena ilmu pengetahuan akan
bersifat teoritis dan tidak akan berkembang jika tidak dibarengi dengan praktik kerja
di lapangan kerja.
Disamping itu, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan salah satunya
adalah perkembangan ilmu politik di Indonesia yang begitu cepat khususnya dibidang
Pemerintahan Daerah. Pembangunan Nasional kegiatan yang berlangsung terus
menerus dan berkesinambungan yang bertujan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat, baik material dan spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu
banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan khususnya dalam sektor
perpajakan.
Menurut UU No. 33 Tahun 2004, disebutkan bahwa Pemerintahan Daerah
memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah, yang berasal dari Hasil Pajak Daerah,
pendapatan Asli Daerah yang sah. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 juga menjelaskan
tentang Dana Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang
diharapkan menjadi salah satu sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan masyarakat di daerah dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, Pendapatan Daerah digunakan untuk penyelenggaraan
pemerintahan yang melaksanakan otonomi daerah yaitu hak, wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,
pembangunan secara berkesinambungan, dan pelayanan pada masyarakat.
Pajak Daerah merupakan pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan
guna pembiayaan pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik yang diatur dalam
Undang – Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
dimana Pajak Daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak
Kabupaten/Kota. Pajak Provinsi terdiri dari :
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Air Bawah dan Air Permukaan
5. Pajak Rokok
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir
7. Pajak Mineral Bahan Logam dan Batuan
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10.Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
11.BPHTB
Salah satu Pajak Daerah Provinsi adalah Pajak Kendaraan Bermotor ( PKB ).
PKB adalah Pajak Bagi Hasil pengelolaan atau pengutipannya dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi atau Cabang Dinas provinsi yang berada di Daerah
Kabupaten/Kota. Pada Daerah Provinsi dan Daerah kabupaten/kota pengelolaan
pengutipan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan pada satu kantor yang melibatkan
beberapa unsur terkait dalam pengelolaannya. Pelaksanaan pengutipan satu kantor ini
dikenal dengan istilah Sistem Administrasi Satu Atas (SAMSAT). Keputusan
pembentukan tentang Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT)
merupakan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri yaitu Menhankam, Menteri
Kep/199/MK/12/1976 tertanggal 28 September 1976 tentang Peningkatan Kerjasama
Antara Daerah Provinsi, Komando Daerah Kepolisian dan Aparat Departemen
Keuangan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta
pendapatan daerah khususnya mengenai Pajak Kendaraan Bermotor yang disebut
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap ( On Line Room Operation ).
Unsur terkait dan bertugas pada kantor SAMSAT tersebut adalah kepolisian
sebagai pengelola administrasi kendaraan bermotor, Pemerintah Daerah dalam hal ini
Dinas Pendapatan Daerah ( DISPENDA ) provinsi sebagai kas penerima pajak dan
PT. Jasa Raharja sebagai klaim Jasa Raharja bagi pemilik kendaraan bermotor.
Kantor SAMSAT sebagai pelaksana tugas membuat atau merancang
konsepsi-konsepsi untuk memberdayakan segala kemampuan untuk dapat
melaksanakan tugas dalam Pajak Kendaraan Bermotor secara efektif.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka disini penulis tertarik untuk
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III
Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki
beberapa tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas atau
pihak instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah yang dijadikan
sebagai objek dalam pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
.
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun kegiatan yang menjadi tujuan dalam penelitian melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ), yaitu:
1.1. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor pada Kantor SAMSAT Medan Utara Dinas
Pendapatan Sumatera Utara.
1.2. Untuk mengetahui data penerimaan realisasi Pajak Kendaraan Bermotor
pada Kantor SAMSAT Medan Utara Dinas Pendapatan Sumatera Utara.
1.3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh SAMSAT Medan Utara
1.4. Untuk mengetahui seberapa besar sanksi atau denda yang diterapkan
oleh fiskus kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya dalam Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1Bagi Mahasiswa
a. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor pada Kantor Bersama Sistem Adminstrasi
Manunggal Satu Atap (SAMSAT) dan masalah-masalah apa saja yang
dihadapi penulis dalam pelaksanaan PKLM
b. Mempelajari bentuk kerja tim dan bekerja sama, serta meningkatkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain.
c. Menambah motivasi untuk belajar mengetahui bagaimana situasi dunia
kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli
yang siap bekerja.
d. Mengetahui secara langsung praktek kerja yang sesungguhnya dan
penanganan masalah yang dihadapi.
e. Untuk meningkatkan komunikasi maupun pendekatan pada Kantor
Bersama Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Dinas
2.2Bagi Kantor SAMSAT Medan Utara
a. Membina kerja sama antara lembaga pendidikan dengan instansi
pemerintah.
b. Sebagai sarana dalam pengadaan pegawai atau sumber–sumber
kemampuan dalam menciptakan ide baru untuk masa yang akan
datang.
c. Sebagai salah satu sarana untuk menyebar luaskan informasi mengenai
Pajak Kendaraan Bermotor.
d. Dapat mempromosikan image instansi serta mendorong loyalitas
instansi.
2.3Bagi Universitas Sumatera Utara
a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara pihak Universitas dengan
Instansi Pemerintah khususnya Kantor SAMSAT Medan Utara.
b. Mempromosikan sumber daya manusia di Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Memberikan uji nyata terhadap disiplin ilmu yang telah disampaikan
melalui bangku perkuliahan khususnya dibidang perpajakan.
C. Urairan Teoritis 1. Pengertian Pajak
Sebelum membahas mengenai Pajak Kendaraan Bermotor lebih jauh, kita
harus mengetahui defenisi pajak. Adapun pengertian pajak ialah:
Defenisi Pajak berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh Orang Pribadi dan Badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara sebesar–besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Salemba Empat : 2010)
“Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”.
2. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui pada pengertian pajak, ada 2 (dua) fungsi pajak,
yaitu:
2.1Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak yang berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, contoh: dimasukkannya
2.2Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak yang berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan dibidang sosial dan ekonomi, contoh: dikenakannya pajak yang
lebih tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumsi minuman keras
dapat ditekan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah adalah
iuran wajib yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau Badan kepala daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggara
pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
3. Pajak Kendaraan Bermotor
3.1 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor
Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih,
beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh
peralatan teknik, berupa motor atau peralatan lain yang berfungsi untuk mengubah
suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak.
Jadi Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dipungut atas
3.2Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Objek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor. Termasuk dalam objek PKB adalah kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor yang digunakan di semua jenis jalan darat,
antara lain: di kawasan bandara, pelabuhan laut, perkebunan, kehutanan, pertanian,
pertambangan, industri, perdagangan, dan sarana olahraga dan rekreasi. Yang
termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor beroda
beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).
Pelaksanaan Objek Pajak Kendaraan Bermotor dikecualikan terhadap
kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air,
yaitu:
a. Kereta api, kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara.
b. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan,
konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-lembaga
internasional.
c. Pabrikan atau importir Kendaraan Bermotor Baru yang tersedia untuk
diperlukan, untuk dijual dan tidak dipergunakan dalam lalu lintas
d. Wisatawan Asing yang berada di Daerah dalam wilayah Indonesia
untuk waktu yang tidak lebih lama dari 90 (sembilan puluh) hari
berturut-turut.
e. Yang tidak digunakan, karena disegel dan disita oleh negara
f. Orang pribadi/badan atas Kendaraan Air di Atas Air perintis.
g. Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki Kapal Pandu Kapal
Tunda untuk keperluan keselamatan.
3.3Subjek Pajak Kendaraan Bermotor
Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. Yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak adalah:
a. Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasa atau ahli
warisnya.
b. Untuk badan adalah perpajakan diwakili oleh pengurus atau badan
kuasa tersebut.
a. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (DP PKB) dihitung
sebagai perkalian dari dua unsur pokok, yaitu Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB)
dan Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran
lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.
Nilai Jual Kendaraan Bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran
umum atas suatu kendaraan bermotor. Jika harga pasaran umum atas suatu kendaraan
bermotor tidak diketahui, maka nilai jual kendaraan bermotor ditentukan berdasarkan
faktor-faktor seperti:
• Isi silinder dan/atau satuan daya.
• Penggunaan kendaraan bermotor.
• Jenis kendaraan bermotor.
• Merek kendaraan bermotor.
• Tahun pembuatan kendaraan bermotor.
• Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang
dizinkan.
• Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor.
Bobot sebagaimana dimaksud di atas dihitung berdasarkan
faktor-faktor, sebagai berikut:
• Tekanan gandar.
• Jenis bahan bakar kendaraan bermotor.
• Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, ciri-ciri mesin dari
kendaraan bermotor.
b. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
Adapun Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) berlaku sama pada
setiap provinsi yang memungut PKB. Tarif PKB ditetapkan dengan peraturan daerah
provinsi. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Pasal 5 tarif PKB
dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan jenis penguasaan kenderaan bermotor,
yaitu sebesar:
a. 1,5% (satu koma lima persen) untuk kendaraan bermotor bukan
umum.
b. 1% (satu persen) untuk kendaraan bermotor umum, yaitu
kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh
c. 0,5% (nol koma lima persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat
berat dan alat-alat besar.
3.5 Penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor
Besarnya pokok Pajak Kendaraan Bermotor yant terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum,
perhitungan PKB adalah sesuai dengan rumus berikut:
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x (NJKB x Bobot)
3.6 Saat Terutang Pajak, Masa Pajak, dan Wilayah Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak yang terutang merupakan PKB yang harus dibayar oleh wajib
pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan
peraturan daerah tentang Pajak Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah provinsi setempat. Saat pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat
pendaftran kendaraan bermotor.
Pada PKB pajak terutang dikenakan untuk masa pajak dua belas bulan
berturut-turut terhtitung mulai saat pendaftran kendaraan bermotor. PKB dibayar
PKB yang terutang dipungut di wilayah provinsi tempat kendaraan
bermotor terdaftar. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah provinsi yang
hanya terbatas atas kendaraan bermotor yang terdaftar dalam lingkup wilayah
administrasinya.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, yaitu:
1. Mengetahui tentang tata cara pelaksanaan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor.
2. Bentuk-bentuk sanksi ataupun denda yang akan dikenakan kepada pemilik
kendaraan bermotor.
3. Persyaratan administrasi yang wajib dipenuhi oleh wajib Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) bagi warga yang memiliki atau menguasai kendaraan
bermotor dilaksanakan dibagian pendaftaran
4. Masalah atau kekeliruan didalam pelaksanaan pembayaran Pajak Kenderaan
Bermotor.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi metode dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
dengan ketentuan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis akan melakukan beberapa persiapan, mulai dari
penetuan topik yang akan diangkat, pengajuan judul, penentuan judul proposal,
penentuan tempat pelaksanaan praktik, pemgurusan administrasi dan izin serta
konsultasi dengan pihak dosen.
2. Studi Literarur
Pada tahap ini penulis juga mencari dan mengumpulkan berbagai sumber
bacaan yang berhubungan dengan objek pembahasan untuk mendukung penulisan
Laporan Tugas Akhir.
3. Observasi Lapangan
Pada tahap ini juga penulis melakukan observasi secara langsung sesuai
dengan peraturan yang berlaku, dimana dalam observasi penulis mencari data dan
informasi pada Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Medan
Utara. Serta mempelajari data–data yang berhubungan dengan masalah–masalah yang
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini juga penulis melakukan pengumpulan data mengenai topik
yang akan dibahas. Data tersebut dikelompokkan menjadi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan nara sumber yang
berkompeten, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan
dokumentasi.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh data yang dibutuhkan, penulis akan
melakukan analisis dan evaluasi sehingga data yang diperoleh saling mendukung dan
akurat dalam bentuk tulisan yang bersifat deskriptif dan informatif.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data diatas sebagai berikut:
1. Wawancara (Interview)
Yaitu dengan mengadakan pembicaraan langsung terhadap pegawai dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak Kantor Bersama Sistem
2. Pengamatan (Observation)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang
dilakukan di Kantor Bersama Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT)
Medan Utara.
3. Studi dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan catatan-catatan, data-data mengenai Pajak
Kenderaan Bermotor yang ada di Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang
yang menjadi Pemikiran dalam penyusunan laporan, Tujuan
dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis,
Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data,
dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini diberikan gambaran umum mengenai lokasi
penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam
bab ini juga akan diuraikan mengenai struktur organisasi, tugas
dan fungsi dari Kantor Bersama Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MANDIRI
Dalam bab ini penulis juga menguraikan pengertian secara
teoritis dan teori-teori yang berkaitan dengan tata cara
pelaksanaan pembayaran pajak kenderaan bermotor serta peran
dan upaya yang dilakukan Kantor Bersama Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara
untuk mengoptimalkan Pajak Kenderaan Bermotor di Kota
BAB IV : ANALISA Dan EVALUASI DATA
Dalam bab ini penulis menganalisis dan mengevaluasi masalah
yang dihadapi , mengenai masalah yang timbul dalam Pajak
Kenderaan Bermotor dan cara pemecahannya.
BAB V : KESIMPULAN Dan SARAN
Bab ini meliputi kesimpulan dari uraian sebelumnya, di
samping itu untuk dikemukakan juga saran yang kiranya dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki kelemahan
yang ada dibidang perpajakan.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA
A. Sejarah Umum UPT. SAMSAT Medan Utara/Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurusi
pengelolaan pajak dan pendapatan daerah dibawah naungan Biro Keuangan pada
Sekretariat Wilayah Tingkat I Sumatera Utara. Selanjutnya berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Sumatera Utara tentang Susunan dan
Tata Cara Sekretariat Wilayah Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, maka Biro
Keuangan ditingkatkan menjadi Direktorat Keuangan.
Dengan demikian, tentu bagian Pajak Pendapatan Daerah berubah menjadi
Sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan. Dengan
terbentuknya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara
pada tanggal 21 Maret 1975 No. 137/II/GSU, maka Sub Direktorat Keuangan
Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi Direktorat Pendapatan Daerah. Pada tanggal
1 September 1975, keluarlah Surat Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD 3/12/43
tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I dan Dinas Pendapatan
Daerah Tingkat II, yang sebelumnya dibawah naungan Direktorat Pendapatan
Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 31 Maret 1976
No. 143/II/GSU dengan persetujuan Dewan Perwakilan Daerah Sumatera Utara
(DPDSU). Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 4
Tahun 1976.
Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas serta pelayanan kepada
masyarakat, maka diperlukan pengembangan organisasi Dinas Pendapatan Daerah
Tingkat I dengan membentuk cabang-cabang dinas. Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Tingkat I Sumatera Utara terdapat di Kabupaten/Kotamadya Tingkat II di
Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri KUPD
7/7/39-26 pada tanggal 31 Maret 1978, dibentuklah cabang Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Utara di seluruh Kabupaten/Kotamadya Tingkat II di Sumatera
Utara.
Kemudian berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri No. 061/2743/S tanggal
22 November 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka terhitung sejak tanggal
keluarnya surat tersebut, nama Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara
diubah menjadi Dinas Pendapatan Provinsi. Cabang Dinas Pendapatan Daerah
Tingkat I Sumatera Utara diubah juga menjadi Cabang Dinas Pendapatan Provinsi
Sumatera Utara. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik
kendaraan bermotor, maka pemerintah membentuk Penyelenggaraan Sistem Baru
Atap atau selanjutnya disingkat menjadi SAMSAT.
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap terdiri atas gabungan 4 instansi
yang mempunyai objek dana kendaraan bermotor yang berdomisili di Sumatera
Utara. Keempat instansi tersebut adalah:
1. Pemerintah Daerah Sumatera Utara yaitu Dinas Pendapatan Daerah
Sumatera Utara (DISPENDASU).
2. Kepolisian Daerah Sumatera Utara yaitu DITLANTAS POLDASU.
3. Departemen Keuangan yaitu PT. Jasa Raharja Cabang Utama Medan.
4. Bank Sumut.
Tujuan pembentukan SAMSAT ialah:
1. Untuk meningkatkan Pendapatan Daerah Sumatera Utara melalui
pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan penerimaan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), khususnya di daerah
Sumatera Utara.
2. Untuk meningkatkan Pendapatan Daerah Sumatera Utara melalui
penerimaan dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor dan penerimaan
sektor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
3. Meningkatkan penerimaan Asuransi Kerugian Kecelakaan Jasa Raharja
Cabang Utama Medan yang merupakan Aparat Departemen Keuangan
4. Sebagai usaha menyeragamkan tindakan, ketertiban, kelancaran, dan
pengadaan Administrasi Kendaraan Bermotor.
Dalam pengembangan dan optimalisasi pelayanan yang lebih luas
kepada wajib pajak, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara sampai saat
ini telah membentuk 14 cabang daerah (Kabupaten/Kota) di wilayah Provinsi
Tabel 1.1 UPT PROVINSI SUMATERA UTARA
NO UNIT WILAYAH KERJA
1. UPTD Medan Utara Medan Barat, Medan Baru, Medan Helvetia, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Labuhan, Medan Belawan.
2. UPTD Medan Selatan Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Kota, Medan Amplas, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Deli Tua, Pancur Batu.
3. UPTD Binjai Kota Binjai dan Kabupaten Langkat.
4. UPTD Pematang Siantar Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.
5. UPTD Kisaran Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai.
6. UPTD Rantau Parapat Kabupaten Labuhan Batu.
7. UPTD Padangsidimpuan Kabupaten Tapanuli Selatan.
8. UPTD Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi.
9. UPTD Kabanjahe Kabupaten Karo.
10. UPTD Sibolga Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah.
11. UPTD Sidikalang Kabupaten Dairi.
12. UPTD Gunung Sitoli Kabupaten Nias.
13. UPTD Balige Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir.
14. UPTD Penyabungan Kabupaten Mandailing Natal.
15. UPTD Lubuk Pakam Lubuk Pakam.
16. UPTD Tarutung Tarutung.
17. UPTD Stabat Stabat.
B. Struktur Organisasi UPT. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan antara
individu-individu dalam suatu kelompok. Struktur ini kemudian digambarkan dalam
bagan organisasi atau diagram. Diagram ini akan memperlihatkan garis-garis besar
hubungan antara fungsi-fungsi dalam organisasi, arus tanggung jawab dan wewenang.
Dalam pengertian luas dapat diartikan bahwa struktur organisasi itu tergantung pada
tugas-tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh
individu-individu dari kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kantor UPT Medan Utara menerapkan struktur lini dan staf. UPT Medan
Utara dipimpin oleh seorang Kepala UPT, dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha.
Kepala UPT secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan
Daerah. UPT Medan Utara terdiri dari 5 seksi, yaitu Seksi Bagian Tata Usaha, Seksi
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Seksi pendapatan Lain-lain (PLL), Seksi
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah/ Air Bea Balik Nma Angkutan di
Atas Air (PA3/BBNA3).
STRUKTUR ORGANISASI UPT. SAMSAT MEDAN UTARA
Sumber : UPT. SAMSAT Medan Utara.
K.a UPT
Kasi
PKB
Kasi
PPL
Kasi
ABT/APU
Kasi
Retribusi
Kasi
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
1. Kepala Unit Pelaksana Teknis Tugas dan Fungsi :
1.1 Melaksanakan koordinasi, kerja sama dengan pihak terkait, pembinaan
pengendalian teknis dan evaluasi penggalian potensi, pemberdayaan
potensi dan pemungutan Sumber Pendapatan Daerah sesuai ketentuan
yang berlaku.
1.2 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil
Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya
masing-masing.
1.3 Menyempurnakan konsep standar-standar pendapatan potensi,
pengadministrasian dan pengutipan dan pelaporan hasil PKB, PKDA,
Pajak ABT/APU, Retribusi dan Pendapatan Lain-lain.
2. Seksi Sub Bagian Tata Usaha Tugas dan Fungsi :
2.1 Menyimpan surat-surat yang berhubungan dengan bidang tugas Sub
Bagian Tata Usaha dan surat-surat dari seksi lainnya yang telah selesai
2.2 Mencatat dalam pembukuan pemasukanyang telah ditentukan
inventaris dan Alat Tulis Kantor (ATK).
3. Seksi Pajak Kendaraan Bermotor Tugas dan Fungsi :
3.1 Menghubungi penunggak Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dengan surat.
3.2 Membuat laporan pembayaran penunggakan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
dengan surat.
3.3 Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Unit sesuai
dengan bidangnya.
4. Seksi Pendapatan Lain-lain Tugas dan Fungsi :
4.1 Menerima laporan bulanan dari seksi yang mengelola Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan melaporkannya kepada Unit Pelaksana Teknis
(UPT).
4.2 Menerima, menyalurkan dan mempertanggungjawabkan SPT dan
4.3 Menyelenggarakan koordinasi dan optimalisasi pendapatan lain-lain
dan setoran laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
5. Seksi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Umum (ABT/APU)
Tugas dan Fungsi :
5.1 Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima
dan memproses usul/ pengajuan keberatan dari Wajib Pajak mengenai
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan Umum (ABT/APU) dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (PBB-KB).
5.2 Membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan dan denda pajak
pengambilan dan pemanfaatan ABT/APU sesuai standar yang
ditetapkan.
5.3 Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala
Dinas sesuai dengan bidang teknisnya.
6. Seksi Retribusi Tugas dan Fungsi :
6.1 Menyempurnakan dan menyusun konsep standar teknis retribusi bagi
6.2 Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data/bahan untuk
penyempurnaan dan penyusunan jenis retribusi, teknis pemungutan
dan tata administrasi retribusi, sosialisasi standar yang ditetapkan serta
penetapan target retribusi.
6.3 Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala,
sesuai dengan bidang teknisnya.
7. Seksi Pajak Angkutan Di Atas Air/Bea Balik Nama Angkutan Di Atas Air (PA3/BBNA3)
Tugas dan Fungsi :
7.1 Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima
dan memproses usul/ pengajuan keberatan Wajib Pajak mengenai
Pajak Angkutan Di Atas Air dan Bea Balik Nama Angkutan Di Atas
Air (PA3/BBNA3), sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku.
7.2 Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit sesuai dengan
bidang tugasnya.
7.3 Memberikan laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada Kepala Unit sesuai dengan standar yang telah
D. Visi, Misi, Motto, Strategi, dan Komitmen UPT. SAMSAT Medan Utara
1. Visi UPT. SAMSAT Medan Utara ialah: “Terwujudnya Pelayanan yang
Berorientasi Good Governance dan Berbasis Teknologi”.
2. Misi UPT. SAMSAT Medan Utara ialah:
2.1 Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2.2 Meningkatkan keamanan registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor.
2.3 Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2.4 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2.5 Menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung terwujudnya
pelayanan berkualitas.
3. Motto UPT. SAMSAT Medan Utara ialah: “Profesional kerjaku dan
kepuasaan masyarakat tujuanku”.
4. Strategi UPT. SAMSAT Medan Utara ialah:
4.1Peningkatan pelayanan kepada masyarakat:
a. Menyederhanakan sistem dan prosedur.
b. Menerapkan pelayanan prima secara konsisten.
c. Sosialisasi yang berkesinambungan.
4.2Meningkatkan keamanan registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor:
a. Meningkatkan pelayanan pengarsipan dan keamanan data
kendaraan bermotor.
b. Meningkatkan teknologi dalam pengarsipan data kendaraan
bermotor.
c. Tertib pemungutan, tertib pembukuan dan tertib laporan.
4.3Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penerimaan
negara:
a. Melaksanakan pemungutan secara efektif dan efisien.
b. Tertib pemungutan, tertib pembukuan dan tertib laporan.
4.4Meningkatkan sumber daya manusia:
a. Meningkatkan disiplin dan etos kerja.
b. Meningkatkan kompetensi.
c. Meningkatkan kesejahteraan.
5. Komitmen UPT. SAMSAT Medan Utara:
5.1Secara terus menerus memperbaiki dan mengembangkan sistem
manajemen mutu.
E. Gambaran Umum Pegawai dan Karyawan SAMSAT Medan Utara
Secara umum gambaran daripada Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Karyawan
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara UPT Medan Utara menurut
[image:41.612.113.520.334.474.2]golongan kepangkatan sebagai berikut :
Tabel 1.2 Gambaran Umum Pegawai dan Karyawan UPT Medan Utara
No Tamatan Jumlah Dalam Persentase Jumlah Pegawai
1. Sarjana (S1) 90 % 96 Orang
2. Diploma III (D3) 1 % 1 0rang
3 SMA Sederajat 9 % 10 orang
Jumlah 100% 107 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK
A. Pengertian Pajak
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Pajak Kenderaan Bermotor (PKB)
lebih jauh, kita harus mengetahui defenisi pajak. Adapun pengertian pajak ialah:
Defenisi Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pajak menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets adalah Prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma hukum dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada
kalanya kontraprestasi yang dapat di tujukan dalam hal yang individual, maksudnya
adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Sedangkan defenisi Pajak berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang pribadi dan Badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran
Secara umum pajak adalah pungutan oleh pejabat pajak kepada wajib pajak
tanpa tegenprestasi secara langsung dan bersifat memaksa sehingga penagihannya
dapat dipaksakan. Sebenarnya pajak merupakan pungutan yang bersifat memaksa
sebagaimana tersirat dalam Pasal 23A UUD 1945. Pajak dipungut oleh pajak pejabat
sebagai pihak yang mewakili negara tanpa tegenprestasi secara langsung kepada
wajib pajak. Sifat yang dimiliki oleh pajak adalah memaksa yang terjelma dari aspek
penagihannya dengan ancaman hukuman berupa sanksi administrasi maupun sanksi
kepidanaan.
B. Sumber Pendapatan Daerah
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2004, disebutkan bahwa Pemerintahan Daerah
memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah, yang berasal dari Hasil Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah.. Menurut Undang-Undang No. 34 Menurut UU
No. 33 Tahun 2004 juga menjelaskan tentang Dana Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pendanaan
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan masyarakat di daerah dan
memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, Pendapatan Daerah
digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan otonomi daerah
tangganya sendiri, pembangunan secara berkesinambungan, dan pelayanan pada
masyarakat.
Salah satu sumber pendapatan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah adalah Pajak Daerah. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah.
Pajak daerah, pajak yang diadakan oleh daerah serta penagihannya dilakukan
oleh pejabat pajak yang ditugasi mengelola pajak-pajak daerah. Objek pajak daerah
terbatas jumlahnya karena objek yang telah menjadi objek pajak negara tidak boleh
digunakan oleh daerah. Lapangan pajak daerah adalah lapangan pajak yang belum
digunakan oleh negara, agar tidak terjadi pajak ganda nasional yang dapat
memberatkan wajib pajak. Dengan demikian, penentuan objek pajak daerah harus
diperhatikan terlebih dahulu objek pajak negara.
Menurut wilayah pemungutannya Pajak Daerah dibagi menjadi dua jenis,
yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Pajak provinsi terdiri dari :
1. Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
4. Pajak Air Bawah dan Air Permukaan.
Sedangkan Pajak Kabupaten dan Kota yang terdiri dari :
1. Pajak Hotel.
2. Pajak Restoran.
3. Pajak Hiburan.
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan.
6. Pajak Parkir.
7. Pajak Mineral Bahan Logamdan Batuan.
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet.
10.Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
11.BPHTB.
C. Gambaran Pajak Kendaraan Bermotor
1. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih, beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh
peralatan listrik, berupa motor atau peralatan lain yang berfungsi untuk mengubah
suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
operasinya menggunakan roda, motor dan tidak melekat secara permanen sera
kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.
Jadi Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan
dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
Adapun dasar hukum pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor ialah sebagai
berikut :
1. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
2. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 1 Tahun 2011 tentang
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
3. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
4. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 7 Tahun 2010 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit
Pelayanan Publik (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah).
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi
Sumatera utara.
8. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 26 Tahun 2011 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan,
Ketetapan Pajak dan Pengurangan, Penghapusan Sanksi Administrasi
Pajak serta Penghapusan Piutang Pajak Kadaluarsa Atas Pajak Daerah.
9. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2012.
2. Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Objek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor. Termasuk dalam objek Pajak Kendaraan Bermotor
adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor yang digunakan di
semua jenis jalan darat, antara lain: di kawasan bandara, pelabuhan laut, perkebunan,
kehutanan, pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, dan sarana olahraga dan
rekreasi. Yang termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor adalah kendaraan
bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat
dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima
Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor adalah :
a. Kereta api.
b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan
pertahanan dan keamanan negara.
c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat,
perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga
internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari
Pemerintah.
d. Pabrikan atau importir Kendaraan Bermotor Baru yang tersedia untuk
diperlukan dalam lalu lintas biasa.
e. Turis asing yang berada di daerah untuk jangka waktu enam piluh hari.
f. Kendaraan pemadam kebakaran.
g. Kendaraan bermotor yang disegel atau disita oleh negara.
3. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor
Secara terminologi yang disebut dengan subjek pajak bagi pajak daerah
adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah. Berkaitan
dengan Pajak Kendaraan Bermotor, maka subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah
orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor.
a. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang
memiliki kendaraan bermotor.
b. Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh
pengurus atau kuasa Badan tersebut.
4. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Dasar pengenaan pajak merupakan ukuran atau pengakuan nilai tertentu yang
digunakan sebagai dasar pengenaan pajak. Nilai yang menjadi dasar pengenaan pajak
tersebut harus diukur. Ukuran nilai objektif adalah nilai penyerahan barang,
senhingga berkaitan dengan Pajak Kendaraan Bermotor, maka nilai penyerahan dapat
berupa nilai jual beli, nilai tukar menukar, dan lain sebagainya.
Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2
(dua) unsur pokok :
4.1 Nilai Jual Kendaraan Bermotor.
Nilai jual kendaraan bermotor ditentukan berdasarkan Harga
Pasaran Umum atas suatu Kendaraan Bermotor. Dalam Harga Pasaran
Umum suatu Kendaraan Bermotor tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan
Bermotor dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh
faktor-faktor sebagai berikut :
b. Penggunaan kendaraan bermotor.
c. Jenis kendaraan bermotor.
d. Merek kendaraan bermotor.
e. Tahun pembuatan kendaraan bermotor.
f. Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang
yang diizinkan.
g. Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor.
4.2 Bobot Yang Mencerminkan Secara Relatif Tingkat Kerusakan Jalan Dan/Atau Pencemaran Lingkungan Akibat Penggunaan Kendaraan Bermotor.
Unsur bobot adalah unsur yang mencerminkan secara relatif kadar
kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan
kendaraan bermotor, bobot dinyatakan sebagai koefisien tertentu,
koefisien bobot sama dengan 1, berarti kendaraan bermotor tersebut
membawa pengaruh terhadap kerusakan jalan dan pencemaran
lingkungan. Bobot dihitung berdasarkan, antara lain sebagai berikut :
a. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as,
roda, dan berat Kendaraan Bermotor.
b. Jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang bedakan menurut
solar, bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar
c. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin
Kendaraan Bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2
tak atau 4 tak, dan isi silinder.
Penetapan bobot kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :
a. Bobot kendaraan bukan umum seperti jenis sedan, jeep, sepeda
motor dan sejenisnya ditetapkan sebesar 1,00.
b. Bobot kendaraan umum seperti jenis mobil barang/beban
ditetapkan sebesar 1,30.
c. Bobot kendaraan bermotor jenis alat-alat berat dan alat-alat
besar sebesar 1,00.
5. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
Berdasarkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang terutang, dihitung
dengan cara mengalihkan tarif dasar pengenaan pajak. Adapun tarif Pajak Kendaraan
Bermotor ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar
1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen).
b. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat
ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan
c. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam
kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar
0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).
d. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling
tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
Berdasarkan unsur-unsur diatas, besarnya Pajak Kendaraan Bermotor dapat
dihitung sebagai berikut :
Berdasarkan contoh perhitungan dasar pengenaan pajak yang dikemukakan
dapat dihitung besarnya pajak terutang, yaitu :
1. Zacky dikota Medan provinsi Sumatera Utara memperpanjang STNK
Honda Civic. Mobil kedua miliknya yang jatuh tempo 20 Maret 2012. Bila
NJKB Honda Civic berdasarkan Kependagri ditetapkan Rp 200.000.000,
bobot untuk sedan 1,00 dan tarif Perda Provinsi Sumatera Utara ditetapkan
2%. Berapa PKB yang harus dibayar zacky pada maret 2013 ?
Jawaban :
PKB = Tarif x (NJKB x Bobot)
= 2% x (Rp 200.000.000 x 1,00) = Rp 4.000.000
2. Nyonya Kania memiliki mobil Kijang yang akan memperpanjang STNK
bermotor miliknya jenis Kijang Kapsul LGX. Tahun pembuatan 1998
yang jatuh tempo tanggal 25 Juli 2012. Nilai jual kendaraan bermotor
ditetapkan RP.95.000.000. Hitunglah PKB yang harus dibayar nyonya
Kania.
Jawaban :
Jumlah PKB terutang = Tarif x (Nilai jual kendaraan x bobot)
= 0,5% x(Rp.95.000.000 x 1,30)
= RP.617.500
3. Tuan Mario Maurer membeli mobil Volvo dari Tuan Fahri di kota Medan.
Adapun jenis Volvo V3RGC, tahun pembuatan 2006 yang jatuh tempo 18
Juni 2008. Diketahui nilai jual kendaraan bermotor tersebut sebesar
Rp.400.000.000,00, koefisien bobotnya 1,0. Hitunglah berapa PKB
terutang yang harus dibayar oleh Tuan Mario Maurer ?
Jawaban :
Jumlah PKB terutang = Tarif x (Nilai jual kendaraan x bobot)
= 1,75% x (RP.400.000.000 x 1,0)
6. Saat Terutang Pajak, Masa Pajak, dan Wilayah Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
Pajak yang terutang merupakan PKB yang harus dibayar oleh wajib pajak
pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan
peraturan daerah tentang Pajak Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah provinsi setempat. Saat pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat
pendaftaran kendaraan bermotor.
Pada PKB pajak terutang dikenakan untuk masa pajak 12 (dua belas) bulan
berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran kendaraan bermotor. Pemungutan
PKB merupakan satu kesatuan dengan pengurusan administrasi kendaraan bermotor
lainnya. PKB dibayar sekaligus di muka untuk masa pajak 12 (dua belas) bulan
kedepan. Kewajiban pajak yang berakhir sebelum 12 (dua belas) bulan karena sesuatu
hal, besarnya pajak yang terutang dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan. Hal ini
berarti PKB yang karena suatu dan lain hal masa pajaknya tidak sampai 12 (dua
belas) bulan, dapat dilakukan restitusi. Pengertian suatu dan lain hal antara lain
kendaraan bermotor didaftarkan di daerah lain (mutasi daerah tempat pendaftaran
kendaraan bermotor) atau kendaraan bermotor yang rusak dan tidak dapat digunakan
lagi karena force majeure.
PKB yang terutang dipungut di wilayah provinsi tempat kendaraan bermotor
terdaftar. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah provinsi yang hanya terbatas
Prosedur pemungut Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan SAMSAT
Medan Utara yang dikaitkan dengan pendaftaran, pengeluaran dan penelitian ulang
STNK sekaligus dengan pembayaran SWDKLLJ.
1. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah
Pemungutan adalah suatu rangkaian dari penghimpunan data objek dan
subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai pada kegiatan
penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetoran. Pajak daerah
dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau kata lain dibayar oleh wajib
pajak, wajib pajak yang membayar pajaknya sendiri dengan menggunakan Surat
Keputusan Pajak Daerah (SKPD) yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau pejabat
yang ditunjuk.
2. Proses Pemungutan PKB/BBN-KB
2.1 Pendaftaran dan Penetapan PKB/BBN-KB 1. Penelitian dan Registrasi Identifikasi
Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
a. Menerima, meneliti kelengkapan dan keabsahan berkas
permohonan.
b. Melakukan penelitian pada daftar pencarian barang dan daftar
c. Membubuhkan paraf pada resi formulir pendaftaran yang
diterima, memotong dan memberikan resi tersebut kepada
pemohon.
d. Menerima dan meneliti hasil pemeriksaan fisik kendaraan
bermotor untuk dicross check dengan dokumen kendaraan
bermotor dan apabila adanya perbedaan dan kejanggalan,
ataupun tercantum dalam daftar pencarian dan pemblokiran
berkas, maka permohonan tersebut diselesaikan scara khusus
sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Memberikan dan menetapkan Nomor Polisi dan Nomor BPKB
serta menuliskannya pada formulir SPPKB yang juga formulir
permohonan STNK, serta membubuhkan paraf pada formulir
tersebut.
f. Meneruskan berkas permohonan kepada otorisasi data statis
kendaraan.
g. Khusus untuk pendaftaran STCK dan TCKB, petugas
Kepolisian Republik Indonesia dan Jasa Raharja melaksanakan
tugas :
1. Menerima biaya administrasi STCK, TCKB, BTCK, dan
SWDKLLJ.
3. Verifikasi STCK.
4. Menyiapkan TCKB.
5. Menyerahkan berkas.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
1. 1 (satu)orang petugas Kepolisian Republik Indonesia.
2. 1 (satu) orang petugas PT. Jasa Raharja (Persero).
2. Otorisasi Data Statis Kendaraan
Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
a. Membuat Kartu Induk Kendaraan Bermotor bagi kendaraan
baru.
b. Memberikan Nomor Kartu Induk Kendaraan secara
sistematis.
c. Menuliskan identifikasi kepemilikan, jenis, golongan, fungsi
kendaraan pada Kartu Induk Kendaraan Bermotor untuk
kepentingan penetapan besarnya PKB/BBN-KB dan
SWDKLLJ.
d. Membuat order TNKB untuk proses pencetakan TNKB bagi
kendaraan baru, perpanjangan STNK dan Penggantian Nomor
e. Melaksanakan penyimpanan dan penataan Kartu Induk
Kendaraan sesuai dengan bulan dan tahun penerbitan Kartu
Induk Kendaraan.
f. Meneruskan berkas permohonan kepada penetapan
PKB/BBN-KB dan SWDKLLJ.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
2 (dua) orang petugas Kepolisian Republik Indonesia.
3. Penetapan PKB dan BBN-KB
Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
a. Menetapkan besarnya PKB dan BBN-KBB serata denda
dalam SKPD.
b. Memberikan Nomor SKUM dan kohir pada SKPD.
c. Membukukan dalam buku Produksi Pajak.
d. Menyelesaikan secara khusus apabila terjadi kesalahan
penetapan sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Meneruskan berkas yang telah disahkan PKB/BBN-KB dan
dendanya kepada Penetapan SWDKLLJ.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
4. Penetapan SWDKLLJ
Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
a. Menetapkan SWDKLLJ dan denda serta membubuhkan paraf
pada SKPD.
b. Membubuhkan penetapan.
c. Meneruskan berkas yang telah ditetapkan SWDKLLJ dan
dendanya kepada Penetapan Biaya Administrasi
STNK/TNKB.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
1 (satu) orang petugas PT. Jasa Raharja (Persero).
5. Penetapan Biaya Administrasi STNK/TNKB Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
a. Menetapkan biaya administrasi dan biaya TNKB serata
membubuhkan paraf.
b. Membukukan biaya administrasi.
c. Menyerahkan berkas pendaftaran kepada Korektor.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
6. Pelayanan Korektor
Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
a. Memeriksa kebenaran besarnya penetapan dan denda.
b. Memberikan paraf pada SKPD.
c. Memeriksa/meneliti berkas pendaftaran kendaraan bermotor.
d. Menyerahkan KTP asli, BPKB asli, dan SKPD asli kepada
pemohon.
e. Meneruskan berkas ke unit pembayaran.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
1. 1 (satu) orang petugas Dispenda.
2. 1 (satu) orang petugas Kepolisian Republik Indonesia.
3. 1 (satu) orang petugas PT. Jasa Raharja (Persero).
7. Pembayaran
Pada bagian pembayaran pajak yang menjadi tanggung jawab dari
hasil pembayaran pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak (WP)
adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Menerima pembayaran dari wajib pajak.
c. Mencetak SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).
d. Menyampaikan SKPD pada loket pencetak STNK
e. Menyampaikan berkas pada petugas arsip.
f. Menyetor hasil penerimaan ke kasir pada bendahara.
g. Menghimpun berkas yang belum dibayar ke petugas
penagihan.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
1 (satu) orang Dispenda.
8. Penerima Pembayaran
Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
a. Menerima pembayaran sesuai dengan SKPD dan
membubuhkan validasi pada SKPD.
b. Meneruskan berkas dan tindakan SKPD kepada tugas
pencetak STNK/pengesahan STNK.
c. Menyerahkan lembar asli SKPD yang telah divalidasi kepada
pemohon.
d. Mendistribusikan tindakan SKPD kepada Dispenda dan PT.
e. Menyetorkan uang penerimaan kepada Instansi atau pihak
yang berhak menerima paling lambat 1 x 24 jam.
f. Membukukan dalam Buku Kas Umum dan peenerima
perjenis :
1. PKB/BBN-KB.
2. SWDKLLJ.
3. Administrasi STNK dan TNKB.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
1. 1 (satu) orang Bendaharawan Khusus Penerima.
2. 1 (satu) orang Kasir Dispenda.
3. 2 (dua) orang tenaga pembukuan.
9. Validasi STNK/Pencetakan STNK dan Penyediaan TNKB Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
a. Mencetak STNK baru/perpanjangan/pengesahan.
b. Mencetak TNKB.
c. Menerima berkas dan tindakan SKPD dari penerima
pembayaran.
e. Meneruskan berkas kepada unit penyerahan STNK, TNKB
dan Peneng.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
1. 1 (satu) orang petugas Kepolisian Republik Indonesia.
2. 1 (satu) orang Dispenda.
10.Penyerahan STNK, TNKB, dan Peneng Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
menyerahkan STNK, TNKB, SKPD, dan Peneng.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
1. 1 (satu) orang petugas Kepolisian Republik Indonesia atau
Dispenda.
2. 1 (satu) orang petugas PT. Jasa Raharja (Persero).
11.Pengelolaan Arsip
Adapun yang menjadi uraian tugasnya adalah :
a. Menerima berkas dari Unit Pelayanan Penyerahan.
b. Menyiapkan dan menyerahkan berkas arsip yang diminta oleh
c. Melaksanakan tata usaha berkas kedalam kelompok sehingga
memudahkan pencarian kembali.
d. Membukukan arsip yang diterima dan dikeluarkan.
e. Menyusun berkas sesuai dengan Nomor Polisi.
f. Menyusun dan menyiapkan berkas Surat Kendaraan Bermotor
(SKB) untuk data perpanjangan.
g. Memisahkan berkas kendaraan bermotor yang diblokir.
Adapun yang menjadi petugas pelaksananya adalah :
1. 1 (satu) orang petugas Kepolisian Republik Indonesia.
Gambar 1.3
Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Di UPT SAMSAT Medan Utara
L O K E T I PENDAFTARAN
1. Pengambilan formulir
SPT/Permohonan STNK formulir khusus pengesahan.
2. Pengisian formulir SPT. 3. Berkas .
4. Menyampaikan berkas pada pengurus checking.
DISPENDA POLRI L O K E T II PENELITIAN BERKAS
1. Check persyaratan dan kelengkapan berkas.
2. Pendataan (entry).
3. Menyampaikan berkas ke penetapan
PENETAPAN
1. Membuat perhitungan penetapan Wajib Pajak (WP).
2. Membuat nomor kohir 3. Mengisi data notice pajak. 4. Menyampaikan berkas pada kasir
DISPENDA
JASA
RAHARJA
KOREKTOR
1. Meneliti kebenaran dan penetapan kepada Wajib Pajak.
2. Meneliti data pajak dalam ketentuan sementara.
PEMBAYARAN
1. Menerima pembayaran dari Wajib Pajak.
2. Membuka hasil penerimaan.
3. Mencetak SKPD.
4. Menyampaikan SKPD pada loket embrossing/pencetak STNK. 5. Menyampaikan berkas pada petugas
kartu box (arsip).
6. Menyetor hasil penerimaan kasir pada bendahara (Validasi).
7. Menyampaikan berkas yang belum bayar kepetugas penagihan. 8. Menghimpun berkas yang belum
bayar.
DISPENDA
JASA
L O K
E
T
III
EMBOSSING/PENCETAK STNK
1. Melaksanakan embossing/pencetak STNK.
2. Menyampaikan SKPD/STNK ke
loket pengambilan STNK/plat motor.
DISPENDA
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini, penulis akan membahas analisis dan evaluasi data yang
bersumber dari bab-bab sebelumnya. Pada bab terdahulu dijelaskan secara terperinci
tentang data Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pada SAMSAT Medan Utara. Akan
tetapi, untuk menjelaskannya penulis menguraikan tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan secara kualitatif disertai dengan penjelasan yang objektif dan sistematis.
A. Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor SAMSAT Medan Utara
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Kantor
SAMSAT Medan Utara, maka penulis akan menyajikan tentang tatacara dalam
pelaksanaan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor. Adapun syarat-syarat yang
diperlukan adalah :
1. KTP Asli dan masih berlaku yang sesuai dengan data pemilik motor di
STNK.
2. Buku BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor).
4. Foto copy semua masing-masing 2 (dua) lembar dan dijadikan satu
(usahakan sebelum ke Kantor SAMSAT Medan Utara dipersiapkan
terlebih dahulu).
5. Jika semuanya sudah lengkap, maka pertama-tama mengambil formulir
terlebih dahulu.
6. Setelah mendapat formulir, formulir tersebut diisi sesuai dengan contoh
yang dibuat oleh SAMSAT Medan Utara.
7. Jika selesai si wajib pajak harus membeli map khusus yang dipakai untuk
memasukkan berkas atau syarat tersebut, biasanya map tersebut sudah
dikantor SAMSAT Medan Utara atau SAMSAT setempat.
8. Setelah semuanya selesai si wajib pajak mengambil nomor antrian,
tunggu hingga nomor antrian dipanggil oleh pegawai SAMSAT Medan
Utara.
9. Jika nomor antrian dipanggil, si wajib pajak menyerahkan berkas yang
sudah disiapkan dalam map tersebut.
10.Si wajib pajak membayar biaya administrasi dalam mengurus Pajak
Kendaraan Bermotor.
11.Setelah membayar biaya administrasinya, maka wajib pajak akan
diberikan bukti pembayaran yang digunakan untuk mengambil STNK
12.Wajib pajak menunggu panggilan dari pegawai SAMSAT Medan Utara,
wajib pajak memberikan bukti pembayaran dan STNK yang baru bisa
diambil.
Dalam hal mengenai pendaftaran kendaraaan akibat mutasi sama saja proses
pendaftaran sebelum mutas. Adapun proses persyaratan kelengkapan dokumen yang
harus dipenuhi sebagai berikut :
1. Pendaftaran Pertama Kendaraan Bermotor yang Baru Adapun yang menjadi persyaratannya adalah :
a. Mengisi formulir Surat Persyaratan Pendaftaran Kendaraan
Bermotor (SPPKB).
b. Identitas :
1. Untuk Perorangan : Tanda jati diri yang sah + 1 (satu)
lembar fotocopy, bagi yang berhalangan melampirkan Surat
Kuasa bermaterai.
2. Untuk Badan Hukum : Salinan Akta Pendirian + 1 (satu)
lembar fotocopy, keterangan domisili, Surat Kuasa
bermaterai dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi
3. Untuk Instansi Pemerintah (termasuk BUMN dan BUMD) :
Surat Tugas/Surat Kuasa bermaterai dan ditandatangani oleh
pimpinan serta dibubuhi cap instansi yang bersangkutan.
c. Faktur.
d. Sertifikat uji tipe, tanda bukti lulus, uji tipe atau buku tanda
bukti lulus uji berkala, sertifikat NIK (VIN) dan tanda
pendaftaran tipe.
e. Kendaraan bemotor yang mengalami perubahan bentuk harus
melampirkan surat keterangan dari perusahaan karoseri yang
mendapat izin.
f. Surat keterangan bagi kendaraan bermotor angkutan umum yang
telah memenuhi persyaratan.
g. Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor.
2. Pengesahan STNK Setiap Tahun
Adapun yang menjadi persyaratan adalah :
a. Mengisi formulir SPPKB yang sekaligus berfungsi sebagai
pernyataan terjadi perubahan spesifikasi Kendaraan Bermotor.
b. Identitas :
1. Untuk Perorangan : Tanda Jati diri yang sah, bagi yang
2. Untuk Badan Hukum : Salinan Akta Pendirian, Surat Kuasa
bermaterai dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuh