• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nihon Go No “TE” Ni Kansuru Kanyouku No Imi No Hikaku NO Bunseki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Nihon Go No “TE” Ni Kansuru Kanyouku No Imi No Hikaku NO Bunseki"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN MAKNA IDIOM TE DALAM BAHASA JEPANG NIHON GO NO “TE” NI KANSURU KANYOUKU NO IMI NO

HIKAKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh : MARWIYAH

120722001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

(2)

ANALISIS PERBANDINGAN MAKNA IDIOM TE DALAM BAHASA JEPANG NIHON GO NO “TE” NI KANSURU KANYOUKU NO IMI NO

HIKAKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh : MARWIYAH

120722001

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A.

NIP : 19600827 1991 03 1 001 NIP : 19691011 2002 12 1 001 Muhammad Pujiono, SS., M. Hum.

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Agung dan Maha segalanya yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi berjudul “Analisis Perbandingan Makna Idiom Te Dalam Bahasa Jepang”.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna dikarenakan pengetahuan penulis yang sangat terbatas. Namun, berkat motivasi serta bantuan dari semua pihak terkait yang sangat membantu, maka penulisan skripsi ini akhirnya bisa diselesaikan.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam atas bantuan serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis, khususnya kepada :

1. Bapak Dekan Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Mulyadi, M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang sangat banyak membantu, memberikan hal-hal yang sangat bermanfaat serta selalu meluangkan waktunya di saat sibuk sekalipun.

4. Bapak Muhammad Pujiono, S.S, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan masukan, dukungan serta banyak hal yang sangat bermanfaat serta selalu meluangkan waktunya di saat sibuk sekalipun.

(4)

5. Seluruh dosen dan staff pengajar yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan berbagai hal, sehingga penulis bisa belajar banyak, tidak hanya yang terkait dengan bahasa Jepang, namun hal lainnya juga.

6. Bapak Konjen, Konsul, Konsul Muda serta rekan kerja di Konsulat Jenderal Jepang di Medan atas banyak hal yang sangat-sangat berharga serta inspiratif.

7. Bapak dan Emak yang selalu saya sayangi dan hormati, yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang Beliau hingga kini, yang tidak akan pernah terbalaskan oleh apa pun.

Begitu juga dengan seluruh keluarga besar saya yang sangat besar andilnya.

8. Seluruh sahabat, teman dan rekan dimana pun berada yang selalu mendoakan, menyemangati serta memberikan banyak hal yang tidak bisa dijelaskan secara rinci.

Akhirnya, agar skripsi ini lebih bermutu dan lebih baik lagi, penulis sangat mengharapkan masukan serta saran dari pembaca dan semua pihak.

Medan, 17 April 2014 Penulis

Marwiyah

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Perumusan Masalah...5

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan...5

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori...8

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian...15

1.6. Metode Penelitian...16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IDIOM DAN MAKNA KATA TE (手) 2.1. Pengertian Idiom... ...19

2.2. Jenis Idiom...25

2.2.1. Idiom Metafora Inyu (隠喩)... ...25

2.2.2. Idiom Metonimi Kanyu (換喩)...27

2.2.3. Idiom Sinekdoke Teiyu (提喩)…...28

2.3. Jenis-Jenis Idiom Te (手)...29

2.3.1. Idiom Te (手) Adjektiva...29

2.3.2. Idiom Te (手) Verba...30

2.3.3. Idiom Te (手) Nomina...32

2.4. Pandangan Bangsa Jepang terhadap Te (手).... ... ...32

2.5. Makna Idiom Te………..………...46

(6)

2.5.1. Makna Idiom Oteage (お手上げ)...46

2.5.2. Makna Idiom Te Ga Agaru (手が上がる)...53

2.5.3. Makna Idiom Te Ga Aku (手が空く)...61

2.5.4. Makna Idiom Te Ga Hayai (手が早い)...63

2.5.5. Makna Idiom Te Ga Nagai (手が長い)...65

2.5.6. Makna Idiom Te Wo Dasu (手を出す)...69

2.5.7. Makna Idiom Te Wo Hanasu (手を放す)...73

2.5.8. Makna Idiom Te Wo Nigiru (手を握る)...75

2.5.9. Makna Idiom Te Wo Tsunagu (手を繋ぐ)...77

2.5.10.Makna Idiom Tegaru (手軽)...80

2.6. Makna Idiom ‘Tangan’…...84

2.6.1. Makna Idiom ‘Angkat Tangan’...84

2.6.2. Makna Idiom ‘Bergandengan Tangan’...84

2.6.3. Makna Idiom ‘Bermain Panjang Tangan’...85

2.6.4. Makna Idiom ‘Campur Tangan’...85

2.6.5. Makna Idiom ‘Lepas Tangan’...86

2.6.6. Makna Idiom ‘Mencium Telapak Tangan’…...86

2.6.7. Makna Idiom ‘Mengulurkan Tangan’...87

2.6.8. Makna Idiom ‘Panjang Tangan’...88

2.6.9. Makna Idiom ‘Ringan Tangan’...88

2.6.10.Makna Idiom ‘Tangan Cepat’...89

2.6.11.Makna Idiom ‘Tangan Kosong’...89

2.6.12.Makna Idiom ‘Tangan Naik’...90 BAB III ANALISIS PERBANDINGAN IDIOM TE (手) DALAM

BAHASA JEPANG DAN IDIOM ‘TANGAN’DALAM

(7)

BAHASA INDONESIA

3.1. Idiom Sama Semakna...91 3.2. Idiom Beda Semakna... .92 3.3. Idiom Sama Beda Makna... 94 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan...97 4.2. Saran ...98 DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

(8)

Abstrak

Analisis Perbandingan Makna Idiom Te Dalam Bahasa Jepang

Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak hubungan dengan bahasa.

Tiap negara, bahkan daerah mempunyai idiom tersendiri. Begitu pula Indonesia dan Jepang, kedua negara ini mempunyai idiom tersendiri. Idiom dapat hadir di saat manusia berkomunikasi antara satu dengan yang lain dalam kegiatan sehari-hari, baik lisan maupun tulisan. Permasalahannya adalah, orang awam sulit memahami maksud idiom karena makna yang tersurat dalam idiom bersifat samar sehingga harus dihubungkan dengan makna yang sebenarnya. Makna tersebut bukan berarti makna kumpulan kata, tapi makna simpulan suatu idiom.

Tidak berbeda jauh dengan bahasa Indonesia, bahasa Jepang pun menggunakan bagian tubuh dalam idiomnya. Diantaranya adalah te(手)yang dalam bahasa Indonesia berarti “tangan”. Dari hasil penelitian idiom yang memakai bagian tubuh te (tangan) dalam bahasa Jepang merupakan yang terbanyak, yaitu ada 228 idiom.

Kemudian untuk idiom yang memakai kata ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia sebanyak 128 idiom. Karena jumlah yang banyak, sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut lagi tentang perbandingan makna yang ada dalam idiom bahasa Jepang yang memakai bagian tubuh te(手)dengan idiom bahasa Indonesia yang memakai bagian tubuh ‘tangan’. Yaitu :

d. Idiom sama semakna e. Idiom beda semakna f. Idiom sama beda makna

(9)

tersebut memiliki makna ‘menghentikan kesibukan’. Idiom purojekuto kara te wo hiku(プロ ジェクトから手を引く)yang memiliki makna ‘meninggalkan proyek’, tetapi dapat pula

menghasilkan makna yang berlainan.

Sebagian idiom merupakan bentuk baku (tidak berubah) artinya kombinasi kata-kata dalam idiom dalam bentuk tetap. Bentuk tersebut tidak dapat diubah. Setiap kata mungkin artinya sederhana, tetapi setelah disatukan banyak makna idiom memiliki arti yang berbeda.

Idiom dibagi atas 3 jenis,yaitu : 1. Idiom Metafora Inyu(隠喩)

Metafora inyu (隠喩)adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan

suatu hal dengan mengumpamakan dengan hal lain berdasarkan pada sifat kemiripan/kesamaan.

2. Idiom Metonimi Kanyu(韓愈)

Metonimi kanyu ( 韓 愈 ) adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu hal dengan cara mengumpamakan dengan hal lain berdasarkan pada sifat kedekatannya antara kedua hal tersebut.

3. Idiom Sinekdoke Teiyu (艇愈)

Sinekdoke teiyu ( 艇 愈 ) adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu hal atau yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama atau sebaliknya.

Idiom yang megandung kata te dalam bahasa Jepang secara umum menggambarkan suatu perbuatan yang dilakukan. Dari perbandingan idiom te dalam bahasa Jepang dan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia terdapat 3 idiom yang sama semakna, yaitu :

1. Te ga nagai(手が長い)dengan idiom “pajang tangan” yang bermakna ‘pencuri’. 2. Te wo tsunagu(手を繋ぐ)dengan idiom “bergandengan tangan” yang bermakna

(10)

3. Oteage(お手上げ)dengan idiom “angkat tangan” yang bermakna ‘menyerah’ Untuk idiom beda semakna, terdapat 5 idiom yang berhubungan, namun pada akhirnya secara makna idiom memiliki makna yang sama, yaitu :

1. Te wo nigiru( 手 を 握 る )dengan idiom “mengulurkan tangan” yang bermakna ‘bekerjasama’/’suka memberi bantuan’.

2. Te ga hayai¹(手が早い¹)dengan idiom “ringan tangan” yang bermakna ‘suka memukul’.

3. Te ga hayai²(手が早い²)dengan idiom “bermain panjang tangan” yang bermakna ‘cepat pendekatannya dengan wanita’.

4. Oteage( お 手 上 げ )dengan idiom “mencium telapak tangan” yang bermakna ‘menyerah kalah’.

5. Te wo dasu(手を出す)dengan idom “campur tangan” yang bermakna ‘ikut campur urusan orang lain’.

Perbandingan selanjutnya, didapati 5 buah idiom yang secara pembentukan kata mempunyai arti yang sama, namun memiliki makna idiom yang berbeda, yaitu:

1. Te wo hanasu( 手 を 放 す )yang memiliki makna melepaskan sesuatu yang ada dengan idiom ‘lepas tangan 1’, bermakna tidak bertanggung jawab dan idiom ‘lepas tangan 2’, bermakna tidak ikut campur.

2. Te ga agaru(手が上がる)yang memiliki makna pandai menulis huruf dengan idiom ‘tangan naik’ yang bermakna selalu menang dalam perjudian.

3. Te ga aku(手が空く)yang bermakna waktu luang dengan idiom ‘tangan hampa’ yang memiliki 2 makna, tidak membawa apa-apa serta makna lainnya tidak mendapat apa-apa.

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer dan Agustina, 2004:11). Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam bermasyarakat, kegiatan manusia selalu berubah, maka bahasa pun ikut berubah. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa. Seluk beluk bahasa dibahas dalam linguistik. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi

Salah satu tataran linguistik yaitu semantik, merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Tataran semantik cukup luas, dan salah satu objek kajian semantik adalah idiom kanyouku(慣用句).

Tiap negara, bahkan daerah mempunyai idiom tersendiri. Begitu pula Indonesia dan Jepang, kedua negara ini mempunyai idiom tersendiri. Idiom dapat hadir di saat manusia berkomunikasi antara satu dengan yang lain dalam kegiatan sehari-hari, baik lisan maupun tulisan. Permasalahannya adalah, orang awam sulit memahami maksud idiom karena makna yang tersurat dalam idiom bersifat samar sehingga harus dihubungkan dengan makna yang sebenarnya. Makna tersebut bukan berarti makna kumpulan kata, tapi makna simpulan suatu idiom (Pateda, 2001:231-232).

Kridalaksana (dalam Prayogi, 2010:2) menyatakan bahwa idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Sedangkan ahli

(13)

linguistik Jepang dalam Kokugo Jiten (国語辞典) menyatakan bahwa idiom adalah dua kata atau lebih yang digabungkan dan tidak bisa diartikan per kata, Matsumura (dalam Prayogi, 2010:17). Dalam bahasa Indonesia, yang biasa menjadi sumber idiom adalah nama bagian tubuh manusia, nama warna, nama binatang, nama bagian tumbuh-tumbuhan dan nama bilangan (Sudaryat dalam 2010:2) mengatakan bahwa idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa frase, kata maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.

Kemudian Keraf (1985:109) menyatakan bahwa idiom adalah pola-pola struktur yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak dapat diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu kepada makna kata-kata yang membentuknya. Djajasudarma (dalam Prayogi, 2010:2) menyatakan makna idiomatik adalah makna leksikal terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan.

Matsumura (dalam Prayogi, 2010:17) menyatakan bahwa idiom adalah :

慣用句というのは二つ以上の単語を組み合わせ、人塊として一つの意味を表すもの。

Kanyoku to iu no wa futatsu ijou no tango o kumiawase, hito katamari toshite hitotsu no imi o arawasu mono.

Artinya : “Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk sebuah arti kelompok tersebut”.

Contoh idiom yang memakai bagian tubuh :

a. 手が空く : 仕事に切れ目ができて一時的にひまになる。 Te ga aku : shigoto ni kire me ga dekite ichiji teki ni hima ni naru Bisa terlepas dari pekerjaan, memiliki waktu luang; lenggang atau

(14)

Bebas. (Kindaiichi & Ikeda, 1978:1310)

b. 手が長い : 盗癖がある。てくせが悪い。 Te ga nagai : touheki ga aru. Tekuse ga warui

Memiliki sifat mencuri. Kebiasaan tangan yang jelek; panjang tangan

(Kindaiichi & Ikeda, 1978:1310)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya.

Momiyama (dalam Prayogi, 2010:3) menyatakan bahwa idiom adalah makna dari gabungan dua kata atau lebih yang sudah ditetapkan dan makna idiom yang dihasilkan tidak bisa dicerna dari makna leksikal maupun makna gramatikal gabungan kata pembentuk idiom. Berdasarkan pengetahuan penulis, bahwa cukup banyak idiom bahasa Jepang yang menggunakan kata bagian tubuh dalam berbahasa sehari-hari bagi orang Jepang sendiri.

Tidak berbeda jauh dengan bahasa Indonesia, bahasa Jepang pun menggunakan bagian tubuh dalam idiomnya, diantaranya adalah Te( 手 )yang dalam bahasa Indonesia berarti

“tangan”. Dari hasil penelitian Suryadimulya (dalam

tubuh te (tangan) dalam bahasan Jepang merupakan yang terbanyak, yaitu ada 228 idiom. Kemudian untuk idiom yang memakai kata ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia sebanyak 128 idiom, juga merupakan yang terbanyak dari idiom yang memakai bagian anggota tubuh bagian luar lainnya. Karena jumlah yang banyak inilah, menjadikan sering dipakai dalam pemakaian dalam berbahasa sehari-hari, sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut perbandingan makna yang ada dalam idiom bahasa Jepang yang memakai bagian tubuh te (手) dengan idiom bahasa Indonesia yang memakai bagian tubuh ‘tangan’ dalam hal :

a. Idiom sama semakna

(15)

b. Idiom beda semakna c. Idiom sama beda makna

1.2. Perumusan Masalah

Banyaknya penggunaan idiom yang terbentuk dari anggota tubuh (panca indra) dalam bahasa Jepang dan menimbulkan arti yang beragam/berbeda dari makna asalnya, sehingga makna kata yang dijabarkan oleh penulis bisa dipahami lebih baik lagi.

Untuk mempermudah pemahaman terhadap idiom yang menjadi lingkup penelitian ini, maka dibuat rumusan terhadap idiom yang dianalisis sebagai berikut :

1. Idiom apa saja yang terbentuk dari kata te (tangan) dalam bahasa Jepang yang sama dengan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia dan memiliki makna yang sama?

2. Idiom apa saja yang terbentuk dari kata te (tangan) dalam bahasa Jepang yang berbeda dengan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia namun memiliki makna yang sama? 3. Idiom apa saja yang terbentuk dari kata te (tangan) dalam bahasa Jepang yang sama

dengan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia namun memiliki makna yang berbeda ?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Agar penulisan lebih terarah dan fokus, maka penulis hanya membatasi pada pembahasan 10 (sepuluh) makna idiom te (手) dalam bahasa Jepang dan 12 (dua belas) idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia yang memiliki keterkaitan/hubungan. Hubungan tersebut akan dirumuskan menjadi :

a. Idiom apa saja yang sama semakna b. Idiom apa saja yang beda semakna c. Idiom apa saja yang sama beda makna

10 (sepuluh) idiom te dalam bahasa Jepang yang dibahas bersumber dari Matsuura (1994:1054-1055), Ikeda dan Kindaiichi (1978:1309-1312), Garrison (2006:89-102 ),

(16)

1. Idiom Oteage(お手上げ)

2. Idiom Te Ga Agaru (手が上がる) 3. Idiom Te Ga Aku (手が空く) 4. Idiom Te Ga Hayai (手が早い) 5. Idiom Te Ga Nagai (手が長い) 6. Idiom Te Wo Dasu (手を出す) 7. Idiom Te Wo Hanasu (手を放す) 8. Idiom Te Wo Nigiru (手を握る) 9. Idiom Te Wo Tsunagu (手を繋ぐ) 10.Idiom Tegaru (手軽)

Kemudian, 12 (dua belas) idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia yang dibahas bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional (2008)

1. Idiom ‘Angkat Tangan’

2. Idiom ‘Bergandengan Tangan’ 3. Idiom ‘Bermain Panjang Tangan’ 4. Idiom ‘Campur Tangan’

5. Idiom ‘Lepas Tangan’

(17)

6. Idiom ‘Mencium Telapak Tangan’ 7. Idiom ‘Mengulurkan Tangan’ 8. Idiom ‘Panjang Tangan’ 9. Idiom ‘Ringan Tangan’ 10.Idiom ‘Tangan Cepat’ 11.Idiom ‘Tangan Kosong’ 12.Idiom ‘Tangan Naik

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka

Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak biasa diterangkan secara logis atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1985:109).

Frasa dalam bahasa Jepang disebut dengan ku(句). Dilihat dari maknanya frasa dibagi menjadi dua jenis, yakni rengo(連語)atau frasa biasa, dan kanyouku(慣用句)atau idiom. Machida dan Momiyama (dalam Sutedi, 2003:147) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan ku(句)adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih. Rengo(連 語)merupakan frasa biasa, yang maknanya bisa dipahami cukup dengan mengetahui makna

setiap kata yang membentuk frasa tersebut. Sedangkan kanyouku(慣用句)adalah idiom yang maknanya tidak bisa dipahami dengan hanya mengetahui makna setiap kata yang membentuk idiom tersebut.

Dilihat dari maknanya, kanyouku(慣用句)dibagi menjadi dua macam, yakni frasa yang hanya memiliki makna idiomatikal saja, dan frasa yang memiliki makna idiomatikal dan leksikal. Contoh frasa yang memiliki makna idiomatikal adalah te wo yasumeru (手を休める), yang berarti ‘menghentikan kesibukan’ (Matsuura, 1994:1054). Jika diterjemahkan secara leksikal,

(18)

frasa tersebut bermakna ‘mengistirahatkan tangan’ yang terdengar janggal karena te (手) berarti ‘tangan’ dan yasumeru (休める)berarti ‘istirahat’. Contoh kalimat yang menggunakan idiom te (手), misalnya purojekuto kara te wo hiku (プロジェクトから手を引く)yang

memiliki makna ‘meninggalkan proyek’. Kata-kata yang disusun dalam kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan.

Sebagian idiom merupakam bentuk baku (tidak berubah) artinya kombinasi kata-kata dalam idiom dalam bentuk tetap. Bentuk tersebut tidak dapat diubah berdasarkan kaidah yang berlaku bagi sebuah bahasa.

Menurut Keraf (1985:110) idiom-idiom itu bersifat tradisional dan bukan bersifat logis, maka bentuk-bentuk itu hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman bukan melalui peraturan-peraturan umum bahasa.

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics. Istilah semantik sendiri baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological Association dalam sebuah artikel yang berjudul “Reflected Meaning : a point in semantics” (Djajasudarma, 1999:1).

Semantik adalah sistem penyelidikan makna dari suatu struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara (Kridalaksana dalam http://ejournal-sl-undip.ac.id/index.php). Ringkasnya, semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang mempelajari makna atau arti, asal-usul, pemakaian, perubahan, dan perkembangannya (Sudaryat dalam http://ejournal-sl-undip.ac.id/index.php).

Kemudian, semantik menurut beberapa ahli yang bersumber dari

dan

sebagai berikut :

(19)

1. Charles Morrist

Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”. 2. J.W.M Verhaar (1981:9)

Mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. 3. Lehrer (1974:1)

Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.

4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979:195)

Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. 5. Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996:313)

Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara. 6. Mansoer Pateda

Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. 7. Abdul Chaer

Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).

8. Ferdinand de Saussure (1966) Semantik terdiri dari:

a. Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk dan bunyi bahasa. b. Komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu.

(20)

9. Aminuddin

Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.

Begitu pula dengan makna suatu idiom. Di dalam suatu idiom terkandung bukan hanya makna kamus tapi juga makna majas, bukan hanya arti kata yang sebenarnya tetapi juga arti kiasan yang merupakan garapan semantik.

Ahli linguistik Jepang, Yutaka (1984:238) mengatakan bahwa :

慣用句は単語の二つ以上の連結体であって、その結びつきが比較的固、全体で決まっ

た意味を持つ言葉だと言う程度のところが、一般的な共通理解になっているだろう。

Kanyouku wa tango no futasu ijou no renketsutai de ate, sono musubi tsuki ga hikaku teki katamu, zentai de kimatta imi o motsu kotoba da to iu teido no tokoro ga, ippan teki na kyoutsuu rikai ni natteiru darou.

“Idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih, yang mempunyai perpaduan kata-kata yang relative sulit dan secara keseluruhan menjadi kata yang memiliki arti yang tetap, sehingga menjadi pengertian umum”

Alwasilah (dalam Prayogi, 2010:10) mendefinisikan idiom adalah grup kata-kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda makna tiap kata dalam grup itu.

Setiap kata mungkin artinya sederhana tetapi setelah disatukan banyak makna idiom memiliki arti yang tidak dapat disimpulkan dari arti setiap bagian kata tersebut. Pendapat ini didukung oleh pernyataan ahli linguistik Jepang, Yutaka di atas.

Dalam menganalisis makna idiom dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep gramatikal, sebab akan jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat (Sutedi, 2003:107).

(21)

1.4.2. Kerangka Teori

Kerangka Teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang dilakukan.

Koentjaraningrat (dalam Prayogi, 2010:8) mengemukakan bahwa kerangka teori berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkret. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semantik dan kanyouku (idiom) yang mencakup tentang pengertian kanyouku( 慣 用 句 ), gejala kemunculan idiom, majas dalam perluasan makna kanyouku(慣用句), dan klasifikasi makna kanyouku(慣用句).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan teori kontekstual makna, berarti penggunaannya dalam bahasa, atau langkah-langkah atau cara yang digunakan, atau peran yang dimainkan. Firth menjelaskan bahwa makna tidak akan terlihat atau terungkap kecuali melalui penggunaannya dalam unit bahasa, yaitu dengan menggunakannya dalam berbagai macam konteks. Firth berpendapat, sebagian besar unit makna berdampingan dengan unit-unit lain. Maka unit tidak mungkin digambarkan atau ditentukan kecuali dengan memperhatikan unit-unit lain. Karena itulah studi makna tentang kata menurut adanya analisis konteks yang menjadi acuan kata-kata tersebut. Dengan demikian, makna kata bergantung pada macam-macam konteks tempat kata itu berada (http://ieszilarisarismar.blogspot.com/2012/12/semantik-teori-kontekstual.html).

Kemudian, dalam penelitian ini, penulis lebih memperhatikan pengertian idiom yang dikemukakan oleh Noboru Oyanagi (dalam Prayogi, 2010:16) yakni idiom adalah dua kata atau lebih yang setelah digabung memiliki arti tertentu.

慣用句は二つ以上の単語が組み合わさって、全体である意味を表す。

Kanyouku wa futatsu ijou no tango ga kumiawasatte, zentai de aru imi wo arawasu.

(22)

Untuk teori perbandingan idiom yang memakai idiom te (tangan) dalam bahasa Jepang dan idiom yang memakai unsur tangan dalam bahasa Indonesia, penulis memakai hasil

penelitian Suryadimulya yang diungkapkan dalam Simposium Kebudayaan Indonesia-Malaysia ta

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berfungsi untuk mempermudah melakukan penelitian suatu masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui idiom apa saja yang sama dan semakna yang terbentuk dari kata te (手)dalam bahasa Jepang dan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia .

2) Untuk mengetahui idiom apa saja yang berbeda namun semakna yang terbentuk dari kata te (手)dalam bahasa Jepang dan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia .

3) Untuk mengetahui idiom apa saja yang sama namun beda makna yang terbentuk dari kata te(手)dalam bahasa Jepang dan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia .

1.5.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang linguistik, khususnya makna idiom te (手)dalam bahasa Jepang dan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia. Serta dapat membandingkan idiom bahasa Jepang yang memakai bagian tubuh te ( 手 )dengan idiom bahasa Indonesia yang memakai bagian tubuh ‘tangan’,

terutama dalam hal idiom sama semakna, idiom beda semakna serta idiom sama namun beda makna.

(23)

2) Sebagai pembanding dengan penelitian lain yang berhubungan dengan penjelasan tersebut.

3) Dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa jurusan sastra Jepang agar lebih memahami makna idiom kata te (手)dalam bahasa Jepang dan idiom kata ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia, sehingga bisa memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk pemakaian bahasa Jepang yang baik dan benar.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian (riset) merupakan proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan analisis informasi (data) dalam rangka meningkatkan pengertian kita tentang hal yang kita minati dan yang ingin kita ketahui secara detail. Dalam peneitian diperlukan proses menganalisis yang merupakan proses menguraikan sebuah pokok permasalahan dari berbagai hal/bagiannya. Telaah juga dilakukan pada satu bagian dan hubungan antar bagian lain dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang benar serta menyeluruh.

Tujuan-tujuan penelitian diantaranya : 1) Mengeksplorasi (exploration) 2) Mendeskripsi (description) 3) Memprediksi (prediction) 4) Mengeksplanasi (explanation) 5) Aksinya (action).

Dalam penelitian maka sangat dibutuhkan metode penelitian, yang dipergunakan sebagai salah satu bahan penunjang dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian. Metode yang dipergunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Whitney (dalam http://jasaproposal.wordpress.com/2012/05/28/penelitian-dalam-metode-deskriptif) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif

(24)

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta konsep-konsep yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Dalam penulisan ini, penulis menguraikan dan menjelaskan sebanyak mungkin pemakaian kata yang menjadi pembahasan dengan memberikan contohnya dalam kalimat yang biasa digunakan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka (library reseach) dan teknik simak catat. “Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap kata-kata anggota tubuh yang menjadi pembahasan, buku-buku, leteratur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan”, (Nazir, 1991:111). Studi kepustakaan mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian ini, maka penulis juga menambah referensi dari internet.

(25)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG IDIOM DAN MAKNA KATA TE(手)

2.1. Pengertian Idiom

Idiom berasal dari bahasa Yunani “idioma” yang artinya khusus atau khas. Dalam bahasa Jepang, idiom disebut kanyouku (慣用句).

Makai (dalam Prayogi, 2010:15) menyatakan bahwa idiom merupakan sebuah bentuk ekspresi khusus terhadap suatu bahasa yang tidak dapat dijelaskan dari unsur-unsur pembentuknya. Idiom khusus untuk bahasa itu sendiri dan tidak dapat diterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa lain.

Beberapa ahli linguistik Jepang memberikan defenisi kanyouku (慣用句) atau ‘idiom’ (dalam Prayogi, 2010:15) diantaranya :

a. Takao Matsumura (2001:221)

慣用句というのは二つ以上の単語を組み合わせ、人塊として一つの意味を

表すもの。

Kanyoku to iu no wa futatsu ijou no tango o kumiawase, hito katamari toshite hitotsu no imi o arawasu mono.

Artinya : “Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk sebuah arti kelompok tersebut”.

b. Sakata Yukiko (1995:214)

慣用句は二つ以上の単語をつながり、それぞれの意味ではなく、別の意味を

表すもの。

Kanyouku wa futatsu ijou no tango wo tsunagari, sore zore no imi dewanaku, zentai toshite betsu no imi wo arawasu mono.

(26)

c. Miyaji Yutaka (1984:238)

慣用句とは単語の二つ以上の連結体であって、その結びつきが比較的固、

全体で決まって意味を持つ言葉だという程度のところが、一般的な共通理解

になっているだろう。

Kanyouku to wa tango no futatsu ijou no renketsutai de ate, sono musubi tsuki ga hikaku teki koku, zentai de kimatte imi wo motsu kotoba da to iu teido no tokoro ga, ippan teki na kyoutsuu rikai ni natteiru darou.

“Idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang mempunyai perpaduan arti yang tetap, sehingga menjadi suatu pengertian yang umum”

d. Noboru Oyanagi (1997:17)

慣用句は二つ以上の単語が組み合わさって、全体である意味を表す。

Kanyouku wa futatsu ijou no tango ga kumiawasatte, zentai de aruu imi wo arawasu.

“Idiom adalah dua kata atau lebih yang setelah digabung memiliki arti tertentu”.

e. Tanaka Harumi (1987:288)

慣用句は二つ以上の語から成るが、語形や語順が常に固定していて、全体

が一つの単位として働き、その全体が個々の語の意味の総体からは引き出

せないような比較的または暗示的な意味を持つ、ある言葉や方言に特有の

表現である語句のこと。

(27)

no imi no soutai kara wa hikidasenai youna hiyu teki matawa anji teki na imi wo motsu, aru gengo ya hougen de aru goku no koto.

“Idiom adalah pembentukan dari dua kata atau lebih yang selalu terikat oleh bentuk kata dan urutan kata, yang seluruhnya merupakan satu kesatuan, dimana satu per satu membentuk arti majas dan petunjuk, yang susunan kata-katanya dipengaruhi dialek”.

Dari beberapa defenisi di atas, penulis lebih memperhatikan pengertian idiom yang dikemukakan oleh Noboru Oyanagi, yakni idiom adalah dua kata atau lebih yang setelah digabung memiliki arti tertentu.

Orang biasanya membedakan idiom menjadi dua macam, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Yang dimaksud idiom penuh adalah idiom yang semua unsur-unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu, contohnya : membanting tulang yang bermakna ‘bekerja keras’. Sedangkan yang dimaksud idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri, contohnya : buku putih yang bermakna ‘buku yang memuat keterangan resmi suatu kasus’ dan koran kuning yang bermakna ‘koran yang memuat berita sensasi’ yang masih memiliki makna leksikalnya sebagai buku dan koran (http://ejournal-s1-undip.ac.id/index.php).

Untuk mengetahui suatu bahasa berarti mengetahui tentang morfem, kata-kata sederhana, kata-kata gabungan dan artinya, termasuk juga mengetahui frase yang terbentuk dari lebih satu kata.

Frase dalam bahasa Jepang disebut ku (句), jika dilihat dari segi maknanya ada dua macam, yaitu rengo(連語)‘frase biasa/kolokasi’ dan kanyouku(慣用句)’idiom’.

(28)

a. Futsuu no ku (普通の句)

Futsuu no ku (普通の句)adalah frase biasa, yang terdiri dari dua kata atau

lebih, makna keseluruhannya bisa diketahui dengan cara memahami makna dari setiap kata yang membentuk frase tersebut, sebagian dari frase yang membentuk frase tersebut bisa diubah dengan yang lainnya secara bebas. Misalnya, dari frase utsukushii hana (美しい花) “bunga yang indah” bisa dibuat frase kirei na hana (きれいな花) “bunga yang cantik”, mezurashii hana

( 珍 し い 花 ) “bunga yang aneh”, utsukushii keshiki ( 美 し い 景 色 )

“pemandangan yang indah” dan sebagainya, atau dari frase gohan o taberu (ご

飯を食べる) (makan nasi) bias dibentuk gohan o kuu (ご飯を食う) “makan

nasi = kasar”, gohan taku (ご飯を炊く) (menanak nasi), sashimi o taberu (さし みを食べる) “makan sashimi” dan sebagainya.

b. Rengo (連語)

Ren-go adalah frase yang makna keseluruhannya bisa diketahui dari makna setiap kata yang menyusun frase tersebut, tetapi setiap kata tersebut tidak bisa diganti dengan kata yang lainnya meskipun sebagai sinonimnya. Misalnya, pada frase yakusoku o yaburu (約束を破る) “ingkar janji” tidak bias diganti dengan yakusoku o kowasu (約束を壊す)atau yakusoku o kuzusu (約束を崩 す), meskipun verba yaburu, kowasu dan kuzusu bersinonim.

c. Kanyouku (慣用句)

Kanyouku adalah idiom, yang maknanya tidak bisa dipahami jika hanya mengetahui

makna setiap kata yang membentuk idiom tersebut saja.

(29)

walaupun kita mengetahui makan tiap kata dalam frase tersebut, belum tentu kita bisa memahami frase secara keseluruhan. Karena kedua frase tersebut tidak diterjemahkan per kata, yaitu hara( 腹 ) adalah “perut”, tatsu( 立 つ ) adalah “berdiri”, abura(油) adalah “minya”’ dan uru(売る)adalah “menjual”. Sehingga berbeda sekali antara makna leksikal dan makna yang dimaksud dalam frase tersebut, yaitu ‘perut berdiri’ dan “menjual minyak”. Contoh frase tersebut merupakan kanyouku(慣用句). Bentuk kanyouku tersebut sudah tetap, tidak bisa diganti dengan kosakata yang lain walaupun sinonimnya, contoh kata hara(腹)

diganti dengan onaka (おなか)walaupun memiliki arti sama yauti ‘perut’ dan abura(油)diganti dengan oiru (オイル)walaupun memiliki arti yang sama yaitu

‘minyak’; atau diganti dengan bentuk watashi ga tatta hara (私が立った腹)atau watashi ga utta abura(私が売った油), hal tersebut tidak bisa.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap bahasa di dunia mempunyai ciri/karakteristik kebahasaannya, maka ciri atau karakteristik yang ada dalam suatu bahasa akan tercermin pada sikap dan budaya penuturnya, Chaer (dalam Prayogi, 2010:21). Adanya ciri atau karakteristiik tersebut tentu mepunyai tujuan dan arti yang menunjukkan keistimewaan suatu bahasa. Idiom yang merupakan sub bagian dari ilmu bahasa tentu memiliki karakteristik untuk mempermudah pengenalan akan kekhasan bentuk ini.

Berikut adalah karakteristik idiom :

1. Arti sebuah idiom adalah kiasan, bukan literal. Ini bukanlah hasil dari fungsi komposisional dari bagian-bagiannya.

(30)

3. Proses pergantian, pengurangan dan penambahan tidak diperbolehkan dalam pembntukan idiom, tetapi idiom membuat banyak kata-kata yang bersifat kiasan sehingga idiom tidak terpisahkan dari bentuk kiasan tersebut.

2.2. Jenis Idiom

Momiyama (dalam Sutedi, 2003:178) menjelaskan bahwa idiom dapat dibagi atas 3 (tiga) jenis yang semuanya digolongkan ke dalam majas hiyu (比喩), yaitu :

2.2.1. Idiom Metafora Inyu (隠喩)

Metafora inyu (隠喩)adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan suatu hal atau perkara dengan mengumpamakan dengan perkara atau hal lain berdasarkan pada sifat kemiripan/kesamaan (Sutedi, 2003:141).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:908) dijelaskan bahwa metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Sedangkan Purwadarminta (dalam Prayogi, 2010:22) mengatakan bahwa metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata : seperti, bagaikan dan lain-lain. Lakoff dan Johnson (dalam Sutedi, 2003:179) menggambarkan bahwa metafora bisa dinyatakan dalam bentuk “<A> …is… <B>…”, …<B>…de aru”, sedangkan dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan “…<A>…adalah…<B>…”. Tentunya hal ini bukan merupakan suatu ungkapan yang menyatakan pasti, bahwa “A” adalah 100 % B”, tetapi hanya perumpamaan saja.

Contoh :

1. 君は僕の太陽だ。

(31)

‘Kau adalah matahariku

2. 青年は国の背骨である。

Seinen wa kuni no sebone de aru.

‘Pemuda adalah tulang punggung bangsa’

3. 本は姉の宝物である。

Hon wa ane no takara mono de aru. ‘Buku adalah harta benda kakak saya’

2.2.2. Idiom Metonimi Kanyu (韓愈)

Metonimi kanyu (韓愈) adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan

sesuatu hal atau perkara dengan cara mengumpamakan dengan perkara atau hal lain berdasarkan pada sifat kedekatannya atau keterkaitannya antara kedua hal tersebut (Sutedi, 2003:141).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:911) dijelaskan bahwa metonimi adalah majas yang berupa pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal sebagai penggantinya.

Sedangkan Moeliono (dalam Prayogi, 2010:23) mengatakan bahwa metonimi adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya atau pun kita menyebut bahannya jika yang kita maksudkan barangnya.

Contoh :

(32)

‘Dia menelaah Chairil Anwar (karyanya)’

2. その選手はただ青銅を得ただけである。

Sono senshu wa tada seidou wow ta dake de aru. ‘Atlet tersebut hanya mendapatkan perunggu’

3. 私は毎日ホンダで会社へ通っている。

Watashi wa mainichi Honda de kaisha he kayotteiru.

‘Saya setiap hari pulang-pergi ke kantor naik Honda (sepeda motor merek Honda)’

2.2.3. Idiom Sinekdoke Teiyu (艇愈)

Sinekdoke teiyu (艇愈) adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan

sesuatu hal atau perkara yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya (Sutedi, 2003:141).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1311), pengertian sinekdoke dibagi menjadi 3 (tiga) pengertian, yakni :

1) Majas pertautan yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya ; pars pro toto;

2) Majas pertautan yang menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagiannya : totem pro parte;

3) Majas pertautan yang menyebutkan nama bahan sebagai pengganti nama barang yang terbuat dari bahan itu.

Contoh :

1. 今朝から彼女の鼻を見ていない。

Kesa kara kanojo no hana wo miteinai.

‘Dari tadi pagi saya belum melihat batang hidungnya’

(33)

Oji wa Jakaruta ni yane ga aru.

‘Paman saya mempunyai atap di Jakarta’

3. インドネシアはバドミントンの試合で優勝できた。

Indonesia wa badominton no shiai de yuushoo dekita. ‘Indonesia menang dalam pertandingan bulutangkis’

2.3. Jenis-Jenis Idiom Te (手)

Sebelum menganalisis makna idiom te dalam bahasa Jepang dan idiom tangan dalam bahasa Indonesia lebih lanjut yang mengacu pada Kokugo Daijiten (国語大辞

2.3.1. Idiom Te (手) Adjektiva

Idiom Te ( 手 ) adjektiva selalu diikuiti oleh partikel ga ( が )dalam pembentukannya.

Contoh :

(34)

2.3.2. Idiom Te (手) Verba

Idiom Te (手) verba dapat dibedakan menjadi idiom te (手)verba intransitive dan

idiom te (手)transitif serta idiom te(手)verba yang menggunakan partikel ni (に)dalam pembentukannya.

1) Idiom Te (手) Verba Transitif

Ditandai dengan adanya partikel wo (を)dalam pembentukannya.

Contoh :

a. Te wo hiku(手を引く)

b. Te wo hirogeru(手を広げる) c. Te wo ireru(手を入れる) d. Te wo kiru(手を切る)

e. Te wo komaneku(手をこまねく) f. Te wo mawasu(手を回す) g. Te wo nuku(手を抜く) h. Te wo someru(手を染める) i. Te wo utsu(手を打つ)

j. Te wo wazurawasu(手を煩わす) k. Te wo yaku(手を焼く)

l. Te wo yasumeru(手を休める) m. Te wo yurumeru(手を緩める)

2) Idiom Te (手) Verba Intransitif

(35)

Contoh :

a. Te ga agaru (手が上がる) b. Te ga aku (手が空く) c. Te ga denai (手が出ない)

d. Te ga hanasenai (手が離せない) e. Te ga kakaru (手が掛かる) f. Te ga komu (手が込む)

g. Te ga mawaranai (手が回らない) h. Te ga mawaru (手が回る)

i. Te ga tarinai (手が足りない) j. Te ga todoku (手が届く)

k. Te ga tsukerarenai (手がつけられない)

3) Idiom Te (手) Verba Intransitif

Ditandai dengan adanya partikel ni (に)dalam pembentukannya.

Contoh :

a. Te ni amaru (手に余る) b. Te ni oenai (手に負えない) c. Te ni tsukanai (手につかない) d. Te ni noru (手に乗る)

e. Te ni ni suru(手にする) f. Te ni ireru(手に入れる)

(36)

Idiom Te (手) nomina ditandai dengan adanya partikel mo(も) dan no (の)dalam pembentukannya.

Contoh :

a. Te mo naku(手も無く)

b. Te mo ashi mo denai(手も足も出ない) c. Saigo no te(最後の手)

d. Itsumo no te(いつもの手) e. Ote no mono(お手の物)

2.4. Pandangan Bangsa Jepang Terhadap Te (手)

Jepang merupakan salah satu negara yang paling maju di dunia, terkenal dengan negara teknologi tinggi serta mempunyai perekonomian yang sangat baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan Jepang yang membuka anak usaha di manca negara. Banyak pula produk Jepang yang menjadi primadona masyarakat di dunia, karena memang mutu yang sangat mereka jaga dan benar-benar terjamin. Sebagai contoh adalah mobil produk Jepang banyak dipakai di Indonesia, seperti : Toyota, Daihatsu, Suzuki, Mitsubishi, Honda, Nissan; sedang untuk sepeda motor adalah Honda, Kawasaki, Yamaha yang kesemuanya merupakan perusahaan Jepang. Untuk, mewujudkan perekonomian yang semakin membaik serta

teknologi yang terus kompetitif, orang Jepang dikenal sebagai pekerja keras, terkenal dengan istilah hataraki bachi (働きばち), berdisiplin tinggi dan memiliki rasa nasionalis

tinggi. Hal tersebut merupakan penyumbang kesuksesan negara Jepang.

(http//:arisudev.wordpress.com/2011/03/26/23-fakta-menarik-tentamg-orang-jepang/). Orang Jepang juga selalu ingin mewujudkan ketahanan negaranya di berbagai bidang

(37)

negara lain (Amerika dan negara maju lainnya), seperti yang dibincangkan dalam Kuratakekai Asia Forum dengan judul “Nihon Wa Nihonjin No Te De Tsukurou” (http://www.kuratakekai.jp/kaicho/zakkan_4.html).

Orang Jepang selalu berusaha untuk mengejar kemajuan setiap saat dengan tangan/kekuatan mereka. Mereka selalu memanfaatkan waktu dengan baik dalam berbagai kegiatannya. Dalam setiap hal, peribahasa toki wa kane ni nari (時は金になり)yang berarti

‘waktu adalah uang’ benar-benar diterapkan dalam kehidupannya, baik masyarakat umum hingga pejabat tingginya. Bagi mereka, waktu benar-benar berharga sekali.

Dalam bahasa Jepang untuk mengetahui makna sebuah idiom, harus mengetahui pola berpikir, tradisi dan kebudayaan, nilai dan corak hidup bangsa Jepang. Oleh karena itu, penulis mencoba ∙menjelaskan makna te (手)sebagai acuan untuk menganalisa makna idiom yang terbentuk dari te (手)tersebut.

Perbandingan budaya antara Indonesia dan Jepang bermanfaat untuk mengetahui pola berpikir bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Kepulauan Indonesia yang sangat luas dan memiliki suku bangsa yang majemuk akan cukup sulit jika membandingkan dengan budaya Jepang walaupun luasnya lebih kecil dari Indonesia, oleh karena Jepang juga memiliki berbagai budaya yang berbeda untuk tiap-tiap daerahnya.

Idiom dalam bahasa Jepang dilatarbelakangi oleh filosofi serta budaya. Salah satu yang diambil oleh penulis adalah informasi yang didapat dari idiom dari riwayat huruf kanjinya.

1) 長い Nagai

長い髪した長老を表す象形文字です。意味は「長い」「おさ」。

Nagai kami shita chourou wo arawasu zoukei moji desu. Imi wa ‘nagai’, ‘osa’

(38)

Baik Jepang dan Indonesia mempunyai persamaan penggunaan idiom yang bermakna ‘pencuri’; dimana dengan te ga nagai dan panjang ‘tangan panjang’ saling memiliki persamaan bahwa orang yang tangannya bisa menjangkau tempat yang ‘jauh’ hingga kemana-mana dalam konteks negative; hal ini dapat dilihat dari arti kata nagai dan ‘panjang’ itu sendiri.

2) 繋ぐ Tsunagu

「糸」と音を表し、同時に、「繋ぐ」という意味を表す上部からなっています。すなわち、

「糸でつなぐ」という意味を持っています。

‘Ito’ to oto wo arawashi, doujini, ‘tsunagu’ to iu imi wo arawasujoubu kara natteimasu. Sunawachi, ‘ito den tsunagu’ to iu imi wo motteimasu.

‘Menunjukkan bunyi ‘benang’, secara bersamaan dari bagian atas menunjukkan arti ‘menghubungkan’. Sama arti dengan ‘menghubungkan dengan benang’.

Bangsa Indonesia didukung dengan adanya semangat untuk ‘persatuan’ untuk membangun Negara. Hal ini sering diterapkan dalam pengajaran team building yang dikembangkan, yaitu salah satunya dengan adanya ‘bergandengan tangan’ (adakalanya mengitari api unggun) yang bertujuan agar team solid dan saling bekerja sama dalam menghapi permasalahan guna mencapai suatu tujuan yang lebih baik.

3) 上げる/上がる Ageru/Agaru

よこに一線をひいて、基準にし、その上のほうにやーやーをつけて、上であることをし

めしたもの。

(39)

‘Tarik garis di sudutnya, jadikan sebagai standard, berikan titik di atasnya. Menunjukkan hal di atas.’

Dalam budaya Jepang dan Indonesia, untuk hal yang tidak bisa berbuat apa-apa atau sudah menyerah dengan suatu keadaan maka ditandai dengan mengangkat tangan tanda tidak berdaya (mengangkat tangan ke atas, sepadan dengan kata ‘naik’ dari ageru/agaru. Kemudian untuk budaya di Indonesia, jika tanda tunduk dengan orang lain maka ada yang ditandai dengan menciium telapak tangan sebagai tanda ‘tunduk/taklik’. Itu merupakan sedikit dari banyaknya tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang sudah mengakar kuat kepada anak cucu kita. Budaya Indonesia sangatlah beraneka ragam bahkan kaya, apabila kita berada di kota yang berbeda kita pasti juga akan menemukkan budaya yang berbeda pula. Dalam dunia pendidikan contohnya, budayanya sangat terasa antara guru dan murid. Terbukti dengan selalu mempertahankan budaya cium tangan yang dilakukan murid kepada bapak/ibu guru, kepatuhan seorang murid kepada guru, rasa sopan santun kepada guru serta orang yang dituakan. Apabila dicermati dengan mendalam budaya itu sudah tertanam sewaktu anak-anak berada di lingkungan keluarga yang sudah barang tentu hasil dari nenek moyang kita yang sudah menanamkan dan mengakarkan tradisi serta budaya sehingga bangsa indonesia di kenal dengan budaya ketimuranya yang sopan santun serta keramah-tamahan masyarakatnya. Indonesia memiliki budaya mencium telapak tangan orang tua atau orang yang dituakan sebagai tanda pengormatan serta rasa tunduk-patuh .

4) 握る Nigiru

「オク」からかわった「アク」という音で「手で持つ」意味を表す屋と、手とを合わせた字。

「手で握る」。

(40)

Suara ‘aku’ yang berubah dari ‘oku’, ruang yang menunjukkan arti ‘memegang dengan tangan’, huruf yang dicocokkan dengan huruf tangan (memegang dengan tangan).

Secara umum, perkenalan biasanya selalu diiringi dengan salaman. Tapi, di Jepang lain lagi, kita tidak perlu menyodorkan tangan. Yang kita perlukan hanya menyebutkan nama, kemudian membungkukkan badan sembari mengucapkan yoroshiku onegai shimasu (よ ろしくお願いします). Kebiasaan orang Jepang yang satu ini sangat menguntungkan umat

muslim, terlebih lagi saat berhadapan dengan orang yang bukan mahrom (boleh dinikahi).

Untuk ucapan terimakasih pun, orang Jepang tidak biasa bersalaman. Biasanya mereka akan membungkukkan badan, atau minimal menganggukkan kepala. Ukuran besar-kecilnya rasa terimakasih orang Jepang bisa kita lihat dari bungkukan badannya. Semakin membungkuk tandanya ia sangat berterimakasih. Anggukan kepala biasanya untuk ucapan terimakasih biasa. Bedanya dengan orang Indonesia, kalau kita merasa berterimakasih, kita akan menyalami lawan bicara kita dengan kedua tangan. Dan kemudian biasanya langsung memeluk lawan bicara. Tapi, sekali lagi, di Jepang lain lagi ceritanya. Jadi, sebagai pendatang, kita mau-tidak mau akan mengikuti kebiasaan mereka, meskipun hal tersebut dianggap kecil. Di Indonesia sendiri budaya saling hormat-menghormati masih sangat kental, dapat di lihat dari perilaku budaya cium tangan anak kepada kedua orang tua ‘Salim’, serta budaya selalu menggunakkan tangan kanan ‘Jabat Tangan, Memberi Barang atau Menerima Sesuatu’.

5) 早い Hayai

日の部分は太陽を表し、その下の部分は泉のある草原を表しているそうで、泉のあ

る 草 原 か ら 太 陽 が 登 っ て き て る 情 景 を 表 し て い る そ う で す 。

(41)

‘Bagian hi menunjukkan matahari, bagian di bawahnya katanya menunjukkan padang rumput yang mempunyai air mancur. Selanjutnya menggambarkan matahari terbit dari padang rumput yang memiliki air mancur. ‘

Dari arti secara keseluruhan yaitu ‘cepat’; dalam menjangkau sesuatu dan bertindak dalam hal yang tidak baik, maka sepadan dengan tindakan pencurian, gemar mengganggu perempuan serta mudah untuk memukul.

6) 出す Dasu

ある場所や地点をしめし、そこから足を外に向けて「でる」という意味を表す。

Aru basho ya chiten wo shimeshi, soko kara ashi wo soto ni mukete ‘deru’ to iu imi wo arawasu.

‘Menunjukkan suatu tempat dan titik, dari sana menunjukkan arti ‘keluar’ yang menunjukkan kaki mengarah keluar.’

Dari arti dan kejadian kanjinya, maka arti ‘keluar’ menjangkau kemana-mana walau bukan daerah jangkauannnya/urusannya. Dalam hal ini bermakna ‘keluar’, mencampuri urusan orang yang bukan bagiannya.

7) 放す Hanasu

「ホウ」という音を表す方と、手に棒を持った形を表す攵とを合わせた字。棒を持って

追い放す。

‘Hou’ to iu oto wo arawasu hou to, te ni bou wo motta katachi wo arawasu hoku to wo awaseta ji. Bou wo motte oi hanasu.

‘Hou’ yang menunjukkan bunyi ‘hou’. Huruf yang disatukan dengan bentuk memegang tongkat di tangan. Memegang tongkat dan kemudian melepaskannya.’

(42)

Indonesia ‘lepas tangan’ artinya tidak menggenggam apa-apa/yang ada di genggaman dilepaskan; artinya membuangnya sehingga disebut tidak bertanggung jawab.

8) 空く Aku

天を大きな穴に見たて、その下に「コウ」から変わった「クウ」という音を表す。工をくわ

えた字。「ぞら」。そのことから「むなしい」という意味も表す。

Ten wo ookina ana n imitate, sono shita ni ‘kou’ kara kawatta ‘kuu’ to iu aarasasu. Kou wo kuwaete ji. ‘Zora’. Sono koto kara ‘munashii’ to iu imi mo arawasu.

Melihat ke lubang besar di langit, di bawahnya huruf yang ditambahkan ‘kou’ yang menunjukkan bunyi ‘kuu’ yang berubah dari ‘koo’. Dari hal itu juga menunjukkan ‘kosong’.

Makna yang ada adalah ‘kosong’, artinya tidak ada yang dilakukan/tangan tidak mengerjakan apa-apa.

9) 軽い Karui

まっすぐ遠く走る軽量戦車のことです。軽量戦車の反対が荷物を積んで走る戦車で輜

重といいます。漢字の足し算では、車(馬車)+まっすぐ=軽(まっすぐ走る軽い戦車。

軽い)です。

Massugu tooku hashiru keiryou sensha no koto desu. Keiryou sensha no hantai ga nimotsu wo tsunde hashiru sensha de shichou to iimasu. Kanji no tashi zan de wa, kurum (basha) + massugu = karu (massugu hashiru sensha. Karui) desu.

‘Mobil penggempur ringan yang berjalan jauh lurus. Berlawanan dengan mobil tempur, disebut dengan shichou dengan mobil tempur yang berjalan dengan membawa barang bawaan. Pada tambahan kanji kuruma (kereta kuda yang ditarik) + massugu = karui (mobil tempur yang berjalanlurus. Ringan).’

(43)

Perbandingan budaya antara Indonesia dan Jepang bermanfaat untuk mengetahui pola berpikir bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Kepulauan Indonesia yang sangat luas dan memiliki suku bangsa yang majemuk akan cukup sulit jika membandingkan dengan budaya Jepang walaupun luasnya lebih kecil dari Indonesia, oleh karena Jepang juga memiliki berbagai budaya yang berbeda untuk tiap-tiap daerahnya.

Kindaiichi dan Takeda (1978:1309-1310) dalam Kokugo Jiten ( 国 語 辞 典 ) menyatakan bahwa makna te (手)adalah :

1) 人体の前肢のうち、手首から指先までの部分。手首∙手のひら∙手の甲∙五本の指から

なり、ものを掴む、握るなど様々な働きをする。

Jintai no zenshi no uchi, te kubi kara yubi saki made no bubun. Te kubi·te no hira·te no kou·go hon no yubi kara nari, mono wo tukamu, nigiru nado sama zama na hataraki wo suru.

‘Salah satu bagian tubuh manusia, bagian dari pergelangan tangan hingga ujung jari. Terdiri dari pergelangan tangan, telapak tangan, pangkal tangan, lima buah jari, gerakan memegang benda, menggenggam dan lain sebagainya.’

2) 〔比喩的に〕ものを捕まえ、支配する力を持つもの。

Hiyu teki ni mono wo tsukamae, shihai suru chikara wo motsu mono. ‘Menangkap benda (secara kiasan), memiliki kekuasaan’

3) ものに付属している、そこをつかむための部分。とって。

Mono ni fuzoku shiteiru, soko wo tsukamu tame no bubun. Totte.

‘Bagian untuk menangkap benda yang melekat pada objek. Knop; tombol’.

4) 植物のつるをまきつかせたり、茎を支えたりするための木や竹。

Shokubutsu no tsuru wo maki tsukasetari, kuki wo sasaetari suru tame no ki ya take. ‘Bambu dan pohon untuk mendukung batang atau merambatkan tanamam’.

(44)

Nan raka no hataraki wo suru (futokuteitasuuno) ningen no sashite iu. Hataraku hito. Hitode. Roudouryoku.

‘Menunjukkan orang melakukan pekerjaan dengan cara apapun (jumlah yang tak terbatas). Orang yang bekerja. Tangan orang. Tenaga Kerja’.

6) 手(1)を使って何かをすること。また、その結果。

Te (1) wo tsukatte nani ka wo suru koto. Mata, sono kekka.

‘Menggunakan tangan untuk melakukan sesuatu. Selain itu, hasilnya’.

a. 筆で文字を書くこと。また、その文字。筆跡。

Fude de moji wo kaku koto. Mata, sono moji. Hisseki.

‘Menulis huruf dengan fude (kuas). Kemudian huruf tersebut. Tulisan tangan’.

b. ものを作ること。

Mono wo tsukuru koto. ‘Membuat benda’.

7) 自分が所有するものを表す。

Jibun ga shoyuu suru mono wo arawasu. ‘Menunjukkan kepemilikan sendiri’.

a. 自分のもの。

Jibun no mono ‘Barang sendiri’.

b. 将棋∙トランプ遊びなどで、手持ちのこま∙札。

Shougi·toranpu asobi nado de, te mochi no koma·satsu.

‘Lembaran atau buah catur yang dipegang pada permainan catur, kartu dan lainnya’.

8) 広く、体を用いて種々の動作∙作用をすることを表す。

(45)

a. 仕事をする力。労力。

Shigoto wo suru chikara. Rouryoku. ‘Tenaga melakukan pekerjaan. Usaha’.

b. 手間。手数。

Tema. Tesuu.

‘Waktu; tenaga. Susah; repot’.

c. 世話。手配り。

Sewa. Te kubari

‘Perawatan; bantuan; pertolongan. Pengaturan; pengurusan’

d. みずからものごとをすること。また、その腕まえ。

Mizukara mono goto wo suru koto. Mata, sono ude mae.

‘Melakukannya sendiri. Selain itu, keterampilan; kemahiran; kebolehan; kepandaian’.

e. 相撲などのわざ∙技術。

Sumo nado no waza. Gijutsu.

‘serta keterampilan sumo dan lainnya’.

f. 手段。方法。すべ。手だて。

Shudan. Houhou. Sube. Te date. ‘Cara. Seni. Jalan; tata-cara’.

g. はかりごと。策略。

Hakari goto. Saku ryaku. ‘Muslihat. Siasat; taktik’.

(46)

Igo·shougi de, migi wo uttari koma wo hataraka shitari suru koto.

‘Menggerakkan buah catur ke kanan dan lainnya pada permainan catur Jepang serta Igo’.

i. 戦いで受けたきず。手きず。

Tatakai de uketa kizu. Te kizu.,

‘Luka yang didapat dalam pertempuran. Luka’.

j. 他人とのかかわり合い。関係。

Ta nin to no kakawari ai. Kankei.

‘Keterlibatan dengan orang lain. Hubungan’.

k. 邦楽で楽器の演奏。また、楽曲。

Hougaku de gakki no ensou. Mata, gakkyoku.

‘Memainkan alat musik dalam musik tradisional Jepang. Selain itu, musik’.

l. 日本舞踊の手ぶり。所作。

Nihon buyou no te buri. Shosaku.

‘Isyarat tangan tari Jepang. Tingkah-laku; pembawaan’.

9) 〔指さす、または志向する〕方向。

(Yubi sasu, mata wa shikou suru) houkou.

‘Arah; jurusan; haluan (menunjuk; menuding dengan telunjuk atau berhasrat; berorientasi)’.

10)品質等の種類。

Hinsitsu nado no shurui. ‘Jenis kualitas dan lain-lain’.

11)〔ほのおなどが〕あらわれ出ること。また、その勢い。

(47)

12)ものの形。 Mono no katachi. ‘Bentuk benda/barang’.

Huruf kanji te (手)berasal dari bentuk lima jari yang terbuka, memiliki empat coretan

dalam menuliskannya, cara baca onyomi (音読み)adalah shu (シュ)dan cara baca kunyomi

(訓読み)adalah te (て)dan ta (た) untuk cara baca kata-kata khusus seperti : taguru(手繰る)

dan tazuna(手綱).

2.5. Makna Idiom Te

Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa banyak idiom dalam bahasa Jepang yang menggunakan bagian anggota tubuh. Selain itu, ada pula yang merujuk pada hewan, makanan dan lain sebagainya. Salah satunya yang diuraikan serta dianalisa oleh penulis dalam penelitian ini adalah idiom yang terbentuk dari te (手)dalam bahasa Jepang dan

idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia.

Sangat banyak pemakaian idiom te (手)dalam bahasa Jepang. Dari hasil penelitian Suryadimulya diterangkan bahwa idiom yang memakai anggota tubuh te (tangan) ada 228 buah. Idiom yang memakai bagian tubuh te(手) yang memiliki hubungan dengan idiom yang

memakai bagian tubuh ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia adalah seperti yang dijelaskan berikut ini.

2.5.1. Makna Idiom Oteage (お手上げ)

手 上げ

Tangan Naik

上げ berasal dari 上げるyang berarti seperti di bawah ini :

1) そのもの全体または部分の位置を低い所から高い方へ動かす、また、移す。

(48)

Memindahkan posisi bagian atau keseluruhan benda dari tempat yang rendah ke arah yang tinggi, atau mentransfer.

a. 物の位置を低い所から高い所に移す。

Mono no ichi wo hikui tokoro kara takai tokoro e utsusu.

Memindahkan posisi benda dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Contoh :

箱を棚に上げる Hako wo tana ni ageru : Memindahkan kotak ke rak

b. 方向を高い方へ移す。

Houkou wo takai hou e utsusu.

Memindahkan arah ke arah yang tinggi Contoh :

顔を上げてにらむ Kao wo agete niramu = Mendongak

c. 垂れた髪を上の方で結ぶ。

Tareta kami wo ue no hou de musubu. Mengikat rambut ke arah atas.

Contoh :

前髪を上げる maegami wo ageru = Menaikkan poni

d. 地上から伸ばしたり飛ばしたりして、空中に浮かべる。

Chijou kara nobashitari tobashitari shite, kuuchuu e ukaberu.

Memanjangkan serta menerbangkan dari tanah, menerbangkan ke udara.

Contoh :

凧を上げる Tako wo ageru = Menerbangkan layang-layang; 花火を上げる

(49)

e. 水上や水中から陸上に移す

Suijou ya suichuu kara rikujou ni utsusu.

Memindahkan dari atas permukaan air serta dari dalam air ke tanah. Contoh :

船を浜辺に上げるFune wo hamabe ni ageru (lawan katanya orosu)

= Merapatkan perahu ke pantai

f. 高い場所に、形を成すようにつくりおく。

Takai basho ni, katachi wo tasu you ni tsukuri oku. Membuat bentuk ke area atas.

Contoh :

棟を上げる Mune wo ageru = Mendirikan bangunan

g. 家の中に入れる。

Ie no naka ni hairu. Masuk ke dalam rumah Contoh :

客間に上げるKyaku ma ni ageru = Masuk ke ruang tamu

h. 芸者などを宴席に呼ぶ。

Geisha nado wo enseki ni yobu.

Memanggil geisha dan lainnya ke perjamuan. Contoh :

芸 者 を上げ てどんちゃ ん騒 ぎ Geisha wo agete donchan sawagi = Pesta

mabuk-mabukan dengan memanggil geisha

i. 《「アップロード」から》インターネットなどで、通信回線を介してデータをホスト

(50)

(Uproudo kara) intaanetto nado de, tsuushin kaisen wo kai shite deeta wo hosuto konpyuutaa ni soushin suru.

(Mengunggah dari internet dan lainnya), mengirim ke host computer data melalui jalur komunikasi.

Contoh :

サ ー バ ーに 圧 縮 フ ァ イ ル を 上 げ る Saabaa ni asshuku fairu wo ageru =

Menyimpan file yang dikompres ke server. 2). 所有者や高位の者の手元に収める。

Shoyuusha ya kou’i no mono no te moto ni osameru = Menyerahkan ke tangan pemilik atau orang yang tinggi

a. 好ましい結果を得る。

Konomashii kekka wo eru. Mendapat hasil yang diinginkan. Contoh :

収益を上げる Shuueki wo ageru = Mendapat penghasilan

3). 上の段階や等級へ進ませる。

Ue no kaidan ya toukyuu e susumaseru. Melanjutkan ke kelas atau tingkat atas Contoh :

息子を大学に上げる Musuko wo daigaku ni ageru = Melanjutkan pendidikan

anak laki-laki ke perguruantinggi 4). 程度を高める。

Teido wo takameru. Meninggikan derajat

(51)

Hoka to hikaku shite takai joutai ni naru.

Menjadikan kondisi tinggi dengan membandingkan dengan yang lain. Contoh :

潮が上げてくる Shio ga agete kuru = Air pasang

b. 今までより高い状態にする。

Ima made yori takai joutai ni suru. Keadaan meningkat dari pada sekarang. Contoh :

地位を上げるChi’i wo ageru = Menaikkan status; 家賃を上げる Yachin wo

ageru sageru) = menaikkan sewa

c. 褒める。

Homeru. Memuji Contoh :

上 げ た り 下 げ た り Agetari sagetari sageru) =

Menaikkan atau menurunkan

d. いちだんと望ましい状態にする。

Ichidan to nozomashii jotai ni suru.

Menkondisikan yang diinginkan dengan satu langkah. Contoh :

男ぶりを上げる Otoko buri wo ageru = Bertindak seperti laki-laki; 腕を上げる

Ude wo ageru sageru) = meningkatkan keahlian e. 勢いをつける。盛んにする。

Ikioi wo tsukeru. Sakan ni suru.

(52)

Contoh :

気勢を上げる Kisei wo ageru = Meningkatkan semangat

f. 声を高く発する。

Koe wo takaku hassuru. Meningggikan suara Contoh :

悲鳴を上げる Himei wo ageru = Menjerit

5).

a. 《頭に血を上げる意から》のぼせて夢中になる。

(Atama ni chi wo ageru i kara) nobasete muchuu ni suru. Menjadi tidak sadar.

b. 吐く。戻す。

Haku. Modosu. Muntah. Kembali Contoh :

酒を飲みすぎて上げる Sake wo nomisugite ageru = Muntah karena terlalu

banyak minum sake. 6). 物事を終わりにする。

Mono goto wo owarini suru. Mengakhiri suatu hal.

a. 上げる。完成する。

(53)

Contoh :

仕事を上げる Shigoto wo ageru = Pekerjaan selesai.

b. その範囲内でまかなう。

Sono han’i nai de makanau. Menyediakan dalam batasannya.

Contoh :

会費を安く上げる Keihi wo yasuku ageru = Memberikan murah biaya keanggotaan.

Makna idiom お手上げ adalah :

行き結まった状態を打ち開する策がなく、どうにもならない様子、降参

Iki musubi matta joutai wo uchikai suru saku ga naku, dou ni mo naranai yousu, kousan.

Makna Idiom Oteage (お手上げ)adalah ‘menyerah’.

Contoh :

銀行の融資が受けられなければ、この計画はお手上げ

Ginkou no yuushi ga ukerarena kereba, kono keikaku wa oteage da. だ。

‘Kalau tidak mendapat kredit dari bank, saya menyerah rencana ini’

2.5.2. Makna Idiom Te Ga Agaru (手が上がる)

手 が 上がる

Tangan Naik

上がる memiliki arti seperti di bawah ini :

1) そのものの全体または部分の位置が低い所から高い方へ動く。

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk menyikapi perkembangan dinamika kondisi faktual di tingkat Desa dalam rangka menjamin hak masyarakat untuk memperoleh kesempatan yang sama

Pengalaman jugalah yang mendasari kemungkinan adanya sintesis antara predikat ’berat’ dengan pengetahuan saya akan benda tadi; sebab pengetahuan itu, kendati yang

Dengan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa akan mendapatkan informasi tentang bagaimana menjernihkan istilah-istilah (bahasa) kefilsafatan atau menjernihkan persoalan

Sementara PT REKI tidak menghargai upaya penyelesaian konflik agraria yang sedang berjalan selama ini dilakukan oleh petani baik melalui Dinas Kehutanan Kabupaten Batanghari,

Sedangkan menurut Blocher (2007 : 120) Activity Based Costing adalah “pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti produk,

Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas. Kegiatan diterapkan dalam upaya menumbuhkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran sebagai langkah

Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh attributes, benefits dan attitudinal loyalty memiliki dampak terhadap behavioral loyalty pada fans Perib Bandung