• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV Terhadap Sikap Mahasiswa STIK-P)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV Terhadap Sikap Mahasiswa STIK-P)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERITAAN KEKERASAN TERHADAP WARTAWAN

INDONESIA DAN SIKAP MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Pemberitaan

Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV

Terhadap Sikap Mahasiswa STIK-P)

SKRIPSI

EFIRA NOVIA KAMIL

090904112

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PEMBERITAAN KEKERASAN TERHADAP WARTAWAN

INDONESIA DAN SIKAP MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Pemberitaan

Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV

Terhadap Sikap Mahasiswa STIK-P)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

EFIRA NOVIA KAMIL

090904112

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika

dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Efira Novia Kamil

NIM : 090904112

Tanda Tangan :

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Efira Novia Kamil

N I M : 090904112

Departemen : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi :

PEMBERITAAN KEKERASAN TERHADAP WARTAWAN INDONESIA DAN SIKAP MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV Terhadap Sikap Mahasiswa STIK-P)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga peneliti ucapkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Penulisan skripsi yang berjudul “Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia dan Sikap Mahasiswa” ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada FakultasI lmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Skripsi ini kiranya tidak tercipta begitu saja, melainkan merupakan hasil dari proses pembelajaran yang peneliti terima selama berada di bangku perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selain itu, juga dari data-data yang diperoleh dari buku, internet dan literatur lainnya.

Selama penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mengalami hambatan dan halangan baik dalam mencari data maupun dalam penyelesaian penelitian. Kemudian, dalam penelitian dan penulisan skripsi ini peneliti juga banyak memperoleh bimbingan, saran, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materil serta dorongan dan semangat dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

Untuk itu, peneliti sangat berterima kasih kepada banyak pihak yang terlibat dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Teristimewa terimakasih peneliti ucapkan kepada Ayahanda M. Kamil Bachtiar dan Ibunda Nursaini tercinta yang dengan segala ketulusan dan kesabaran telah mengasuh dan membesarkan peneliti serta memberikan dukungan, perhatian, do’a yang tiada henti dan dorongan baik material maupun spiritual kepada penulis.

Pada kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, bimbingan dan arahan kepada :

(6)

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A dan Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat bermanfaat.

3. Bapak Drs. Amir Purba, M.A., Ph.D selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah banyak membantu dan membimbing peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Mulai dari waktu yang telah diluangkan untuk berdiskusi serta masukan yang sangat berharga.

4. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan sejak awal perkuliahan hingga peneliti menyelesaikan perkuliahan.

5. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh dosen dan Staf Pengajar yang telah memberikan pendidikan dan pelajaran pada peneliti dari awal semester hingga akhir semester.

7. Pihak Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) terutama Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, M.S yang telah bersedia untuk memberikan data dan izin kepada peneliti untuk dapat melakukan penelitian.

8. Mahasiswa STIK-P yang bersedia membantu dan mengisi kuesioner peneliti.

9. Staf Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Maya dan Kak Icut yang telah banyak membantu selama peneliti mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

10.Kak Puan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Seluruh keluarga peneliti terutama Amanda Palupi Kamil SE, Medy Bachtiar Kamil ST dan Yolanda Hasmi yang selalu memberikan semangat dan do’a bagi peneliti.

(7)

13.Meydita, Sheila, Dana, Maulana, Ridha, dan semua rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi stambuk 2009 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

14.Kak Uti, Kak Nita, Ozi, Yudi, Fahima, Riri, Ami, Uci dan Sarah yang telah membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini serta atas semangat dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti, serta seluruh sahabat– sahabat yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang namanya tidak bisa disebutkan satu per-satu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan melimpahakan Rahmat dan Karunia-Nya atas segala bantuan dan dukungan baik moril dan materil yang telah diberikan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih belum sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan skripsi ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Medan, April 2013

(8)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Efira Novia Kamil N I M : 090904112

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-eksklusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PEMBERITAAN KEKERASAN TERHADAP WARTAWAN INDONESIA DAN SIKAP MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV Terhadap Sikap Mahasiswa STIK-P)

(9)

mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebgagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal :

Yang Menyatakan

(10)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian yang berjudul Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia (Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV Terhadap Sikap Mahasiswa STIK-P). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV dengan sikap mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P). Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi Massa, Jurnalistik & Pers, Sikap dan Teori S-O-R. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Dimana penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada seberapa erat hubungannya dan berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIK-P angkatan 2009,2010 dan 2011 yang berjumlah 80 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian (total sampling). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan Penelitian Kepustakaan (Library Research). Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalalah dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 24 soal bersifat tertutup dan 2 soal bersifat terbuka. Sementara teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Spearman (Spearman’s Rho Rank – Order Correlation) data dari variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai yang terbesar. Sesuai dengan perumusan masalah yang akan diteliti yaitu Bagaimanakah hubungan antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV terhadap sikap mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P), dalam penelitian ini peneliti mendapatkan hasil tentang bagaimana sikap mahasiswa STIK-P terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia.

Kata Kunci:

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ….i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... ix

2.1.1.1. Pengertian Komunikasi Massa ... ….9

2.1.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa……… 10

2.1.1.3. Proses Komunikasi Massa……….. 11

2.1.1.4. Fungsi Komunikasi Massa………. 12

2.1.1.5. Televisi sebagai Media Massa……… 13

2.1.1.5.1. Pengertian Televisi………. 13

2.1.1.5.2. Perkembangan Televisi……….. 14

2.1.1.5.3. Karakteristik Televisi………. 15

2.1.1.5.4. Kelebihan dan Kelemahan Televisi……... 16

2.1.2. Jurnalistik dan Pers ... 17

2.1.2.1. Pengertian Jurnalistik dan Pers... 17

(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

3.1.1. Sejarah Singkat STIK-P ... 31

3.1.2. Visi dan Misi STIK-P ... 36

3.1.3. Program Studi Komunikasi STIK-P ... 36

3.1.4. Gelar dan Sebutan Lulusan STIK-P ... 37

3.1.5. Sarana Pendidikan STIK-P……….. 37

3.2 Metode Penelitian... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1. Populasi ... 39

3.3.2. Sampel ... 39

3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.6 Teknik Analisis Data... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 43

4.1.1. Tahap Pengumpulan Data ... 43

4.1.2. Tahap Pengolahan Data ... 44

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 45

4.3 Analisis Tabel Silang………. 68

4.4 Uji Hipotesis……….. 73

4.5 Pembahasan ... 75

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran responden penelitian ... 79

5.3 Saran dalam kaitan akademis ... 80

5.4 Saran dalam kaitan praktis ... 80 DAFTAR REFERENSI

(13)

DAFTAR TABEL

4.16 Bertambahnya Pengetahuan Khalayak Mengenai Pemberitaan………. 58

4.24 Khalayak Mendukung Informasi Yang Disampaikan Dalam Pemberitaan……… 65

4.25 Frekuensi Menonton Berita di Metro TV dan Bertambahnya Pengetahuan Khalayak Mengenai Pemberitaan……… 68

4.26 Seberapa Sering Menonton Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV dan Kepedulian Khalayak Terhadap Pemberitaan………. 70

4.27 Pemberitaan Mempengaruhi Emosional Khalayak dan Khalayak Mendukung Informasi Yang Disampaikan Dalam Pemberitaan……….. 71

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(15)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian yang berjudul Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia (Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV Terhadap Sikap Mahasiswa STIK-P). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV dengan sikap mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P). Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi Massa, Jurnalistik & Pers, Sikap dan Teori S-O-R. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Dimana penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada seberapa erat hubungannya dan berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIK-P angkatan 2009,2010 dan 2011 yang berjumlah 80 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian (total sampling). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan Penelitian Kepustakaan (Library Research). Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalalah dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 24 soal bersifat tertutup dan 2 soal bersifat terbuka. Sementara teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Spearman (Spearman’s Rho Rank – Order Correlation) data dari variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai yang terbesar. Sesuai dengan perumusan masalah yang akan diteliti yaitu Bagaimanakah hubungan antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV terhadap sikap mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P), dalam penelitian ini peneliti mendapatkan hasil tentang bagaimana sikap mahasiswa STIK-P terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia.

Kata Kunci:

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi telah mencapai suatu tingkat di mana seseorang mampu berbicara dengan jutaan manusia lainnya dan mereka berhak memilih dengan cara apa mereka berkomunikasi, maka dari itu komunikasi merupakan bagian yang paling penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya teknologi, ilmu komunikasi juga ikut berkembang dengan pesat. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam media.

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media yang paling dominan dalam hubungan berkomunikasi antarmanusia adalah pancaindera mata dan telinga. Pesan – pesan yang diterima pancaindera tersebut selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap peristiwa, sebelum dinyatakan dalam suatu tindakan. Media digolongkan menjadi empat bagian, yaitu media antarpribadi, media kelompok, media publik dan media massa. Salah satu media yang paling sering digunakan adalah media massa. Media massa merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak. Media massa dibagi menjadi dua bagian yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak terdiri dari surat kabar, tabloid dan majalah. Sedangkan media elektronik terdiri dari radio, film, internet dan televisi (Cangara, 2006: 122). Dari berbagai jenis media massa tersebut, televisi merupakan salah satu media yang paling digemari oleh masyarakat.

Televisi dianggap sebagai media komunikasi yang paling efektif dan mampu memasuki seluruh kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan, televisi menggunakan sistem audio-visual yang dapat dengan mudah memberikan pesan atau informasi. Televisi menghadirkan berbagai bentuk program acara yang dikemas secara menarik. Seperti News Reality, Talk Show, Reality Show,

(17)

Salah satu stasiun televisi swasta Indonesia yang dapat menyajikan berita terbaru dengan cepat dan jelas adalah Metro TV. Metro TV adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia yang didirikan oleh PT. Media Televisi Indonesia. PT. Media Televisi Indonesia memperoleh izin penyiaran atas nama “Metro TV” pada tanggal 25 Oktober 1999. Stasiun televisi ini resmi mengudara pada tanggal 25 November 2000 di Jakarta. PT. Media Televisi Indonesia merupakan anak perusahaan dari Media Group, suatu kelompok usaha media yang dipimpin oleh Surya Paloh, yang juga merupakan pemilik surat kabar Media Indonesia.

Metro TV mengudara untuk pertama kalinya dalam bentuk siaran uji coba di 7 kota. Pada awalnya hanya bersiaran 12 jam sehari, tetapi sejak tanggal 1 April 2001, Metro TV mulai bersiaran selama 24 jam. Metro TV pada awalnya hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tapi dengan berkembangnya teknologi informasi, Metro TV mulai menayangkan program – program hiburan seperti Stand Up Comedy, Democrazy dan lain sebagainya

(http://id.wikipedia.org). Metro TV merupakan stasiun televisi pertama yang menggunakan 3 bahasa dalam menyiarkan berita yaitu bahasa Indonesia, bahasa Mandarin dan bahasa Inggris. Metro TV selalu menayangkan pemberitaan yang dapat menginspirasi masyarakat Indonesia untuk berfikir lebih maju dan melakukan perbaikan bagi masyarakat pada umumnya.

(18)

menganiaya seorang juru kamera tv swasta. Gambar tersebut direkam salah seorang juru kamera salah satu tv lokal, yang sempat dihalang-halangi dan dianiaya juga oleh oknum anggota Marinir tersebut. Perangkat seperti kamera, kaset video dan kartu memori milik korban bahkan sempat dirusak. Akibat dihalangi dan dirusak, gambar rekaman tidak terlalu jelas dan sebagian lagi rusak. Sementara itu, sejumlah anggota Marinir yang melakukan pemukulan terhadap wartawan di Padang Sumatra Barat, masih ditahan di sel binaan Polisi Militer Angkatan Laut, Lantamal II. Mereka ditahan sejak Selasa malam, beberapa saat setelah melakukan penganiayaan terhadap wartawan dan warga Gates. Pihak Lantamal II masih terus melakukan penyelidikan dan kemungkinan masih adanya pelaku lainnya. Para pelaku akan diberi sanksi sesuai tingkat kesalahannya, termasuk ancaman dipecat (http://metrotvnews.com).

Selanjutnya pemberitaan pemukulan sejumlah wartawan yang akan mengambil gambar di lokasi jatuhnya pesawat tempur jenis Hawk 200 milik TNI AU di Riau pada hari Selasa 16 Oktober 2012, wartawan dihalangi dan dilarang meliput oleh oknum anggota kesatuan tersebut. Selain menerima kekerasan fisik, Rian FB Anggoro (pewarta Kantor Berita Antara), Didik Herwanto (Riau Pos) dan Fakhri Robianto (Riau TV) juga mendapat ancaman verbal dan perampasan alat peliputan. Beberapa organisasi mendorong kasus ini agar ditangani dengan hukum pidana karena dinilai telah melanggar pasal 351 dan 170 Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penganiayaan. "Oknum TNI AU itu telah melanggar pasal 351 dan 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penganiayaan", kata Koordinator Kontras Haris Azhar di Jakarta. Oleh karena itu, beberapa organisasi seperti AJI, PFI, Kontras, IJTV dan lainnya akan menyurati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Panglima TNI Agus Suhartono untuk segera menuntaskan kasus ini (http://metrotvnews.com). masih banyak lagi kasus tentang pemberitaan kekerasan terhadap wartawan yang terjadi di Indonesia.

(19)

Ketiga isu inilah yang saat ini menjadi faktor dominan pemicu kekerasan terhadap wartawan. Meskipun saat ini pemerintah menjamin kemerdekaan pers, tetapi kemerdekaan pers ternyata belum aman.

Menurut catatan Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Indonesia, setidaknya terjadi 56 kasus kekerasan pada jurnalis selama periode Desember 2011 - Desember 2012. Ini belum termasuk 12 kasus kekerasan yang terjadi di propinsi Papua. Pada 2011 AJI mencatat 49 kasus kekerasan, sementara pada 2010 terjadi 51 kasus kekerasan. Prediksi AJI Indonesia pada akhir 2011 terbukti, bahwa kasus kekerasan terhadap jurnalis meningkat signifikan menjelang 2013. Dari 56 kasus kekerasan pada 2012, 18 berupa serangan fisik, 15 kasus ancaman, 10 perusakan dan perampasan alat, 7 kasus pengusiran dan pelarangan meliput, 3 demonstrasi disertai pengerahan massa, 2 sensor dan 1 kasus protessan web terjadi

(www.ajiindonesia.or.id.) Harus diakui, sebagian masyarakat belum puas terhadap kualitas pers kita, karena ada beberapa wartawan yang tidak memiliki etika pada saat meliput berita. Kadang pula sebagian masyarakat, atau sebut saja segelintir oknum merasa terganggu privacy dan kehidupannya.

(20)

Pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia tentu memberikan pengaruh terhadap pandangan, pendapat, sikap masyarakat yang menyaksikan pemberitaan tersebut, khususnya kepada mahasiswa yang dinilai memiliki pemikiran kritis dalam memandang suatu peristiwa. Peneliti ingin meneliti bagaimana sikap mahasiswa terhadap tayangan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan, apakah mahasiswa dapat menerima pemberitaan secara positif atau negatif setelah menyaksikan pemberitaan tersebut.

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIK-P) dipilih sebagai objek penelitian karena STIK-P merupakan sekolah tinggi pertama di Sumatera Utara yang fokus, untuk melahirkan sarjana– sarjana yang berkualitas dibidang ilmu komunikasi. Dari hasil wawancara peneliti sebelum melakukan penelitian, beberapa mahasiswa STIK-P peduli terhadap pemberitaan kekerasan yang terjadi pada wartawan, yaitu dengan ikut serta dalam unjuk rasa yang dilakukan oleh para wartawan Medan.

Suatu informasi atau pemberitaan dapat menambah pengetahuan mahasiswa STIK-P tentang kondisi dan situasi yang terjadi, ditambah dengan sebagian besar mahasiswa STIK-P nantinya akan berada di ruang lingkup jurnalistik dan memiliki kesamaan profesi, pasti mereka memiliki pandangan dan sikap yang berbeda terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana hubungan antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV terhadap sikap mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:

(21)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini difokuskan pada pemberitaan mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV.

2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia dengan sikap mahasiswa yang dibatasi pada pendapat, kepercayaan, nilai – nilai dan pengharapan.

3. Objek penelitian adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) yang hanya dibatasi pada angkatan 2009, 2010 dan 2011.

4. Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari 2013 – Maret 2013. Lamanya penelitian akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa mengikuti pemberitaan mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan tanggapan mahasiswa STIK-P mengenai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

(22)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berguna dalam memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya yang berkaitan dengan masalah penelitian korelasional.

(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Para ilmuan mempunyai perspektif yang berbeda mengenai definisi teori, karena adanya fakta bahwa teori-teori individual didasarkan pada tradisi intelektual yang melibatkan asumsi-asumsi yang berbeda. Tradisi intelektual ini lebih populer dengan istilah paradigma. Paradigma memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan arah pengembangan suatu ilmu pengetahuan, termasuk ilmu komunikasi.

Dalam ilmu komunikasi dan ilmu sosial mengenal 3(tiga) paradigma diantaranya:

1. Paradigma Positivis

Paradigma ini menempatkan ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu-ilmu alam fisika. Dalam perkembangan paradigma positivis mendominasi wacana ilmu pengetahuan mulai pada awal abad 20-an sampai saat ini, dengan menetapkan kriteria – kriteria yang harus dipenuhi yaitu:

a. Objektif, teori – teori tentang semesta haruslah bebas nilai.

b. Fenomenalisme, ilmu pengetahuan hanya bicara tentang semesta yang teramati.

c. Reduksionisme, semesta direduksi menjadi fakta – fakta yang dapat diamati.

d. Naturalisme, alam semesta adalah objek – objek yang bergerak secara mekanis seperti bekerjanya jam (Bungin, 2005: 31).

2. Paradigma Konstruktivis

(24)

3. Paradigma Kritis

Paradigma ini menekankan pada tanggung jawab peneliti untuk mengubah ketidakadilan dalam kondisi yang sudah ada (status quo) dan membantu membentuk suatu kesadaran sosial agar seseorang atau masyarakat dapat memperbaiki dan merubah kondisi kehidupannya

(West dan Turner, 2008: 76).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma Positivis karena metodologi penelitiannya menggunakan penelitian kuantitatif dan teori yang digunakan adalah Komunikasi Massa, Jurnalistik & Pers, Sikap dan Teori S-O-R.

2.1.1 Komunikasi Massa

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audien yang luas dan heterogen. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan pada waktu yang serempak.

Menurut Josep A Devito, (dalam Nurudin, 2011: 11), mendefinisikan bahwa komunikasi massa yakni, “First, mass communication is communication

addressed to masses, to an extremely large audience. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms, television, radio, news paper, magazines, films,

books, and tapes.”

(25)

2.1.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Berdasarkan defenisi komunikasi massa tersebut, terdapat karakteristik komunikasi massa yang membedakannya dengan tipe komunikasi lainnya (Nurudin, 2011: 19) yaitu:

a. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sistem.

b. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, khalayaknya beragam dari segi pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan, maupun agama atau kepercayaan.

c. Pesannya bersifat umum

Pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karena itu pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.

d. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Komunikasi hanya berlangsung satu arah, yakni dari media massa ke komunikan dan tidak terjadi sebaliknya. Komunikan tidak bisa langsung memberikan respons atau umpan balik (feedback) kepada komunikatornya, kalaupun bisa sifatnya tertunda (delayed feedback). Hal ini sangat berbeda ketika kita melakukan komunikasi tatap muka.

e. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak di sini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

f. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

(26)

elektronik (televisi, radio dan internet) dan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) untuk media cetak (majalah, tabloid dan surat kabar).

g. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau sering disebut penjaga gawang/ penapis informasi adalah orang yang berperan penting dalam mengemas sebuah pesan atau informasi yang disebarkan menjadi lebih mudah dipahami. Begitu pula tentang baik dan buruknya dampak pesan yang disebarkan tergantung pada peran gatekeeping dalam menapis informasi. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor, kameramen, sutradara, lembaga sensor, dan semua yang terjun dalam pengemasan informasi pada sebuah media massa.

2.1.1.3 Proses Komunikasi Massa

Proses komunikasi dapat dipahami dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Siapa (Who), Berkata Apa (Says What), Melalui Saluran Apa (In Which Channel), Kepada Siapa (To Whom), dan Dengan Efek Apa (With What Effect?). Ungkapan dalam bentuk pertanyaan yang dikenal dengan formula Laswell ini, meskipun sederhana telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan komponen dalam proses komunikasi massa, Laswell menggunakan formula ini untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi.

(27)

2.1.1.4 Fungsi Komunikasi Massa

Secara umum fungsi komunikasi massa adalah menginformasikan pesan melalui media massa yang digunakan. Namun secara spesifik Burhan Bungin dalam bukunya “Sosiologi Komunikasi” (2008: 79-81) menjelaskan beberapa fungsi dari komunikasi massa, sebagai berikut:

1. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan ini dapat berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif sebagai aktivitas preventif. Dalam hal ini adalah upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun akan memberi punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.

2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat di mana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi Hiburan

(28)

Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of

Communication, meliputi:

a. Credibility (kredibilitas), yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun berita kepercayaan itu berawal dari kinerja, baik pihak komunikator maupun pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya.

b. Context (konteks), yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial yang bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperhatikan sikap partisipatif.

c. Content (isi)¸ pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang bermanfaat dan berlaku bagi orang banyak.

d. Clarity (kejelasan), menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mempunyai persamaan arti antara komunikator dan komunikan.

e. Continuity and Consistency (kesinambungan dan konsistensi), yaitu komunikasi berlangsung terus dan pesan/berita tidak saling bertentangan (tidak berubah-ubah/tetap).

f. Capability (kapabilitas atau kemampuan audien), kemampuan khalayak terhadap pesan, yaitu melibatkan berbagai faktor adanya sesuatu kebiasaan-kebiasaan membaca, menonton dan menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya.

g. Channels of Distribution (saluran penerimaan berita), yaitu komunikasi harus menggunakan media/alat komunikasi yang sudah biasa digunakan oleh umum, misalnya media cetak yaitu surat kabar dan majalah, media elektronik yaitu televisi, radio dan internet (Cutlip dan Center, 2009: 408-409).

2.1.1.5 Televisi sebagai Media Massa 2.1.1.5.1 Pengertian Televisi

Televisi berasal dari dua suku kata yaitu dalam bahasa yunani tele yang berarti “Jarak” dan dalam bahasa latin visi yang berarti “Citra atau Gambar”. Jadi

kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar dan suara dari suatu tempat yang berjarak jauh (Olii, 2007: 69). Dibandingkan dengan media massa lainnya, televisi merupakan media komunikasi massa yang paling efektif karena informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan jelas terlihat secara visual.

(29)

perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang (Kuswandi, 1996: 6).

2.1.1.5.2 Perkembangan Televisi

Kehadiran televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persepsi tentang suatu isu yang terjadi di belahan dunia. Daya tarik media televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah total. Media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi, sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung (Kuswandi, 1996: 23). Kekuatan media televisi adalah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit.

Pertelevisian di Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup pesat, dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak saat itu Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi pertama yang dimiliki Indonesia. Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan TPI, SCTV, Indosiar dan ANTV. Sejak tahun 2000 muncul hampir serentak 5(lima) stasiun televisi swasta baru yaitu Metro TV, Trans TV, Trans7, TvOne dan Global TV dan masih banyak lagi televisi lokal (Morrisan, 2008: 3).

(30)

2.1.1.5.3 Karakteristik Televisi

Sebagai salah satu bentuk media massa, televisi memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan media massa yang lainnya. Adapun karakteristik televisi yang dimaksud adalah sebagai berikut (Usman, 2009: 23):

1. Media Pandang Dengar (audio-visual)

Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar. Televisi berbeda dengan media cetak, yang lebih merupakan media pandang. Televisi juga berbeda dengan media radio, yang merupakan media dengar. Orang memandang gambar yang ditayangkan televisi, sekaligus mendengar atau mencerna narasi atau naskah dari gambar tersebut.

2. Mengutamakan Gambar

Kekuatan televisi terletak lebih pada gambar. Gambar-gambar dalam hal ini adalah gambar hidup, membuat televisi lebih menarik dibanding media cetak.

3. Mengutamakan Kecepatan

Jika deadline media cetak 1 x 24 jam, deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik karena televisi mengutamakan kecepatan. Kecepatan menjadi salah satu unsur yang menjadikan berita televisi bernilai.

4. Bersifat Sekilas

Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakan dimensi waktu atau durasi.

5. Bersifat Satu Arah

Televisi bersifat satu arah, dalam arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respon balik terhadap siaran televisi yang ditayangkan.

6. Daya Jangkau Luas

(31)

2.1.1.5.4 Kelebihan dan Kelemahan Televisi a. Kelebihan Televisi

Sebagai media dengan teknologi yang lebih canggih dibanding media cetak dan radio, menurut mondry (Mondry, 2008: 21) televisi memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut:

1. Lebih “Hidup”

Informasi televisi dapat dilihat dengan lebih “hidup” karena ada gambar (visual), sehingga pemirsa dapat melihat langsung informasi yang ditayangkan.

2. Lebih “Dekat”

Dengan visualisasi yang bagus dari tayangan televisi, pemirsa dapat merasa lebih “dekat” baik terhadap lokasi peristiwa maupun dengan “perasaan” sesuatu yang ditayangkan. Tanpa memerlukan banyak informasi tambahan, pemirsa sudah paham dengan apa yang ditayangkan atau ditampilkan di layar televisi.

b. Kelemahan Televisi

Menurut Romli (dalam Mondry, 2008: 22-23) televisi juga memiliki kekurangan, yaitu sebagai berikut:

1. Selintas

Siaran televisi cepat hilang dan gampang dilupakan. Khalayak tidak dapat mengulang apa yang dilihat dan didengarnya.

2. Global

Penyajian informasi televisi bersifat global, tidak rinci (detail). Maka dari itu, sering penyebutan angka-angka juga dibulatkan, misalnya reporter akan menyebutkan angka 1000 orang lebih untuk angka 1.053 orang. 3. Batasan Waktu

(32)

4. Beralur Linear

Program yang dinikmati khalayak disajikan berdasarkan urutan yang sudah dipersiapkan atau dijadwalkan. Sangat berbeda dengan media cetak, pembaca dapat mulai membaca dari manapun dengan sesuka hati.

5. Mengandung Gangguan

Siaran televisi sangat mungkin mendapat gangguan, seperti gangguan pada gambar, gangguan teknis channel noise factor dan termasuk juga dengan pengaruh cuaca.

2.1.2 Jurnalistik dan Pers

2.1.2.1 Pengertian Jurnalistik dan Pers

Dalam buku “Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik” (Mondry, 2008: 17). Kata jurnalistik berasal dari kata: diurnalis (Latin), journal (Inggris) atau du jour (Perancis), yang berarti informasi atau peristiwa yang terjadi sehari-hari. Secara umum jurnalistik merupakan kegiatan menyiapkan, menulis, mengedit serta memberitakan suatu pemberitaan melalui media massa.

Bersamaan dengan munculnya mesin cetak, muncullah istilah press

(Inggris) atau pers (Belanda), yang sebenarnya berarti menekan (pressing), karena mesin cetak menekan kertas untuk memunculkan tulisan. Akibatnya, terdapat dua istilah yang kini muncul di masyarakat dan sering diartikan sama, yaitu jurnalis (wartawan) dan pers. Sepintas arti kedua kata itu memang sama. Jurnalis merupakan orang pers yang tugasnya mencari informasi guna menjadi bahan berita.

2.1.2.2 Pengertian Berita

Berita merupakan laporan peristiwa yang memiliki nilai berita aktual, faktual, penting, dan menarik yang disebarkan melalui media massa (Mondry, 2008: 133). Adapun kualitas dasar untuk digolongkan sebagai berita adalah sebagai berikut :

(33)

2. Nyata (Factual), yaitu informasi tentang sesuatu yang sebenarnya terjadi. Gabungan dari kejadian nyata, pendapat dan pernyataan narasumber.

3. Menarik (Interesting).

4. Penting (Important), yaitu menyangkut kepentingan orang banyak. Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun interpretatif (telah disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan) ataupun berupa pemberitaan penyelidikan (investigative reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Penilaian terhadap kualitas pemberitaan TV dapat ditinjau dalam beberapa aspek . Dalam hal ini McQuail (dalam Morissan, 2010: 62) mengajukan suatu kerangka kerja dalam memberikan penilaian terhadap kualitas media yang terbagi atas empat kriteria, yakni sebagai berikut:

1. Kebebasan media

Kebebasan media telah menjadi faktor terpenting dalam menilai atau mengukur kualitas pemberitaan media massa. Kebebasan media merupakan prinsip dasar dari setiap teori dasar mengenai komunikasi publik. Kebebasan media juga menjadi sumber manfaat media lainnya dan mengacu terutama pada hak-hak untuk menyatakan sesuatu secara bebas dan kebebasan dalam membentuk opini. Namun demikian, untuk dapat mewujudkan kebebasan media harus terdapat akses bagi masyarakat menuju ke berbagai saluran informasi dan juga kesempatan untuk menerima berbagai jenis informasi. Dalam hal ini kebebasan komunikasi memiliki dua aspek, yaitu: pertama, media dalam pemberitaannya harus dapat menyajikan informasi yang mewakili berbagai suara atau pandangan yang beragam dan; kedua, memberikan tanggapan terhadap berbagai keinginan atau kebutuhan yang beragam.

2. Keragaman Berita

(34)

principle of proportional representation (prinsip keterwakilan secara proporsional). Media harus menyajikan berita secara proporsional, berdasarkan topik-topik yang relevan bagi masyarakat atau dengan kata lain, pemberitaan TV harus mampu mencerminkan keragaman kebutuhan atau minat audien terhadap berita.

Dalam hal ini keragaman berita dapat dinilai berdasarkan empat kriteria sebagai berikut:

a. Media dalam menyajikan isi berita harus mampu mencerminkan keragaman realitas sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat secara proporsional. Dengan kata lain media harus mampu dan mau memberikan berbagai pilihan berita kepada audien.

b. Media dalam menyebarkan berita harus memberikan kesempatan yang lebih kurang sama terhadap berbagai pandangan dalam masyarakat, termasuk pihak minoritas dalam masyarakat.

c. Media harus bisa berfungsi sebagai forum bagi berbagai pandangan dan kepentingan yang berbeda dalam masyarakat.

d. Media harus mampu menyajikan pilihan berita yang relevan pada waktu tertentu (dalam hal adanya peristiwa besar) dan juga keragaman berita pada waktu lainnya.

3. Gambaran Realitas

Bias pada pemberitaan mengacu pada hal-hal seperti terjadinya penyimpangan (distorsi) terhadap realitas. Berita yang mengandung bias pada akhirnya kan menjadi berita bohong atau propaganda sebagaimana sebuah cerita fiksi (McQuail dalam Morissan, 2010: 64). Beberapa cirri berita yang mengandung bias antara lain sebagai berikut:

a. Media memberikan terlalu banyak waktu memberikan pandangan pejabat dan kalangan elit di masyarakat.

b. Berita luar negeri hanya berfokus pada negara-negara kaya saja.

(35)

d. Berita terlalu mengutamakan nilai-nilai yang terlalu mendukung peran pria atau sebaliknya.

e. Kepentingan kelompok minoritas diabaikan atau dipinggirkan.

f. Terlalu berlebihan dalam menyajikan berita criminal dan mengabaikan realitas sesungguhnya di masyarakat.

4. Objektivitas Berita

Objektivitas adalah suatu tindakan atau sikap tertentu terkait dengan pekerjaan mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan informasi. Menurut Westerstahl (dalam Morissan, 2010: 64), pemberitaan yang objektif harus memiliki dua kriteria, yaitu bahwa berita harus bersifat faktual, yang berarti berita ditulis berdasarkan fakta (factuality) dan tidak berpihak (impartiality).

Sifat faktual atau faktualitas mengacu pada bentuk laporan berupa peristiwa atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada nara sumber berita dan tidak memasukkan komentar ke dalam laporan. Sifat faktual juga melibatkan kriteria kebenaran lainnya, kelengkapan penjelasan (5W1H).

2.1.2.3 Elemen Jurnalistik

Dalam Jurnalistik, ada 9 elemen jurnalisme yang dikemukakan oleh Bill Kovach seorang mantan kepala biro Washington New York Times, antara lain :

1. Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran. 2. Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga Negara.

3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.

4. Jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya.

5. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan.

6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan kompromi.

7. Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan.

(36)

2.1.3 Sikap

2.1.3.1 Pengertian Sikap

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2007: 39) ada 5 pengertian sikap, yaitu: 1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa

dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.

2. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.

3. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan.

4. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

2.1.3.2 Komponen Sikap

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, Menurut Allport (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003: 96) komponen tersebut terbagi 3(tiga), yaitu:

1. Komponen Kognitif

(37)

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai – nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.

2.1.3.3 Fungsi Sikap

Menurut Katz (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003: 97) ada 4(empat) fungsi sikap, yaitu:

1. Fungsi Instrumental

Sikap memungkinkan seseorang untuk memperoleh atau memaksimalkan penghargaan atau persetujuan dan meminimalkan hukuman. Dengan kata lain, sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian sosial. Misal seseorang dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap suatu obyek tertentu untuk mendapatkan dukungan.

2. Fungsi Pengetahuan

Sikap membantu dalam memahami lingkungan dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang obyek dan kelompok obyek atau segala sesuatu yang dijumpai di dunia ini.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap dipegang kuat karena memungkinkan seorang memberikan ekspresi positif pada nilai-nilai sentral dan pada identitas. Misalnya seorang remaja yang menyukai drama Korea dia akan mengekspresikan kepribadiannya melalui sikap yang sama seperti di drama Korea tersebut.

4. Fungsi Pertahanan Diri

(38)

2.1.3.4 Teori Perubahan Sikap

Usai perang dunia ke-2 hingga tahun 1960-an merupakan periode munculnya teori – teori komunikasi massa yang pada intinya menyatakan bahwa media massa memiliki efek terbatas. Dengan kata lain, media massa sudah tidak memiliki kekuatannya lagi sebagaimana periode teori masyarakat massa. Berakhirnya era teori masyarakat massa ditandai dengan munculnya beberapa teori yang menyatakan bahwa khalayak (penerima pesan) tidak mudah dipengaruhi oleh isi pesan media massa.

Beberapa teori penting muncul yaitu teori perubahan sikap (attitude change theory) dari Carl Hovland, yang muncul pada awal tahun 1950-an. Carl Hovland adalah pendiri atau pengagas awal penelitian eksperimental efek – efek komunikasi, ia bekerja dengan tujuan membangun suatu dasar pemikiran mengenai hubungan antara stimuli komunikasi, kecenderungan diri audiens dan perubahan pendapat.

Teori perubahan sikap memberikan penjelasan bagaimana sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap itu dapat berubah melalui proses komunikasi dan bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi tindakan atau tingkah laku seseorang. Teori perubahan sikap ini antara lain menyatakan bahwa seseorang akan mengalami ketidaknyamanan di dalam dirinya (mental discomfort) bila ia dihadapkan pada informasi baru atau informasi yang bertentangan dengan keyakinannya.

Keadaan tidak nyaman disebut dengan istilah disonansi, yang berarti ketidakcocokan atau ketidaksesuaian sehingga disebut juga dengan teori disonansi (dissonance theory). Seseorang akan berupaya secara sadar atau tidak sadar untuk membatasi atau mengurangi ketidaknyamanan melalui tiga proses selektif yang saling berhubungan.

Proses selektif ini akan membantu seseorang untuk memilih informasi apa yang ingin dikonsumsinya, diingat dan diinterpretasikan. Ketiga proses selektif itu adalah:

(39)

lebih suka membaca artikel media massa yang mendukung apa yang telah dipercayainya atau diyakininya.

2. Ingatan Selektif, mengasumsikan bahwa seseorang tidak akan mudah lupa atau sangat mengingat pesan – pesan yang sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya. Contoh, penonton televisi akan lebih mengingat bahkan hingga ke detailnya, liputan mengenai pertemuan partai politik yang didukungnya daripada partai politik lain yang tidak disukainya.

3. Persepsi Selektif, seseorang akan memberikan interpretasinya terhadap setiap pesan yang diterimanya sesuai dengan sikap dan kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya. Contoh jika politisi yang didukungnya mengubah pendapatnya mengenai sesuatu isu maka ia akan dinilai sebagai politisi yang bersikap fleksibel serta mengutamakan kepentingan masyarakat, namun jika hal serupa terjadi pada politisi yang tidak disukainya, maka politisi itu akan dituduh tidak memiliki pendirian atau tidak memiliki keyakinan.

Proses selektif ini menunjukkan bahwa pada dasarnya seseorang berupaya membatasi efek komunikasi massa dengan cara menyaring isi media yang diterimanya, sehingga isi media tidak mengakibatkan perubahan sikap yang signifikan pada diri individu (Morissan, 2010: 70-72).

2.1.4 Teori S-O-R

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut stimulus response efek yang ditimbulkan adalah reaksi stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2007: 254).

(40)

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3 (tiga) variabel penting

(Effendy, 2007: 255). Adalah sebagai berikut: 1. Perhatian

2. Pengertian mencakup pengetahuan dan pemahaman 3. Penerimaan yaitu :

a. Opini Positif b. Opini negatif

c. Opini Netral atau Pasif Gambar 2.2 Teori S-O-R

Sumber: Effendy, 2007: 255

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organism. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan.

Stimulus Organism

 Perhatian

 Pengertian

 Penerimaan

(41)

Keseimbangan inilah yang merupakan sistem dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal.

Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, bagaimana pengaruh pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro T V terhadap sikap mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P). Ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R yaitu:

 Pesan (Stimulus) : Pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

 Komunikan (Organism) : Mahasiswa STIK-P.

(42)

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori – teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel – variabel yang akan diteliti (Bungin, 2005: 57).

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (X) atau Independent variabel

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat sehingga variabel bebas dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

2. Variabel Terikat (Y) atau Dependent Variabel

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (independent). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P).

3. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini karakteristik responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden.

Gambar 2.3 Bagan Konsep

Variabel (X)

Pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV

Variabel (Y)

Sikap Mahasiswa STIK-P

(43)

2.3 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel sebagai berikut : 3. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

b. Usia c. Angkatan

2.4 Definisi Operasional

(44)

Maka variabel – variabel dalam operasional penelitian ini didefinisikan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV)

1. Frekuensi adalah frekuensi penayangan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

2. Materi/Isi Pesan:

a. Credibility adalah nilai kepercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan indonesia di Metro TV.

b. Context adalah pemberitaan yang disajikan berisi hubungan yang menggambarkan kehidupan nyata.

c. Content adalah kejelasan makna dari pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

d. Clarity adalah kejelasan bahasa pada pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

e. Continuity adalah adanya kesinambungan mengenai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

f. Consistency adalah ketetapan atau keseimbangan terhadap makna pesan dalam pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

g. Capability adalah kemampuan mahasiswa menerima pesan yang disampaikan dalam pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

2. Variabel Terikat (pengetahuan dan sikap mahasiswa STIK-P) 1. Komponen Kognitif

a. Mengetahui Pemberitaan adalah pengetahuan mahasiswa mengenai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

(45)

2. Komponen Afektif

a. Menyukai dan tidak menyukai Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa menyukai dan tidak menyukai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan oleh Metro TV.

b. Setuju dan tidak setuju Terhadap Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa menyetujui dan tidak menyetujui pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan oleh Metro TV.

c. Perubahan Sikap adalah bagaimana sikap mahasiswa dalam menilai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV.

3. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin dari mahasiswa/I STIK-P. b. Usia mahasiswa/I STIK-P.

c. Angkatan mahasiswa/I STIK-P.

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat hubungan antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV terhadap sikap mahasiswa sekolah tinggi ilmu komunikasi “pembangunan” (STIK-P).

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Singkat Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” a. Yayasan Pendidikan Ani Idrus

Bermula pada tanggal 22 Desember 1953 bertepatan dengan peringatan “Hari Ibu”, kami (Hajjah Ani Idrus) beserta beberapa rekan wanita lainnya mendirikan “Taman Indria” berlokasi di Jalan Sisingamangaraja no.84 Medan, dengan kondisi bangunan berlantai semen dan berdinding papan, sudah mulai mengelola:

1. Balai Penitipan Anak

2. Taman Kanak – Kanak (TKK) 3. Sekolah Rendah (SR)

Setelah melihat banyaknya minat masyarakat yang ingin bersekolah, sedangkan sekolah negeri masih sangat terbatas maka sejak tanggal 19 Oktober 1960 mulai mendirikan “Yayasan Pendidikan Democratic” Medan sesuai akte no. 67, dari Notaris Marah Sutan Nasution dan kemudian pada tanggal 1 April 1991 diubah menjadi “Yayasan Pendidikan Ani Idrus” Medan sesuai akte perubahan no.56 dari notaris Alina Hanum Nasution, SH yang bertujuan untuk membantu pemerintah mengembangkan dunia pendidikan serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Para pendiri Yayasan Ani Idrus sesuai yang tercantum dalam akte notaris no. 67 tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hajjah Ani Idrus sebagai Ketua (sudah almarhum) 2. Ibu Artje sebagai Wakil Ketua (sudah almarhum) 3. Nona Dewi sebagai Sekretaris (sudah almarhum) 4. Hajjah Ana Idrus sebagai Bendahara

5. Ibu Zainab, BA sebagai Komisaris I

6. Nona Farida Anadi sebagai Komisaris II (sudah almarhum) Selanjutnya para pengurus “Yayasan Pendidikan Ani Idrus” melakukan pengembangan dan materi diktum akte maka kepengurusan terdiri dari:

(47)

1. Hajjah Ani Idrus sebagai Ketua (sudah almarhum) 2. Dr.H. Syafrin Yusuf, SKm sebagai Wakil Ketua I

3. Nyonya Ida Tumengkol sebagai Wakil Ketua II 4. Hajjah Yanti Prabudi sebagai Sekretaris I 5. H.Teruna Jasa Said sebagai Sekretaris II 6. Dr.Hj. Rayati Syafrin sebagai Bendahara I 7. Hajjah Anan Idrus sebagai Bendahara II

Sehubungan dengan telah meninggalnya Ketua Yayasan Hajjah Ani Idrus, pada tanggal 9 Januari 1999 di Medan, maka diputuskan pengurus yayasan baru sebagai berikut:

Ketua : Tri Buana Said

Wakil Ketua I : Nyonya Ida Tumengkol Wakil Ketua II : Teruna Jasa Said Sekretaris I : Prabudi Said Sekretaris II : Indra Buana Said Bendahara : Dr.Hj. Rayati Syafrin

Adapun peristiwa – peristiwa penting yang terjadi pada “Yayasan Pendidikan Ani Idrus” dikaitkan dengan pengembangan dan perubahan diktum akte notaris adalah sebagai berikut:

1. Pada tanggal 19 Oktober 1960, Mendirikan :

a. Democratic English School bertempat di Jl. Sisingamangaraja no. 195

b. SD Swasta “KATLIA” bertempat di Jl. Sisingamangaraja no.85 sebagai kelanjutan “Taman Indria”

2. Karena adanya ketentuan pemerintah tentang larangan sekolah yang menggunakan bahasa asing (bahasa Inggris) di samping pesatnya perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, maka secara bertahap “Yayasan Pendidikan Ani Idrus” telah membangun 4(empat) unit lembaga pendidikan yaitu:

(48)

b. Pada tahun 1984, membuka sekolah pendidikan agama islam setingkat SD yaitu Madrasah Ibtidaiyah “ROHANIAH” di Jl. Selamat Ujung Simpang Limun Medan.

c. Pada tanggal 18 Mei 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) khusus bidang jurnalistik dan hubungan masyarakat di Jl. Sisingamangaraja no.84 setelah SD Swasta “KATLIA” dilebur dan digabung pada perguruan “ERIA”

d. Pada tanggal 01 September 1987 mendirikan “Kursus Komputer Komunikasi” (K-3) di gedung kampus STIK-P Jl. Sisingamangaraja no.84 Medan.

b. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan”

Berkaitan dengan sejarah singkat “Yayasan Pendidikan Ani Idrus” tersebut maka pada tanggal 18 Mei 1987 secara resmi berdirilah “Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan” (STIK-P) Medan, yang diprakarsai oleh Hajjah Ani Idrus sebagai kelanjutan dari cita – cita untuk mendidik dan memproduksi sarjana Komunikasi (Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat) yang pernah terhenti, dimana pada tahun 1959 Hajjah Ani Idrus mendirikan “Yayasan Balai Wartawan” cabang Medan sebagai Ketua, selanjutnya mendirikan “Yayasan Akademil Pers Indonesia” (API) sebagai Wakil Ketua, yang telah berhasil mencetak 7(tujuh) orang sarjana muda publistik, kemudian terhenti karena tantangan dan gejolak PKI.

(49)

Dengan susunan kepengurusan STIK-P Medan sebagai berikut:

1. Dekan : Hajjah Ani Idrus

2. Pembantu Dekan-I/Akademik : Drs.Sakhyan Asmara 3. Pembantu Dekan-II/Administrasi : Dr.H.Syafrin Yusuf 4. Pembantu Dekan-III/Kemahasiswaan : Drs.Suwardi Lubis 5. Kepala Bagian Tata Usaha : A.Syamsi Hans 6. Kepala Bagian Pelaksanaan Teknis : H.Abdul Raul Syaf Struktur jabatan tersebut disesuaikan dengan peraturan pemerintah RI no.5 tahun 1980 tentang pokok – pokok Organisasi Universitas atau Institut Negeri tanggal 14 Februari 1980, sedangkan perkembangan struktur jabatan sekarang disesuaikan dengan peraturan pemerintah RI no.3 tahun 1988 tentang pokok – pokok Organisasi Sekolah Tinggi dan Akademik tanggal 10 Maret 1988, dimana pada dasarnya merubah sebutan Dekan menjadi Ketua serta Kepala Bagian menjadi Kepala Unit, sedangkan pengganti jabatan unsur pimpinan STIK-P yang sudah meninggal Alm H.Abdul Raul Syaf ditetapkan Drs.T.Syahriani sebagai Kepala Pelaksanaan Teknis.

Terhitung mulai tanggal 7 Maret 1989, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan telah menerima peningkatan status menjadi “Terdaftar” dari Menteri DEPDIKBUD RI dengan surat keputusan No.0117/0/1989.

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) merupakan lembaga tinggi yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Ani Idrus yang tersusun atas dasar kemajuan ilmu komunikasi , teknologi komunikasi dan peran media massa dalam pembangunan Nasional, yang dasar pelaksanaanya sesuai dengan kurikulum inti program pendidikan Sarjana bidang sosial, politik, administrasi dan komunikasi, sebagai yang termaktub dalam keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI No.22/DJ/Kep/1983 tanggal 27 April 1983.

(50)

Ketua YPAI No.010/VI/YPAI/1993 tentang pengangkatan Ketua dan Pembantu Ketua adalah sebagai berikut:

Ketua : Hajjah Ani Idrus Pembantu Ketua I : Drs. Sakhyan Asmara Pembantu Ketua II : Dr. Syafrin Yusuf, SKm Pembantu Ketua III : Drs. Ismetsyah Bangun

Setelah Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” Medan berusia 7(tujuh) tahun, STIK-P meneriman peningkatan status dari “Terdaftar” menjadi “Dikui” dari Menteri DEPDIKBUD dengan Surat Keputusan No.552/Dikti/KEP/1993 tanggal 11 September 1993. Kemudian pada tanggal 03 Mei 1995 berdasarkan Surat Keputusan YPAI No.005/V/YPAI/1995, tentang komposisi kepengurusan STIK-P antara lain:

Ketua : Hajjah Ani Idrus

Pembantu Ketua I : Drs. Suwardi Lubis, MA Pembantu Ketua II : Dr. Syafrin Yusuf, SKm Pembantu Ketua III : Dra. Indra Mulya

Dalam rangka menghadapi perkembangan STIK-P, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan Hajjah Ani Idrus pada tanggal 1 Juni 1995 menunjuk saudara Tribuana Said, MDS menjadi Ketua STIK-P Medan.

Berdasarkan Surat Keputusan YPAI No.013/X/YPAI/1996 tertanggal 01 Oktober 1996 memutuskan kepengurusan STIK-P:

Ketua : Tribuana Said, MDS Pembantu Ketua I : Drs. Suwardi Lubis, MA Pembantu Ketua II : dr. Hj. Rayati Syafrin Pembantu Ketua III : Dra. Indra Mulya

Setelah beberapa tahun maka dibentuklah kembali susunan Kepengurusan STIK-P yang baru sesuai dengan Surat Keputusan YPAI No.020/XII/YPAI/2000

Ketua : Drs. Sakhyan Asmara

Pembantu Ketua I : Ny.Hj. Ida Tumengkol, B.Comm Pembantu Ketua II : Drs. Bachtiar Tanjung

Gambar

 Gambar 2.1 Proses Komunikasi Massa Laswell
Gambar 2.2 Teori S-O-R
Gambar 2.3       Bagan Konsep
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengetahui bahwa para responden hampir sebagian besar ternyata berpendapat bahwa acara wide shot di metro TV dapat memenuhi