• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh film “MY NAME IS KHAN” terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Film ”MY NAME IS KHAN” terhadap Pengetahuan dan sikap Mahasiswa Ekstensi FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh film “MY NAME IS KHAN” terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Film ”MY NAME IS KHAN” terhadap Pengetahuan dan sikap Mahasiswa Ekstensi FISIP USU)"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FILM ”MY NAME IS KHAN” TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Film ”MY NAME IS KHAN”

terhadap Pengetahuan dan sikap Mahasiswa Ekstensi FISIP USU)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Ardini Dwi Cahyanti

080922054

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH FILM ”MY NAME IS KHAN” TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Film ”MY NAME IS KHAN”

terhadap Pengetahuan dan sikap Mahasiswa Ekstensi FISIP USU)

SKRIPSI

Diajukan guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh Ardini Dwi Cahyanti

080922054

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH :

Nama : ARDINI DWI CAHYANTI NIM : 080922054

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul : Pengaruh film “MY NAME IS KHAN” terhadap

Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Film ”MY NAME IS KHAN” terhadap Pengetahuan dan sikap Mahasiswa Ekstensi FISIP USU)

Dosen Pembimbing, Ketua

Departemen Ilmu Komunikasi,

Drs. Hendra Harahap, M.Si Drs. Amir Purba, M.A NIP : 196710021994031002 NIP : 195102191987011001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,

Drs. M. Arif Nasution, M.A NIP : 131 757 010

(4)

PENGARUH FILM ”MY NAME IS KHAN” TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Film ”MY NAME IS

KHAN” terhadap Pengetahuan dan sikap Mahasiswa Ekstensi

FISIP USU)

Oleh :

Ardini Dwi Cahyanti

Penelitian ini khusus dilakukan kepada Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 sampai 2009 yang mengetahui dan yang sudah menonton film My Name Is Khan. Jumlah mahasiswa yang menjadi responden adalah 72 orang yang didapat melalui rumus Taroyamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 98 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, dan Purposive Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan

(Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 15.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa yang menjadi bahan penelitian yakni Mahasiswa FISIP USU. Hal ini dikarenakan karena minimnya informasi mengenai film -film apa saja dan sejauhmana film tersebut terlibat didalam hubungan peranan dan sikap mahasiswa, serta terbatasnya informasi mengenai “film yang beredar” hanya tersebar dikalangan tertentu saja, seperti kalangan kampus dan anak–anak muda. Selain itu, film dalam negeripun tidak dapat menyamai kualitas film luar yang memang teruji kualitasnya.

(5)

KATA PENGANTAR

Praise The Lord...

Segala hormat, puji dan syukur hanya bagi Allah Bapa di Surga yang selalu menyertai, menemani dan menopang penulis disetiap waktu. Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Berkat-Nya yang melimpah atas diri penulis selama ini membuat penulis dapat bertahan dan berjalan hingga sejauh ini. Kasih dan pertolonganNya nyata dalam kehidupan penulis.

Untaian terima kasih dari dasar hati yang terdalam penulis persembahkan kepada keluarga tercinta, Papi Pdt Nuran Ady Suyatno STh yang memberikan inspirasi dan teladan bagi penulis, Mendiang Mamiku Yohana Sutarthi yang walaupun tidak sempat melihatku berhasil,terima kasih atas kasih, doa, cinta dan semangat di sepanjang perjalanan hidup penulis. Kepada saudara-saudara penulis; mbak tercinta Novika Purwindah beserta suami Surya Kurniawan, dan “Seorang” yang ada selalu disamping penulis untuk perhatian dan dukungannya. Bahkan kata-kata takkan mampu melukiskan betapa besar kasih sayang yang penulis rasakan kepada kalian semua.

(6)

nasehat serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hendra Harahap, MSi selaku Dosen Pembimbing peneliti yang banyak memberi masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Dosen Wali penulis selama masa perkuliahan kurang lebih dua tahun.

5. Pihak Rektorat USU yang telah banyak membantu khususnya dalam memperoleh data yang penting untuk mengerjakan skripsi ini.

6. Drs. Humaizi,MA selaku Pembantu Dekan I yang telah banyak memberi saran dan meluangkan waktu hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Keluarga besar dimanapun berada, yang selalu mendukung penulis dalam doa.

8. Semua teman-teman seangkatan penulis, Fanny, Melva, Rianti, Lely,Una, Ida, Jalic, Reihan, Jojo, dan masih banyak lagi yang telah memberi semangat untuk berkuliah dan mendukung dalam menyelesaikan tulisan ini

(7)

10.SomeOne in The World yang telah TUHAN ciptakan untuk peneliti; untuk kebersamaannya dan setiap masukan, motivasi dan bantuannya.

11.Seluruh mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, yang berasal dari jurusan lain serta responden lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

12.Teman-teman Komunikasi 08 yang sudah selesai, masih dan terus berjuang dalam menyelesaikan skripsinya, terima kasih atas bantuannya untuk mengajari penulis saat penggunaan program SPSS 15.0.

13.Teman-teman di Gereja GKI Sumut Medan yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan sehingga penulis tetap semangat mengerjakan skripsi. Tuhan memberkati.

14.Kak Cut, Rottua Nuraini dan Maya yang selalu ada di Departemen yang dengan setia membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi. 15.Semua Pihak yang secara tidak sadar telah ikut membantu menyelesaikan

tugas akhir ini, peneliti mengucapkan terimakasih banyak

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, peneliti dengan rendah hati meminta saran dan masukan yang bisa membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada setiap pembacanya.

Medan, Juli 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan penelitian ... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Kerangka Teori ... 8

1.6 Kerangka Konsep... 18

1.7 Model Teoritis ... 19

1.8 Operasional Variabel ... 19

1.9 Definisi Operasional ... 21

1.10 Hipotesa Penelitian ... 24

BAB II URAIAN TEORITIS ... 25

2.1 Pengertian Komunikasi ... 25

2.2 Film ... 28

2.3 Pengetahuan ... 31

2.4 Sikap ... 33

2.5 Teori Uses and Gratification ... 34

2.5.1 Kritik Teori Manfaat dan Gratifikasi... 40

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Universitas Sumatera Utara ... 47

3.1.2 Infrastruktur Universitas Sumatera Utara ... 51

3.1.3 Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sumatera Utara ... 54

3.1.4 Pilihan Program Studi... 56

3.1.5 Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara .. 57

3.2 Metode Penelitian ... 62

3.3 Lokasi Penelitian ... 62

3.4 Populasi dan Sampel ... 63

3.4.1 Populasi ... 63

3.4.2 Sampel ... 64

3.5 Teknik Penarikan Sampel... 66

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.7 Teknik Analisa Data ... 66

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 69

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 69

4.1.1 Tahap Awal ... 69

4.1.2 Pengumpulan Data ... 69

4.2 Teknik Pengolahan Data ... 70

4.3 Analisa Tunggal ... 71

4.3.1 Karakteristik Responden... 71

4.3.2 Motivasi Konsumsi Terhadap Film My Name Is Khan ... 73

4.3.3 Pemenuhan Kebutuhan Informasi Tentang Musik 90 4.4 Analisa Silang ... 101

4.5 Uji Hipotesa ... 101

(10)

BAB V PENUTUP ... 106

5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Saran ... 107

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1. Operasional Variabel ... 20

3.1. Infrastruktur Universitas Sumatera Utara ... 52

3.2. Populasi Penelitian Mahasiswa Ekstensi Fisip Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 s/d 2009 ... 64

3.3. Jumlah Sampel Setiap Fakultas ... 65

4.1. Jenis Kelamin Responden ... 71

4.2. Usia Responden ... 72

4.3. Waktu Menonton di bioskop ... 72

4.4. Frekuensi Responden Menonton Film “My Name Is Khan” ... 74

4.5 Frekuensi Responden Mengkonsumsi Televisi/DVD ... 76

4.6 Menonton Film My Name Is khan karena hobi ... 77

4.7. Menonton Film My Name Is khan untuk melepas tekanan/tegangan ... 77

4.8. Menonton Film My Name Is khan untuk mengisi waktu luang . 78 4.9. Menonton Film My Name Is khan untuk hiburan ... 79

4.10. Menonton Film My Name Is khan karena mengisi waktu luang 80 4.11. Keterlibatan orang lain saat anda menonton Film My Name Is Khan ... 80

4.12. Penayangan Film My Name Is Khan dibuat untuk semua agama ... 81

(12)

4.15. Budaya Yang Dianut Dalam Film My Name Is Khan

Berpengaruh Terhadap Sikap Dan Perilaku... 83 4.15. Penayangannya Lebih Terfokus Kepada Budaya Dan Agama

Yang Ada ... 84 4.16 Penyajian Gambar Dan Kejelasan Suara Disertai Dimensi

Emosional Dari Para Pemainnya ... 84 4.17. Para Artis Yang Membintangi Film My Name Is Khan

Mempunyai Keahlian Dan Karakter Tersendiri Yang Benar –

Benar Sesuai ... 85 4.18. Penayangan Film My Name Is Khan Diceritakan Secara

Kontinyu, Hingga Permasalahan Yang Ada Didalamnya

Terselesaikan ... 86 4.19. Penayangan Film My Name Is Khan menimbulkan kontraversi 86 4.20. Penayangan Film My Name Is Khan Berimplikasi Positif

Kepada Kepercayaan Yang Dianut ... 87 4.21. Alur cerita pada Penayangan Film My Name Is Khan maju –

mundur ... 88 4.22. Artis Yang Memainkan Peran Didalam Film My Name Is Khan

Sangat Menguasai Karakternya... 88 4.23. Tema Yang Diangakat Pada Penayangan Film My Name Is

Khan Berpengaruh Pada Pengetahuan Dan Sikap Orang Yang

Menontonnya ... 89 4.24. Film “My Name Is Khan” Yang Anda Tonton Menarik

(Informatif) Dalam Penayangannya Di Bioskop... 90 4.25. Film “My Name Is Khan” Yang Anda Tonton Menarik

(Informatif) Dalam Penayangannya Di Bioskop... 91 4.26. Film “My Name Is Khan” Dalam Penayangannya Dibioskop

Memiliki Kejelasan Suara ... 92 4.27. Informasi Yang Disampaikan Oleh Sutradara Dalam Film “My

Name Is Khan”Dapat Menambah Pengetahuan Anda Tentang

Perkembangan Film ... 93 4.28. Pemeran Utama Dalam Film My Name Is Khan Sangat

(13)

4.29. Film My Name Is Khan Untuk Semua Golongan Umur ... 95 4.30. Banyak Pengalaman Yang Dapat Diambil, Setelah Menonton

Film My Name Is Khan ... 95 4.31. Penyakit Yang Diderita Pemeran Utama Tidak Menjadi

Halangan Untuk Terwujudnya Suatu Keinginan ... 96 4.32. Cara Menyampaikan Pesan Keagamaan Tidak Selamanya

Harus Dengan Kekerasan ... 97 4.33. Konflik Antar Umat Beragama Harusnya Segera Dihentikan

Setelah Menonton Film My Name Is Khan ... 98 4.34. Walaupun Sutradara Dan Pemeran Utama Dalam Film My

Name Is Khan India, Tetapi Mereka Tidak Mendominasi

Kebudayaan... 99 4.35. Tidak Terlalu Banyak Nyanyian Didalam Film My Name Is

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

PENGARUH FILM ”MY NAME IS KHAN” TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Film ”MY NAME IS

KHAN” terhadap Pengetahuan dan sikap Mahasiswa Ekstensi

FISIP USU)

Oleh :

Ardini Dwi Cahyanti

Penelitian ini khusus dilakukan kepada Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 sampai 2009 yang mengetahui dan yang sudah menonton film My Name Is Khan. Jumlah mahasiswa yang menjadi responden adalah 72 orang yang didapat melalui rumus Taroyamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 98 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, dan Purposive Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan

(Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 15.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa yang menjadi bahan penelitian yakni Mahasiswa FISIP USU. Hal ini dikarenakan karena minimnya informasi mengenai film -film apa saja dan sejauhmana film tersebut terlibat didalam hubungan peranan dan sikap mahasiswa, serta terbatasnya informasi mengenai “film yang beredar” hanya tersebar dikalangan tertentu saja, seperti kalangan kampus dan anak–anak muda. Selain itu, film dalam negeripun tidak dapat menyamai kualitas film luar yang memang teruji kualitasnya.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha perfilman saat ini berkembang sangat pesat, yang ditandai dengan semakin ketatnya persaingan antar produser. Persaingan yang ketat mendorong perusahaan melakukan langkah-langkah strategis agar produksi filmnya bermutu baik dan laku di pasar. Hal ini merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh perusahaan perfilman, mengingat perusahaan perfilman tersebut butuh untuk tetap hidup dan mampu bersaing di pasaran. Untuk itu perusahaan perfilman harus melakukan strategi pemasaran yang tepat sehingga kebutuhan dan keinginan dari konsumen dapat terpenuhi.

Kemajuan perkembangan teknologi informasi saat ini ternyata juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan usaha di segala bidang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak yang secara langsung dapat dirasakan adalah semakin mudahnya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi film tanpa ada lagi kendala jarak, ruang dan waktu. Hal ini tentu saja menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha perfilman untuk dapat meningkatkan penjualan produksi fimnya baik dengan cara yang efektif dan efisien.

(17)

untuk memenuhi kebutuhannya, akan tetapi juga dipengaruhi oleh banyak fakor lain yang mendorong konsumen untuk mengambil keputusan pembelian. Setiap konsumen mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dan tidak jarang konsumen memutuskan membeli suatu produksi film tertentu karena terpengaruh oleh kehidupan nyata yang dialami setiap hari.

Tidak dapat dipungkiri, segala kecanggihan media saat ini juga turut andil dalam menyebarkan banyak “kesaksian” tentang cinta, seperti cerita ‘MY NAME IS KHAN’, yang penulis peroleh dari artikel di internet. Buku-buku yang beredar di pasaran, artikel-artikel di media cetak dan internet, program-program acara televisi, dan bahkan film-film layar lebar sangat banyak yang mengangkat tema cinta kasih; lewat bahasa dan tanda yang berbeda-beda, yang secara spesifik dimiliki masing-masing media.

Film sendiri merupakan terminologi gambar yang bergerak. Berbeda dengan foto, film bisa menghadirkan unsur dinamis dari obyek yang ditampilkanya. Sebagai media audio visual, film mempunyai karakteristik yang berbeda dengan format tanda yang lain yang hanya bersifat tekstual atau visual saja, misalnya bahasa dan lukisan. 1

Salah satu film yang mengusung tema tentang cinta kasih adalah My Name

Is Khan. Film yang diproduksi oleh Dharma Productions dengan skenario oleh

(18)

Muslim di Amerika seringkali dikaitkan dengan terorisme. Berkisah mengenai perjalanan hidup seorang Muslim Amerika yang menderita gejala autis, Asperger Sindrome. Kehidupan warga muslim di Amerika menjadi tidak nyaman pasca peristiwa 11 September serangan WTC. Khan berjuang untuk mengatakan bahwa orang Islam bukanlah teroris.

Menyinggun menembus Box Office Inggris tak lama setelah film ini dirilis, memang film ini banyak yang merekomendasikan dan saya sendiri tidak puas hanya menonton di bioskop saja, tetapi dengan membeli dvd walaupun masih bajakan dan belum ada yang original. Dengan demikian film ini memang patut menjadi salah satu pilihan untuk anda tonton.

Pengaruh Film mahasiswa, inilah yang menjadi obyek dari penelitian ini. Pengetahuan dan sikap serta nilai cinta kasih menjadi penting karena selain alasan yang dikemukakan di awal tadi, juga merupakan modal dasar untuk dapat memahami dan menjalani kehidupan kita sebagai makhluk sosial yang akan selalu berhubungan satu dengan yang lain.2

Bagi orang dewasa, kisah dalam film ini akan terasa begitu menarik. Karena latar belakang yang amat religius, maka ia pun menyelipkan alur cerita dan beberapa unsur yang mewakili apa yang ada di dalam kitab Injil, tentunya dengan cara tersendiri agar mudah dipahami oleh orang dewasa apalagi anak-anak. Karakter Rizwan khan yang benar-benar bertanggungjawab walaupun dia

2

(19)

mengidap penyakit Sindrom Asperger, kebijaksanaannya terlihat pada saat Rizwan memutuskan untuk menikahi Mandira yang diperankan oleh Kajol, digambarkan menyerupai Kristus, dan masih banyak lagi.3

Situasi-situasi memikat mengenai bentuk-bentuk cinta kasih, seperti makna persaudaraan dan persahabatan, arti penting memenuhi janji, dan keyakinan bahwa kebenaran tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh kejahatan tersaji lewat karakter tokoh, diaolg, situasi, dan setting adegan dalam keseluruhan film.

4

Hal ini tentu saja sesuai dengan tujuan Karan Johar yang tidak sekedar ingin menghibur, tapi juga ingin mengajarkan pesan moral bagi setiap umat beragama melalui filmnya. Karan Johar pun mampu menampilkan Amerika dari sisi pandang imigran asal India dan sepertinya itulah kunci sukses Karan saat membuat film ini. Isu yang disampaikan memang bukan isu baru. Diskriminasi, ketakutan, cinta, kebaikan semuanya diramu dengan baik oleh Karan dalam

sebuah film berdurasi 161 menit ini. Campur tanga

pun tak boleh disepelekan karena dua orang ini mampu bermain cemerlang tanpa harus terlihat berlebihan. Layak mendapat acungan jempol.

(20)

persepsi dan pemahaman akan makna film. Demikian pula belum tentu makna dalam setiap simbol tokoh, dialog, dan situasinya akan sama dengan yang dimaksudkan oleh sang kreator film.

Mengingat semakin banyak tayangan film yang disajikan lewat layar lebar dan televisi akhir-akhir ini, bahkan yang dibuat untuk konsumsi anak, disadari atau tidak, menyajikan adegan-adegan kekerasan dan fenomena-fenomena lain secara berlebihan (vulgar), film ini memang layak menjadi media pembelajaran nilai moral bagi seluruh umat beragama. Fakta yang turut mendukung pernyataan ini adalah bahwa walaupun menampilkan adegan dimana saat itu terjadi pengebooman WTC dan bencana alam, film ini tidak memperlihatkannya secara berlebihan.

Karena berbagai alasan itulah maka penulis tertarik untuk mengangkat tema penelitian ini. Penulis akan mencari, baik tanda verbal maupun nonverbal seperti apa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh film terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa. Dari situ, dapat pula dimengerti pesan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan melalui film tersebut. Selain jalan cerita menarik, cerita ini mengajarkan toleransi antar umat beragama, cinta kasih antar keluarga dan pengorbanan untuk bertemu dengan orang yang dicintai.

1.2Perumusan Masalah

(21)

1.3Pembatasan Masalah

Permasalahan yang dikaitkan pada judul diatas sangat luas, sehingga tidak mungkin terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini juga diperlukan untuk menghindari kesalahfahaman dan penyimpangan penafsiran pada judul diatas, sekaligus pemfokusan masalah, agar permasalahan yang dikaji menjadi jelas.

Untuk itu penulis membatasi ruang lingkup dan fokus masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.

2. Penelitian ini menganalisis pengaruh film

pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU.

3. Objek penelitian terbatas pada mahasiswa Ekstensi FISIP USU Medan angkatan 2007 – 2009, yang sudah menonton film

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 sampai dengan selesai.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan penelitian

(22)

a. Untuk mengetahui pengaruh mahasiswa setelah menonton film

b. Seberapa jauh pengaruh film

sikap mahasiswa Ekstensi Fisip USU.

c. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif yang berarti (signifikan) setelah menonton Film USU.

d. Untuk megetahui kemampuan penulis dalam melaksanakan penelitian kearah yang lebih baik.

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan menambah pengetahuan mahasiswa ekstensi FISIP USU tentang pengetahuan serta sikap yang harus diambil setelah menonton film lebar.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini dan menjadi wadah dalam memperkaya cakrawala berpikir penulis tentang pengetahuan dan sikap yang harus diambil setelah menonton film

(23)

1.5Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori ini merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39).

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi,

dan proposisiyang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

1.5.1 Komunikasi

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak bangun tidur hingga berangkat tidur lagi, manusia melakukan kegiatan komunikasi. Kita menyadari, sebagai makhluk sosial, tak ada kegiatan yang kita lakukan tanpa berkomunikasi dengan sesama kita. Dengan berkomunikasi, kita bisa saling bertukar informasi, ide, dan pengalaman sehingga dengan demikian akan membentuk suatu jaringan interaksi bagi manusia.

(24)

Theodorson & Theodorson (1969) mengungkapkan definisi komunikasi sebagai :

“The transmission of information, ideas, attitudes, or emotional frm one person or group to another (or others) primarily through symbols.”

(Transmisi informasi, ide-ide, sikap atau pernyataan emosional dari satu orang atau kelompok yang disampaikan kepada pihak lain, terutama melalui simbol-simbol tertentu).6

Definisi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Barelson dan Steiner; komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan simbol berupa kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain.7

6

Rosady Ruslan, SH, MM, Metode Penelitian PR dan Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 89

7

B. Aubrey Fisher (Drs. Jalaluddin Rakhmat), Teori-teori Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hal. 10

Unsur penyampaian merupakan unsur komunikasi yang paling tersebar luas dalam definisi-definisi tentang komunikasi, begitu pula dengan penggunaan simbol dalam proses penyampaian tersebut. Apalagi di masa ini komunikasi telah mencapai suatu titik dimana setiap orang dapat melakukan kontak dengan jutaan orang lainnya secara serentak dan serempak. Hal ini berarti hampir tidak ada lagi batasan-batasan yang menghambat berlangsungnya komunikasi antarpersona. Inilah yang disebut dengan komunikasi massa. Bitner merumuskan definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa sebagai berikut :

“Mass communication is message communicated through a mass medium

to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).

(25)

1.5.2 Film

Munculnya film sebagai media komunikasi massa yang kedua, setelah surat kabar, di dunia pada awal era 1990-an telah menarik perhatian publik. Kelebihan film memang terletak pada gambar yang hidup dan bergerak seperti nyata, serta tidak terikat pada ruang dan waktu, atau dengan kata lain film dapat diputar dan dinikmati di mana dan kapan saja sesuai keinginan. Hal itulah yang membuat film menjadi media yang populer.8

Graeme Turner menyebutkan bahwa makna film merupakan representasi dari realitas masyarakat. Sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebuda yaan.

Dengan bantuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek gambar dan suara. Tidak heran hingga saat ini banyak film yang bahkan telah dinantikan pemutarannya sejak pertama kali ia dipromosikan.

Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia, film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Tidak masalah cerita itu ada di dunia nyata atau sekedar khalayan, sebagai media baru hasil karya elektro-teknik dan karya optik dalam pita seluloid, film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan yang sangat mustahil terjadi sekalipun.

9

(26)

terdiri atas tanda-tanda yang mengandung pesan. Atau dengan kata lain, seperti yang diungkapkan Fiske, pesan (dalam film) merupakan konstruksi tanda-tanda, yang pada saat bersinggungan dengan penerima akan memproduksi makna.10

Kepekaan artistik dalam memaknai pesan dalam film dibutuhkan karena film memiliki “bahasa” tersendiri yang terdapat pada teknik-teknik penyajian gambar, misalnya pemotongan gambar (cut), pemotretan jarak dekat (close up), pemotretan dua sisi (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran atau pengecilan gambar (zoom out/zoom in), pelarutan dua gambar secara halus (disolve), sampai kepada yang melibatkan efek khusus (special effect) seperti gerakan lambat (slow motion), gerakan dipercepat (speeded up), dan special effect digital yang lebih canggih lainnya, yang melibatkan animasi atau permainan

Ketika film ditonton, saat itulah terjadi transformasi pesan, saat itulah komunikasi terjadi. Yang berperan dalam proses transformasi ini utamanya adalah bahasa. Secara sederhana, bahasa didefinisikan sebagai pesan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Ia merupakan sistem tanda yang tak tebatas, yang mampu mengungkapkan segala macam pemikiran. Sebuah film mengandung bahasa dalam bentuk visual dan suara. Film sesungguhnya merupakan visualisasi dari sebuah narasi (urutan kejadian). Dengan bahasa dalam dialog para tokoh dan

setting situasinya, pesan film dapat lebih mudah tersampaikan. Agar pesan

tersebut tersampaikan, penerima perlu memaknai setiap elemen tanda/simbol yang terdapat di dalam film tersebut. Sejauhmana pemaknaan tersebut dihasilkan tergantung pada latar belakang pengetahuan, pengalaman, budaya, dan keyakinan, serta kepekaan artistik penerima terhadap film.

10

(27)

program komputer.11

1.5.3 Pengetahuan

Karena memiliki kekayaan dalam bentuk-bentuk tanda untuk mengkodekan pesan, maka film juga menjadi lebih menarik bagi masyarakat dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya.

Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita sering menggunakan kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”, “Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan kejadian itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan”, “Saya tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu”.

(28)

sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut sebagaimana adanya.

Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauhmana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah.

Secara normatif, definisi Pengetahuan paling tidak meliputi:

a. Fakta, informasi dan kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman atau pendidikan

b. Pemahaman secara teoretis dan/atau praktis suatu bidang (studi), apa yang diketahui mengenai suatu bidang tertentu atau berkait dengan bidang-bidang lain secara keseluruhan

(29)

Para ahli filsafat masih terus memperdebatkan definisi Pengetahuan, terutama karena rumusan Pengetahuan oleh Plato yang menyatakan Pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)" (“justified true belief”).

1.5.4 Sikap

Sumber di www. wikipedia.org menjelaskan sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu.

Seseorang pun dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu. Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya.

(30)

Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser (1993) berargumen bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi secara tidak langsung. Sebagai contoh, bila seseorang terlahir dengan kecenderungan menjadi ekstrovert, maka sikapnya terhadap suatu jenis musik akan terpengaruhi. Sikap seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan atau film mempengaruhi seseorang.

1.5.5 Teori Uses and Gratifications

Model ini digambarkan sebagai a dramaticb break with effects tradition of

the past, yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini

tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan : “Apa yang dilakukan media (dlm hal ini film) untuk khalayak? (What do the media do to

people?)”. (Rakhmat, 2004:65).

Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Khalayak dianggap secara aktif dengan sengaja menggunakan media untuk memenuhi keutuhannya dan mempunyai tujuan. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada pengguna (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas pemenuhan kebutuhan seseorang. Dari sinilah timbul istilah

(31)

perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu (Ardianto dan Erdinaya, 2004:71). Dengan demikian, kebutuhan individu merupakan titik awal kemunculan teori ini.

Dari gambaran Katz tersebut dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat motivasi tertentu ketika seseorang memilih media A atau media B untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat harapan-harapan dari media yang dipilihnya yang ingin dipuaskannya setelah mengkonsumsi media yang dipilihnya tersebut. Ketika pemenuhan kebutuhan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkannya, maka individu tersebut kemudian akan mencari lagi media tersebut untuk memuaskan kembali kebutuhan yang terpenuhi dari media tersebut.

Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut (Effendy, 2003:294) :

1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif)

yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

2. Affective needs (Kebutuhan Afektif)

(32)

3. Personal Intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan.

Dalam keaktifan khalayak dalam kehidupannya sehari-hari, terlihat mereka membutuhkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka yakni melalui penggunaan media seperti membaca surat kabar yang mereka sukai, menonton acara televisi, bahkan menonton film di bioskop seperti dalam penelitian ini atau mendengarkan musik favoritnya, dan lain-lain.

Pendekatan uses and gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratifications telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finanldia, Swedia, Jepang, dan negara-negara lain.

Operasionalisasi. Ketika sampai pada operasionalisasi, model ini telah

(33)

grand theory, bermacam-macam teori berlindung dan berdebat satu sama lain.

Empat model telah dibuat: model Linne dan Van Feilitzen, model Windahl, model Rosengren, serta model McLeod dan Becker (Rakhmat, 2004:66).

1.6Kerangka Konsep

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49).

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam memutuskan hipotesis (Nawawi, 1991:40).

Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X)

Adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur yang lain (Nawawi,1991:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh film

2. Variabel Terikat (Y)

(34)

3. Variabel Antara (Z)

Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991:58). Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik/ identitas responden.

1.7Model Teoritis

[image:34.595.139.489.424.580.2]

Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1.1. Model Teoritis

1.8Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) Pengaruh Film My

Name Is Khan terhadap mahasiswa

Variabel Terikat (Y) Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Ekstensi Fisip USU

Variabel Antara (Z)

(35)
[image:35.595.108.518.118.739.2]

Tabel 1.1.

Operasional Variabel

No Variabel Teoritis Variabel Operasional

1 Variabel Bebas (X) pengaruh film My Name Is Khan terhadap mahasiswa.

1. Pengaruh Menonton film dibioskop • Kebutuhan Kognitif

a. Peneguhan b. pengetahuan • Kebutuhan Afektif

a. senang b. kepuasan

• Kebutuhan Pribadi Secara Integratif a. Kredibilitas

b. Stabilitas

• Kebutuhan Sosial Secara Integratif a. Peneguhan Kontak Keluarga b. Peneguhan Kontak Rekan c. Peneguhan Kontak Dunia • Kebutuhan Pelepasan

a. Tekanan b. Ketegangan

2. Intensitas menonton di bioskop 3. Frekuensi menonton di bioskop 4. Waktu menonton

2 Variabel Terikat (Y) pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU.

1. Mengetahui perkembangan film : - Film - film baru

- Artis - artis baru

2. Kejelasan informasi dari display film 3. Pemilihan bioskop untuk nonton 3 Variabel Antara (Z)

Karakteristik/identitas Responden

(36)

1.9Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional merupakan sutu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (pengaruh film My Name Is Khan terhadap mahasiswa)

a. Motif mendengar siaran radio, yaitu dorongan atau alasan yang menggerakkan mahasiswa untuk mengkonsumsi musik di radio. Dalam hal ini motif terbagi menjadi:

1) Kebutuhan Kognitif, yaitu kebutuhan informasi yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap film yang tayang di bioskop.

- Peneguhan, yaitu peneguhan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap film yang tayang di bioskop.

- Pengetahuan, yaitu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop.

2) Kebutuhan Afektif, yaitu kebutuhan mahasiswa yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman yang estetis, yang menyenangkan terhadap film yang tayang di bioskop.

- Senang, yaitu sikap senang yang dimiliki oleh mahasiswa terhadap film yang tayang di bioskop.

(37)

3) Kebutuhan Pribadi Secara Integratif, yaitu kebutuhan mahasiswa akan harga diri terhadap film yang tayang di bioskop.

4) Kredibilitas, yaitu kepercayaan mahasiswa terhadap perkembangan film yang tayang di bioskop.

5) Stabilitas, yaitu sikap stabil mahasiswa dalam menonton film yang tayang di bioskop.

6) Kebutuhan Sosial Secara Integratif, yaitu kebutuhan mahasiswa terhadap jiwa sosial terhadap film yang tayang di bioskop.

- Peneguhan kontak keluarga, yaitu peneguhan mahasiswa terhadap lingkungan keluarga setelah menonton film yang tayang di bioskop.

- Peneguhan kontak rekan, yaitu peneguhan mahasiswa terhadap lingkungan rekan-rekan setelah menonton film yang tayang di bioskop.

- Penguhan kontak dunia, yaitu peneguhan mahasiswa terhadap dunia setelah menonton film yang tayang di bioskop.

7) Kebutuhan Pelepasan, yaitu kebutuhan pelepasan dalam diri mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop.

- Takanan, yaitu pelepasan tekanan dari dalam diri mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop.

(38)

b. Intensitas menonton film yang tayang di bioskop, yaitu rata-rata waktu yang habis digunakan oleh mahasiswa saat menonton film yang tayang di bioskop.

c. Frekuensi menonton film yang tayang di bioskop, yaitu seberapa sering mahasiswa menonton film yang tayang di bioskop.

d. Waktu menonton, yaitu saat responden menonton film yang tayang di bioskop apakah pagi, siang, sore atau malam hari.

2. Variabel Terikat (Pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU)

a. Mendapatkan informasi perkembangan film, yaitu kepuasan dalam mendapatkan informasi tentang film terbaru. Dalam hal ini perkembangan film meliputi film-film baru, artis-artis baru, judul-judul film baru dan aliran-aliran film baru.

b. Kejelasan informasi dari 21 cinema, yaitu informasi yang disampaikan oleh counter dan display film dapat dimengerti dengan jelas.

c. Pemilihan bioskop, yaitu bioskop yang yang dipilih sesuai selera responden.

3. Variabel Antara (Karakteristik/Identitas Responden)

a. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel. b. Fakultas, yakni unsur pelaksana akademik untuk mengkoordinasikan/

melaksanakan pendidikan profesional dalam satu perangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian tertentu.

c. Angkatan, yaitu tahun masuk mahasiswa USU yang menjadi responden. d. Penyuka film, yaitu apakah film yang ditonton adalah film yang memang

(39)

1.10 Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991:44).

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh film ”My Name Is Khan” yang ditonton di bioskop terhadap perilaku dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU.

(40)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Pengertian Komunikasi

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak bangun tidur hingga berangkat tidur lagi, manusia melakukan kegiatan komunikasi. Kita menyadari, sebagai makhluk sosial, tak ada kegiatan yang kita lakukan tanpa berkomunikasi dengan sesama kita. Dengan berkomunikasi, kita bisa saling bertukar informasi, ide, dan pengalaman sehingga dengan demikian akan membentuk suatu jaringan interaksi bagi manusia.

Istilah “komunikasi” berasal dari bahasa Inggris “communicate”, yang bersumber dari bahasa Latin “communicatio”, yang berarti pergaulan, peran serta, atau kerja sama, dari istilah “communis”, yang berarti sama makna.12

“The transmission of information, ideas, attitudes, or emotional frm one person or group to another (or others) primarily through symbols.”

(Transmisi informasi, ide-ide, sikap atau pernyataan emosional dari satu orang atau kelompok yang disampaikan kepada pihak lain, terutama melalui simbol-simbol tertentu.)

Theodorson & Theodorson (1969) mengungkapkan definisi komunikasi sebagai :

13

Definisi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Barelson dan Steiner; komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan simbol berupa kata, gambar, angka, grafik, dan

12

Onong Uchjana Effendy, MA, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, hal. 60 13

(41)

lain-lain.14

Secara etimologis atau menurut asal katanya komunikasi atau

communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang

berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah

Unsur penyampaian merupakan unsur komunikasi yang paling tersebar luas dalam definisi-definisi tentang komunikasi, begitu pula dengan penggunaan simbol dalam proses penyampaian tersebut. Apalagi di masa ini komunikasi telah mencapai suatu titik dimana setiap orang dapat melakukan kontak dengan jutaan orang lainnya secara serentak dan serempak. Hal ini berarti hampir tidak ada lagi batasan-batasan yang menghambat berlangsungnya komunikasi antarpersona. Inilah yang disebut dengan komunikasi massa. Bitner merumuskan definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa sebagai berikut :

“Mass communication is message communicated through a mass medium

to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).

Media-media yang digunakan dalam komunikasi massa telah berhasil menembus ruang dan waktu. Dalam cakupan pengertian komunikasi massa, media massa meliputi surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

(42)

yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002:41).

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia, dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi.

Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pandapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004:4).

Menurut Harold D. Lasswel, bahwa cara terbaik untuk menjelaskan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which

channel to whom with what effect?.

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

(43)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient) - Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu Effendy (2004: 10).

Adapun fungsi dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence)

Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut: 1. Perubahan sikap (attitude change)

2. Perubahan pendapat (opinion change)

3. Perubahan perilaku (behavior change)

4. Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2004: 8)

2.2Film

(44)

membuat film menjadi media yang populer.15

Graeme Turner menyebutkan bahwa makna film merupakan representasi dari realitas masyarakat. Sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaan.

Dengan bantuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek gambar dan suara. Tidak heran hingga saat ini banyak film yang bahkan telah dinantikan pemutarannya sejak pertama kali ia dipromosikan.

Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia, film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Tidak masalah cerita itu ada di dunia nyata atau sekedar khalayan, sebagai media baru hasil karya elektro-teknik dan karya optik dalam pita seluloid, film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan yang sangat mustahil terjadi sekalipun.

16

Dalam keterkaitannya dengan disiplin ilmu komunikasi, film sendiri merupakan sebuah sistem tanda. Artinya, setiap scene terdiri atas tanda-tanda yang mengandung pesan. Atau dengan kata lain, seperti yang diungkapkan Fiske, pesan (dalam film) merupakan konstruksi tanda-tanda, yang pada saat bersinggungan dengan penerima akan memproduksi makna.17

Ketika film ditonton, saat itulah terjadi transformasi pesan, saat itulah komunikasi terjadi. Yang berperan dalam proses transformasi ini utamanya adalah

15

Drs. Alex Sobur, MSi, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 126 16

Ibid, hal. 127 17

(45)

bahasa. Secara sederhana, bahasa didefinisikan sebagai pesan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Ia merupakan sistem tanda yang tak tebatas, yang mampu mengungkapkan segala macam pemikiran. Sebuah film mengandung bahasa dalam bentuk visual dan suara. Film sesungguhnya merupakan visualisasi dari sebuah narasi (urutan kejadian). Dengan bahasa dalam dialog para tokoh dan

setting situasinya, pesan film dapat lebih mudah tersampaikan. Agar pesan

tersebut tersampaikan, penerima perlu memaknai setiap elemen tanda/simbol yang terdapat di dalam film tersebut. Sejauhmana pemaknaan tersebut dihasilkan tergantung pada latar belakang pengetahuan, pengalaman, budaya, dan keyakinan, serta kepekaan artistik penerima terhadap film.

(46)

2.3Pengetahuan

Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita sering menggunakan kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”, “Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan kejadian itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan”, “Saya tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu”.

Ketika mengamati atau menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan, sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut sebagaimana adanya.

(47)

pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah.

Secara normatif, definisi Pengetahuan paling tidak meliputi:

1. Fakta, informasi dan kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman atau pendidikan

2. Pemahaman secara teoretis dan/atau praktis suatu bidang (studi), apa yang diketahui mengenai suatu bidang tertentu atau berkait dengan bidang-bidang lain secara keseluruhan

3. Fakta, informasi dan kesadaran atau pengenalan yang diperoleh dari pengalaman menghadapi suatu fakta atau situasi

(48)

2.4Sikap

Sumber di www.wikipedia.org menjelaskan sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu.

Seseorangpun dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu. Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. Bisa terdapat kaitan antara sikap dan perilaku seseorang walaupun tergantung pada faktor lain, yang kadang bersifat irasional. Sebagai contoh, seseorang yang menganggap penting transfusi darah belum tentu mendonorkan darahnya. Hal ini masuk akal bila orang tersebut takut melihat darah, yang akan menjelaskan irasionalitas tadi.

(49)

2.5Teori Uses and Gratification

Salah satu dari teori komunikasi yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi adalah Uses and

Gratifications. Model Uses and Gratifications untuk pertama kali dijelaskan oleh

Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan

Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan Apa yang dilakukan media untuk

khalayak (What do the media do to people?). Model uses and gratifications

menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak (Effendy, 2003:289).

Model ini digambarkan sebagai a dramaticb break with effects tradition of

the past (Swanson, 1979), yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum

(50)

preferensi (selectivty); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn). Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi.

Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendirinya Katz, Blumer, dan Gurevitch. Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam media lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki.

Model uses and gratificatons dapat dilukiskan seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Anteseden Motif Penggunaan Media Efek

Gambar 2.1. Model Uses and Gratifications

Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalkan dengan berbagai cara: unfungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasistescapist,

- Variabel individual - Variabel

lingkungan

- Personal - Diversi - Personal

identity

- Hubungan - Macam isi - Hubungan dengan isi

(51)

atau gratifikasi segera-tertangguhkan), empat fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal dan surveillance; atau surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi, korelasi, hiburan, transmisi buda ya) dan multifungsional.

Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai depedensi media, dan sebagai pengetahuan (Rakhmat, 2004:65).

Banyak orang membaca karena merasa bahwa hal itu berterima secara sosial, dan sebagian orang merasa bahwa surat kabar merupakan hal yang tak tergantikan dalam mencari informasi mengenai berbagai persoalan yang ada didunia. Namun demikian, banyak juga yang mencari pelarian, relaksasi hiburan, dan prestise sosial. Orang-orang ini mengerti bahwa kesadaran akan persoalan-persoalan umum sangat berharga dalam percakapan. Sebagaian yang lain mencari bantuan untuk kehidupan sehari-hari mereka dengan membaca materi berkenaan dengan mode, resep makanan, ramalan cuaca maupun informasi bermanfaat lainnya.

(52)

apa yang dilakukan orang terhadap media. Teori menekankan bahwa khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atau kebutuhan seseorang.

Katz, Blumer & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori

uses and gratifications, yaitu :

1. Khalayak dianggapa aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media masa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khlayak (Ardianto, 2004:70).

Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi ada beberapa cara mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi audien. Sebagian mengatakan soal

gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai (Schramm, Lyle, dan Parker, 1961).

(53)

McQuail, Blumler, dan Brown (1972), berdasarkan penelitian mereka di Inggris, mengusulkan kategori-kategori berikut :

1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi.

2. Hubungan Personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti

media untuk kepentingan perkawanan.

3. Identitas Pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambah

keyakinan; pemahaman –diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya.

4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin memengaruhi

seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu (Saverin, 2007:356).

Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut:

1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

2. Affective needs (Kebutuhan Afektif)

(54)

3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan (Effendy, 2003:294).

[image:54.595.106.549.471.728.2]

Teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini (Nurudin, 2004:183) :

Gambar 2.2. Teori Uses and Gratifications

Lingkungan Sosial - ciri – ciri

demografis - keanggotaan

dalam kelompok - ciri – ciri

kepribadian Kebutuhan - kognitif - afektif - integrasi sosial - integrasi personal - escapism

Sumber non media - keluarga dan

teman

- hubungan inter personal - hobi - istirahat dll Sumber Media - jenis media - isi media - terpaan media - konteks sosial

(55)

2.5.1 Kritik Teori Manfaat dan Gratifikasi

Pendekatan manfaat dan gratifikasi telah memicu sejumlah kritik, terutama karena tidak bersifat teoritis, karena masih kabur dalam mendefinisikan konsep-konsep utama (misalnya, ”kebutuhan”), dan karena pada dasarnya tak lebih dari sebuah strategi pengumpulan data.

Salah satu kritik pendekatan manfaat dan gratifikasi adalah bahwa pendekatan ini terlalu sempit fokusnya, yaitu pada individu (Elliot, 1974). Pendekatan ini bersandar pada konsep-konsep psikologis seperti kebutuhan, dan mengabaikan struktur sosial maupun tempat media itu berada dalam struktur tersebut. Salah satu jawaban atas kritik ini datang dari Robin dan Windahl (1986), yang telah mengusulkan suatu sintesis antara pendekatan manfaat dan gratifikasi dengan teori ketergantungan (Ball-Rokeach dan DeFleur, 1976). Model manfaat dan ketergantungan mereka (Rubin dan Windahl) menempatkan individu di dalam sistem-sistem kemasyarakatan yang membantu membentuk kebutuhan-kebutuhan mereka.

(56)

2.5.2 Pekembangan Terkini dalam Penelitian Manfaat dan Gratifikasi

Kadang-kadang para pengguna media bersikap selektif dan rasional dalam memproses pesan-pesan media, namun pada saat yang lain mereka memanfaatkan media untuk bersantai atau sebagai tempat pelarian. Perbedaan jenis maupun tingkat aktivitas audien mungkin juga merupakan akibat dari efek-efek media.

Arah baru lainnya difokuskan pada manfaat media untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Misalkan saja, salah satu kemungkinan manfaat media adalah untuk mengatasi rasa kesepian. Canary dan Spitzberg (1993) menemukan bukti yang mendukung manfaat ini, namun kaitannya tergantung pada kadar kesepiannya. Mereka menemukan bahwa manfaat media yang paling besar dalam mengatasi kesepian adalah dalam kondisi sepi secara situasional, atau mereka yang kesepian untuk sementara waktu. Mereka menemukan manfaat media yang tidak begitu besar untuk mengatasi kesepian pada kondisi sepi secara

kronis, atau mereka yang merasa kesepian dalam jangka waktu bertahun-tahun.

(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas ke 9 (sembilan) di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Kelahiran FISIP USU diprakarsai oleh beberapa dosen dalam bidang ilmu sosial, administrasi dan manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi USU.

Rektor USU, Prof.Dr.A.P. Parlindungan, SH, memperjuangkan agar di USU didirikan Fakultas ISIP. Maka pada awal berdirinya FISIP USU merupakan jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di fakultas Hukum USU dan mengangkat Drs. Adham Nasution sebagai ketua jurusan dan ditetapkan berdasarkan Surat keputusan Rektor USU No. 118/PT05C80 tertanggal 1 Juli 1980.

Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertama kali menerima mahasiswa sebanyak 75 orang dan kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 agustus 1980 yang pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU Prof.Dr.A.P. Parlindungan, SH, di gedung perkuliahan FKG USU pada sore hari. Walaupun jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan salah satu jurusan di fakultas Hukum, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi jurusan dilaksanakan disalah satu ruangan BAAK USU di samping gedung perpustakaan USU yang saat ini merupakan tempat kegiatan Administrasi Fakultas Sastra USU.

(58)

Pengetahuan Masyarakat berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan merupakan fakultas kesembilan di Universitas Sumatera Utara.

Pada waktu Drs. M. Adham nasution sebagai ketua jurusan sudah habis masa jabatannya dan Fisip USU yang baru berdiri itu belum mempunyai Dekan. Dalam rangka pengembangan Fisip tersebut, maka dibentuklah panitia persiapan pemilihan Dekan FISIP USU, dimana tujuan pembentukan panitia tersebut adalah memilih Dekan yang akan memimpin FISIP USU yang baru berdiri. Dalam rapat tersebut, dengan suara bulat menyetujui Drs. Adham Nasution sebagai PJS Dekan FISIP USU dan untuk selanjutnya diajukan menjadi Dekan defenitif kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Rektor USU.

Pada tahun 1983 FISIP USU terdiri dari lima jurusan yaitu : 1. Jurusan Ilmu Administrasi

2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan Antropologi.

(59)

Setelah tiga tahun berdiri yaitu pada tahun 1983, Drs. M. Adham Nasution yang sebelumnya adalah sebagai Pejabat Sementara Dekan, diangkat menjadi Dekan FISIP USU yang pertama dengan masa periode 1983-1986.

Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan fakultas menunjuk para pembantunya yaitu sebagai berikut:

1. Pembantu Dekan I : Dra. Arnita Zainuddin 2. Pembantu Dekan II : Dr. Haniful Chair Nasution 3. Pembantu Dekan III : Drs. Arifin Siregar

Melalui Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi (P3T) di USU, pada tahun 1984 gedung FISIP USU selesai dibangun di Jalan Dr. A. Sofyan No.1 Kampus USU. Dengan selesainya gedung baru tersebut, maka pada tanggal 18 Agustus 1984 baik itu kegiatan perkuliahan maupun kegiatan administrasi yang menunjang pendidikan dan pengajaran dipindahkan ke gedung baru tersebut.

Pada Tahun Akademik 1985/1986, karena kedua jurusan tersebut dianggap sudah mapan, maka pada tahun akademik ini di buka pula Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Pada Tahun Akademik ini juga FISIP USU melakukan kerjasama dengan Departemen Dalam Negeri yaitu dalam rangka pendidikan lanjutan bagi pegawai Depdagri yang memiliki Ijazah Sarjana Muda sebagai mahasiswa Tugas Belajar untuk mengikuti perkuliahan pada jenjang Strata-1 atau Sarjana.

(60)

Dalam perpindahan ini, semua kegiatan administrasi dan kemahasiswaan yang terdaftar di Jurusan Antropologi pada Fakultas Sastra USU dipindahkan ke FISIP USU, kecuali mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan mengikuti kegiatan perkuliahan pada semester VIII, mereka tetap mengikuti perkuliahan di Fakultas Sastra USU sampai selesai masa pendidikannya.

Setelah menjalani periode yang pertama yaitu tahun 1983-1986 sebagai Dekan FISIP USU, maka pada tahun 1986 tersebut, Prof. M. Adham Nasution diusulkan kembali untuk menjadi Dekan Fakultas FISIP USU selanjutnya pada tanggal 23 Oktober 1986 untuk kedua kalinya yaitu periode 1986-1989.

Dan pada Tahun Akademik 1987/1988 FISIP USU telah memiliki lima jurusan yaitu: Ilmu Administrasi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sosiologi, dan Antropologi.

Pada tahun 1990 masa periode jabatan Dekan untuk yang kedua kalinya sudah berakhir. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa jabatan Dekan hanya maksimal selama dua periode, oleh sebab itu Prof. M. Adham Nasution tidak berhak lagi untuk mencalonkan diri sebagai Dekan.

Pada proses pemilihan Dekan selanjutnya, FISIP USU melalui senat melakukannya secara voti

Gambar

Gambar 1.1. Model Teoritis
Tabel 1.1.
Gambar 2.2. Teori Uses and Gratifications
Tabel 3.1. Infrastruktur Universitas Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak Usulan Penelitian tahun akademik 2012/2013 di Universitas “X” Bandung akan lebih mengarahkan orientasi masa

Dengan keterlibatan pihak-pihak tersebut secara optimal maka diharapkan kompetensi pendidik dapat selalu ditingkatkan sehingga mampu menghasilkan SDM yang

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains Terapan (SST) Jurusan Teknik Kimia Program Studi S1

Perdamaian merupakan persetujuan antara para pihak atau dua belah pihak dengan menjanjikan sesuatu, memberikan ataupun menahan barang, mencegah adanya suatu

Dari ketika pokok pemikiran anti liberal yang diungkapkan oleh Adian Husaini ini dapat diketahui bahwa paham pluralisme, sekularisme dan hermeneutika Al-Quran yang

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya dengan hasil p < 0,05 ( p value= 0,004) yang berarti ada hubungan antara

Warna merah muda melambangkan bunga persik dan kacapiring, yang dipercaya bisa mengusir nasib sial.Pewarna merah yang dipakai berasal dari bunga kacapiring.Bunga