• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan cara membagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori. Berikut ini adalah pembahasannya.

4.3.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Sumber: P.1/FC.3

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 80 orang responden, 42 responden (52,5%) diantaranya berjenis kelamin pria dan 38 responden (47,5%) adalah berjenis kelamin wanita. Dari penelitian ini dapat kita lihat bahwa antara responden pria dan wanita mempunyai selisih yang tidak terlalu jauh.

Tabel 4.2 Usia Responden Frekuensi % 17 - 19 tahun 16 20 20 - 22 tahun 41 51,25 23 - 25 tahun 23 28,75 Total 80 100 Sumber: P.2/FC.4

Pada tabel 4.2 dapat dilihat rentang usia reponden. Dari total 80 orang yang menjadi responden dalam penelitian ini terdapat 16 responden (20%) yang berusia 17-19 tahun, 41 responden (51,25%) yang berusia 20-22 tahun dan 23

Frekuensi %

Wanita 38 47,5

Pria 42 52,5

responden (28,75%) yang berusia 23-25 tahun. Berdasarkan tabel dapat digambarkan bahwa lebih dominan reponden yang berusia 20-22 tahun, di mana usia 20-22 tahun adalah masa berlangsungnya seseorang menjadi dewasa, sehingga mereka bisa membedakan hal yang positif maupun negatif secara lebih baik. Tabel 4.3 Angkatan Responden Frekuensi % 2009 23 28,75 2010 28 35 2011 29 36,25 Total 80 100 Sumber: P.3/FC.5

Pada tabel 4.3 dapat dilihat angkatan dari responden. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2009, 2010 dan 2011. Jumlah responden yang dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini diambil dari masing-masing angkatan 2009, 2010 dan 2011 yang merupakan total dari jumlah data populasi yang diberikan oleh staff bagian pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P). Dari data diatas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya selalu ada kenaikan mahasiswa yang ingin mendalami dan mempelajari dunia komunikasi di STIK-P.

4.3.2 Variabel bebas (Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV)

Tabel 4.4

Frekuensi Menonton Berita di Metro TV

Frekuensi %

Tidak Pernah 1 1,25

Kurang Sering (1 - 2 kali seminggu) 25 31,25 Sering (3 - 4 kali seminggu) 38 47,5 Sangat Sering (5 - 6 kali seminggu) 16 20

Total 80 100

Pada tabel 4.4 dapat dilihat frekuensi responden dalam menonton berita yang ditayangkan di Metro TV. Berdasarkan tabel terdapat 1 responden (1,25%) yang sama sekali tidak pernah menonton berita, 25 responden (31,25%) yang kurang sering atau hanya menonton (1-2 kali seminggu) berita yang ditayangkan di metro TV, 38 responden (47,5%) yang sering menonton berita dan terdapat 16 responden (20%) yang sangat sering menonton berita yang ditayangkan di Metro TV.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata mahasiswa STIK-P yaitu sebanyak 38 orang sering menonton berita yang ditayangkan di Metro TV. Di mana dari 38 orang tersebut terdiri dari 19 orang perempuan dan 19 orang laki-laki, ini menunjukkan bahwa keingintahuan mahasiswa perempuan dan laki-laki mengenai pemberitaan yang sedang terjadi di Indonesia maupun mancanegara merata. Dari 38 responden rata-rata yang sering menonton berita di Metro TV adalah mahasiswa yang berusia 20-22 tahun, ini menunjukan bahwa di usia 20-22 tahun seseorang dapat memilih tontonan yang berkualitas dan dapat menambah pengetahuan mereka. Dengan sering menonton berita, pasti peluang mahasiswa untuk menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan indonesia di Metro TV lebih besar.

Tabel 4.5

Seberapa Sering Menonton Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan Indonesia di Metro TV Frekuensi % Tidak Pernah 0 0 Jarang 34 42,5 Sering 40 50 Sangat Sering 6 7,5 Total 80 100 Sumber: P.5/FC.7

Pada tabel 4.5 dapat dilihat seberapa sering responden menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV. Berdasarkan tabel di atas bahwa diantara 80 responden tidak ada yang tidak pernah menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan, terdapat 34 responden (42,5%) yang

jarang menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan, 40 responden (50%) yang sering menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan dan hanya 6 responden (7,5%) yang sangat sering menonton pemeberitaan kekerasan wartawan yang di tayangkan di Metro TV.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa dari 80 responden, lebih banyak atau dominan responden yang sering menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan indonesia yang di tayangkan di Metro TV yaitu sebanyak 40 orang yang terdiri dari 28 perempuan dan 12 laki-laki. Walaupun keingintahuan mahasiswa perempuan dan laki-laki mengenai frekuensi menonton berita merata, tetapi yang cenderung sering menonton pemberitaan mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia adalah mahasiswa perempuan.

Tabel 4.6

Ketertarikan Terhadap Pemberitaan

Frekuensi % Tidak Tertarik 2 2,5 Kurang Tertarik 8 10 Tertarik 44 55 Sangat Tertarik 26 32,5 Total 80 100 Sumber: P.6/FC.8

Ketertarikan khalayak akan sebuah pemberitaan tidak lepas dari penyajian informasi yang menarik dan fresh. Semakin menarik pemberitaan makan semakin besar pula kemungkinan khalayak akan tertarik dengan berita tersebut. Pada tabel 4.6 dapat dilihat tingkat ketertarikan responden terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV. Berdasarkan tabel terdapat 2 responden (2,5%) yang tidak tertarik terhadap pemberitaan, 8 responden (10%) yang mengatakan kurang tertarik terhadap pemberitaan, 44 responden (55%) yang mengatakan tertarik dengan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan dan terdapat 26 responden (32,5%) yang menyatakan bahwa sangat tertarik dengan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV.

Dari data di atas dapat diambil gambaran bahwa rata-rata responden yaitu sebanyak 44 orang yang terdiri dari 18 perempuan dan 26 laki-laki, ini menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki cenderung tertarik untuk menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV. Faktor kenapa laki-laki cenderung tertarik karena dari hasil wawancara peneliti ke beberapa responden, rata-rata mengatakan bahwa kebanyakan mahasiswa laki-laki adalah seorang wartawan freelance, jadi karena berada dalam bidang komunikasi terutama jurnalistik, para mahasiswa pria memiliki tingkat ketertarikan yang lebih tinggi dibandingkan wanita, dan berarti bahwa tingkat ketertarikan wanita terhadap pemberitaan kekerasan wartawan kurang karena biasanya sebagian wanita lebih cenderung menyukai pemberitaan yang bersifat ringan yaitu tentang kuiliner atau pariwisata.

Tabel 4.7

Bentuk Penyajian Berita

Frekuensi % Tidak Menarik 1 1,25 Kurang Menarik 7 8,75 Menarik 51 63,75 Sangat Menarik 21 26,25 Total 80 100 Sumber: P.7/FC.9

Bentuk penyajian berita sangat penting bagi para khalayak, mulai dari gambar, pembacaan narasi dan lain-lain. Semakin menarik bentuk penyajian berita yang dilakukan oleh stasiun televisi swasta Metro TV maka akan semakin besar pula menarik perhatian para khalayak terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia. Pada tabel 4.7 dapat dilihat bagaimana bentuk penyajian berita kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV. Terdapat 1 responden (1,25%) yang menyatakan bentuk penyajiannya tidak menarik, 7 responden (8,75%) yang menyatakan kurang menarik, 51 responden (63,75%) yang menyatakan menarik dan terdapat 21 responden (26,25%) yang menyatakan bentuk penyajian pemberitaan sangat menarik.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa rata-rata responden yaitu sebanyak 51 orang yang terdiri dari 21 perempuan dan 30 laki-laki, menyatakan bahwa bentuk penyajian pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia menarik perhatian mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki lebih cenderung menyukai penyajian berita daripada wanita, dari hasil wawancara ke beberapa responden, faktor yang membuat para pria ini menyukai penyajian berita Metro TV karena pada saat ditayangkannya pemberitaan, pembawa acara atau presenter yang membawa adalah seorang wanita, yang mempunyai artikulasi yang jelas pada saat membacakan narasi dari berita tersebut. Rata-rata responden yang menyukai penyajian berita Metro TV, berusia 20-22 tahun, ini menyatakan bahwa seseorang yang mau beranjak dari masa remaja ke masa dewasa dapat melihat atau mengetahui pemberitaan yang benar sesuai dengan kode etik jurnalistik. Dengan kata lain Metro TV mampu mengemas isi berita tersebut semenarik mungkin sehingga responden merasa tertarik dan ingin mengetahui bagaimana kelanjutan dari pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia.

Tabel 4.8 Keakuratan Berita

dddddSumber: P.8/FC.10

Keakuratan suatu pemberitaan merupakan tingkat kedalaman penyampaian fakta yang disertai dengan data-data akurat dari sumber yang relevan dan kompeten yang digunakan oleh wartawan dalam menyajikan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia. Keakuratan pemberitaan di suatu media dapat menjadi indikator dalam mengukur kredibilitas pemberitaan sebuah media televisi, surat kabar dan online dalam menyiarkan atau menayangkan pemberitaan

Frekuensi % Tidak Akurat 0 0 Kurang Akurat 10 12,5 Akurat 55 68,75 Sangat Akurat 15 18,75 Total 80 100

tersebut. Pada tabel 4.8 dapat dilihat tingkat keakuratan Metro TV dalam memberitakan kasus kekerasan terhadap wartawan Indonesia.

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang menyatakan bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan indonesia yang ditayangkan di Metro TV tidak akurat, 10 responden (12,5%) yang menyatakan bahwa pemberitaan yang disiarkan Metro TV kurang akurat, 55 responden (68,75%) menyatakan bahwa pemberitaan mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang disiarkan di Metro TV akurat dan 15 responden (18,75%) menyatakan bahwa pemberitaan yang disiarkan Metro TV sangat akurat.

Dengan demikian sebagian besar responden yaitu sebanyak 55 responden yang terdiri dari 23 orang perempuan dan 32 orang laki-laki berpendapat bahwa Metro TV telah memberikan informasi yang akurat dalam memberitakan kasus kekerasan terhadap wartawan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki cenderung percaya dengan data-data yang diinformasikan oleh Metro TV karena penyajian berita sesuai dengan narasi dan gambar yang ditayangkan Metro TV.

Tabel 4.9 Faktualitas Pemberitaan Frekuensi % Tidak Faktual 0 0 Kurang Faktual 7 8,75 Faktual 64 80 Sangat Faktual 9 11,25 Total 80 100 Sumber: P.9/FC.11

Sebuah pemberitaan dapat dikatakan faktual apabila dalam pemberitaan tersebut tidak terdapat pencampuran antara fakta dan opini. Informasi yang ada di dalam sebuah berita harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dan mengandung kebenaran. Pada tabel 4.9 dapat dilihat tingkat faktualitas pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV. Berdasarkan tabel, tidak ada responden yang berpendapat bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan tidak faktual, 7 responden (8,75%) berpendapat

bahwa pemberitaan kurang faktual, 64 responden (80%) berpendapat bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan Metro TV faktual dan 9 responden (11,25%) berpendapat bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia sangat faktual.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden yaitu 64 responden (80%) yang terdiri dari 29 perempuan dan 35 laki-laki berpendapat bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV adalah faktual. Hal ini menunjukan bahwa laki-laki lebih mempercayai Isi dari pemberitaan karena antara fakta yaitu gambar atau video yang di tayangkan sesuai dengan narasi yang disampaikan seorang pembawa berita Metro TV.

Tabel 4.10 Kejelasan Isi Berita

Frekuensi % Tidak Jelas 0 0 Kurang Jelas 12 15 Jelas 58 72,5 Sangat Jelas 10 12,5 Total 80 100 Sumber: P.10/FC.12

Pada tabel 4.10 dapat dilihat tingkat kejelasan informasi yang diterima oleh responden mengenai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang menyatakan bahwa pemberitaan yang ditayangkan tidak jelas, 12 responden (15%) menyatakan bahwa informasi yang mereka terima mengenai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan indonesia kurang jelas, 58 responden (72,5%) menyatakan bahwa informasi yang mereka terima mengenai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia sudah Jelas dan 10 responden (12,5%) menyatakan bahwa informasi yang diterima mengenai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia sudah sangat jelas.

Dengan demikian mayoritas responden menilai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV sudah jelas.

Pemberitaan yang dimaksud meliputi awal terjadi kekerasan dan pasal-pasal yang dilanggar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Tabel 4.11

Gaya Bahasa Dalam Pemberitaan

Frekuensi % Tidak Menarik 0 0 Kurang Menarik 12 15 Menarik 52 65 Sangat Menarik 16 20 Total 80 100 Sumber: P.11/FC.13

Gaya bahasa sangat penting dalam menarik perhatian khalayak, dengan gaya bahasa yang menarik mampu membuat khalayak terpengaruh dan ingin mengetahui lebih banyak lagi pemberitaan mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV. Pada tabel 4.11 dapat dilihat frekuensi responden yang terpengaruh oleh gaya bahasa yang disampaikan Metro TV dalam tayangan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia. Berdasarkan tabel, tidak ada responden yang berpendapat bahwa gaya bahasa yang disampaikan tidak menarik perhatian responden, 12 responden (15%) menyatakan bahwa gaya bahasa yang disampaikan kurang menarik, 52 responden (65%) menyatakan bahwa gaya bahasa dalam menyampaikan informasi sudah menarik dan 16 responden (20%) menyatakan bahwa gaya bahasa yang digunakan pada saat menyampaikan pemberitaan mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia sangat menarik.

Jadi dengan demikian kita dapat melihat bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa gaya bahasa yang disampaikan dalam pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan Metro TV sudah menarik.

Tabel 4.12

Tingkat Pemahaman Isi Berita

Frekuensi % Tidak Paham 0 0 Kurang Paham 8 10 Paham 62 77,5 Sangat Paham 10 12,5 Total 80 100 Sumber: P.12/FC.14

Pada tabel 4.12 dapat dilihat tingkat pemahaman responden terhadap penyajian pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang disampaikan Metro TV. Dalam sebuah pemberitaan mudah atau tidaknya informasi yang disampaikan media untuk dipahami khalayak dipengaruhi oleh bagaimana cara media tersebut mengemas isi berita yang disampaikan. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang tidak memahami pemberitaan yang disajikan oleh Metro TV, 8 responden (10%) yang menyatakan kurang memahami isi pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan oleh Metro TV, 62 responden (77,5%) yang menyatakan bahwa mereka memahami isi berita mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang disampaikan oleh Metro TV dan 10 responden (12,5%) menyatakan sangat memahami isi pemberitaan yang disajikan oleh Metro TV mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa rata-rata responden memahami isi berita yang disampaikan oleh Metro TV mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia. Hal ini didasari oleh latar belakang pendidikan responden di mana mereka merupakan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) yaitu satu-satunya Sekolah Tinggi yang fokus untuk melahirkan sarjana-sarjana ilmu komunikasi yang berkualitas.

Tabel 4.13 Keseimbangan Berita Frekuensi % Tidak Seimbang 2 2,5 Kurang Seimbang 13 16,25 Seimbang 61 76,25 Sangat Seimbang 4 5 Total 80 100 Sumber: P.13/FC.15

Kesimbangan berita dapat diartikan dengan ada atau tidaknya “source

bias” atau ketidakseimbangan sumber berita dan juga ada atau tidaknya kecenderungan berita miring. Pada tabel 4.13 dapat dilihat tingkat keseimbangan Metro TV dalam menyajikan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia. berdasarkan tabel terdapat 2 responden (2,5%) menyatakan bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia tidak seimbang, 13 responden (16,25%) menyatakan bahwa pemberitaan kurang seimbang, 61 responden (76,25%) menyatakan bahwa pemberitaan yang disajikan Metro TV tentang kekerasan terhadap wartawan Indonesia sudah seimbang dan 4 responden (5%) menyatakan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan sangat seimbang.

Dengan kata lain bahwa rata-rata responden yaitu sebanyak 61 responden yang cenderung terdiri dari laki-laki, berusia 20-22 tahun dan dari angkatan 2010 menyatakan bahwa pemberitaan yang disajikan Metro TV mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia sudah seimbang.

Tabel 4.14

Pemberitaan diberitakan Secara Berkelanjutan

Frekuensi % tidak setuju 1 1,25 kurang setuju 11 13,75 Setuju 50 62,5 sangat setuju 18 22,5 Total 80 100 Sumber: P.14/FC.16

Suatu pemberitaan harus diberitakan secara berkelanjutan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi terhadap pemberitaan dan penyelesaian yang dilakukan terhadap kasus kekerasan wartawan Indonesia. Pada tabel 4.14 dapat dilihat apakah pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV diberitakan secara berkelanjutan. Berdasarkan tabel 1 responden (1,25%) menyatakan tidak setuju kalau pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia diberitakan secara berkelanjutan, 11 responden (13,75%) menyatakan kurang setuju kalau pemberitaan diberitakan secara berkelanjutan, 50 responden (62,5%) menyatakan bahwa setuju kalau pemberitaan diberitakan secara berkelanjutan dan 18 responden (22,5%) menyatakan sangat setuju kalau pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia diberitakan secara berkelanjutan.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 50 orang menyetujui pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia agar diberitakan secara berkelanjutan, maka dapat kita lihat bahwa responden mengikuti pemberitaan dan ingin pemberitaan tersebut diselesaikan dengan tuntas, agar tidak ada lagi kekerasan yang terjadi kepada wartawan yang mencari kebenaran. Akan tetapi dari hasil wawancara peneliti kepada beberapa responden mengatakan bahwa sebenarnya Metro TV sendiri kurang menayangkan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan secara berkelanjutan, beberapa pemberitaan terkesan menghilang tidak diangkat lagi berita yang terjadi setelah kekerasan tersebut, apakah pelaku diberi hukuman, kalau iya diberi sanksi apa terhadap pelaku, kurang jelas diberitakan oleh Metro TV.

Tabel 4.15

Pemberitaan Mempengaruhi Emosional Khalayak

Frekuensi % Tidak Mampu 0 0 Kurang Mampu 7 8,75 Mampu 46 57,5 Sangat Mampu 27 33,75 Total 80 100 Sumber: P.15/FC.17

Suatu pemberitaan yang ditayangkan di media televisi, media surat kabar maupun media online sebagian besar khalayak dapat terpengaruh oleh pemberitaan, apalagi pemberitaan tersebut terus-menerus diberitakan. Maka dari itu pada tabel 4.15 dapat diihat seberapa besar pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia di Metro TV mempengaruhi emosional para responden. Berdasarkan tabel tidak ada responden yang menyatakan bahwa pemberitaan tidak mampu mempengaruhi emosional para khalayak yang menonton atau mengetahui pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia, 7 responden (8,75%) yang menyatakan bahwa pemberitaan kurang mampu mempengaruhi emosional para khalayak, 46 responden (57,5%) menyatakan bahwa pemberitaan mampu mempengaruhi emosional para khalayak yang menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia dan 27 responden (33,75%) yang menyatakan bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia sangat mampu mempengaruhi emosional khalayak.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa setengah dari jumlah responden yaitu sebanyak 46 orang yang terdiri dari 24 perempuan dan 22 laki-laki yang menyatakan bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV mampu mempengaruhi emosional para khalayak yang menonton atau mengetahui pemberitaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa emosional seorang perempuan lebih sensitif dan peka terhadap sesuatu daripada laki-laki sehingga mudah dipengaruhi oleh pemberitaan, terutama pemberitaan mengenai kekerasan, kelaparan, kemiskinan dan pemberitaan yang dapat dengan cepat mempengaruhi hati dan emosionalnya.

4.3.3 Variabel Y (Sikap Mahasiswa STIK-P)

Tabel 4.16

Bertambahnya Pengetahuan Khalayak Mengenai Pemberitaan

Frekuensi % Tidak Bertambah 0 0 Agak Bertambah 8 10 Bertambah 39 48,75 Sangat Bertambah 33 41,25 Total 80 100 Sumber: P.16/FC.18

Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang tidak mendapat pengetahuan mengenai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV, 8 responden (10%) menyatakan bahwa pengetahuan yang didapatnya tentang kekerasan terhadap wartawan Indonesia agak bertambah, 39 responden (48,75%) menyatakan bahwa pengetahuannya bertambah setelah menyaksikan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia dan 33 responden (41,25%) menyatakan bahwa pengetahuan mereka sangat bertambah setelah menyaksikan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV.

Dari tabel di atas dapat dilihat sebagian responden berpendapat bahwa mereka mendapat pengetahuan setelah menyaksikan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV, dari hasil wawancara peneliti kepada responden sebagian besar responden yang telah menyaksikan pemberitaan tersebut tadinya tidak mengetahui pasal-pasal apa saja yang terkait dengan kasus kekerasan terhadap wartawan menjadi tahu dan mulai menyadari kalau profesi wartawan dalam mencari kebenaran tidak boleh dipandang sebelah mata. Apalagi ditambah dengan lebih cenderung angakatan 2011 yang menyatakan bahwa pengetahuannya bertambah, ini menunjukkan bahwa responden yang masih baru berada di ruang lingkup komunikasi tertarik dan merasa mendapatkan pengetahuan setelah melihat pemberitaan kekerasan yang terjadi pada wartawan Indonesia.

Tabel 4.17 Mengikuti Pemberitaan Frekuensi % Tidak Mengikuti 0 0 Kurang Mengikuti 31 38,75 Mengikuti 40 50 Sangat Mengikuti 9 11,25 Total 80 100 Sumber: P.17/FC.19

Dengan selalu mengikuti pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV kemungkinan besar dapat mempengaruhi cara pandang, sikap dan persepsi khalayak terhadap pemberitaan tersebut. Pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa tidak ada satu pun responden yang tidak mengikuti pemberitaan tentang kekerasan terhadap wartawan Indonesia, 31 responden (38,75%) yang menyatakan kurang mengikuti pemberitaan yang disiarkan Metro TV mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia, 40 responden (50%) menyatakan bahwa mengikuti pemberitaan mengenai kekerasan terhadap wartawan Indonesia dan 9 responden (11,25%) menyatakan sangat mengikuti pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV.

Dengan demikian dapat diambil garis besar bahwa setengah dari jumlah responden yaitu 40 responden (50%) yang cenderung terdiri dari laki-laki menyatakan bahwa mengikuti pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan oleh Metro TV. Ini terjadi karena sebagian mahasiswa laki-laki adalah para wartawan freelance yang suka memberikan berita atau foto kepada media massa, maka dari itu mahasiswa laki-laki lebih cenderung mengikuti pemberitaan kekerasan yang terjadi pada wartawan karena mereka menganggap nantinya setelah mendapatkan gelar, mereka juga berada di ruang lingkup yang sama yaitu berprofesi sebagai wartawan atau jurnalis.

Tabel 4.18

Tingkat Perhatian Khalayak Terhadap Pemberitaan

Frekuensi % Tidak Perhatian 0 0 Kurang Perhatian 6 7,5 Perhatian 38 47,5 Sangat Perhatian 36 45 Total 80 100 Sumber: P.18/FC.20

Perhatian terhadap sebuah pemberitaan didasari oleh adanya kedekatan antara informasi yang diberikan dengan khalayak terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang ditayangkan di Metro TV. Kedekatan yang dimaksud meliputi kedekatan pemikiran, emosional maupun adanya ketertarikan profesi antara khalayak dengan pemberitaan. Pada tabel 4.18 dapat dilihat bagaimana perhatian responden terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang disiarkan di Metro TV. Berdasarkan tabel tidak ada responden yang tidak perhatian terhadap pemberitaan, 6 responden (7,5%) yang menyatakan kurang perhatian terhadap pemberitaan, 38 responden (47,5%) menyatakan bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia menarik perhatian mereka dan 36 responden (45%) menyatakan sangat perhatian terhadap pemberitaan kekerasan yang terjadi pada wartawan indonesia.

Dari data di atasa dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 38 responden (47,5%) yang menyatakan bahwa mereka memberikan perhatian terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan Indonesia yang disiarkan oleh Metro TV. Hal ini dapat terjadi karena informasi yang diberikan dalam pemberitaan tersebut memiliki kedekatan denga para responden yang merupakan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P). kedekatan yang dimaksud adanya ketertarikan profesi dan kedekatan emosional yaitu kedekatan dimana beberapa para responden nantinya memilih wartawan sebagai pekerjaannya.

Tabel 4.19

Khalayak Menyukai atau Tidak Menyukai Pemberitaan

Dokumen terkait