• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (Csr) Kepada Masyarakat Kota Medan Oleh Bank Central Asia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (Csr) Kepada Masyarakat Kota Medan Oleh Bank Central Asia"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

SHARIN ALFI PUTRI 090200253

(2)

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY (CSR) KEPADA MASYARAKAT KOTA MEDAN OLEH BANK CENTRAL ASIA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

SHARIN ALFI PUTRI 090200253

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Dr. H. Hasim Purba S.H., M.Hum NIP : 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. H. Hasim Purba S.H., M.Hum

2015

Mulhadi S.H., M.Hum NIP : 196603031985081001 NIP197308042002121001

FAKULTAS HUKUM

(3)

i

Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Keadaan ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan

mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup.Corporate Social Responsibility

saat ini bukan lagi bersifat sukarela atau komitmen yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggung jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib atau menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penulisan skripsi

ini adalah bagaimana pandangan Bank Central Asia terhadap Corporate Social

Responsibility (CSR), apa saja manfaat yang didapat oleh Bank Central Asia

dalam melakukan Corporate Social Responsibility (CSR), serta bagaimana

pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan Bank Central

Asia

Metode Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian yuridis empiris/ sosiologis. Penelitian yuridis empiris / sosiologis adalah suatu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data primer yang diperoleh di lapangan selain juga meneliti data sekunder dari perpustakaan. Sumber data yang penulis gunakan merupakan data primer dan data sekunder.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) ini telah diatur dalam

Pasal 74 Undang – undang Nomor 40 Tahun 2007, dimana dalam ayat (1) telah ditegaskan kepada perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial. Bank

Central Asia memandang pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

sebagai sesuatu langkah yang baik dimana selain Bank Central Asia dapat melaksanakan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, Bank Central Asia juga dapat membantu masyarakat dengan mengadakan bantuan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk sektor pendidikan, edukasi perbankan, pemberdayaan Usaha Kecil Menengah, kesehatan, pelestarian lingkungan dan bantuan penanggulangan bencana alam. Manfaat yang di peroleh

Bank Central Asia dengan menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR)

akan mendapatkan dukungan dari masyarakat dan pencitraan yang baik.

Kata kunci : Bank Central Asia, Corporate Social Responsibility (CSR),

pelaksanaan

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul

“Pelaksanaan Corporate Social Rensposibility ( CSR ) kepada Masyarakat Kota Medan Oleh Bank Central Asia (BCA)”. Pembahasan skripsi ini

menjelaskan tentang pelaksanaan Corporate Social Rensposibility ( CSR ) yang

dilakukan oleh Bank Central Asia.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi

tersebut dapat diatasi.Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H., M.Hum selaku Dekan fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Syafruddin Hasibuan S.H., M.H., DFM selaku Pembantu Dekan II

(5)

iii

Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan

sekaligus juga menjadi Dosen Pembimbing I yang telah tulus ikhlas

meluangkan waktu, memberi saran dan arahan kepada penulis dalam

proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini,

6. Bapak Mulhadi S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah

tulus ikhlas meluangkan waktu, memberi saran dan arahan kepada penulis

dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini,

7. Bapak T. Rusyidi S.H., M.Humselaku Dosen Pembimbing Akademik

Penulis,

8. Para Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah ikhlas

memberi pengajaran kepada penulis selama menjalani perkuliahan serta

staf akademik Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

9. Orang tua penulis, Awaluddin dan Feresia yang senantiasa memberi doa

dan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini,

10.Adik – adik penulis, Muhammad Kevin Khosy, dan Amalia Fermanita

yang menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

11.Kakek dan nenek penulis, Alm. Alang Gombang, Almh. Syafiah, Alm.

(6)

iv

12.Tante dan Om Penulis penulis, Mama Fedji dan Papa Manto, Bunda Iyang,

Mami Nina dan Om Herman serta Bu Eni dan Om Syafri. Juga tak lupa

Wak Yong dan Bu Nana, Wak Alam dan Bu Nina, Babah, Ayah Aman

dan Bu Ros, dan Bunda Ita dan Om Iwan yang terus memberikan doa dan

dukungan kepada penulis,

13.Sepupu dan saudara yang penulis sayangi, Kak Biya, kak Audy, Kak

Azka, Bang Andro, Ares, Alta, Ari, Avi, Aulia, dan Aya. Serta Kak Yung,

Bang Ivan, Kak Shella, Oki, Tiwi, Ari, Lusy, Mira, Arief,dan Dion yang

menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

14.Sahabat – sahabat terdekat penulis sejak SMA, Kholida Soraya Putri dan

Sri Lestari yang selalu memberikan tawa dan semangat kepada penulis,

15.Sahabat – sahabat penulis yang selalu setia memberikan dukungan dan

tawa pada penulis dalam menjalani perkuliahan dan proses penyusunan

skripsi ini, Julia Agnetha A. Barus, Winda Imoyati Manik, Lia Hartika,

Amanda Nandatama, Yolanda Purba, Putri Indah Sari, Sari Mariska

Siregar, dan Mauliana Liem,

16.Rekan – rekan se-almamater di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

17.Bapak Sapto Rachmadi yang telah memberikan kemudahan kepada

penulis dalam melakukan penelitian skripsi penulis.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang

(7)

v

Medan, 20 Maret 2015

Penulis,

(8)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 10

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan ... 10

E. Metode Penelitian ... 11

F. Keaslian Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II : BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS A. Defenisi Perseroan Terbatas ... 17

B. Unsur – Unsur Perseroan Terbatas ... 18

C. Tata Cara Pendirian Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan ... 23

BAB III : CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILIY (CSR) A. Sejarah dan Defenisi Corporate Social Responsibility (CSR)..32

(9)

vii

BAB IV : PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) KEPADA MASYARAKAT KOTA MEDAN OLEH BANK CENTRAL ASIA

A. Gambaran Umum Bank Central Asia ... 58

B. Pandangan BCA Terhadap Corporate Social

Responsibility (CSR) ... 61

C. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

kepada masyarakat oleh Bank Central Asia ... 63

D. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

yang diperoleh BCA ... 79

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

(10)

viii

1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar tidak

merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : SHARIN ALFI PUTRI

NIM : 090200253

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

JUDUL SKRIPSI : PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) KEPADA MASYARAKAT

KOTA MEDAN OLEH BANK CENTRAL ASIA

Dengan ini menyatakan bahwa :

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka

segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, 20 April 2015

Nama : Sharin Alfi Putri

(11)

i

Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Keadaan ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan

mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup.Corporate Social Responsibility

saat ini bukan lagi bersifat sukarela atau komitmen yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggung jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib atau menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penulisan skripsi

ini adalah bagaimana pandangan Bank Central Asia terhadap Corporate Social

Responsibility (CSR), apa saja manfaat yang didapat oleh Bank Central Asia

dalam melakukan Corporate Social Responsibility (CSR), serta bagaimana

pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan Bank Central

Asia

Metode Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian yuridis empiris/ sosiologis. Penelitian yuridis empiris / sosiologis adalah suatu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data primer yang diperoleh di lapangan selain juga meneliti data sekunder dari perpustakaan. Sumber data yang penulis gunakan merupakan data primer dan data sekunder.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) ini telah diatur dalam

Pasal 74 Undang – undang Nomor 40 Tahun 2007, dimana dalam ayat (1) telah ditegaskan kepada perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial. Bank

Central Asia memandang pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

sebagai sesuatu langkah yang baik dimana selain Bank Central Asia dapat melaksanakan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, Bank Central Asia juga dapat membantu masyarakat dengan mengadakan bantuan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk sektor pendidikan, edukasi perbankan, pemberdayaan Usaha Kecil Menengah, kesehatan, pelestarian lingkungan dan bantuan penanggulangan bencana alam. Manfaat yang di peroleh

Bank Central Asia dengan menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR)

akan mendapatkan dukungan dari masyarakat dan pencitraan yang baik.

Kata kunci : Bank Central Asia, Corporate Social Responsibility (CSR),

pelaksanaan

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini

tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945. Upaya merealisir tujuan negara itu ditempuh melalui

pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang multi kompleks membawa

pemerintah harus banyak turut campur dalam kehidupan rakyat yang mendalam di

semua sektor. Campur tangan itu tertuang dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan pelaksana

lainnya yang dilaksanakan oleh administrasi negara yang menyelenggarakan tugas

pelayanan publik.1

Pola interaksi dan kolaborasi antara pemerintah dan swasta maupun

masyarakat yang sering disebut dengan istilah kemitraan telah banyak dilakukan

di berbagai sektor. Pola pengelolaan program pada umumnya diarahkan untuk

menemukan bentuk yang tepat dalam rangka memecahkan berbagai permasalahan

dalam masyarakat atau mungkin juga dalam ragka menemukan format baru dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik.

1

(13)

Dewasa ini di Indonesia, sejalan dengan komitmen nasional untuk

melakukan transformasi dan reformasi di segala bidang, bentuk kemitraan antara

pemerintah dengan swasta dan masyarakat madani secara nyata terlihat dalam

berbagai upaya kolaborasi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan,

pengendalian dan pengawasan jalannya pemerintahan oleh masyarakat dan

swasta, penyelenggaraan program pembangunan dan pelayanan publik, maupun

dalam rangka pengelolaan bersama prasarana publik dan sarana publik antara

pemerintah, swasta dan masyarakat.2

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan materi yang baru diatur

dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas. Latar belakang dimasukkannya ketentuan tersebut adalah sebagai

bentuk pertanggungjawaban sosial perseroan terhadap lingkungan dan keadaan

masyarakat disekitar tempat usaha perseroan. Ketentuan ini tidak bersifat

menyeluruh. Akan tetapi, ketentuan ini memiliki batasan dan keadaan-keadaan

tertentu yang peraturan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah. Selain itu, ketentuan ini juga bertujuan untuk tetap menciptakan

hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,

norma, dan budaya masyarakat setempat.3

Tanggung jawab sosial perusahaan sering disebut Corporate Social

Responsibility (CSR). Kesadaran pentingnya melakukan CSR merupakan trend

global, seiring dengan semakin maraknya kepedulian menggunakan stakeholders.

2

Sedarmayati, Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan Produktifitas Menuju Good Governance, Bagian Kedua Edisi Revisi, (Bandung: Mandar Maju, 2012), hal. 23

3

(14)

3

Persoalan CSR ini juga tidak terlepas dengan prinsip Good Corporate

Govermance (GCG), yang menerapkan faimess, transparency dan accountability.

Prinsip accountability penekanannya yang signifikan diberikan pada kepentingan

stakeholders perusahaan. Perusahaan harus memerhatikan kepentingan dari stakeholders, menciptakan nilai tambah (value added) dari produk atau jasa bagi stakeholders, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya.

Gagasan Corporate Social Responsibility diharapkan bahwa perusahaan tidak lagi

dihadapkan pada tanggung jawab yang berpihak pada single bottom line, yaitu

nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan

(financial) saja, tetapi juga perusahaan memerhatikan dampak sosial dan

lingkungan (triple bottom line).4

Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut

Corporate Social Responsibility (CSR). Penerapan CSR tidak lagi dianggap

sebagai cost atau biaya, melainkan investasi perusahaan untuk meningkatkan

reputasi perusahan. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor

lingkungan hidup.5

Hal ini diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas, yang disahkan pada 20 Juli 2007 yang menyatakan: Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela atau komitmen yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggung

jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib atau menjadi

kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya.

4

Ibid., hal. 94

5

(15)

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan (TJSL).

2. TJSL merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan

sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.6

Dengan adanya peraturan ini, perusahaan khususnya perseroaan terbatas

yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus

melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, tetapi kewajiban ini

bukan suatu beban yang memberatkan. Perlu diingat pembangunan suatu negara

bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap insan

manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan

kualitas hidup masyarakat.

Pendukung konsep tanggung jawab sosial (social responsibility) memberi

argumentasi bahwa suatu perusahaan mempunyai kewajiban terhadap masyarakat

selain mencari keuntungan. Ada berapa definisi tentang definisi CSR, yang pada

dasarnya adalah etika dan tindakan untuk turut berperan dalam keberlanjutan

ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan.

Ebert sebagaimana dikutip oleh Hardhina Rosmasita, mendefinisikan

corporate social responsibility sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan

6

(16)

5

komitmen-komitmennya terhadap kelompok-kelompok dan individual-individual

dalam lingkungan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya pelanggan,

perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan investor. CSR memberikan

perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya

dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum. 7

Yusuf Wibisono mendefenisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan

kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak

negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi,

sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan berkelanjutan.8

Corporate Social Responsibility sering dianggap inti dari etika bisnis yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi

dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga

kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan

(stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas (ekonomi dan legal). Tanggung jawab sosial dari perusahaan merujuk pada semua hubungan

yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk

didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau

investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.9

7

Hardhina Rosmasita, Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Eefek, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Jakarta, 2007, hal. 8.

8

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility,

Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal. 10

9

(17)

Melihat pada kondisional semacam ini maka penulis mencoba mengangkat

permasalahan ini ke permukaan. Penulis menganggap bahwa pengambilan judul

diatas cukup strategis. Pertama, sebab sebenarnya konsep tanggung jawab sosial

perusahaan telah dikenal sejak awal 1970, yang secara umum diartikan sebagai

kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder,

nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat, lingkungan, serta

komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara

berkelanjutan. Seiring perjalanan waktu, di satu sisi sektor industri atau

korporasi-korporasi skala besar telah mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan

ekonomi nasional, tetapi di sisi lain ekploitasi sumber-sumber daya alam oleh

sektor industri sering kali menyebabkan kerusakan lingkungan. Kedua, adalah

sebagai upaya untuk menegaskan hubungan perusahaan dengan aktifitas

perniagaan yang diselenggarakan oleh para perusahaan. Dalam konteks

perniagaan yang diselenggarakan terdapat hubungan timbal-balik antara personal

perusahaan secara internal dan antara internal perusahaan dengan masyarakat luar

perusahaan. Corporate Social Responsibility adalah suatu bagian hubungan

perniagaan yang melibatkan perusahaan di satu pihak dan masyarakat sebagai

lingkungan sosial perusahaan di pihak yang lain. Ketiga, CSR adalah basis teori

tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan

masyrakat domisili.10

10

Rangga-myteritory.blogspot.com/2012/12/csr-corporate-social-responsibility.html, terakhir kali diakses tanggal 5 Mei 2015.

Secara teoritik, CSR dapat didefinisikan sebagai

tanggungjawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders, terutama

(18)

7

Pro dan kontra terhadap perkembangan CSR terus bergulir. Salah satunya,

apakah tanggungjawab sosial tersebut sifatnya wajib atau sukarela, dimana ketika

kegiatan Corporate Social Responsibility diwajibkan dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, banyak menuai protes.

Pasalnya aktivitas CSR diasumsikan sebagai aktivitas berdasarkan kerelaan dan

bukannya paksaan. Dalam pelaksanannya CSR juga masih memiliki kekurangan.

Program-program CSR yang dijalankan oleh perusahaan banyak yang hanya

memiliki pengaruh jangka pendek dengan skala yang terbatas. Program-program

CSR yang dilaksanakan seringkali kurang menyentuh akar permasalahan

komunitas yang sesungguhnya. Seringkali pihak perusahan masih mengangap

dirinya sebagai pihak yang paling memahami kebutuhan komunitas, sementara

komunitas dianggap sebagai kelompok pinggiran yang menderita sehingga

memerlukan bantuan perusahaan.11

Lain dari pada hal itu, aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata

dilakukan demi terciptanya reputasi perusahaan yang pasif bukan demi perbaikan

kualitas hidup komunitas dalam jangka panjang.12

11

Perusahaan dan Komunitas,

Kritik lain dari pelaksanaan

CSR adalah karena seringkali diselenggarakan dengan jumlah biaya yang tidak

sedikit, maka CSR identik dengan perusahan besar yang ternama. Yang menjadi

permasalahan adalah dengan kekuatan sumber daya yang dimilikinya,

perusahan-perusahan besar dan ternama ini mampu membentuk opini publik yang

mengesankan seolah-olah mereka telah melaksanakan CSR, padahal yang

terakhir kali diakses tanggal 12 September 2014.

12

(19)

dilakukanya hanya semata-mata hanya aktivitas filantropi. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia13 filantropi adalah cinta kasih (kedermawanan) kepada sesama.

Bahkan filantropi dapat juga dilakukan untuk menutupi perilaku-perilaku yang

tidak etis serta perbuatan melanggar hukum.14

Bank Central Asia adalah

didirikan padaBank Central Asia NV dan pernah

merupakan bagian penting dari

jabatan

sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis

keuangan negara yang terjadi pada tahun 1997.15

Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem

perbankan di Indonesia. Namun secara khusus, kondisi ini mempengaruhi aliran

dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak

nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank

terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia.

kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang baik, BCA berhasil pulih

kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ketiga

telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp. 67.93 triliun,

padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp. 53.36 triliun. Kepercayaan

13

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, akses pada tanggal 5 September 2014.

14

Perusahaan dan Komunitas, ibid.

15

Sejarah Bank BCA,

(20)

9

masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN

ke

Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi

saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran

saham perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA.

Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN

mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA. Dalam tahun 2002,

BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat

yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di

memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi

secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional

maupun sebagai lembaga intermediasi financial.16

BCA aktif melaksanakan program tanggung jawab sosial (Corporate

Social Responsibility) di Indonesia. Di bawah naungan program “Bakti BCA”, BCA memberikan pendanaan dan menyediakan bantuan logistik melalui berbagai

program CSR untuk sektor pendidikan, edukasi perbankan, pemberdayaan Usaha

Kecil Menengah (UKM), kesehatan, pelestarian lingkungan, dan bantuan

penanggulangan bencana alam. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk

mengkaji lebih jauh mengenai “Pelaksanaan Corporate Social Responsibility

(CSR) Kepada Masyarakat Kota Medan Oleh Bank Central Asia.”

16

(21)

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, beberapa permasalahan

pokok yang akan dibahas antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Bank Central Asia terhadap Corporate Social

Responsibility (CSR)?

2. Bagaimana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang

dilakukan oleh Bank Central Asia?

3. Apa saja manfaat yang didapat oleh Bank Central Asia dalam melakukan

Corporate Social Responsibility (CSR)?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,

maka untuk mengarahkan suatu penulisan diperlukan adanya tujuan, adapun yang

menjadi tujuan dalam tulisan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai Corporate Social

Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh Bank Central Asia.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang

dilakukan Bank Central Asia.

3. Untuk mengetahui manfaat yang didapatkan oleh Bank Central Asia dalam

menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR).

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah

(22)

11

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah

dirumuskan tersebut akan memberikan kontribusi pemikiran serta pemahaman dan

pandangan baru dalam kegiatan pelaksanaan CSR, dimana hal ini diharapkan

dapat menjadi masukan bagi pengusaha dan pemerintah dalam menerapankan

CSR di masa yang akan datang.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya dunia

perusahaan yang berhubungan langsung dalam penerapan CSR dengan

sebaik-baiknya sehingga membawa manfaat baik bagi perusahaan, bagi pemerintah, bagi

masyarakat, maupun bagi kelestarian lingkungan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian yuridis empiris/

sosiologis. Penelitian yuridis empiris atau sosiologis adalah suatu metode

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data primer yang

diperoleh di lapangan selain juga meneliti data sekunder dari perpustakaan.17

2. Lokasi Penelitian Dan Sifat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Central Asia Jakarta. Adapun yang

menjadi alasan dilakukannya penelitian ditempat tersebut dikarenakan Bank

Central Asia merupakan salah satu bank terbesar yang ada di Indonesia, yang

17

(23)

banyak melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility dan data yang dibutuhkan tersedia di Bank Central Asia yang terletak di Jakarta.

3. Sumber Data

A. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan

dengan cara wawancara. Wawancara dilakukan dengan dialog lisan antara peneliti

dan responden.18

B. Data Sekunder

Penulis terlebih dahulu mempersiapkan pokok-pokok pertanyaan

sebagai pedoman melakukan wawancara di Bank Central Asia.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan guna

mendapatkan landasan teoritis terhadap segi-segi hukum tanggung jawab sosial.

Selain itu diperoleh juga melalui bahan hukum lain, dimana pengumpulan bahan

hukumnya dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, serta memperoleh data

yang terdapat dalam buku, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen

hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan objek

penelitian. Bahan-bahan hukum itu dapat berupa:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri

dari:

a) Norma atau kaedah dasar, yaitu Pembukaan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

b) Peraturan dasar yaitu Batang Tubuh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

18

(24)

13

c) Peraturan Perundang-undangan.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti hasil penelitian atau pendapat pakar

hukum.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti kamus hukum, ensiklopedia.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka

digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu

mempelajari dan menganalisis secara sistematis digunakan buku-buku, surat

kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan

bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi

ini. 19 Di tempat inilah di peroleh hasil-hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang

sangat berguna bagi mereka yang sedang melaksanakan penelitian dimana peneliti

dapat memilih dan menelaah bahan-bahan kepustakaan yang sangat di perlukan

guna dapat memecahkan dan menjawab permasalahan pada penelitian yang

dilaksanakan.20

19

Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : Ui Press, 1986), hal. 24.

20

Ibid, hal. 21

Selain iti dilakukan pula pengambilan data melalui penelitian

lapangan (field research), yaitu penelitian yang menunjukan lapangan sebagai

(25)

sekunder yang telah diperoleh dari kepustakaan. Penulis mengumpulkan data-data

yang penulis perlukan melalui wawancara di Bank Central Asia.21

5. Analisis Data

Data yang didapat dari studi kepustakaan akan dihubungkan dengan data

yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan. Data tersebut akan dianalisis

secara logis dan disusun menggunakan metode analisis kualitatif. Metode analisis

kualitatif yaitu analisis yang dilakukan peneliti dengan memahami norma, kaidah,

azas, sistem hukum yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan

sebagai pijakan dari objek yang diteliti dan dipelajari kemudian dianalisis secara

deskriptif kualitatif yang tersusun dalam kalimat yang sistematis.22

F. Keaslian Penulisan

Penulissan skripsi ini berdasarkan ide, gagasan, pemikiran dan yang paling

utama adalah dikarenakan ketertarikan penulis terhadap Pelaksanaan Corporate

Social Responsibility kepada Masyarakat Kota Medan Oleh Bank Central Asia ( Pada Bank Central Asia Jakarta).

Penulisan skripsi ini asli diangkat dari pemikiran penulis sendiri, yang

artinya penulisan skripsi ini bukanlah berasal dari penggandaan hasil karya tulis

orang lain dan sudah diperbandingkan judulnya di kampus tempat penulis

menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian

keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan terutama secara

(26)

15

G. Sistematika Penulisan

Pembuatan karya ilmiah dalam pembahasannya harus diuraikan secara

sistematis. Dan untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka diperlukan

adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang

saling berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya sistematika adalah

gambaran-gambaran umum dari keseluruhan isi penulisan ini, sehingga mudah dicari

hubungan antara satu pembahasan dengan pembahasan lainnya yang teratur

menurut sistem. Skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana masing-masing bab

terdiri dari beberapa sub bab yang disesuaikan dengan kebutuhan jangkauan

penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan. Berikut ini adalah garis besar

dari sistematika penulisan skripsi ini, yaitu:

Bab I (Pendahuluan), diuraikan dalam bab ini segala hal yang umum yang

terdapat dalam sebuah karya tulis ilmiah yang merupakan pengantar dalam mana

terurai mengenai Latar Belakang Penulisan Skripsi, Permasalahan, Tujuan

Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, dan

Sistematika Penulisan.

Bab II (Perseroan Terbatas), diuraikan dalam bab ini hal-hal yang

berkaitan dengan Perseroan Terbatas. Mengenai definisi Perseroan Terbatas,

unsur – unsur yang terdapat di Perseroan Terbatas serta tata cara pendirian

Perseroan Terbatas.

Bab III (Corporate Social Responsibility), merupakan bab yang

(27)

mengenai sejarah serta defenisi dari CSR, karakteristik dari CSR,

program-program yang terdapat didalam CSR, serta manfaat dilakukannya CSR tersebut.

Bab IV (Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Kepada

Masyarakat Kota Medan Oleh Bank Central Asia (BCA)) dalam bab ini diuraikan

mengenai pelaksanaan CSR oleh Bank Central Asia, dimana didalamnya

diuraikan mengenai pandangan Bank Central Asia terhadap CSR, pelaksanaan

CSR yang dilakukan Bank Central Asia, serta manfaat yang didapat dalam

menjalankan CSR tersebut.

Bab V (Kesimpulan Dan Saran), dalam bab ini diuraikan tentang

kesimpulan dari hal-hal yang telah dibahas dalam bab sebelumnya dan saran -

saran yang mungkin dapat berguna bagi perkembangan pelaksanaan CSR di

(28)

17

BAB II

BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS

A. Defenisi Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang

paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawabannya yang bersifat

terbatas. Perseroan Terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik atau

pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang

dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.23

Perseroan Terbatas, dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV),

adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri

dari saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya.

Karena modalnya terdiri dari saham–saham yang dapat diperjualbelikan,

perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan

perusahaan.24

23

Gunawan .W & Ahmad .Y, Seri Hukum Bisnis : Perseroan Terbatas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 1

Perseroan Terbatas merupakan Badan Usaha dan besarnya modal

perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari

kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri.

Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan

perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu

sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan

perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para

24

Emperordeva, Perseroan Terbatas

(29)

pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan

tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan

memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung

pada besar kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.25

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

mendefenisikan perseroan terbatas sebagai badan hukum yang didirikan

berdasarkan perjanjian yang melakukan kegiatan usaha dengan modal tertentu,

yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Dari batasan yang

diberikan tersebut di atas ada lima hal pokok yang dapat kita kemukakan di sini:26

1. Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum.

2. Didirikan berdasarkan perjanjian.

3. Menjalankan usaha tertentu.

4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham.

5. Memenuhi persyaratan undang-undang.

B. Unsur-Unsur Perseroan Terbatas

Berdasarkan pengertian yang terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tersebut, maka untuk dapat

disebut sebagai perseroan terbatas maka harus memenuhi unsur-unsur yaitu:27

(30)

19

1. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum

Ilmu hukum mengenal dua macam subjek hukum, yaitu subjek hukum

pribadi atau orang perorangan dan subjek hukum berupa badan hukum. Terhadap

masing-masing subjek hukum tersebut berlaku ketentuan hukum yang berbeda

satu dengan yang lainnya, meskipun dalam hal-hal tertentu terhadap keduanya

dapat diterapkan suatu aturan yang berlaku umum. Dalam Undang-Undang

Perseroan Terbatas secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 butir 1 bahwa perseroan

adalah badan hukum. Ini berarti perseroan tersebut memenuhi syarat keilmuan

sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan

sendiri terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.

Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum

seperti yang ditentukan dalam undang-undang, unsur-unsur tersebut adalah:28

a. Organisasi yang teratur, yaitu badan hukum mempunyai organisasi yang

teratur, demikian pula dengan perseroan mempunyai anggaran dasar yang

terdapat dalam akta pendiriannya yang menandakan adanya organisasi

yang teratur.

b. Harta kekayaan sendiri, yaitu perseroan mempunyai harta kekayaan yang

terpisah dari harta para pemegang sahamnya. Dan didapat dari pemasukan

para pemegang saham yang berupa modal dasar, modal yang ditempatkan,

dan modal yang disetor.

c. Mempunyai kepentingan sendiri, yaitu hak-hak subjektif sebagai akibat

dari peristiwa hukum yang dialami yang merupakan kepentingan yang

28

(31)

dilindungi hukum dan dapat menuntut serta mempertahankan

kepentingannya terhadap pihak ketiga.

d. Mempunyai tujuan sendiri, yaitu tujuan sendiri dari suatu perseroan dapat

diketahui dalam anggaran dasarnya sebagaimana dalam Pasal 15 huruf b

Undang-Undang Perseroan Terbatas yang lama menyebutkan bahwa

anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya maksud dan tujuan serta

kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Ray Widjaja, ciri dan sifat yang membedakan perseroan terbatas

dengan badan hukum lainnya adalah sebagai berikut:29

1) Perseroan Terbatas adalah asosiasi modal.

2) Kekayaan dan utang Perseroan Terbatas adalah terpisah dari kekayaan dan

utang pemegang saham.

3) Pemegang saham:

a) Bertanggung jawab hanya pada apa yang disetorkan atau tanggung

jawab terbatas (limited liability).

b) Tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham

yang telah diambil.

c) Tidak bertanggung jawab secara pribadi pada perikatan yang dibuat atas

nama perseroan.

4) Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau

direksi.

29

(32)

21

5) Memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas.

6) Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Sesuai Undang-Undang Perseroan Terbatas, status badan hukum diperoleh

sejak akta pendirian disahkan oleh Menteri Kehakiman. Ketentuan ini berbeda

dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang

menentukan bahwa status badan hukum perseroan diperoleh sejak diumumkan

dalam Berita Negara Republik Indonesia. Jadi dapat dikatakan bahwa KUHD

menekankan pada asas publisitas sedangkan Undang-Undang Perseroan Terbatas

menekankan pada asas pengesahan.30

2. Perseroan Terbatas Didirikan Berdasarkan Perjanjian

Ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas

menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta

notaris yang dibuat dalam Bahasa Indonesia. Rumusan ini pada dasarnya

mempertegas kembali makna perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan

umum mengenai perjanjian yang ada dalam KUH Perdata. Sebagai perjanjian

khusus yang “bernama, perjanjian pembentukan perseroan terbatas ini juga tunduk

sepenuhnya pada syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal

1320 KUH Perdata, disamping ketentuan khusus yang diatur dalam

Undang-Undang Perseroan terbatas tersebut.31

Menurut Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian hanya sah jika:32

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

(33)

c. Suatu hal tertentu.

d. Suatu sebab yang halal.

Perjanjian pendirian perseroan terbatas yang dilakukan oleh para pendiri

tersebut dituangkan dalam suatu akta notaris yang disebut sebagai Akta Pendirian.

Akta pendirian ini pada dasarnya mengatur berbagai macam hak-hak dan

kewajiban para pihak pendiri perseroan dalam mengelola dan menjalankan

perseroan terbatas tersebut. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban tersebut yang

merupakan isi perjanjian selanjutnya disebut dengan anggaran dasar perseroan,

sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Perseroan

Terbatas.33

3. Perseroan Harus Menjalankan Kegiatan Usaha Tertentu

Melakukan kegiatan usaha tertentu artinya menjalankan perusahaan.

Kegiatan usaha yang dilakukan perseroan adalah dalam bidang ekonomi baik

industri, perdagangan maupun jasa yang bertujuan memperoleh keuntungan atau

laba. Dalam pendirian perseroan sebagai suatu bentuk perjanjian wajib memiliki

objek tertentu. Objek tersebut dicerminkan dalam bentuk pendirian perseroan

dengan tujuan untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu yang halal. Perseroan

tidak dapat didirikan dan dijalankan jika ia tidak memiliki tujuan dan kegiatan

usaha yang jelas.

4. Perseroan Harus Memiliki Modal Yang Terbagi Dalam Saham-Saham

Sebagai suatu badan hukum yang independen, dengan hak-hak dan

kewajiban-kewajiban yang mandiri, lepas dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban

33

(34)

23

para pemegang sahamnya maupun para pengurusnya, perseroan jelas harus

memiliki harta kekayaan tersendiri dalam menjalankan kegiatan usahanya serta

untuk melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Untuk itu maka pada

saat perseroan didirikan, bahkan sebelum permohonan pengesahan akta pendirian

perseroan ke Menteri Kehakiman, para pendiri telah harus menyetorkan

sekurang-kurangnya 50 % (lima puluh persen) dari seluruh modal ditempatkan atau

dikeluarkan perseroan yang diambil bagian oleh para pendiri.34

5. Memenuhi Persyaratan Undang-Undang

Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan Undang-Undang Perseroan

Terbatas dan peraturan pelaksanaannya mulai dari pendiriannya, beroperasinya,

dan berakhirnya. Hal ini menunjukan bahwa Undang-Undang Perseroan Terbatas

menganut sistem tetutup (closed system).

C. Tata Cara Pendirian Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan

Subjek hukum terbagi atas dua, yaitu orang pribadi dan badan hukum.

Terhadap orang pribadi, ia dinyatakan sebagai subjek hukum (pengemban hak dan

kewajiban) sejak ia dilahirkan dan berakhir pada saat meninggal dunia.

Sedangkan terhadap badan hukum dinyatakan sebagai subjek hukum sejak

disahkannya badan hukum tersebut oleh pemerintah (dalam hal ini Menteri

Hukum dan HAM), dan berakhir sebagaimana diatur oleh anggaran dasar dan akta

pendirian badan hukum tersebut.35

34

Ibid, hal. 13

35

(35)

Adapun tujuan dari pendirian perseroan terbatas, berdasarkan peraturan

yang pernah berlaku maupun sedang berlaku, baik KUHD, Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1995 maupun Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, semuanya

menyebutkan bahwa tujuan pendirian perseroan terbatas adalah untuk mencari

keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya.36 Di

Indonesia, untuk mendirikan suatu perseroan harus memenuhi syarat-syarat dan

prosedur yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Pendirian perseroan terbatas harus memenuhi syarat sebagai berikut:37

1. Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat

dalam bahasa Indonesia. Ketentuan ini menegaskan prinsip bahwa sebagai

badan hukum perseroan didirikan berdasarkan perjanjian, karena itu harus

mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham. Kemudian perjanjian

tersebut harus dibuat dengan akta notaris, yang berarti bahwa perjanjian

pendirian perseroan tersebut tidak dapat dibuat di bawah tangan, tetapi harus

dibuat oleh pejabat umum yang ditunjuk untuk membuat akta pendirian

tersebut dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Akta tersebut sah bila ingin

dibuat dalam bahasa lainnya, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk

mengajukan pengesahan akta pendirian tersebut.

2. Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya

keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan. Ketentuan

ini menegaskan bahwa perbuatan hukum perseroan sebagai badan hukum

mulai diakui eksistensinya sebagai subjek hukum sejak tanggal diterbitkan

36

Ibid

37

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan Korporasi dan Koperasi di Indonesia,

(36)

25

keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan. Sejalan

dengan perkembangan teknologi dan keutuhan akan layanan cepat, saat ini

pengesahan pendirian perseroan terbatas dilakukan melalui jasa teknologi

informasi sistem admnistrasi badan hukum secara elektronik.

3. Setelah perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham

menjadi kurang dari dua orang, dalam jangka waktu paling lama enam bulan

terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham yang bersangkutan wajib

mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau perseroan

mengeluarkan saham baru kepada orang lain. Konsisten dengan konsep

pendirian perseroan yang didasarkan oleh perjanjian, maka kepemilikan atas

saham suatu perseroan tidak boleh dimonopoli oleh satu orang. Sehingga

suatu perseroan yang hanya memiliki satu pemegang saham saja dalam waktu

enam bulan setelah mendapatkan pengesahan badan hukum harus menjual

sahamnya kepada orang lain atau menerbitkan saham baru ntuk dijual kepada

orang lain. Dengan demikian, saham perseroan tersebut dimiliki lebih dari

satu orang pemegang saham. Jika pemegang saham masih tetap satu orang

setelah lewat waktu enam bulan, maka perikatan dan kerugian perseroan akan

menjadi tanggung jawab pribadi pemegang saham.

Setelah dibuatnya akta notaris yang memuat hal-hal sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, maka diajukan permohonan untuk

memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum secara

elektronik.38 Adapun proses pendirian perseroan terbatas yakni sebagai berikut:39

38

(37)

1. Tahap Pengajuan Nama Perseroan Terbatas

Pengajuan nama perusahan ini didaftarkan oleh notaris melalui Sistem

Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) Kemenkumham. Adapun persyaratan

yang dibutuhkan sebagai berikut:

a. Melampirkan asli formulir dan pendirian surat kuasa.

b. Melampirkan photocopy Kartu Identitas Penduduk (KTP) para pendirinya

dan para pengurus perusahaan.

c. Melampirkan photocopy Kartu Keluarga (KK) pimpinan atau pendiri

perseroan terbatas.

Proses ini bertujuan untuk akan melakukan pengecekan nama perseroan

terbatas, apakah nama perseroan terbatas tersebut sudah digunakan atau tidak,

dimana pemakaian nama perseroan terbatas tidak boleh sama atau mirip sekali

dengan nama perseroan terbatas yang sudah ada maka yang perlu disiapkan

adalah 2 (dua) atau 3 (tiga) pilihan nama perseroan terbatas, usahakan nama

perseroan terbatas mencerminkan kegiatan usaha tersebut. Disamping itu

pendaftaran nama perseroan terbatas ini bertujuan untuk mendapatkan persetujuan

dari instansi terkait sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2011 tentang Tata

Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas.

2. Tahap Pembuatan Akta Pendirian Perseroan Terbatas

Pembuatan akta pendiria dilakukan oleh notaris yang berwenang diseluruh

wilayah negara Republik Indonesia untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan

39

(38)

27

dari menteri Kemenkumham. Dalam akta pendirian harus memuat ketentuan

sebagai berikut:

a. Kedudukan perseroan terbatas, yang mana perseroan terbatas harus berada

diwilayah Indonesia dengan menyebutkan nama kota dimana perseroan

terbatas melakukan kegiatan usaha sebagai kantor pusat.

b. Pendiri perseroan terbatas minimal 2 orang atau lebih.

c. Menetapkan jangka waktu berdirinya perseroan terbatas selama 10 tahun,

20 tahun atau lebih atau bahkan tidak perlu ditentukan lamanya yang

artinya berlaku seumur hidup.

d. Menetapkan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan terbatas.

e. Akta notaris yang berbahasa Indonesia.

f. Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka

peleburan.

g. Modal dasar minimal Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan modal

disetor minimal 25% (dua puluh lima perseperatus) dari modal dasar.

h. Minimal 1 orang Direktur dan 1 orang Komisaris, dan

i. Pemegang saham harus warga negara Indonesia atau badan hukum yang

didirikan menurut hukum Indonesia, kecuali Perseroan Terbatas dengan

Modal Asing (PT. PMA)

3. Tahap Pembuatan Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)

Permohonan SKDP diajukan kepada kantor kelurahan setempat sesuai

dengan alamat kantor perseroan terbatas berada, yang mana sebagai bukti

(39)

Persyaratan lain yang diperlukan adalah photocopy Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) tahun terakhir, perjanjian sewa atau kontrak tempat usaha bagi yang

berdomisili bukan digedung perkantoran, Kartu Tanda Penduduk (KTP) direktur,

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) jika perseroan terbatas tidak berada di gedung

perkantoran.

4. Tahap Permohonan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Permohonan pendaftaran NPWP diajukan kepada kepala kantor Pelayanan

Pajak sesuai keberadaan domisili perseroan terbatas. Persyaratan lain yang

dibutuhkan adalah NPWP pribadi direktur, photocopy KTP direktur (atau

photocopy paspor bagi Warga Negara Asing, khusus PT. PMA), surat keterangan

domisili perusahaan, dan akta pendirian perseroan terbatas.

5. Tahap Pengesahan Anggaran Dasar Perseroan Oleh Menteri Kemenkumham

Permohonan ini diajukan kepada Menteri Kemenkumham untuk

mendapatkan pengesahan anggaran dasar perseroan (akta pendirian) sebagai

badan hukum perseroan terbatas sesuai dengan Undang-Undang Perseroan

Terbatas. Persyaratan yang dibutuhkan antara lain:

a. Bukti setor bank senilai modal disetor dalam akta pendirian.

b. Bukti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagai pembayaran berita

acara negara.

c. Asli akta pendirian.

d. Mengajukan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

Surat Izin Usaha Perdagangan ini berguna agar perseroan terbatas dapat

(40)

29

perusahaan patut membuat surat izin, selama kegiatan usaha yang dijalankan

termasuk dalam Klarifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI)

sebagaimana Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009

tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.

Permohonan pendaftaran Surat Izin Usaha Perdagangan diajukan kepada

Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha

Mikro Kecil Menengah dan Perdangan kota atau kabupaten terkait sesuai dengan

domisili perseroan terbatas. Adapun klasifikasi dari Surat Izin Usaha Perdagangan

berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 39/M-DAG/PER/12/2011

tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan No.

36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan adalah

sebagai berikut :40

a. Surat Izin Usaha Perdagangan kecil, wajib dimiliki oleh perusahaan

perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Surat Izin Usaha Perdagangan Menengah, wajib dimiliki perusahaan

perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,-

(sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

40

(41)

c. Surat Izin Usaha Perdagangan besar, wajib dimiliki oleh perusahaan

perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp. 10.000.000.000,-

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

6. Mengajukan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kepala Suku Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah

dan Perdagangan kota atau kabupaten terkait sesuai dengan domisili perusahaan.

Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat TDP sebagai bukti

bahwa perusahaan/badan usaha telah melakukan wajib daftar perusahaan.

7. Tahap Berita Acara Negara Republik Indonesia

Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan telah

mendapatkan pengesahan dari Menteri Kemenkumham, maka harus diumumkan

dalam Berita Acara Negara Republik Indonesia dari perusahaan yang telah

diumumkan dalam Berita Acara Negara Republik Indonesia, maka perseroan

terbatas telah sempurna statusnya sebagai badan hukum.

Anggaran dasar merupakan bagian dari akta pendirian perseroan terbatas.

Sebagai bagian dari akta pendirian, anggaran dasar memuat aturan main dalam

perseroan yang menentukan setiap hak dan kewajiban dari pihak–pihak dalam

anggaran dasar, baik perseroan itu sendiri, pemegang saham maupun pengurus.

Anggaran dasar perseroan terbatas baru berlaku bagi pihak ketiga setelah akta

pendirian perseroan terbatas disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia.41

41

Gunawan .W & Ahmad .Y, Op Cit, hal. 29.

(42)

31

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 Undang-Undang Perseroan Terbatas

meliputi:

1) Nama dan tempat kedudukan perseroan.

2) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Jangka waktu berdirinya perseroan.

4) Besarnya jumlah modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal yang

disetor.

5) Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah

saham untuk setiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham,

dan nilai nominal setiap saham.

6) Susunan, jumlah, dan nama anggota direksi dan komisaris.

7) Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS.

8) Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian

sementara anggota direksi dan komisaris.

9) Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden.

10) Ketentuan-ketentuan lain menurut undang-undang.

Hal-hal yang disebut dalam Pasal 15 Undang-Undang Perseroan Terbatas

bersifat imperatif, artinya paling tidak hal-hal tersebut harus dimuat dalam

anggaran dasar perseroan. Dengan kata lain Pasal 15 Undang-Undang Perseroan

Terbatas menyebutkan hal-hal yang minimal yang mesti masuk dalam anggaran

(43)

32

A. Sejarah Dan Defenisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri,

kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang

mencari keuntungan belaka. Mereka memandang bahwa sumbangan kepada

masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan tenaga kerja, pemenuhan

kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada negara.

Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan

untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga

menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Karena selain terdapat

ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya,

kegiatan operasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif.42

Corporate Social Responsibility dalam sejarah modern dikenal sejak

Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities Of The

Businessman. Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris dikalangan dunia usaha pada era 1950-1960. Pengakuan publik terhadap

prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan

secara aklamasi sebagai bapak CSR.43

42

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Fasco Publishing, Gresik, 2007, hal. 3 - 4.

43

Hendrik B. Untung, Corporate Social Resposibility, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 37.

Sejak itu sudah banyak referensi ilmiah

(44)

33

jawab dunia usaha kepada masyarakat yang telah dijabarkan dalam buku Bowen.

Ide dasar yang dikemukakan oleh Bowen adalah mengenai kewajiban perusahaan

menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai

masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Ia menggunakan istilah

sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka

memiliki visi yang melampaui urusan kinerja finansial perusahaan.44

Pada tahun 1960, pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh berbagai ahli

sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep Iron

Law Of Social Rensponsibility. Dalam konsepnya Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif

dengan besarnya perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan

bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar

dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula

bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada

masyarakatnya. Dalam periode 1970-1980 definisi tentang CSR lebih diperluas

lagi oleh Archi Carrol yang sebelumnya telah merilis bukunya tentang perlunya

dunia usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar menjadi penunjang

eksistensi perusahaan.45

Pada dekade 1970 literatur yang dikenalkan berisi diskursus bahwa dunia

usaha memiliki kepentingan termasuk stakeholders, supplier, karyawan,

komunitas lokal dan masyarakat suatu bangsa secara keseluruhan. Dari konsep ini

kemudian berkembang apa yang dikenal sebagai stakeholders theory, yaitu sebuah

44

Hendrik B. Untung, Ibid, hal. 37

45

(45)

teori yang mengatakan bahwa tanggung jawab korporasi sebetulnya melampaui

kepentingan berbagai kelompok yang hanya berpikir tentang urusan finansial,

tanggung jawab tersebut berkaitan erat dengan masyarakat secara keseluruhan

yang menentukan hidup matinya suatu perusahaan. Dalam dekade ini pula

Committee For Economic Development (CED) menerbitkan Social Responsibilities Of Business Corporations. Penerbitan yang dapat dianggap

sebagai code of conduct (kode atau aturan atau tata tertib didalam perusahaan)46

bisnis tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usaha memiliki tujuan

dasar untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk memenuhi kebutuhan

dan kepuasan masyarakat. CED merumuskan CSR dengan menggambarkannya

dalam lingkaran konsentris. Lingkaran dalam merupakan tanggung jawab dasar

dari korporasi untuk penerapan kebijakan yang efektif atas pertimbangan ekonomi

(profit dan pertumbuhan). Lingkaran tengah menggambarkan tanggung jawab

korporasi untuk lebih sensitif terhadap nilai-nilai dan prioritas sosial yang berlaku

dalam menentukan kebijakan mana yang akan diambil. Lingkaran luar

menggambarkan tanggung jawab yang mungkin akan muncul seiring dengan

meningkatnya peran serta korporasi dalam menjaga lingkungan dan masyarakat.47

Pada dekade 1980 berbagai lembaga riset mulai melakuan penelitian

tentang manfaat CSR bagi perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosialnya.

Tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa melalui World Commission On

Environment And Development (WECD) menerbitkan laporan yang berjudul Our

46

Pengertian Code of Conduct, www.psychologymania.com/2013/05/pengertian -code-of-conduct.html?m=1, terakhir diakses tanggal 6 September 2014.

47

(46)

35

Common Future juga dikenal sebagai Brundtland Report untuk menghormati Gro Harlem Brundtland yang menjadi ketua WECD waktu itu. Laporan tersebut

menjadikan isu-isu lingkungan sebagai agenda politik yang pada akhirnya

bertujuan mendorong pengambilan kebijakan pembangunan yang lebih sensitif

pada isu-isu lingkungan. Laporan ini menjadi dasar kerjasama multilateral dalam

rangka melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pada dekade 1990, Earth Summit dilaksanakan di Rio De Janeiro pada

1992. Dihadiri oleh 172 negara dengan tema utama lingkungan dan pembangunan

berkelanjutan. Menghasilkan Agenda 21, Deklarasi Rio dan beberapa kesepakatan

lainnya. Hasil akhir dari pertemuan tersebut secara garis besar menekankan

pentingnya eco efficiency dijadikan sebagai prinsip utama berbisnis dan

menjalankan pemerintahan. Dalam dekade ini merupakan periode dimana CSR

mendapatkan pengembangan makna dan jangkauan. Sejak itu banyak model CSR

diperkenalkan termasuk Corporate Social Performance (CSP), Business Ethics

Theory (BET), dan Corporate Citizenship, CSR menjadi tradisi baru dalam dunia usaha di banyak negara. Sejak itu, ada dua metode yang diberlakukan dalam CSR

yaitu Cause Branding dan Venture Philanthropy. Cause Branding adalah

pendekatan Top Down, dalam hal ini perusahaan menentukan masalah sosial dan

lingkungan seperti apa yang perlu dibenahi. Kebalikannya adalah Venture

Philanthropy yang merupakan pendekatan Bottom Up, disini perusahaan

membantu berbagai pihak non profit dalam masyarakat sesuai apa yang

dikehendaki masyarakat.48

48

(47)

Istilah CSR di Indonesia dikenal pada tahun 1980. Namun semakin

populer digunakan sejak tahun 1990. Sama seperti sejarah munculnya CSR

didunia dimana istilah CSR muncul ketika kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi.

Di Indonesia, kegiatan CSR ini sebenarnya sudah dilakukan perusahaan

bertahun-tahun lamanya. Namun pada saat itu kegiatan CSR Indonesia dikenal dengan

nama CSA (Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Kegiatan

CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola pikir yang

digunakan hampir sama. Layaknya CSR, CSA ini juga berusaha

merepresentasikan bentuk peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap aspek

sosial dan lingkungan. Misalnya, bantuan bencana alam, pembagian Tunjangan

Hari Raya (THR), beasiswa dan lain-lain. Melalui konsep investasi sosial

perusahaan seat belt, yang dibangun pada tahun 2000. sejak tahun 2003

Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif dalam

mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai

perusahaan nasional. Dalam hal ini departemen sosial merupakan pelaku awal

kegiatan CSR di Indonesia.49

Selang beberapa waktu setelah itu, pemerintah mengimbau kepada pemilik

perusahaan untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya. Namun, ini hanya

sebatas imbauan karena belum ada peraturan yang mengikat. Sejatinya

pemerintah menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan perusahaan bukan hanya

sebatas stakeholders atau para pemegang saham. Melainkan stakeholders, yakni

pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders

49

Gunna Harmayani, Sejarah dan Landasan CSR,

(48)

37

dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat

sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, lingkungan, media

massa dan pemerintah.50

Setelah tahun 2007 tepatnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas keluar, hampir semua perusahaan Indonesia telah

melakukan program CSR, meski lagi-lagi kegiatan itu masih berlangsung pada

tahap cari popularitas dan keterikatan peraturan pemerintah. Misalnya, masih

banyak perusahaan yang jika memberikan bantuan maka sang penerima bantuan

harus menempel poster perusahaan ditempatnya sebagai tanda bahwa ia telah

menerima bantuan dari perusahaan tersebut. Jika sebuah perusahaan membantu

masyarat secara ikhlas maka penempelan poster-poster itu terasa berlebihan.51

Defenisi CSR menurut versi Bank Dunia, “CSR is the commitmen of

business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of live, in ways that are booth good for business and good for development.” Dari defenisi diatas terlihat bahwa CSR adalah sebuah konsep

manajemen yang menggunakan pendekatan triple bottom line yaitu keseimbangan

antara mencetak keuntungan, harus seiring dan selaras dengan fungsi-fungsi sosial

dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan

berkelanjutan.52

Referensi

Dokumen terkait

Supported mainly by qualitative data, this study attempts to figure out the effect of Writing Listening Journal on Learners Listening Comprehension Skills and on Learner’s

Strategi pembelajaran Think-Pair- Share (TPS) dipilih karena strategipembelajaran tersebut menekankan pada optimalisasi partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas.Sehingga

[r]

skripsi yang berjudul “Analisis Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu (Timeliness) Penyampaian Laporan Keuangan Pada. Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar

Table 2 Effect of oral administration of Costus speciosus on blood glucose, total cholesterol, plasma insulin and C-peptide levels (mean + SD) in normal and

Lengan Mikroskop di gunakan untuk pegangan saat membawa Mikroskop atau memindahkanya dari tempat yang satu ke tempat yang lain Meja Preparat Meja preparat

Hasil penelitian ini diketahui faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian PKTB pada balita yaitu faktor yang paling dominan adalah merokok dan riwayat kontak sehingga diharapkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan scientific dan model pembelajaran think pair share (PS-MP TPS) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas