• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga dan Kader terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga dan Kader terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DUKUNGAN KELUARGA DAN KADER TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANJUT USIA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR DOLOK KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

ZULKARNAIN NASUTION 107032024/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DUKUNGAN KELUARGA DAN KADER TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANJUT USIA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR DOLOK KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

ZULKARNAIN NASUTION 107032024/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DUKUNGAN KELUARGA DAN KADER TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BANDAR DOLOK KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI

SERDANG

Nama Mahasiswa : Zulkarnain Nasution Nomor Induk Mahasiswa : 107032024

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Yeni Absah, S.E, M. Si Ketua

) (dr. Heldy BZ., M.P.H)

Anggota

Dekan

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 13 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Yeni Absah

Anggota : 1. dr. Heldy BZ. M.P.H , S.E, M. Si

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DUKUNGAN KELUARGA DAN KADER TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANJUT USIA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR DOLOK KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2013

(6)

ABSTRAK

Persentase lansia yang melakukan kunjungan ke posyandu lansia. di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau hanya mencapai 44,0% pada 2011. Rendahnya persentase kunjungan lansia kemungkinan karena pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah dengan posyandu yang jauh dan sulit dijangkau, dukungan keluarga, dan sikap kader posyandu yang kurang baik, atau kurangnya dukungan kepala desa.

Tujuan penelitian ini untuk untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, dan jarak terhadap pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau, yaitu sebanyak 5.082 orang, dan dijadikan sampel sebanyak 371 orang. Data pengetahuan lansia, sikap lansia, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, jarak ke posyandu lansia, dan pemanfaatan posyandu lansia dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dan jarak berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Artinya bahwa lansia yang memanfaatkan pelayanan posyandu yaitu lansia yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang posyandu lansia, dukungan keluarga dan dukungan kader yang baik untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia, dan memiliki akses yang terjangkau ke posyandu lansia. Sementara variabel dukungan kepala desa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia.

Untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia, maka disarankan bagi Dinas Kesehatan agar memberikan insentif bagi kader yang aktif dalam melakukan kegiatan posyandu lansia supaya tetap menjaga kesinambungan kegiatan posyandu lansia. Selain itu, keluarga diharapkan lebih meningkatkan kepedulian atau perhatian yang diberikan kepada lansia dengan ikut serta menemani lansia ke posyandu lansia

(7)

ABSTRACT

The percentage of old people who visited posyandu (integrated service post) for old people in the working area of Bandar Dolok Puskesmas (public health center), Pagar Merbau Subdistrict, was only 44.0% in 2011. The low percentage of the old people’s visit probably due by their lack of knowledge in the advantages of posyandu, by the long distance between their houses and posyandu so that it was difficult for them to reach it, by the lack of family support, and by the bad attitude of posyandu’s cadres.

The aim of the research was to analyze the influences of knowledge, attitude, family support, cadres’ support, village head’s support, and distance on the use of posyandu for old people in the working area of Bandar Dolok Puskesmas, Pagar Merbau Subdistrict, Deli Serdang District. The type of the research was analytic observational with cross sectional design. The population was 5,082 old people who lived in the working area of Bandar Dolok Puskesmas, Pagar Merbau Subdistrict, and 371 of them were used as the samples. The data of the old people’s knowledge, their attitude, family support, cadres’ support, village head’s support, the distance of poyandu from their houses, and the advantages of posyandu for old people were gathered through in depth interviews by using questionnaires and analyzed by using logistic regression test.

The result of the research showed that the variables of distance, knowledge, attitude, family support, and cadres’ support had significant influence on the use of posyandu for old people. This means that old people who utilize posyandu for old people who have a good knowledge and attitudes about the old people neighborhood health center, family support and cadres’ support to follow the activities of posyandu for old people, and have affordable access to posyandu

In order to increase the use of posyandu for old people, it is recommended that health workers at the

old people. While the variable of village head’s support did not have any significant influence on the use of posyandu for old people.

health department should provide incentives for volunteers who are active in neighborhood health center activities that seniors maintain continuity of activities posyandu for old people. In addition, families are expected to further increase awareness or attention given to the elderly by participating accompany the old people to posyandu for

.

old people

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehinga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul “Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga dan Kader terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. Dr. Yeni Absah, S.E, M. Si

5. Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes dan Drs. Tukiman, M.K.M, sebagai komisi penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Heldy BZ. M.P.H selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Prof. Dr. Binsar Panjaitan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Darma Agung Medan yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ibu Rositas Saragih, S.K.M., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

10.Para Kader Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

11.Khusus buat Ibunda Hj. Satijah Herman binti Otong dan adik-adikku yang telah memberikan bantuan, dukungan , dan doa dalam penyelesaian tesis ini.

12.Teristimewa kepada istriku Sri Nurani, S.Pd, dan putraku Muhammad Arif Nasution serta putriku Dwi Artiaty Nasution yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

13.Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2010, yang telah membantu penulis selama pendidikan dan proses penyusunan tesis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membanu penulis selama penyusunan tesis ini.

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2013 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Zulkarnain Nasution dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1967 di Desa Jatirejo Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Anak pertama dari 4 (empat) bersaudara, dari pasangan ayahanda Almarhum Herman Nasution dan ibunda Hj. Satijah Herman binti Otong. Menikah pada tanggal 07 September 1995, dengan Sri Nurani S.Pd dan dikaruniai 2 (dua) anak, yaitu Muhammad Arif Nasution dan Dwi Artiaty Nasution.

Pendidikan Sekolah Dasar dimulai tahun 1974-1980 di SD Negeri No. 101913 Pagar Merbau, pendidikan SMP tahun 1980-1983 di SMP Negeri Lubuk Pakam, pendidikan SMA tahun 1983-1986 di SMA Negeri Lubuk Pakam, tahun 1988-1991 Pendidikan Diploma III Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan, tahun 1995-1998 pendidikan S1 Jurusan Administrasi Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri Medan, dan tahun 2010 sampai sekarang pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

(12)

DAFTAR ISI

2.1.1. Perkembangan Teori Gerontologi Lanjut Usia ... 11

2.1.2. Konsep Successful Aging ... 15

2.2.5. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia ... 26

2.2.6. Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Melalui Posyandu Lansia ... 27

2.3. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 27

(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 37

4.3. Sikap Responden terhadap Posyandu Lansia ... 52

4.4. Dukungan Keluarga dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 55

4.5. Dukungan Kader dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 57

4.6. Dukungan Kepala Desa dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 59

4.7. Jarak Ke Posyandu Lansia ... 62

4.8. Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 63

4.9. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 63

4.10. Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu ... 64

4.11. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... .. 65

4.12.Hubungan Dukungan Kader dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia 66 4.13.Hubungan Dukungan Kepala Desa dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 66

4.14. Hubungan Jarak dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 67

4.15. Pengujian Hipotesis ... 68

BAB 5. PEMBAHASAN ... 70

5.1. Pengaruh Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 70

5.2. Pengaruh Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 71

(14)

5.6. Pengaruh Jarak dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 76

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

6.1. Kesimpulan ... 79

6.2. Saran ... 80

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

4.1. Luas, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Per Km2

4.2. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2010 ... 48

di Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2010 ... 48

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Posyandu Lansia . 49 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Setiap Indikator

dalam Mengukur Pengetahuan tentang Posyandu Lansia ... 50 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Posyandu Lansia ... 52 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Setiap Indikator

dalam Mengukur Sikap tentang Posyandu Lansia ... 53 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga dalam

Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 55 4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan

Keluarga dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 55 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Kader Keluarga dalam

Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 57 4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Kader

dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 58 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Kepala Desa dalam

Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 60 4.12. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Kepala

(16)

4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Posyandu ... 63

4.16. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 64

4.17. Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia... 64

4.18. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 65

4.19. Hubungan Dukungan Kader dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 66

4.20. Hubungan Dukungan Kepala Desa dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia . 67 4.21. Hubungan Jarak ke Posyandu dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 67

(17)

ABSTRAK

Persentase lansia yang melakukan kunjungan ke posyandu lansia. di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau hanya mencapai 44,0% pada 2011. Rendahnya persentase kunjungan lansia kemungkinan karena pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah dengan posyandu yang jauh dan sulit dijangkau, dukungan keluarga, dan sikap kader posyandu yang kurang baik, atau kurangnya dukungan kepala desa.

Tujuan penelitian ini untuk untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, dan jarak terhadap pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau, yaitu sebanyak 5.082 orang, dan dijadikan sampel sebanyak 371 orang. Data pengetahuan lansia, sikap lansia, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, jarak ke posyandu lansia, dan pemanfaatan posyandu lansia dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dan jarak berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Artinya bahwa lansia yang memanfaatkan pelayanan posyandu yaitu lansia yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang posyandu lansia, dukungan keluarga dan dukungan kader yang baik untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia, dan memiliki akses yang terjangkau ke posyandu lansia. Sementara variabel dukungan kepala desa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia.

Untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia, maka disarankan bagi Dinas Kesehatan agar memberikan insentif bagi kader yang aktif dalam melakukan kegiatan posyandu lansia supaya tetap menjaga kesinambungan kegiatan posyandu lansia. Selain itu, keluarga diharapkan lebih meningkatkan kepedulian atau perhatian yang diberikan kepada lansia dengan ikut serta menemani lansia ke posyandu lansia

(18)

ABSTRACT

The percentage of old people who visited posyandu (integrated service post) for old people in the working area of Bandar Dolok Puskesmas (public health center), Pagar Merbau Subdistrict, was only 44.0% in 2011. The low percentage of the old people’s visit probably due by their lack of knowledge in the advantages of posyandu, by the long distance between their houses and posyandu so that it was difficult for them to reach it, by the lack of family support, and by the bad attitude of posyandu’s cadres.

The aim of the research was to analyze the influences of knowledge, attitude, family support, cadres’ support, village head’s support, and distance on the use of posyandu for old people in the working area of Bandar Dolok Puskesmas, Pagar Merbau Subdistrict, Deli Serdang District. The type of the research was analytic observational with cross sectional design. The population was 5,082 old people who lived in the working area of Bandar Dolok Puskesmas, Pagar Merbau Subdistrict, and 371 of them were used as the samples. The data of the old people’s knowledge, their attitude, family support, cadres’ support, village head’s support, the distance of poyandu from their houses, and the advantages of posyandu for old people were gathered through in depth interviews by using questionnaires and analyzed by using logistic regression test.

The result of the research showed that the variables of distance, knowledge, attitude, family support, and cadres’ support had significant influence on the use of posyandu for old people. This means that old people who utilize posyandu for old people who have a good knowledge and attitudes about the old people neighborhood health center, family support and cadres’ support to follow the activities of posyandu for old people, and have affordable access to posyandu

In order to increase the use of posyandu for old people, it is recommended that health workers at the

old people. While the variable of village head’s support did not have any significant influence on the use of posyandu for old people.

health department should provide incentives for volunteers who are active in neighborhood health center activities that seniors maintain continuity of activities posyandu for old people. In addition, families are expected to further increase awareness or attention given to the elderly by participating accompany the old people to posyandu for

.

old people

Keywords: Knowledge, Attitude, Family Support, Cadres, Village Head, Distance, Posyandu for Old People

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan umur harapan hidup memberikan dampak pada semakin meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia (Kepmenkes RI Nomor 264, 2010). Menurut United Nations (2012), dunia mengalami penuaan dengan cepat. Diperkirakan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas dua kali lipat, yaitu dari 11% di tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di dunia tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari pada anak-anak (usia 0-14 tahun) di populasi. Negara-negara berkembang akan mengalami tingkat penuaan yang jauh lebih cepat dari negara-negara maju. Pada tahun 2005 sekitar 60% lansia di dunia tinggal di negara-negara berkembang. Dalam lima dekade mendatang kondisi ini akan meningkat menjadi lebih dari 80%. Penuaan penduduk dunia di negara berkembang dan negara maju sebenarnya merupakan indikator meningkatnya kesehatan global.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI., (2012), jumlah penduduk lanjut

usia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta

(20)

Sementara pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta

atau 11,34% dari total jumlah penduduk.

Berbagai dampak dari peningkatan jumlah lansia adalah masalah penyakit degeneratif yang sering menyertai para lansia, bersifat kronis dan multipatologis, serta dalam penanganannya memerlukan waktu lama dan membutuhkan biaya cukup besar. Oleh karena itu, untuk menarik perhatian dunia terhadap penuaan dan kesehatan, serta dampak dan tantangan kesehatan akibat penambahan jumlah populasi lansia di masyarakat, yaitu dengan cara menjalin kerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, swasta dan organisasi internasional, untuk mendapatkan komitmen dalam upaya peningkatan penanganan masalah kesehatan dan penuaan (Kementerian Kesehatan RI, 2012)

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1), kesehatan merupakan hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh agar terwujud masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan. Dalam pasal 34 disebutkan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak yang salah satunya diwujudkan dengan pembangunan puskesmas dan jaringannya.

.

(21)

jantung, stroke dan kanker. Penyakit ini juga perlu dideteksi dan diobati secara dini untuk mengurangi komplikasi yang bisa terjadi. Mereka yang mengalami komplikasi akan membutuhkan perawatan jangka panjang dan bantuan yang lebih rumit. Oleh karenanya pelayanan yang terbaik harus diberikan melalui perawatan dasar yang komprehensif.

United Nations (2012), juga mengungkapkan bahwa umumnya pada lansia akan timbul berbagai permasalahan baik yang bersifat umum maupun yang khusus. Penyebab timbulnya permasalahan pada lanjut usia adalah harapan hidup bertambah panjang, morbiditas meningkat, lanjut usia mengalami beban ganda (mengidap

penyakit infeksi dan kronis), bertambahnya kerusakan yang terjadi, faktor-faktor lain diantaranya adalah psikososial, lingkungan, sosio ekonomi, stress, penilaian terhadap

diri sendiri, dan akses kepada fasilitas kesehatan. Dari hal tersebut akan mengakibatkan gangguan sistem (musculoskeletal, kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal, saraf, kulit, kuku, rambut, dan lain-lain), timbulnya

penyakit dan manifestasi klinik, menurunnya ADL (Activities of Daily Living) / aktivitas keseharian.

Tujuan pembinaan kesehatan bagi kaum lanjut usia adalah meningkatkan

derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan

berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya

(22)

dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan perundangan dan peraturan dimaksud adalah: (1) UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan, (2) UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 tantang kesehatan usia lanjut, (3) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 14, (4) UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, (5) UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, (6) peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi.

Berkaitan dengan status kesehatan pada lansia, saat ini dengan meningkatnya

pelayanan kesehatan oleh pemerintah memungkinkan pula peningkatan derajat

kesehatan para lansia. Salah satu tempat pelayanan kesehatan yang digalakkan

pemerintah bagi lansia adalah pos pelayanan terpadu lansia (posyandu lansia).

Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).

Posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat di tingkat bawah, yang

menyelenggarakan beberapa kegiatan meliputi pendataan atau pendaftaran, penimbangan dan pengukuran, pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran dalam kartu menuju sehat, penyuluhan dan pemberian beberapa vitamin serta informasi

(23)

indikator untuk melihat status kesehatan seseorang (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999).

Posyandu lansia yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang saat ini sedang digalakkan pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan juga ada diadakan di Kecamatan Pagar Merbau. Kecamatan Pagar Merbau merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan laporan Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau (2012), diketahui bahwa jumlah Posyandu Lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok sebanyak 16 posyandu yang tersebar di 16 desa.

Berdasarkan hasil survei pada awal dan pertengahan bulan September 2012. diperoleh keterangan bahwa setelah terbentuk posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau kegiatan berjalan mandiri melalui kader-kader yang terbentuk melalui bantuan pihak perintis sebagai pembina. Kegiatan rutin di posyandu ini, dimulai setiap hari Rabu pada minggu pertama ada acara penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan denyut nadi, konsultasi kesehatan dan pengobatan secara gratis yang biasanya diselingi dengan acara penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan. Kegiatan posyandu lansia dilakukan setiap sebulan sekali.

(24)

kunjungan lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau hanya mencapai 44,2% pada tahun 2010, pada tahun 2009 dan 2011 masing-masing sebesar 41,8% dan 44,0%. Sementara berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang (2010), cakupan pelayanan lansia 53,88%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003, cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut sebesar 70%.

Rendahnya persentase kunjungan lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau dikarenakan dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala yang sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah dengan posyandu yang jauh dan sulit dijangkau, dukungan keluarga, dan sikap kader posyandu yang kurang baik. Nurhaida (2012), dalam penelitiannya menyarankan bahwa Bapak Kepala Desa diharapkan memberikan dukungan kepada kader lansia agar posyandu lansia dapat berjalan dengan baik dan berguna bagi masyarakat.

Hasil penelitian Munadhiroh (2011), menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu oleh lansia di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Kota Semarang sudah tinggi (74,5%). Munadhiroh

(25)

kegiatan lain dari pada pergi ke posyandu lansia setiap bulannya, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan lansia terhadap pentingnya posyandu lansia dalam meningkatkan status kesehatan.

Berdasarkan survei awal juga diketahui bahwa lansia sering lupa dengan jadwal kegiatan di posyandu, dan keluarga tidak mengingatkan tentang jadwal kegiatan di posyandu. Selain itu, keluarga lansia juga tidak pernah mengantarkan lansia ke posyandu lansia dan keluarga tidak pernah menemani lansia dalam kegiatan di posyandu lansia. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia masih rendah.

Selain masalah tersebut di atas, rendahnya pemanfaatan posyandu lansia juga dapat dikarenakan pada umumnya letak posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau masih kurang strategis karena tidak berada di tengah pemukiman penduduk, sehingga lansia disekitar kurang bisa memanfaatkan penggunaan posyandu dengan alasan tempat posyandu yang jauh. Sementara mereka tidak mempunyai waktu maupun sarana transportasi untuk mencapainya dan ini menyebabkan pelayanan posyandu lansia menjadi tidak merata cakupannya untuk masing-masing desa di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau.

1.2. Permasalahan

(26)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, dan jarak terhadap pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Hipotesis

Pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, dan jarak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terkait dengan pemanfaatan posyandu lansia dan faktor yang memengaruhinya.

2. Bagi Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang, hasil penelitian ini memberikan sumbangan kepada pengambil kebijakan di Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau, dalam menetapkan kebijakan dan startegi intervensi dalam pemanfaatan posyandu lansia.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lanjut Usia

Batasan lanjut usia menurut Organisasi Kesehatan Dunia untuk Regional Asia Selatan dan Timur adalah usia lebih dari 60 tahun. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, manusia lanjut usia memang mempunyai karakteristik yang spesifik (WHO Regional Office For South-East ASIA, 2002).

(28)

Penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumberdaya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda.

Mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan kronologis. Menurut Supardjo dalam Suhartini (2004), usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :

1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, 2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,

3. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan 4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

(29)

Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dengan tegas dinyatakan bahwa yang disebut sebagai lanjut usia adalah laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Merujuk pada hal tersebut maka dalam penelitian ini batasan lanjut usia adalah individu berusia 60 tahun ke atas.

2.1.1 Perkembangan Teori Gerontologi Lanjut Usia

Terdapat sejumlah teori yang digunakan dalam menjelaskan fenomena penuaan (aging) dalam ilmu sosiologi. Penuaan dapat dianalisa menurut ilmu sosiologi sebagai tiga proses yang mempengaruhi orang-orang ketika mereka menjadi tua: biologis, psikologis, dan sosial; Tiga proses tersebut mengusulkan tiga metafor waktu perkembang yang berbeda, walaupun saling terkait satu sama lainnya (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999).

1. Penuaan biologis secara khas berarti berkurangnya penglihatan, kehilangan pendengaran, kerutan, suatu kemunduran kekuatan otot dan disertai penimbunan lemak, dan penurunan efisiensi kardiovaskuler.

2. Tua menurut psikologis diasumsikan bahwa memori, pelajaran, kecerdasan/ inteligensi, keterampilan, dan motivasi untuk belajar cenderung untuk merosot karena umur.

(30)

Sosial gerontologi adalah bidang studi multidisipliner dan merupakan instrumen teoritis utama kaum ortodoks yang berkenaan dengan lanjut usia terutama di Amerika Serikat, Inggris dan akademisi Australia (Phillipson dalam Powell, 2001). Berikut ini penjelasan singkat mengenai teori-teori tersebut yang merupakan ikhtisar dari buku ”Sosiologi Wanita”. Teori- teori tersebut dibagi dalam 3 (tiga) tipe dasar yakni: a) teori-teori fungsionalis yang memfokuskan pada diskontinuitas dalam proses penuaan dan hilangnya status; b) teori-teori yang memfokuskan pada penuaan individu dan interaksinya dengan masyarakat serta lingkunganya; dan 3) teori-teori kritis yang memperhatikan faktor-faktor struktural yang mempengaruhi kaum Lansia (Ollenburger dan Moore, 1996).

Teori Fungsionalis, terdiri dari beberapa teori yang membangun diantaranya (Powell, 2001) :

1. Teori peran

(31)

kultural yang dominan, dan melukiskan suatu gambaran wanita dalam masyarakat yang strereotipe.

2. Teori aktivitas

(32)

sosial mereka, dan mengabaikan persoalan kemiskinan, gender, dan diskriminasi ras.

3. Teori keterlepasan

Teori keterlepasan mengemukakan bahwa pengurangan interaksi sosial diharapkan oleh individu-individu lansia, terjadi saling menarik diri antara lansia dan non-lansia di dalam sistem sosial.

4. Teori lingkungan sosial

Teori lingkungan sosial memfokuskan pada pengaruh lingkungan sosial dan fisik kaum lansia terhadap aktivitas-aktivitas sosial, pola-pola interaksi lansia dengan tetangga dan keluarga, dan kepuasan hidup mereka yang terlihat dari persepsi dan makna yang diterapkan dalam kehidupan sehari- hari lansia. Hal ini dikembangkan dalam suatu tipologi dengan memperhatikan lingkungan berusia sama dan lingkungan beragam usia.

5. Teori pertukaran

(33)

Teori-teori kritis dibangun dengan mempertimbangkan faktor-faktor struktural dalam menjelaskan fenomena penuaan populasi ini:

1. Stratifikasi umur

Teori stratifikasi umur menganalisis lapisan- lapisan sosial berdasarkan kelas, yang membagi individu-individu dan kelompok-kelompok dalam beberapa golongan sosial, yang memiliki akses yang berbeda pada imbalan, sumbersumber dan kekuasaan.

2. Ekonomi politik penuaan

Ekonomi politik penuaan bahwa perbedaan ancaman dan diskriminasi terhadap kaum Lansia, mencerminkan distribusi kekuasaan, pendapat, dan pemilikan dalam keseluruhan struktur sosial. Kebutuhan kaum Lansia menjadi prioritas yang rendah dalam suatu sistem berdasarkan kapitalisme dan pencarian keuntungan. Kemiskinan kaum tua sekarang, merupakan fungsi dari ketidakmampuan sistem kapitalis untuk mengontrol institusi- institusi politik, ekonomi, dan sosial.

2.1.2. Konsep Successful Aging

(34)

merupakan pusat dari ilmu usia lanjut (gerontologi), dan artikel oleh Havighurst muncul sebagai konsep dalam isu pertama tentang publikasi Gerontologis.

Definisi konsep sukses ini sendiri menimbulkan kerancuan tidak ada definisi yang dengan baik diterima atau model tentang successful aging yang telah teruji selama ini. Havighurst dalam Bearon (1996), mendefinisikannya sebagai "adding life to the years" dan "memperoleh kepuasan hidup". Palmore (1995) dalam ensiklopedi tentang proses penuaan, mengemukakan bahwa suatu definisi yang komprehensif tentang successful aging yang berkombinasi dengan survival (umur panjang), kesehatan (ketiadaan cacat), dan kepuasan hidup (kebahagiaan).

Terdapat tiga teori gerontologi sosial yang dijadikan dasar dari munculnya konsep successful aging ini, diantaranya:

1. Teori keterlepasan

(35)

2. Teori aktivitas

Teori aktivitas mengemukakan bahwa orang berumur lebih sukses ketika mereka mengambil bagian dalam suatu aktivitas satu harian penuh, artinya, tetap sibuk (Lemon, dkk., dalam Bearon, 1996). Kini, teori-teori tersebut tidak lagi digunakan oleh gerontologis yang memandang hal ini sebagai sesuatu yang terlalu membatasi dalam anjuran dari suatu gaya hidup tertentu. Riset empiris menunjukkan heterogenitas para Lansia, mencakup orang-orang yang memilih kehidupan sedikit terstruktur tersusun atau tidak memperhatikan kesehatan atau berarti untuk mengejar suatu jadwal aktivitas penuh. Meskipun demikian, aktivitas secara luas diakui oleh para Lansia sendiri sebagai kunci mereka menuju sukses diusia tuanya, sehingga gerontologis sudah menggelari filosofi ini "etnis yang sibuk" (Powell, 2001).

3. Teori kesinambungan

(36)

Konsep succesful aging sebagai perspektif yang berorientasi pada proses merupakan mekanisme dengan modal selektif, optimalisasi dan kompensasi. Hal ini, yang dimaksud selektif adalah membatasi aktivitas sehari- hari secara proaktif sesuai dengan motivasi dan kemampuan yang dimiliki. Model kedua adalah kompensasi, model ini tidak hanya mengandung adaptasi terhadap aktivitas yang selama ini dilakukan tetapi juga menciptakan aktivitas baru sesuai dengan kondisi Lansia. Agar hasilnya bisa maksimal di samping dua hal tersebut, perlu diimbangi dengan optimalisasi. Sebab dengan adanya optimalisasi secara tidak langsung memberikan kesempatan pada Lansia untuk melakukan praktek dan latihan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif.

(37)

berbudaya. Walaupun sangat sulit untuk mengukur berapa besar produktivitas budaya yang dimiliki orang lanjut usia, tetapi produktivitas tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh para generasi penerus mereka (Yasa, 1999 dalam Suhartini, 2004). 2.1.3. Masalah Kesehatan pada Lanjut Usia

Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Siburian dalam Khadijah (2010), menyatakan bahwa ada sebanyak 14 yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu :

a. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.

(38)

akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.

c. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.

d. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.

e. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.

f. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalencence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua dimana semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

(39)

h. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebardebar, nyeri pinggang, gangguan pecernaan, dan lain-lain.

i. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera; sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan lainnya.

j. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai penghasilan.

k. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.

(40)

m. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari prose menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.

n. Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit.

Data penyakit lansia di Indonesia (umumnya pada lansia berusia lebih dari 55 tahun) adalah sebagai berikut:

a. Penyakit kardiovascular b. Penyakit otot dan persendian

c. Bronchitis, asma dan penyakit respirasi lainnya d. Penyakit pada mulut, gigi dan saluran cerna e. Penyakit syaraf

f. Infeksi kulit g. Malaria h. Lain-lain

2.2. Posyandu Lansia

(41)

lansia ditingkat desa/ kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu lansia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama lansia.

Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).

2.2.1. Tujuan Posyandu Lansia

Menurut Erfandi (2008), tujuan posyandu lansia secara garis besar adalah a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

2.2.2. Manfaat Posyandu Lansia

(42)

2.2.3. Sasaran Posyandu Lansia Sasaran posyandu lansia adalah :

a. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).

b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2006 dalam Henniwati, 2008).

2.2.4. Kegiatan Posyandu Lansia

Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dialami. Beberapa kegiatan pada posyandu lansia adalah :

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit

(43)

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)

g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.

i. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.

j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

Selain itu banyak juga posyandu lansia yang mengadakan kegiatan tambahan seperti senam lansia, pengajian, membuat kerajian ataupun kegiatan silaturahmi antar lansia. Kegiatan seperti ini tergantung dari kreasi kader posyandu yang bertujuan untuk membuat lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

2.2.5. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

(44)

kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan sistem 5 (lima) meja seperti posyandu balita, 5 (lima) meja tersebut meliputi :

1. Meja 1 : Pendaftaran

Mendaftarkan lansia, kader mencatat lansia tersebut, kemudian peserta yang sudah terdaftar dibuku register langsung menuju meja selanjutnya.

2. Meja 2 : Pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah

Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah lansia. 3. Meja 3 : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)

Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi: Indeks Masa Tubuh, tekanan darah, berat badan dan tinggi badan lansia.

4. Meja 4 : Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dari pemberian makanan tambahan.

5. Meja 5 : Pelayanan medis

Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan: pemeriksaan dan pengobatan ringan.

2.2.6. Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Melalui Posyandu Lansia

(45)

pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :

a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya

b. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia

c. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia

e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia

2.3. Kendala Pemanfaatan Posyandu Lansia 2.3.1. Pengetahuan Lansia

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.

(46)

dukungan keluarga (p = 0,000), jarak (p = 0,007), dan sarana (p = 0,000). Demikian juga dengan Khotimah (2011), memperoleh hasil bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,001), dukungan sosial (p=0,010) dan peran kader (p=0,009). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, jenis kelamin, status tinggal, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

2.3.2. Sikap Lansia

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

Dukungan Sosial

(47)

Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dari efek kecemasan. Beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain (Sarafino, 1998):

1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.

2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu. 3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti melakukan

atau menyarankan perilaku tidak sehat.

4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.

Sarason (1991), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Sarason berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu :

(48)

b. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).

Dukungan sosial didefinisikan oleh Taylor (2009), sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek yang terdiri dari perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi, dan adanya penilaian atau penghargaan.

2.3.3.1. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial

Sarafino (1998) dan Taylor (2009), membagi dukungan sosial dalam lima bentuk, yaitu :

a. Emosional

Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin bahwa orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya.

b.

Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Beberapa hal yang termasuk interaksi yang mendukung adalah mendengarkan dengan penuh perhatian, merefleksikan pernyataan subjek, menawarkan simpati dan menyakinkan kembali, membagi pengalaman pribadi dan menghindari konflik. Instrumental

(49)

lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu untuk memberikan bantuan langsung.

c.

Dukungan ini dikenal juga dengan istilah dukungan pertolongan, dukungan nyata atau dukungan material.

Informatif

Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah. Aspek informatif ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan,

d.

sehingga individu dapat mengatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.

Penilaian / Penghargaan

Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi (persetujuan).

e. Kelompok Sosial

Pemberian dukungan ini membantu individu untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan orang lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri, membentuk kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa dihargai dan berguna saat individu mengalami tekanan. Dukungan sosial dalam bentuk penilaian yang positif dapat membantu individu dalam mengembangkan kepribadian dan meningkatkan identitas diri.

(50)

2.3.3.2. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Dalam kaitannya dengan peran sebagai pemberi dukungan, Ife dalam Adi (2008), melihat bahwa salah satu peran dari pemberdaya masyarakat adalah untuk menyediakan dan mengembangkan dukungan terhadap warga yang mau terlibat dalam struktur dan aktivitas komunitas tersebut. Dukungan itu sendiri tidak selalu bersifat ekstrinsik ataupun materil, tetapi dapat juga bersifat instrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk kata-kata, ataupun sikap dan perilaku yang menunjukkan dukungan dari pelaku perubahan terhadap apa yang dilakukan oleh masyarakat. Seperti menyediakan waktu bagi wanita usia subur bila mereka ingin berbicara dengannya guna membahas permasalahan yang mereka hadapi.

2.3.4. Dukungan Keluarga

Dukungan sosial dapat dipenuhi dari teman atau persahabatan, keluarga, dokter (petugas kesehatan), psikolog, psikiater (Sarafino,1998). Hal senada juga diungkapkan oleh Taylor (2009), bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara.

(51)

2.3.5. Dukungan Kader

Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tidak dapat lagi seluruhnya ditangani oleh para dokter saja. Apalagi kegiatan itu mencakup kelompok masyarakat luas. Para dokter memerlukan bantuan tenaga para medis, sanitasi gizi, ahli ilmu sosial dan juga anggota masyarakat (tokoh masyarakat, kader) untuk melaksanakan program kesehatan, tugas tim kesehatan ini dapat dibedakan menurut tahap/jenis program kesehatan yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi (Depkes RI, 2005).

Peran anggota masyarakat (kader) adalah sebagai motivator atau penyuluh kesehatan yang membantu para petugas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya hidup sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada. Disamping kader kesehatan, masyrakat memiliki pula kelompok yang berpotensi untuk membantu menyehatkan penduduk yaitu para pengobatan tradisional (Sarwono, 2004).

(52)

dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu jenis kelamin. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktik pemanfaatan posyandu lansia adalah peranan petugas kesehatan.

2.3.6. Jarak Posyandu Lansia

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.

(53)

kesehatan. Jarak, alat transportasi dan waktu tempuh memiliki dampak yang signifikan dengan pemanfaatan kesehatan.

2.4. Landasan Teori

(54)

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang masalah, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan Lansia

Sikap Lansia

Dukungan Keluarga

Dukungan Kader

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

Jarak ke Posyandu Lansia

(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Banar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah persentase kunjungan lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau merupakan persentase terendah di Kabupaten Deli Serdang, yaitu hanya mencapai 44,2% pada tahun 2010, pada tahun 2009 dan 2011 masing-masing sebesar 41,8% dan 44,0%.

3.2.2. Waktu

(56)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebanyak 5.082.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Riduwan, 2008) :

1

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel (n) sebagai berikut : = presesi yang ditetapkan (d = 5%)

(57)

Tabel 3.1. Jumlah Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok dan Jumlah Sampel yang Diambil

Desa Jumlah

Populasi Perhitungan

Jumlah Sampel

Jatirejo 362 362/5.082 x 371 26

Sidodadi 295 295/5.082 x 371 22

Suka Mulia 171 171/5.082 x 371 12

Purwodadi 548 548/5.082 x 371 40

Tanjung Mulia 610 610/5.082 x 371 45

Tanjung Garbus (Kampung) 248 248/5.082 x 371 18 Tanjung Garbus (Kebon) 77 77/5.082 x 371 6

Perbarakan 195 195/5.082 x 371 14

Pasar Miring 474 474/5.082 x 371 35

Pagar Merbau I 318 318/5.082 x 371 23

Pagar Merbau II 293 293/5.082 x 371 21

Sumberjo 539 539/5.082 x 371 39

Suka Mandi Hilir 346 346/5.082 x 371 25

Suka Mandi Hulu 154 154/5.082 x 371 11

Jati Baru 288 288/5.082 x 371 21

Bandar Dolok 164 164/5.082 x 371 12

Jumlah 5.082 371

Teknik sampling dari masing-masing desa dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

(58)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor Camat Kecamatan Pagar Merbau, yaitu data gambaran Geografi dan Demografi Kecamatan Pagar Merbau.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada 30 orang lansia yang tidak termasuk sampel penelitian. Pengujian validitas menggunakan koefisien korelasi pearson (Pearson’s Product Moment Coefficient of Correlation). Dasar keputusan uji validitas dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan p-value kurang dari alpha 0,05 maka item pernyataan dikatakan valid, sebaliknya jika p-value lebih besar dari alpha 0,05 maka item pernyataan tidak valid. Dasar pengambilan keputusan uji validitas juga dilakukan dengan membandingkan koefisien korelasi dengan angka kritis (r-tabel=0,361). Jika koefisien korelasi lebih besar dari r-tabel maka item pernyataan valid, sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari r-tabel maka item pernyataan tidak valid.

(59)

tersebut dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), sedangkan jika berada di atas 0.8 adalah baik, tetapi bila berada di bawah nilai 0.6 tidak baik atau tidak reliabel (Riduwan, 2008).

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

a. Pengetahuan lansia adalah segala sesuatu yang diketahui lansia tentang posyandu lansia, seperti: pengertian dan manfaat dari posyandu lansia, jenis kegiatan yang ada di posyandu lansia, tujuan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, dan tujuan pemberian makanan tambahan di posyandu lansia.

b. Sikap adalah persepsi lansia terhadap posyandu lansia, yang meliputi: sikap untuk menghadiri posyandu lansia dan sikap terhadap kegiatan-kegiatan yang ada di posyandu lansia (penyuluhan, penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan).

c. Dukungan keluarga adalah kepedulian atau perhatian yang diberikan oleh keluarga lansia (suami/istri, anak, menantu, dan cucu) yang berupa perhatian terhadap kesehatan dengan membawa lansia ke posyandu lansia, memberikan informasi yang berhubungan dengan kegiatan posyandu lansia, pengarahan, dan dukungan terhadap kegiatan-kegaiatan yang ada di posyandu lansia.

(60)

dukungan-lansia, seperti: mengajak untuk datang ke posyandu, menjelaskan manfaat posyandu lansia, memberi tahu jadwal pelaksanaan posyandu, memberitahu tempat pelaksanaan posyandu, dan menanyakan kondisi kesehatan.

e. Dukungan kepala desa adalah dukungan untuk mendorong lansia selalu aktif dalam

f. Jarak adalah jauhnya perjalanan yang ditempuh oleh lansia untuk mencapai ke fasilitas pelayanan posyandu lansia.

memanfaatkan keberadaan posyandu lansia

g. Pemanfaatan posyandu lansia adalah keikutsertaan dan keaktifan lansia dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lansia, seperti mengikuti kegiatan berupa penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, kegiatan olah raga ringan, dan kegiatan penyuluhan kesehatan

3.6. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 11 pertanyaan. Bila responden dapat menjawab dengan benar (pilihan jawaban a) diberi nilai 1, tetapi jika salah atau jawaban tidak tahu (pilihan jawaban b dan c) diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2009):

(61)

2. Sikap

Sikap responden diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Responden yang menjawab sangat setuju diberi nilai 4, setuju 3, kurang setuju 2, tidak setuju 1, dan sangat tidak setuju 0. Sehingga diperoleh nilai tertinggi 40 dan terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada, sehingga sikap dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2009):

− Baik : Jika skor total jawaban > 65 %, atau dalam interval 27-40 − Sedang : Jika skor total jawaban 45-65 %, atau dalam interval 18-26

− Kurang : Jika skor total jawaban <45 %, atau dalam interval 0-17

3. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab ”Ya” diberi nilai 1, tetapi jika menjawab ”Tidak” diberi nilai 0. Sehingga nilai tertinggi yang dapat diperoleh sebesar 10, dan terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada, maka dukungan keluarga dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2009):

− Baik : Jika skor total jawaban > 65 %, atau dalam interval 8-10

(62)

4. Dukungan Kader

Dukungan kader diukur melalui 16 pertanyaan. Bila responden menjawab ”Ya” diberi nilai 1, tetapi jika menjawab ”Tidak” diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2009):

− Baik : Jika skor total jawaban > 65 %, atau dalam interval 12-16 − Sedang : Jika skor total jawaban 45-65 %, atau dalam interval 7-11 − Kurang : Jika skor total jawaban <45 %, atau dalam interval 0-6

5. Dukungan Kepala Desa

Dukungan kepala desa diukur melalui 9 pertanyaan. Bila responden menjawab ”Ya” diberi nilai 1, tetapi jika menjawab ”Tidak” diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2009):

− Baik : Jika skor total jawaban > 65 %, atau dalam interval 7-9 − Sedang : Jika skor total jawaban 45-65 %, atau dalam interval 4-6 − Kurang : Jika skor total jawaban <45 %, atau dalam interval 0-3

6. Jarak ke Posyandu Lansia

Variabel jarak ke posyandu lansia diukur melalui 5 pertanyaan. Bila responden menjawab ”Ya” diberi nilai 1, tetapi jika menjawab ”Tidak” diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2009) :

− Terjangkau, apabila skor yang diperoleh responden dalam interval 4-5

(63)

7. Pemanfaatan Posyandu

Untuk variabel pemanfaatan posyandu dibedakan atas 2 kategori, yaitu:

1. Memanfaatkan, apabila lansia rutin melakukan kunjungan ke posyandu lansia dalam 3 bulan terakhir.

2. Tidak memanfaatkan, apabila lansia tidak melakukan kunjungan ke posyandu lansia dalam 3 bulan terakhir, atau melakukan kunjungan lansia tetapi tidak rutin. Variabel penelitian, alat ukur penelitian, jumlah indikator, hasil ukur, dan skala ukur untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut ini.

Tabel 3.1 Variabel, Alat Ukur, Jumlah Indikator, Hasil dan Skala Ukur

Variabel Alat ukur Jumlah

Indikator Hasil Ukur

Skala Ukur

Pengetahuan Kuesioner 11 0. Kurang

1. Sedang

Dukungan keluarga Kuesioner 10 0. Kurang 1. Sedang 2. Baik

Ordinal

Dukungan kader Kuesioner 16 0. Kurang

1. Sedang 2. Baik

Ordinal

Dukungan kepala desa Kuesioner 9 0. Kurang 1. Sedang 2. Baik

Ordinal

Jarak Kuesioner 5 1. Tidak Terjangkau

(64)

3.7. Metode Analisis Data

a. Analisis Univariat : Tujuan analisis ini untuk menjelaskan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen dan variabel dependen.

b. Analisis Bivariat : Tujuan analisis ini untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen yang diduga kuat mempunyai hubungan bermakna dengan variabel dependen, dengan menggunakan uji Chi-Square. Uji chi-square dapat digunakan untuk mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau hasil observasi untuk dianalisis apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak, yang menggunakan data nominal (Riduwan, 2008).

(65)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Pagar Merbau 4.1.1. Geografi

Kecamatan Pagar Merbau adalah sebuah kecamatan yang terletak di sebelah Utara Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam) yang terdiri dari 16 desa. Kecamatan Pagar Merbau merupakan daerah tropis dan mayoritas penduduknya adalah petani.

Kecamatan Pagar Merbau memiliki luas wilayah ± 62,89 Km2. Adapun batas wilayah Kecamatan Pagar Merbau sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Galang.

4.1.2. Demografi

(66)

Tabel 4.1. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km2 di Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2010

Desa /Kelurahan Luas (Km2) Jumlah

Tanjung Garbus (Kampung) 3,10 1.480 477

Tanjung Mulia 1,85 5.143 3.212

Purwodadi 0,82 2.619 3.194

Suka Mulia 0,49 1.876 3.829

Sidodadi Batu Delapan 0,28 1.398 4.993

Jatirejo 0,49 1.730 3.531

Sidoarjo Satu Jatibaru 2,10 1.639 780

Sidoarjo Pasar Miring 4,19 4.169 1.090

Pagar Merbau I 1,00 1.122 1.122

Kecamatan Pagar Merbau dalam Angka, 2011

Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Pagar Merbau ada di Desa Tanjung Mulia, yaitu sebanyak 5.143 jiwa.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2010

No. Kelompok Umum

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-Laki Perempuan

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1.  Jumlah Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok dan
Tabel 3.1 Variabel, Alat Ukur, Jumlah Indikator, Hasil dan Skala Ukur
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di  Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Handayani (2012) tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia.. mengikuti

Judul Skripsi : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN LANJUT USIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN DI POSYANDU LANSIA DESA GAJAHAN KECAMATAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan faktor lainnya dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan Dukungan keluarga terhadap kunjungan lansia dalam mengikuti Posyandu lansia di Posyandu lansia Kelurahan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dukungan keluarga responden terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas sungai duren dinilai dalam

Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Dukungan keluarga tentang Informasional Keluarga Pada Lansia dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Medan Deli...

dukungan keluarga tentang pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Medan Deli. Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota

2 Ketika lansia takut mengikuti pemeriksaan rutin yang diadakan di posyandu lansia, keluarga mendampingi agar dapat memberikan perasaan nyaman pada lansia.. 3 Keluarga