PENGGUNAAN JOSHI “ KA” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU NIOKERU ‘‘KA” NO JOSHI NO SHIYOU
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O
L
E
H
LINDA SIPAYUNG
NIM : 082203066
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGGUNAAN JOSHI ‘‘KA” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU NIOKERU ‘‘KA’’ NO JOSHI NO SHIYOU
KERTAS KARYA
Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian Program Pendidikan Non-
Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk
melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa
Jepang.
Dikerjakan
OLEH
LINDA SIPAYUNG NIM : 082203066
Pembimbing, Pembaca,
Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum
NIP. 19620727 198703 2 005 NIP. 19600919 198803 1 001
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang
studi Bahasa Jepang
Pada :
Tanggal :
Hari :
Program Diploma Sastra Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Drs. Syahron Lubis, M.A.
NIP. 19511013 197603 1 001
Panitia Ujian :
No. Nama Tanda Tangan
1. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( )
2.Adriana Hasibuan, SS., M. Hum ( )
Disetujui Oleh :
Program Diploma Bahasa Jepang
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program studi D3 Bahasa Jepang
Ketua Program Studi
Zulnaidi, SS, M.Hum
NIP. 19670807 2004 01 1 001
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya yang berjudul :
Penggunaan Joshi “KA” dalam kalimat bahasa Jepang.
Kertas Karya ini disusun dan diajukan untuk melengkapi salah satu
syarat untuk memperoleh Ijazah Studi Bahasa Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, dimana
masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam tata bahasa maupun isi
pembahasan sehingga dengan segala kerendahan hati penulis akan menyambut
kritik dan saran-saran demi kesempurnaan tulisan ini.
Dalam penulisan Kertas Karya ini penulis banyak menerima bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga terutama kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A Selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Zulnaidi S.S.M Hum selaku ketua Jurusan Bahasa Jepang.
3. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum selaku dosen Pembimbing saya,
yang telah membimbing saya dengan sabar dan ikhlas meluangkan
waktunya dan telah banyak membantu penulis dalam mengerjakan
tugas akhir hingga selesai.
4. Bapak Eman Kusdiyana, M.Hum selaku dosen Pembaca saya, yang
5. Immanuel m. simanjuntak yang telah bersedia meluangkan waktu
menemani saya selama saya mengerjakan tugas akhir saya.
6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra, yang
memberikan pendidikan dan bimbingan kepada penulis selama
menjadi mahasiswa.
7. Terimakasih kepada staf pegawai bahasa Jepang D3 yang telah
membantu penulis selama menjadi mahasiswa baik dalam pengurusan
KRS, KHS dan lain sebagainya.
8. Terima kasih kepada orang tua tercinta bapak saya M.Sipayung dan
mama saya D.br.Ginting, yang telah memberikan dorongan semangat,
materil dan moral selama ini.
9. Kepada kakak dan adik saya yang telah memberikan dukungan kepada
saya yaitu Fransiska sipayung, Nelly Kristina Sipayung, Risma
Sipayung dan kepada adik saya Morina Sipayung, Laura Sipayung,
Mega wati Sipayung.
10. Kepada teman-teman seperjuangan Yenni Agustina, Rotua
Magdalena, Siti Rohani, yang sama-sama dalam pencarian judul.
Sunita, Imelda, Helen, Idola, Iqrami, yang bersama-sama berjuang
dan kepada my best friends Khodijah Arjo yang telah memberikan
dukungan semangat kepada saya.
11. Kepada kak’ Nun, Tiwi, Idola, Rebi, Gloria, Tia, Dody, Helen, dan
kepada semua teman-teman saya yang tidak dapat saya sebutkan
12. Kepada teman-teman organisasi saya Lastri Siburian, Sonya
Lumbanraja, Yanti, Helen silalahi, Manda, kak Yanti, Dody, kak
Leny, kak Gres, Bang Chandra, kak Helpi, kak Uli, Kristina, Devi,
dan banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
telah mendukung dan memberikan semangat.
13. Kepada kakak senior bahasa Jepang kak Dewi Permalasari, kak Ara,
kak Ruth, Kak Ika, Tria yang telah membantu saya di dalam
pengerjaan Kertas Karya ini.
Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa jualah diri ini bersujud dan
mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga karena atas izin-Nya penulis mampu
menyelesaikan Kertas Karya ini. Dengan segala kerendahan hati penulis
mempersembahkan karya ini semoga bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Medan, 20 Juni 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2 Tujuan Penulisan ... 1
1.3 Pembatasan Masalah... 3
1.4 Metode Penulisan ... 4
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI 2.1 Pengertian Joshi... 5
2.2 Jenis-jenis Joshi ... 6
2.3 Ciri-ciri Joshi ... 10
BAB III PENGGUNAAN JOSHI KA DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG 3.1 Penggunaan Joshi KA berfungsi sebagai fukujoshi ... 11
3.2 Penggunaan joshi KA berfungsi sebagai shuujoshi ... 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 21
4.2 Saran ... 22
ABSTRAK
Penggunaan Joshi “ka” dalam kalimat
Bahasa Jepang
Didalam struktur bahasa Jepang joshi merupakan salah satu jenis kelas
kata. Joshi merupakan kelas kata yang sangat penting didalam sebuah kalimat
bahasa Jepang.
Joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian joshi dapat
dilihat dari penulisannya. Istilah joshi ditulis dengan dua buah huruf kanji. Yang
pertama jo dapat juga dibaca tasukeru yang artinya bantu, membantu atau
menolong. Sedangkan yang kedua shi memiliki makna sejenis dengan istilah
kotoba artinya kata, perkataan, atau bahasa. Dari kedua huruf kanji ini dapat
diterjemahkan kata bantu.
Klasifikasi joshi berdasarkan penggunaannya dalam kalimat yaitu. Kakujoshi
adalah joshi yang menyatakan hubungan satu bagian kalimat (bunsetsu) dengan
kalimat lainnya. Partikel ini biasa digunakan setelah taigen.
Joshi yang termasuk kakujoshi yaitu de, e, ga, kara, ni, no, o, to, ya, dan yori.
Kakujoshi digunakan untuk menyatakan hubungan antara satu nomina dengan
nomina yang lainnya.
Setsuzokujoshi adalah Joshi yang berfungsi untuk menghubungkan kalimat.
Umumnya dipakai setelah yoogen (verba, kata sifat i , kata sifat na). Sebagai
bagian kalimat yang terletak sebelum setsuzokujoshi yang ada hubungannya
dengan bagian kalimat setelah setsuzokujoshi. Yang termasuk kedalamnya adalah
Shuujoshi adalah joshi yang digunakan pada akhir kalimat. Fungsinya untuk
menyatakan perasaan si pembicara, seperti rasa heran, keragu-raguan, harapan,
haru, dan lainnya. Fungsi ini juga dimiliki oleh kelas kata interjeksi, sehingga ada
yang menyebutnya dengan istilah kandoshi. Yang termasuk kedalam shuujoshi
adalah ka, kashira, kke, ne/nee, na/naa, no, sa, tomo, wa, yo, ze,dan zo.
Fukujoshi berfungsi untuk menghubungkan kata-kata yang ada sebelumnya
dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah joshi bakari, dake, wa, mo, sae, shika, mada, dake, hodo,
kurai, nado. Dan kata bantu yang termasuk kelompok fukujoshi biasa dipakai
setelah nomina, verba, kata sifat i, kata sifat na, kata benda.
Joshi ka termasuk ke dalam fukujoshi dan shuujoshi. Adapun penggunaan
joshi “ka” berfungsi sebagai fukujoshi ialah :
Dipakai pada kalimat tanya, menyatakan ketidakpastian atau ketidakjelasan
mengenai orang, benda, dan benda, digunakan ditengah kalimat untuk
menunjukkan isi pertanyaan yang belum diketahui, digunakan dengan kata tanya
yang berhubungan dengan joshushi, untuk merubah kalimat pernyataan menjadi
kalimat pertanyaan.
Penggunaan joshi “ka” berfungsi sebagai shuujoshi adalah :
Menunjukkan kalimat pertanyaan, untuk menunjukkan perasaan heran/luar
dugaan, pada saat menyarankan, mengajak atau meminta orang melakukuan
sesuatu, pada saat mengucapkan kalimat untuk diri sendiri (bergumam),
menunjukkan kritikan pada lawan bicara, untuk menunjukkan perasaan puas, dan
kanaa yang dipakai setelah verba bentuk negatif untuk menyatakan harapan atau
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Bahasa adalah salah satu unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Jika
kita ingin bersosialisasi dengan baik dengan bangsa lain, kita harus menguasai
bahasa mereka.
Saat ini penggunaan bahasa Jepang sangat diperlukan di Indonesia karena
banyaknya investor Jepang yang menanamkan modalnya di Indonesia. Selain itu,
sudah lama terjalin hubungan kerjasama yang erat di berbagai bidang antara
bangsa Jepang dengan bangsa Indonesia. Baik dalam bidang ekonomi,
pendidikan, industri dan lain-lain.
Namun untuk dapat berkomunikasi bahasa Jepang yang baik, kita harus
memahami struktur bahasa Jepang. Adanya kekurangan pemahaman akan
gramatika bahasa Jepang, dapat menimbulkan kesulitan dalam menggunakan pola
kalimat bahasa Jepang yang baik dan benar, dapat menimbulkan kerancuan
makna, juga kesan yang tidak baik bagi pihak yang menerima informasi. Dalam
struktur bahasa Jepang, joshi merupakan salah satu jenis kelas kata.
Kelas kata bahasa Jepang terdiri dari 10 jenis yaitu:
1. Dooshi(verba)
2. I-keiyooshi(ajektiva-i)
3. Na-keiyooshi(ajektiva-na)
6. Fukushi(Adverbia)
7. Kandooshi(Interjeksi)
8. Setsuzokushi(Konjugasi)
9. Jodooshi(Verba Bantu)
10.Joshi(Partikel)
Joshi merupakan kelas kata yang sangat penting didalam sebuah kalimat
bahasa Jepang.
Struktur bahasa Indonesia dan bahasa Jepang berbeda. Oleh karena adanya
perbedaan struktur, sering ditemui kesalahan dalam berkomunikasi. Perbedaannya
yaitu susunan kalimat,
Contohnya:
- Saya menonton televisi di kamar.
S P O k.tempat
- Watashi wa heya de terebi o mimasu.
S k.tempat O P
Bahasa Jepang memiliki joshi sedangkan bahasa Indonesia tidak memiliki
joshi, bahasa Indonesia berpola DM, contoh: buku besar, sedangkan bahasa
Jepang berpola MD, contoh: besar buku. Jumlah joshi dalam bahasa Jepang yang
banyak. Sehingga para pembelajar harus memperhatikan perbedaan-perbedaan
struktur antara bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari Kertas Karya ini adalah untuk mengetahui
1.3 Pembatasan Masalah
Seperti kita telah ketahui dalam bahasa Jepang memiliki banyak joshi.
Diantaranya bakari, mo, wa, ga, de, demo, ka, kara, noni, node, ba, nagara, no,
kashira, na/naa, ne/nee, shi, tari, temo, dake, kurai/gurai, shika, yara, sae, yori,
tomo, yo, zo, ze, hodo, made, dan lain sebagainya.
Joshi [ka] memiliki banyak arti diantaranya sebagai kalimat tanya, untuk
menyatakan pilihan “atau”, dipakai pada kalimat Tanya dengan pola “~ka~ka”,
menujukkan perasaan heran, luar dugaan, tidak ada kemungkinan akan begitu dan
sering disertai kata “daro ka”, mengajak atau meminta orang untuk melakukan
sesuatu, menyatakan pertanyaan atau hal-hal lain yang diucapkan kepada diri
sendiri, mencela lawan bicara dengan disertai kata “ja nai ka”, menunjukkan
perasaan puas, dapat menambah na atau naa sehingga menjadi kana atau kanaa
yang dipakai setelah verba bentuk negatif untuk menyatakan harapan atau
keinginan pembicara.
Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas mengenai fungsi joshi
“KA” dan penggunaanya sebagai shuujoshi dan sebagai fukujoshi dalam bahasa
Jepang.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Kertas Karya ini adalah metode
kepustakaan. Metode kepustakaan adalah teknik pengumpulan bahan atau data
dengan membaca buku-buku terkait dengan pengambilan judul. Kemudian
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI
2.1
Pengertian Joshi
Joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian joshi dapat
dilihat dari penulisannya. Istilah joshi ditulis dengan dua buah huruf kanji. Yang
pertama jo dapat juga dibaca tasukeru yang artinya bantu, membantu atau
menolong. Sedangkan yang kedua shi memiliki makna sejenis dengan istilah
kotoba artinya kata, perkataan, atau bahasa. Dari kedua huruf kanji ini dapat
diterjemahkan kata bantu.
Akan tetapi ada juga yang menerjemahkan joshi kedalam bahasa Indonesia
dengan istilah postposisi. Istilah postposisi joshi pada kalimat yang selalu
ditempatkan setelah kata lain. Sebagai contoh kalimat “ watashi wa kissaten de
gohan o tabemasu”. Yang terdiri dari 4 bunsetsu yaitu watashi wa, kissaten de,
gohan o, dan tabemasu. Menurut Drs. Sugihartono (2001:178) joshi adalah” jenis
kata yang tidak mengalami perubahan, dan tidak bisa berdiri sendiri yang
memiliki fungsi membantu, dan menentukan; arti, hubungan, penekanan,
pertanyaan, keraguan dan lainnya dalam suatu kalimat bahasa Jepang baik dalam
ragam lisan maupun ragam tulisan.”
Iwabuchi Tadasu(1989:157) menjelaskan bahwa kelas kata seperti ga, ni,
made dan sebagainya dalam bahasa Jepang disebut joshi. Oleh karena joshi
dengan sendirinya tidak dapat membentuk sebuah bunsetsu, maka kelas kata ini
termasuk kelompok fuzokugo. Joshi tidak mengalami perubahan (konjugasi).
Sebagai contoh seperti kalimat yang disebutkan diatas tadi, “watashi wa kissaten
digabungkan dengan kata-kata lain dalam suatu konteks kalimat. Akan tetapi
partikel-partikel tersebut akan mempunyai makna yang jelas setelah digabungkan
dengan kata lain yang dapat berdiri sendiri dan dapat membentuk sebuah bunsetsu
seperti watashi wa, kisaten de, gohan o. Kata-kata yang memiliki ciri seperti ini
disebut dengan fuzokugo. Kelas kata lain yang termasuk fuzokugo adalah jodooshi
(verba Bantu). Perbedaan joshi dengan jodooshi di antaranya joshi tidak
mengalami perubahan sedangkan jodooshi mengalami perubahan. Kelas kata lain
dalam bahasa Jepang yang bisa mengalami perubahan adalah verba, kata sifat I,
kata sifat na, dan yang ketiga ini disebut yoogen.
2.2
Jenis-jenis Joshi
Berikut klasifikasi joshi berdasarkan penggunaannya dalam kalimat, yakni
fukujoshi, kakujoshi, setsuzokujoshi, dan shuujoshi.
A. Kakujoshi
Kakujoshi adalah joshi yang menyatakan hubungan satu bagian kalimat
(bunsetsu) dengan kalimat lainnya. Joshi ini biasa digunakan setelah taigen
(Tadasu, 1989 :48).
Joshi yang termasuk kakujoshi yaitu de, e, ga, kara, ni, no, o, to, ya, dan yori.
Kakujoshi digunakan untuk menyatakan hubungan antara satu nomina dengan
nomina yang lainnya.
Contoh :
1. あしたはやまださんといしょにがっこへいく。
Yang termasuk kakujoshi pada kalimat 1 adalah to dan e. to berfungsi untuk
menyatakan subjek yang melakukan aktifitas bersama-sama dengan subjek
pertama. e berfungsi untuk menyatakan tempat tujuan.
2. つくえのうえにかばんがある。 (Tsukue no ue ni kaban ga aru)
Di atas meja ada tas.
Yang termasuk kakujoshi pada kalimat 2 adalah no, ni, dan ga. No dipakai untuk
menggabungkan dua buah nomina yang menyatakan tempat. Ni dapat dipakai
untuk menyatakan tempat beradanya tas. Ga dipakai untuk menunjukkan kata
benda (tas).
3. 毎朝、スポツをする。 (Mai asa, supotsu o suru)
Setiap pagi malakukan olahraga.
Yang termasuk kakujoshi pada kalimat ini adalah o. berfungsi menjelaskan objek
dari satu aktifitas.
B.Setsuzokujoshi
Joshi yang berfungsi untuk menghubungkan kalimat. Umumnya dipakai
setelah yoogen (verba, kata sifat i , kata sifat na). Sebagai bagian kalimat yang
terletak sebelum setsuzokujoshi yang ada hubungannya dengan bagian kalimat
setelah setsuzokujoshi. Yang termasuk kedalamnya adalah joshi ba, ga, kara,
Contoh :
1. あした天気がわるくても、どらいぶにいこう。
(Ashita tenki ga waruku temo, doraibu ni ikou)
Meski besok cuaca buruk, mari kita berkendaraan keliling.
Yang termasuk setsuzokujoshi adalah ga dan temo. Ga dipakai setelah nomina
untuk menunjukkan bahwa nomina yang ada sebelumnya itu adalah subjek. temo
dapat dipakai untuk menggabungkan dua bagian kalimat yang tidak sepadan atau
dua bagian kalimat yang bertolak belakang.
2. 早ければ早いほどいいである。
(Hayakereba hayai hodo ii de aru)
Lebih cepat lebih bagus.
Yang termasuk setsuzokujoshi adalah ba, yang memiliki fungsi untuk menyatakan
bentuk pengandaian.
C .Shuujoshi
Shuujoshi adalah joshi yang digunakan pada akhir kalimat atau akhir
bagian kalimat. Fungsinya untuk menyatakan perasaan si pembicara, seperti rasa
heran, keragu-raguan, harapan, haru, dan lainnya. Fungsi ini juga dimiliki oleh
kelas kata interjeksi, sehingga ada yang menyebutnya dengan istilah kandoshi.
Yang termasuk kedalam shuujoshi adalah ka, kashira, kke, ne/nee, na/naa, no, sa,
Contoh :
1. 早くみたいなあ。 (Hayaku mitai naa)
Ingin cepat-cepat melihat.
Yang termasuk shuujoshi pada kalimat ini adalah naa, berfungsi untuk
menyatakan keadaan perasaan penbicara seperti rasa kagum.
2. どうしたの。 (Doushita no)
Kenapa?
Yang termasuk shuujoshi pada kalimat ini adalah no, dipakai untuk menyatakan
kalimaat tanya.
D.Fukujoshi
Fukujoshi berfungsi untuk menghubungkan kata-kata yang ada
sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah kata bantu bakari, dake, wa, mo, sae, shika, mada,
dake, hodo, kurai, nado. Dan joshi yang termasuk kelompok fukujoshi biasa
dipakai setelah nomina, verba, kata sifat i, kata sifat na.
Contoh :
1. かいぎが終ったばかりである。 (Kaigi ga owatta bakari de aru)
Yang termasuk fukujoshi pada kalimat ini adalah bakari, dapat dipakai setelah
verba bentuk lampau untuk menyatakan beberapa waktu yang sudah berlalu,
dimulainya atau berakhirnya suatu aktifitas.
2. あの学生は毎晩二時間ぐらい日本語を勉強する。
(Ano gakusei wa maiban nijikan gurai nihongo o benkyousuru)
Murid itu setiap malam belajar bahasa Jepang 2 jam.
Yang termasuk fukujoshi pada kalimat ini adalah wa dan gurai. Wa berfungsi
untuk menunjukkan subjek dalam suatu kalimat. Gurai berfungsi untuk
menyatakan perkiraan waktu.
2.3Ciri-ciri Joshi
Joshi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Tidak dapat berdiri sendiri. Joshi harus digabungkan dengan kata lain
sehingga bisa jelas maknanya.
2. Tidak berkonjugasi
3. Dalam kalimat tidak menjadi subjek, predikat, objek, dan keterangan.
4. Selalu mengikuti kata lain atau berada di belakang kata lain.
5. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang memberi arti
BAB III
PENGGUNAAN JOSHI “KA” DALAM KALIMAT BAHASA
JEPANG
3.1 Penggunaan Joshi “KA” berfungsi sebagai Fukujoshi
1. Joshi [ka] dapat dipakai pada kalimat tanya dengan pola “~ka~ka”. Joshi ka
bercetak tebal termasuk fukujoshi sedangkan joshi ka yang terakhir termasuk
shuujoshi.
Contoh kalimat :
a. あのきょうしつなかでだれかいますか。
(Ano kyoushitsu nake de dare ka imasu ka)
Adakah orang di dalam ruangan itu?
b. あなたはらいしゅうどこかへいきますか。 (Anata wa raishuu doko ka e ikimasu ka)
Apakah kamu minggu depan mau pergi?
c. なにかありますか。 (Nani ka arimasu ka)
Apa pun ada?
Fukujoshi ka pola kalimat (a) Joshi [ka] yang diletakkan setelah setelah kata
tanya dare berfungsi untuk menanyakan ada atau tidaknya orang didalam ruangan
itu. (b) Joshi [ka] yang diletakkan setelah kata tanya doko yang berfungsi untuk
menanyakan akan melakukan aktifitas atau tidak.
c) Joshi [ka] setelah kata tanya nani berfungsi untuk menanyakan ada atau
2. Joshi [ka] dipakai untuk menyatakan ketidakpastian atau ketidakjelasan mengenai orang, benda, waktu, tempat, arah dan lain sebagainya. Yang disertai
kata “~ka nanika”, “ ~ka dareka” , “ ~ ka doko ka”.
Contoh kalimat :
a. ぱんかなにかたべましょう。 (Pan ka nanika tabemashou)
Mari kita makan roti atau yang lainnya.
b. ほんださんかだれかよんできてください。 (Honda san ka dareka yonde kite kudasai)
Panggillah ke mari Honda atau siapa saja.
c. りょうかんかどこかにとまりましょう。 (Ryokan ka dokoka ni tomarimashou)
Mari kita menginap di penginapan ala Jepang atau hotel.
Kata “~ka nanika” pada contoh kalimat (a) menunjukkan sesuatu yang dimaksud
tidak jelas, mereka mau makan roti atau yang lain.
Kata “~ka dareka” pada contoh kalimat (b) untuk menunjukkan sesuatu yang
dimaksud tidak pasti atau tidak jelas mengenai orang mau dipanggil saudara
Honda atau yang lainnya.
Kata “~ka dokoka” pada contoh kalimat (c) untuk menyatakan ketidakpastian
mengenai tempat. Mereka mau menginap di penginapan ala Jepang atau hotel.
3. Joshi [ka] dipakai untuk menggabungkan dua kata, dua ungkapan atau dua
bagian kalimat (lebih) yang sejenis untuk menunjukkan salah satu daripadanya :
Contoh kalimat :
a. 来週の火曜日か水曜日にこの本をかえします。
(Raishuu no kayoubi ka suiyoubi ni kono hon o kaeshimasu)
Saya akan mengembalikan buku ini pada hari selasa atau rabu minggu
depan.
b. 大学にすすむか、しごとすくか、かんがえています。
(Daigaku ni susumu ka, shigoto suku ka, kangaete imasu)
Saya sedang mempertimbangkan melanjutkan ke perguruan tinggi
( kuliah ) atau bekerja.
Joshi [ka] pada contoh kalimat (a) untuk menggabungkan dua bagian kalimat
yang memiliki arti “atau”. Dia mau mengembalikan buku hari selasa atau hari
rabu.
Joshi [ka] pada contoh kalimat (b) untuk menggabungkan dua bagian kalimat
yang memiliki arti “atau”. Yang bermaksud dia mau melanjutkan ke perguruan
tingggi atau bekerja.
4. Cara mengungkapkan yang berpola kalimat tertentu “~ka dou ka~”
menunjukkan arti “apakah ~ atau tidak~”.
Pola kalimat “~ka dou ka~” pada contoh kalimat (a) menunjukkan arti enak atau
tidak suatu makanan tersebut.
Pola kalimat “~ka dou ka~” pada contoh kalimat (b) menunjukkan arti apakah dia
seorang pelukis atau bukan.
5. Digunakan di tengah kalimat untuk menunjukkan isi pertanyaan yang belum
diketahui.
Contoh kalimat:
a. これがなにか、わかりますか。
(Kore ga nani ka, wakarimasu ka)
Taukah anda apa ini?
b. 何日にしゅっぱつするか、まだきめていません。
(Nannichi ni shuppatsusuru ka, mada kimete imasen)
Saya belum memastikan berangkat pada tanggal berapa.
Pada contoh kalimat (a) joshi [ka] menunjukkan isi pertanyaan yang belum
diketahui sehingga dia bertanya kepada orang lain.
Pada contoh kalimat (b) joshi [ka] menunjukkan pertanyaan yang belum
diketahui. Dia berangkat pada tanggal berapa belum tahu, karena bisa saja tanggal
keberangkatannya berubah.
6. Digunakan dengan kata tanya yang berhubungan dengan joshushi.
Contoh kalimat :
a. 彼はいぬをなんびきかかっています。 (Kare wa inu o nambikika katte imasu)
b. きょうはいくらかきぶんがいいです。 (Kyou wa ikura ka kibun ga ii desu)
Hari ini perasaan saya beberapa( agak) enak.
Pada contoh kalimat (a) Joshi [ka] menunjukkan pertanyaan yang belum
diketahui. Dia berangkat pada tanggal berapa, karena bisa saja tanggal
keberangkatannya berubah.
Joshi [ka] pada kata ikuraka dalam contoh (b) menunjukkan keadaan perasaan
yang menyenangkan.
7. Untuk merubah kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan.
Contoh kalimat :
(Ano hito wa daigakkusei desu)
あのひとは大学生ですか。
(Ano hito wa daigakkusei desuka)
Apakah orang itu mahasiswa?
Pada contoh kalimat (a), joshi [ka] merubah kalimat pernyataan “Hari ini libur”
menjadi kalimat pertanyaan “Apakah hari ini libur?”
Pada contoh kalimat (b), joshi [ka] merubah kalimat pernyataan “Orang itu
3.2 Penggunaan Joshi “KA” berfungsi sebagai shuujoshi.
1. Menunjukkan kalimat pertanyaan.
Contoh kalimat :
a. おのみものはなにしますか。
(Onomimono wa nani shimasuka)
Mau minum apa?
b. こうしゅうでんわはこわれていますか。 (Koushuu denwa wa kowarete imasuka)
Apakah telepon umum rusak?
c. ビフテキがすきじゃありませんか。 (Bifuteki ga suki ja arimasen ka)
Apakah kamu tidak suka bistik?
Contoh kalimat (a) dalam suasana berkunjung ke rumah teman. Joshi [ka]
befungsi untuk menanyakan mau minum apa?
Contoh kalimat (b) berada diluar dan ingin memakai telepon umum. Tetapi
sebelum memakai bertanya kepada orang lain apakah telepon umum rusak.
Contoh kalimat (c) Joshi [ka] dipakai untuk menanyakan dia suka memakan
bistik.
2. Untuk menunjukkan perasaan heran / luar dugaan tak ada kemungkinan akan
begitu dan sering disertai kata “darou ka”.
Contoh kalimat :
b. わずかの事ではらがたつ男があるだろうか。
(Wazuka no koto de hara ga tatsu otoko ga aru darou ka)
Apa ada lelaki yang marah hanya karena hal sepele?
Contoh kalimat (a), joshi [ka] yang disertai darou ka menunjukkan perasaan
heran dan luar dugaan akan sesuatu hal yang telah didengar.
Contoh kalimat (b), perasaan heran terhadap hal yang seharusnya tidak begitu
lumrah, seorang lelaki yang bisa marah karena hanya hal kecil.
3. Pada saat menyarankan, mengajak atau meminta orang melakukan sesuatu.
Contoh kalimat :
Joshi [ka] pada kata shimasenka pada contoh kalimat (a) digunakan untuk
mengajak makan.
Joshi [ka] setelah kata kudasaimasenka pada contoh kalimat (b) digunakan untuk
memintakan orang lain untuk melakukan sesuatu.
4. Pada saat mengucapkan kalimat untuk diri sendiri (bergumam)
Contoh kalimat :
a. まだ六時か、もう少し寝ていいよ。
(mada rokuji ka, mou sukoshi nete ii yo)
b. だれかきたのかな。
(Dare ka kita no kana?)
Siapakah yang datang?
c. ああ。。もういちじか。 (aa.. mou ichiji ka?)
Wa.. sudah jam satu!!
Pada contoh kalimat (a) joshi [ka] berfungsi untuk mengucapkan kalimat kepada
diri sendiri dengan perasaan yang terkejut karena mungkin dia berfikir lebih dari
yang dibayangkannya.
Joshi [ka] dengan cara ditambah joshi na pada contoh kalimat (b) sehingga
menjadi kana. Pemakaian kana pada kalimat tersebut untuk menyatakan
pertanyaan yang diucapkan kepada diri sendiri.
Joshi [ka] pada contoh (c) dipakai untuk menunjukkan adanya kejadian yang
membuat pembicara terkejut.
5. Menunjukkan kritikan pada lawan bicara disertai kata “~ ja nai ka”.
Contoh kalimat :
a. このことはあとで話していいじゃないか。
(Kono koto wa ato de hanashite ii ja nai ka)
Bukankah soal ini lebih baik dibicarakan nanti?
b. そうしないほうがいいじゃないか。 (Sou shinai hou ga ii ja nai ka)
c. もっとはやくきていいじゃないか。 (Motto hayaku kite ii ja nai ka)
Bukankah lebih baik datang lebih awal?!
Kata ja nai ka pada contoh kalimat (a) digunakan untuk mencela lawan bicara,
dan ingin mengakhiri pembicaraan.
Kata ja nai ka pada contoh kalimat (b) digunakan untuk mencela lawan bicara,
yang tidak menyetujui perbuatan lawan bicaranya.
Kata ja nai ka pada contoh kalimat (c) digunakan untuk mencela lawan bicara,
untuk mempertegas waktu.
6. Untuk menunjukkan perasaan puas.
Contoh kalimat :
Joshi [ka] yang terdapat dalam kalimat (a) menunjukkan perasaan puas terhadap
lawan bicara.
Joshi [ka] yang terdapat dalam kalimat (b) menunjukkan perasaan puas terhadap
Joshi [ka] yang terdapat pada kalimat (c) menunjukkan perasaan puas terhadap
diri sendiri akan pemandangan yang ingin dilihatnya, tiba-tiba menjadi sebuah
kenyataan.
7. Joshi ka dapat ditambah joshi na atau naa sehingga menjadi kana atau kanaa
yang dipakai setelah verba bentuk negatif untuk menyatakan harapan atau
keinginan pembicara.
Contoh kalimat :
a. だれかやってくれないかなあ。 (Dare ka yatte kurenai kanaa)
Siapa yang mau membantu saya.
b. はやくおわらないかな。 (Hayaku owaranai kana)
Maunya cepat selesai.
Joshi [ka] pada kata kanaa yang dipakai setelah verba negatif yang berfungsi
untuk menyatakan harapan atau keinginan sipembicara, dan berharap orang lain
dapat membantunya.
Joshi [ka] pada kata kana dalam contoh kalimat (b) yang dipakai untuk
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Joshi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, yang sering
disebut dengan kata bantu. Secara umum terbagi atas empat bagian yaitu
fukushi, kakujoshi, shuujoshi, dan setsuzokujoshi.
2. Joshi ka termasuk ke dalam fukujoshi dan shuujoshi. Adapun fungsi joshi
“ka” dalam fukujoshi ialah dipakai pada kalimat tanya dengan pola
~ka~ka, untuk menyatakan ketidakpastian atau ketidakjelasan mengenai
orang, benda, waktu dan lain sebagainya, untuk menggabungkan dua kata,
dua ungkapan atau yang sejenis untuk menunjukkan salah satu
daripadanya;”atau” , cara mengungkapkan yang berpola kalimat tertentu
“ka dou ka” yang menunjukkan arti “apakah ~atau tidak~”, digunakan
ditengah kalimat untuk menunjukkan isi pertanyaan yang belum diketahui,
digunakan dengan kata tanya yang berhubungan dengan joshushi, untuk
merubah kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan.
3. Fungsi joshi “ka” dalam shuujoshi adalah untuk menunjukkan perasaan
heran, luar dugaan, tak ada kemungkinan akan begitu dan sering disertai
kata “daro ka”, menyarankan, mengajak atau meminta orang melakukan
sesuatu, pada saat mengucapkan kalimat untuk diri sendiri (bergumam),
menunjukkan kritikan pada lawan bicara dengan disertai kata “~ja nai
sehingga menjadi kana atau kanaa yang dipakai setelah verba bentuk
negatif untuk menyatakan harapan atau keinginan pembicara.
4.2 Saran
1. Penulis mengharapkan agar tidak ada kesalahan dalam pemakaian joshi
“ka”.
2. Supaya pembelajar tidak hanya menggunakan joshi “ka” dalam tata
bahasa Jepang, tetapi juga dalam percakapan.
3. Dengan mengetahui penggunaan joshi “ka” dengan baik dan benar, hal
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, T, 2005. Pelajaran Bahasa Jepang - jilid ketiga. Jakarta_pusat :
Evergreen Japanese Course.
Shiang Thian Tjhin, September 2008. Pendengaran dan Pemahaman
Bahasa Jepang Metode Gakushudo. Jakarta : Gakushudo.
Shugihartono, 2001. Nihongo no Joshi. Bandung : Humaniora Utama
Press Bandung.
Situmorang, Hamzon, 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.
Medan : USUpress.
Sudjianto, 2007. Gramatika Bahasa Jepang Modern- Seri B. Bekasi
Timur : Kesaint Blanc.
Sudjianto, dan Dahidi, Ahmad.2007. Pengantar Linguistik Bahasa
Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.
Sugianto, Arif dan Djamaludin, Nanang, 2009. Buku Pintar Bahasa
Jepang. Jakarta Selatan : PT.Wahyu media.
Taniguchi, Goro. 1982. Kamus standar bahasa Indonesia-Jepang.
Jakarta : PT dian rakyat
Http : // Shemaveermaz. Blogspot.com/2011/01/ fungsi-partikel-ka dalam