• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Regangan Tarik Benang Karet Terhadap Penentuan Waktu Kemantapan Mekanis Lateks Pt.Industri Karet Nusantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Regangan Tarik Benang Karet Terhadap Penentuan Waktu Kemantapan Mekanis Lateks Pt.Industri Karet Nusantara"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH REGANGAN TARIK BENANG KARET TERHADAP PENENTUAN WAKTU KEMANTAPAN MEKANIS LATEKS

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

TUGAS AKHIR

ALI NASARUDDIN HARAHAP 092401044

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH TEGANGAN TARIK BENANG KARET TERHADAP PENENTUAN WAKTU KEMANTAPAN MEKANIS LATEKS

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya

ALI NASARUDDIN HARAHAP 092401044

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul :”PENGARUH REGANGAN TARIK BENANG

KARET TERHADAP PENENTUAN WAKTU KEMANTAPAN MEKANIS LATEKS PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA”

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : ALI NASARUDDIN HARAHAP

Nomor Induk Mahasiswa : 092401044

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui,di Medan, April 2014

Program Studi D3 Kimia

Ketua, Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si. Prof.Dr.Harry Agusnar.M.Sc., M

phil

NIP : 195512181987012001 NIP : 195308171983031002

Disetujui/Diketahui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH REGANGAN TARIK BENANG KARET TERHADAP PENENTUAN WAKTU KEMANTAPAN MEKANIS LATEKS

PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2014

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur penulis haturkan ke-hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dalam waktu yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Program Diploma III Kimia Industri.Dalam penyusunan tugas akhir ini tentunya penulis mendapatkan banyak bantuan, maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, Ayahanda Hotma Tua Hrp dan Ibunda Anni Kholila

lubis tercinta, yang selama ini tak henti-hentinya memberikan dorongan dan doa serta bantuan moril maupun materiil.

2. Ibu Dr.Rumondang Bulan.MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA

USU.

3. Ibu Dra Emma Zaidar Nst,M.Si selaku ketua Program studi Diploma III

Deparmtemen Kimia di FMIPA USU

4. Bapak Prof.Dr.Harry Agusnar,M.Sc.M.phil. selaku pembimbing PKL

yang telah memberikan pengarahan kepada kami di lapangan.

5. Staf dan dosen pengajar Kimia Industri FMIPA USU

6. Seluruh staf dan karyawan PT Industri Karet Nusantara Medan khususnya

buat Ibu Emmy dan Ibu Aisyah

7. Semua teman-teman Mahasiswa Kimia Industri

Hanya do’a yang dapat penulis sampaikan kepada Allah SWT. Mudah-mudahan kebaikan yang diterima penulis dari semua pihak yang telah membantu, kiranya Allah SWT membalas kebaikan tersebut. Penulis dengan segala kemampuan berusaha menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membaca.

(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan Kadar kehilangan minyak (Oil Losses) pabrik kelapa sawit di PT. Daya Labuhan Indah (DLI), berdasarkan pengeringan sampel yang di ambil dari final effluent dengan oven, dan di sokhletasi dengan dengan

menggunakan pelarut N-heksan, diperoleh kadar air 96,73, kadar minyak pada

sampel basah 0,78, kadar minyak pada sampel kering 23,82 pada percobaan

pertama, diperoleh kadar air 96.5, kadar minyak pada sampel basah 0,75, kadar

minyak pada sampel kering 21,81 pada percobaan kedua, diperoleh kadar air

94,85, kadar minyak pada sampel basah 0,75, kadar minyak pada sampel kering

16,26 pada percobaan ketiga. Dengan demikian, kadar kehilangan minyak (oil

losses) masih sesuai dengan standart pabrik 0,50 – 1 %.

(7)

CONTENT DETERMINATION OF OIL LOSS ( OIL LOSSES )

IN FINAL EFFLUENT

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

Daftar Lampiran ... xii

BABI Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

BAB 2 Tinjauan Pustaka42.1 Perkembangan kelapa sawit ... 4

2.2 Varietas Kelapa Sawit... 5

2.2.1 Klasifikasi ... 5

2.2.2 Tipe – Tipe Kelapa Sawit ... 6

2.3 Panen Kelapa Sawit ... 10

2.4 Kriteria Matang Panen ... 10

2.4.1 Cara Panen ... 10

2.4.2 Fraksi TBS dan Mutu Panen ... 11

2.5 Minyak Sawit ... 12

2.5.1 Sifat Fisika Kimia minyak Kelapa ... 14

2.5.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit ... 15

2.5.3 Keunggulan Minyak Kelapa Sawit ... 16

2.5.4 Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit ... 16

2.6 Mutu Minyak Sawit ... 18

2.7 Proses Pengolahan Tandan Buah Segar di Stasiun Perebusan 20 2.8 Limbah Cair ... 21

(9)

BAB 3 Bahan dan Metode16

3.1 Alat dan Bahan ... 16

3.1.1 Alat ... 16

3.1.2 Bahan ... 17

3.2 Prosedur ... 17

3.2.1 Penentuan % kadar air ... 17

3.2.2 Penentuan % kadar minyak ... 18

BAB 4 Data dan Pembahasan ... 20

4.1 Data ... 20

4.2 Perhitungan ... 21

4.3 Pembahasan ... 27

BAB 5 Penutup ... 28

5.1 Kesimpulan ... 28

5.2 Saran ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Lampiran 1 : proses setora nitens proses pengolahan kelapa sawit ... 31

(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan Kadar kehilangan minyak (Oil Losses) pabrik kelapa sawit di PT. Daya Labuhan Indah (DLI), berdasarkan pengeringan sampel yang di ambil dari final effluent dengan oven, dan di sokhletasi dengan dengan

menggunakan pelarut N-heksan, diperoleh kadar air 96,73, kadar minyak pada

sampel basah 0,78, kadar minyak pada sampel kering 23,82 pada percobaan

pertama, diperoleh kadar air 96.5, kadar minyak pada sampel basah 0,75, kadar

minyak pada sampel kering 21,81 pada percobaan kedua, diperoleh kadar air

94,85, kadar minyak pada sampel basah 0,75, kadar minyak pada sampel kering

16,26 pada percobaan ketiga. Dengan demikian, kadar kehilangan minyak (oil

losses) masih sesuai dengan standart pabrik 0,50 – 1 %.

(13)

CONTENT DETERMINATION OF OIL LOSS ( OIL LOSSES )

IN FINAL EFFLUENT

ABSTRACT

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Produksi bahan polimer mentah dan pengubahannya menjadi barang-jadi

merupakan kegiatan industri polimer.Berbagai industri lainnya terkait pada

industri polimer,misalnya industri mesin dan kimia yang menghasilkan peralatan

dan bahan yang diperlukan untuk memproduksi dan mengubah

polimer.Disamping itu industri polimer terkait pula pada industri pemakai

komponen yang terbuat dari bahan polimer. Akibatnya industri polimer dapat

dipandang sebagai industri perekonomian negara industri.Salah satu industri

polimer adalah industri pengolahan karet.

Dengan penemuan cara pembuatan ban dan perkembangan pabrik,maka

permintaan karet terus meningkat.Perkebunan – perkebunan berkembang pesat

terutama di Indonesia.Dewasa ini, Karet merupakan bahan yang menghasilkan

lebih dari 50.000 jenis barang .Dari produksi karet alam,46% digunakan untuk

pembuatan ban dan selebihnya untuk karet busa,sepatu dan beribu – ribu jenis

(15)

Perusahaan yang menggunakan bahan baku karet yang diolah sampai

menjadi barang setengah jadi semakin banyak membutuhkan karet sebagai sumber

bahan mentahnya. PT. Industri Karet Nusantara merupakan salah satu industri

karet yang memproduksi benang karet sejak tahun 1992.Benang karet yang

diproduksi tersebut berbahan baku lateks pekat dengan kadar karet kering 60%.

Secara garis besar, untuk menghasilkan mutu benang karet yang baik

hendaknya menggunakan lateks yang baik, yaitu lateks yang massa

penyimpanannya tidak terlalu lama karena lateks yang sudah disimpan terlalu

lama akan mempengaruhi mutu yang dihasilkan nantinya.Hal ini terlihat dari

parameter uji yang digunakan untuk lateks pekat salah satunya dilakukan

parameter mutu diantaranya adalah waktu kemantapan mekanis (MST)

lateks.Dimana waktu kemantapan mekanis ini harus sesuai dengan standar yaitu

500 – 2000 second.Salah satu parameter yang berkaitan dengan mutu benang

karet adalah regangan tarik (green modulus 300%).Apabila MST terlalu tinggi

maka benang karet yang dihasilkan akan mempengaruhi regangan tarik benang (

green modulus 300%) menjadi rendah.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik membahas dan mengamatinya.Hasil pembahasan ini diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah

dengan judul :

PENGARUH REGANGAN TARIK BENANG KARET TERHADAP PENENTUAN WAKTU KEMANTAPAN MEKANIS LATEKS

(16)

1.2 Permasalahan

Dalam menentukan kualitas benang karet,banyak parameter-parameter

yang harus dipenuhi guna meningkatkan kualitas benang karet tersebut.Salah satu

parameter yang harus dipenuhi adalah waktu kemantapan mekanis lateks pekat

yang dapat mempengaruhi tegangan tarik terhadap benang karet yang dihasilkan.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh regangan tarik (Green modulus)300% lateks

terhadap waktu kemantapan mekanis (MST)lateks benang karet.

2. Untuk mengetahui penentuan waktu kemantapan lateks pekat yang sesuai

agar dihasilkan sesuai standart.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah untuk memberi dan

mengembangkan wawasan bagi penulis dan untuk memberikan pengetahuan

mengenai hubungan waktu tegangan tarik 300% terhadap kemantapan mekanis

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah karet

Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar

sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar – besaran,karet memiliki

sejarah yang cukup panjang.Apalagi setelah ditemukan beberapa cara pengolahan

dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka ikut berkembang pula industri

yang mengolah getah karet yang berguna untuk kehidupan manusia.

Tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke benua

Amerika yang dahulu di kenal sebagai “Benua Baru “. Dalam perjalanan ini

ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah.Pohon itu hidup secara liar di

hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat.Orang-orang Amerika asli mengambil

getah dari tanaman tersebut dengan menebangnya.Getah yang didapat kemudia

dijadikan bola yang dapat dipantul-pantulkan.Bola ini di sukai penduduk asli

sebagai alat permainan.Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan

tempat air dati getah tersebut.

Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa

mempublikasikan penemua Michele de Cuneo. Saat publikasi bersamaan dengan

diperkenalkannya permainan bola yang dipantulkan yang merupakan permainan

tradisional bangsa Indian Aztec.Permainan ini selanjutnya menjadi permainan

(18)

Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan

tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia sehari-hari.Dengan peralatan dan pengetahuan yang masih

terbatas, ilmuwan pada zaman dahulu memisahkan karet menjadi tiga unsur.Unsur

–unsur tersebut adalah “susu”, ”lilin”, serta “bahan yang ringan dan bening”. (Tim

penulis PS. 1993).

2.2 Karet

Karet sudah lama sekali digunakan orang.Penggunaannya meningkat sejak

Goodyear pertama kali memvulkanisasikannya pada tahun 1839 dengan cara

memanaskan campuran karet dan belerang. Industri yang berbahan baku karet

alam (kemudian karet sintetik) banyak didirikan pada perkembangan industri

kendaraan bermotor. Karet alam,jika dipanasi akan menjadi lunak dan lekat,

kemudian dapat mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzena.

Akan tetapi, Bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi bersama sedikit

belerang (sekitar 2%), ia menjadi bersambung bersilangan dan terjadi perubahan

yang luar biasa pada sifatnya. Karet yang belum divulkanisasi bersifat ‘regas’

ketika diregang, yakni makin melunak karena rantainya pecah-pecah dan kusut.

Namun, karet tervulkanisasi jauh lebih tahan regang. Kelarutannya berkurang

dengan makin banyaknya sambung silang, dan bahan tervulkanisasi hanya

menggembung sedikit jika disimpan dalam pelarut. Jika karet divulkanisasi

dengan jumlah belerang yang lebih besar (sekitar 30%), dihasilkan bahan yang

(19)

Ebonit dipakai untuk kotak aki mobil. Laju reaksi antara karet dan belerang dapat

ditingkatkan dengan penambahan ‘pemercepat’ yang terdiri dari senyawa organik

tertentu. (M. A. Cowd. 1991)

2.3 Pengolahan Lateks pekat

Lateks kebun umumnya mengandung kadar karet (KKK) antara 25 – 35%.

Lateks ini belum dapat dipasarkan karena masih terlalu encer dan belum sesuai

untuk digunakan sebagai bahan industri karet pada umumnya. Dengan

demikian,lateks ini perlu dipekatkan terlebih dahulu hingga memiliki kadar karet

kering 60% atau lebih. Lateks dengan KKK 60% dikenal dengan sebutan lateks

pekat (concentrated latex). Proses pembuatan dan pemasaran lateks pekat ini

telah sejak lama dikenal,sehingga produk jenis ini bukanlah merupakan hal yang

baru.

Proses pembuatan lateks pekat secara garis besar dapat dilakukan dengan

tiga cara yaitu : pemusingan (centrifuging), pendadihan (creaming), dan

penguapan (evaporating), akan tetapi cara yang disebut terakhir tidak banyak

(20)

2.3.1 Lateks Pusingan

Pada umumnya pengolahan lateks pekat dengan cara pemusingan

ditujukan untuk memproduksi lateks pekat amonia tinggi (HA-centrifuge).Urutan

pengolahannya adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan lateks kebun

Lateks dari kebun harus dijaga kebersihannya dengan selalu menggunakan

peralatan yang bersih.Lateks diterima dalam bak penerimaan melalui saringan 80

mesh,diukur jumlahnya dan diaduk merata.Kemudian diambil contoh untuk

menentukan KKK dan kadar VFA-nya.Ke dalam lateks ditambahkan 2 – 3 gram

amoniak per liter lateks, kemudian diaduk. Apabila dikehendaki, sebelum

dimasukkan ke dalam alat pusingan. lateks dapat dialirkan melalui pusingan

pembersih (clarificator).

2. Pemusingan

Lateks dimasukkan ke dalam alat pusingan (centrifuge), lateks yang

dialirkan ke dalam alat pusingan oleh daya centrifuge yang berputar dengan

kecepatan 6000 – 7000 rpm, dipisahkan menjadi dua bagian yaitu lateks pekat dan

serum.

Supaya berjalan dengan baik, alat pusingan harus sering dibersihkan

karena setelah alat ini berjalan beberpa jam menjadi kotor oleh bagian kuning dari

lateks,magnesium-fosfat ,kotoran, dan lain – lain. Untuk menjaga kelancaran

biasanya digunakan dua buah alat pusingan atau lebih dengan “bowl” (piring)

(21)

Lateks pekat hasil pemusingan yang mengalir menuju tangki pencampur

dibubuhi dengan bahan pemantap. Bahan ini umumnya berupa larutan 10 – 20 %

-laurat (sejenis sabun) dengan dosis 0,05%. Fungsi dari larutan ini adalah

untuk meningkatkan kemantapan lateks pekat hasil pusingan. Selanjutnya dalam

tangki ditambah sehingga kadar dalam lateks menjadi 0,7% atau lebih.

3. Penyimpanan lateks pekat

Lateks pekat hasil pusingan meskipun telah ditambah dengan bahan

pemantap,lateks itu masih belum siap dipasarkan.Lateks pekat itu perlu

diperam/disimpan selama 2 minggu atau lebih. Pemeraman ini dimaksudkan agar

bahan pemantap berfungsi efektif. Selama pemeramana perlu diaduk setiap hari

unutk menjaga agar tidak terjadi pengendapan. Pengadukan dilakukan dengan

pengaduk rpm rendah (30 – 60 rpm) dilakukan selama 15 – 30 menit.

Volume setiap tangki sebaiknya dapat menampung hasil olahan selama 3

atau 6 hari bila dilakukan sistem sadap 3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar

mutu lateks pekat dari tangki yang satu dengan yang lain akan sama.

4. Pengemasan

Pada umumnya pengemasan lateks pekat dilakukan dalam drum besi atau

plastik (volume 200 Liter). Bila menggunakan drum besi perlu terlebih dahulu

diberi bahan pelapis di bagian dalamnya. Pelapisan dengan lilin atau bitumen pada

bagian dalam drum mutlak diperlukan meskipun dengan konsekuensi penambahan

(22)

Secara ideal drum sebaiknya digunakan sekali pakai, tetapi harus jarang

untuk dipakai berulang kali dengan resiko dapat menurunkan mutu lateks pekat

yang dikemas.

Pada prinsipnya pengemasan lateks pekat harus dilakukan dalam wadah

yang sesuai, bersih, kering, dan tertutup rapat, disamping tersimpan dalam tempat

yang sejuk demi untuk menjaga mutu lateks tidak cepat menurun.

2.3.2 Lateks Dadih

Metode pemekatan lateks ini menggunkaan bantuan bahan kimia yang

berperan sebagai bahan pendadih. Jadi, berbeda dengan cara pusingan yang

menggunakan alat mekanis. Urutan pengolahan lateks dadih adalah sebagai

berikut :

1. Penerimaan lateks

Lateks diterima dalam tangki – tangki melalui saringan. Untuk dapat

diolah menjadi lateks pekat yang baik ,sangat diperlukan bahan lateks kebun yang

baik. Lateks ini harus telah diawetkan dengan bahan pengawet sedini mungkin

yaitu dengan menambahkan dengan kadar ≥ 0,7%. Di samping itu, untuk

mendapatkan hasil pendadihan yang baik sesuai dengan mutu standar, diperlukan

bahan lateks kebun dengan KKK ≥ 30%.

2. Pendadihan

Bahan lateks kebun yang telah dibubuhi dengan bahan pengawet dan telah

disaring itu dimasukkan ke dalam tangki pendadihan. Ke dalam tangki pendadih

(23)

larutan amonium alignat 1% untuk tiap liter lateks. Kemudian diaduk merata

dengan alat pengaduk yang berputar denagn kecepatan antara 200 – 400 rpm

selama 20 – 60 menit.

Setelah diaduk merata didiamkan selama beberapa waktu ( 3 – 4 minggu)

untuk memberi kesempatan partikel – partikel karet terkumpul pada bagian atas

dan skim di bagian bawah. Skim dari bagian bawah dikeluarkan untuk dialirkan

ke dalam bak pengumpul skim. Proses pendadihan yang baik akan menghasilkan

skim berkadar karet antara 3 – 5%.

3. Penyimpanan dan pengemasan

Penyimpanan dan pengemasan lateks dadih sama seperti yang dilakukan

pada lateks pusingan. Skim sebagai limbah pengolahan lateks pekat biasanya

diolah tersendiri dan dijual dalam bentuk bekuan basah atau dalam bentuk krep.

Krep skim ini termasuk gumpalan mutu rendah yang dapat diolah menjadi karet

remah.

Selain kedua cara pengentalan seperti yang telah diuraikan di atas,masih

dikenal satu cara lagi yaitu melalui proses penguapan. Pada dasarnya cara

pengentalan dengan penguapan adalah menguapkan air yang ada pada lateks.

Sebagai bahan pemantap dan pengawet digunakan sabun kalium dan basa KOH.

Lateks pekat hasil penguapan yang disebut Revertex Standart,mempunyai

kadar zat padat ± 73% dan kadar karet kering 68%. Disamping Revertex Standart

dijumpai pula lateks pekat hasil penguapan yang diawetkan dengan amonia,yaitu

(24)

2.4.Industri Benang Karet dan Limbahnya

PT.Industri Karet Nusantara (IKN) merupakan industri yang mengelola

bahan baku karet (lateks) menjadi produk jadi.Pabrik ini mempunyai 3 (tiga)

pabrik pengolahan,yaitu :

• Rubber Article Factory (RAF)

• Dipping Process Factory (DPF)

• Rubber Thread Factory(RTF)

Pabrik – pabrik ini mempunyai sistem pengolahan yang berbeda. Bahan

baku yang di gunakan DPF dan RTF adalah bahan baku lateks, sedangkan RAF

menggunakan bahan baku padat (karet yang telah kering).

Produk – produk yang di hasilkan ketiga pabrik tersebut adalah :

1. RAF menghasilkan artikel karet, pita karet, rubber cownmats, dock fender

dan conveyer belt

2. DPF menghasilkan sarung tangan karet

3. RTF menghasilkan benang karet

Bahan baku untuk pembuatan benang karet pada PT.Industri Karet

Nusantara Medan adalah lateks DRC 60% (lateks pekat hasil pemusingan ) yang

berasal dari Pusat Pengolahan Karet (PPK) PT.Perkebunan Nusantara III di kebun

Rambutan dan Membang Muda.

Pada umumnya lateks yang di hasilkan dari kebun adalah high amoniak

(25)

Thread Factory (RTF) adalah medium amoniak yang kadarnya 0,40 – 0,54%,

sebagai bahan pemantap di tambah larutan amonium laurat 20% dosis 4 – 5 ml/L.

Lateks pekat inilah yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan benang

karet.

Proses pembuatan karet menjadi benang karet dengan cara lateks pekat

yang masuk di periksa di laboratorium kimia dan di uji kemudian lateksnya di

simpan di tempat penyimpanan lateks yang tersedia .Disamping itu bahan – bahan

kimia yang akan di gunakan diperiksa dan di uji di laboratorium kimia. Lalu di

simpan di tempat yang tersedia lalu di timbang. Bahan kimia tersebut di proses

menjadi pengemulsi kemudian di masukkan ke dalam storage

masing-masing,setelah itu di timbang sesuai dengan formulasi yang di tentukan.kedua

bahan tersebut di campur di tangki inactive membentuk compound. Active

compound tersebut di maturasi untuk proses pematangan lalu di homogenkan

dengan mixer. Setelah homogen, compound di periksa dan didinginkan ke dalam

cooling storage tank pada temperatur tertentu. Setelah pendingin active compound

di periksa kemudian di lewatkan ke dalam feeding sistem yang berfungsi sebagai

penyimpanan sementara agar buih dan kotoran yang ada dapat hilang. Compound

active tersebut di alirkan ke dalam header dan di teruskan melalui capillary dalam

acid bath yang berfungsi untuk menggumpalkan agar berbentuk benang.

Kemudian di bilas dengan menggunakan air panas pada suhu 60-70 C pada water

bath kemudian di keringkan dalam drying oven pada suhu 105-110 C, lalu di

lewatkan melalui talcum ribboning agar berbentuk pita-pita benang,, lalu di

(26)

vulkanisasi dan didinginkan. Dan hasil akhirnya terbintuk pita benang karet yang

akan di ekspor ( PT.Industri Karet Nusantara, 2008).

2.5 Parameter dan Standart Mutu

Dewasa ini permintaan konsumen terhadap mutu lateks pekat jauh lebih

baik dari persyaratan mutu yang ditetapkan ASTM (American Society for Testing

and Material) D.1076, seperti kadar yang diisyaratkan oleh ATM D.1076

adalah maksimum 1.0%,tetapi saat ini konsumen hanya menghendaki dan hanya

mau membeli lateks pekat yang mempunyai kadar maksimum 0.280% untuk

lateks pekat jenis amonia rendah serta 0. 750% untuk lateks pekat jenis amonia

tinggi (HA). Juga demikian halnya dengan parameter waktu uji kemantapan

mekanis (MST = Mechanical Stability Time ), menurut ASTM D.1076 nilai MST

adalah 650 detik,tetapi konsumen menghendaki lateks pekat yang mempunyai

kemantapan mekanis sekitar 1000 sampai 1200 detik. Oleh sebab itu para

produsen lateks harus dapat mengikuti perkembangan mutu yang diinginkan

konsumen agar dapat bersaing merebut pasaran secara luas.

Beberapa definisi dari parameter lateks pekat yaitu :

a) Kadar karet kering (Dry Rubber Content/DRC)

Kadar karet kering adalah menunjukkan banyaknya kadar karet kering

yang terdapat di dalam lateks yang digumpalkan dengan asam,digiling dan

kemudian dikeringkan pada suhu 70 C selama 16 jam atau pada suhu

(27)

b) Jumlah padatan total (Total Solid Content/TSC)

Jumlah padatan total adalah menunjukkan banyaknya zat padat yang

terdapat di dalam lateks yang tidak dapat menguap bila dikeringkan pada

suhu 70 C selama 16 jam atau pada suhu 100 C selama 2 jam.

c) Kadar

Kadar amoniak adalah jumlah amoniak yang terdapat dalam lateks.

d) Uji waktu kemantapan mekanis (Mechanical Stability Time/MST)

Waktu kemantapan mekanis adalah waktu (detik) yang dibutuhkan untuk

memulai menunjukkan koagulasi bila dipusingkan dengan kecepatan

14000 rpm. Nilai kemantapan mekanis tersebut menunjukkan mudah

tidaknya lateks pekat tersebut mengalami penggumpalan selama proses

penyimpanan.

e) Bilangan asam lemak mudah menguap (Volatyle Fatty Acid/VFA)

Bilangan asam lemak yang mudah menguap adalah jumlah asam lemak

yang mudah menguap berantai pendek yang terdapat dalam lateks pekat

yang mengandung 100 gram padatan total. Bilangan VFA menunjukkan

tingkat kebusukan lateks pekat. Semakin tinggi bilangan VFA akan

semakin buruk kualitas lateks pekat tersebut.

f) Bilangan KOH (KOH Number)

Jumlah gram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak dalam

lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total.

(28)

2.6 Pengujian sifat mekanisme karet

Pengujian sifat kekuatan-tarik ( ),kemuluran ( dan kekuatan-bentur.

Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan-tarik (

menggunakan alat tensometer atau dinamometer, bila terhadap bahan di berikan

tegangan Secara praktis, kekuatan tarik diartikan sebagai besarnya beban

maksimum ( ) yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan,dibagi

dengan luas penampang bahan.

Karena selama di bwah pengaruh tegangan,spesimen mengalami

perubahan bentuk (deformasi) maka definisi kekuatan tarik dinyatakan dengan

luas penampang semula ( ).

= /

Selama deformasi , dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak

berubah, sehingga perbandingan luas penampang semula dengan penampang

setiap saat, /A = 1/ , dengan 1 dan masing - masing adalah panjang

spesimen setiap saat dan semula. Bila didefinisikan besaran kemuluran ( sebagai

nisbah pertambahan panjang terhadap panjang spesimen semula ( ),

maka diperoleh hubungan,

A = / (1 + )

Hasil pengamatan sifat kekuatan tarik ini dinyatakan dalam bentuk kurva

tegangan, yakni nisbah beban dengan luas penampang adalah F/A, terhadap

(29)

kurva tegangan-tegangan ini merupakan karakteristik yang menunjukan indikasi

sifat mekanis bahan yang lunak, keras, kuat, lemah, rapuh atau liat.

Bila bahan polimer (elastis) dikenakan gaya tarikan dengan laju yang

tetap, mula – mula kenaikan tegangan yang diterima bahan berbanding lurus

dengan perpanjangan spesimen. Sampai dengan titik elastis bilamana tegangan

dilepaskan maka spesimen akan kembali seperti bentuk semula, tetapi bila

tegangan dinaikkan sedikit saja,akan terjadi perpanjangan yang besar. Kemiringan

kurva pada keadaan ini disebut modulus atau kekakuan, sedang besarnya tegangan

dan perpanjangan mencapai titik elastis ini maisng-masing disebut tegangan yield

dan kemuluran pada yield.

Sifat mekanis yang lain adalah kekuatan bentur yang didefinisikan sebagai

energi yang diperlukan untuk memecah spesimen. Ada dua cara umum untuk

mengukur kekuatan bentur . Dalam cara pertama,spesimen ditempatkan pada

suatu “pemegang” dengan salah satu ujungnya vertikal di atas pemegang.

Suatu pendulum dengan bobot dan sudut tertentu diayunkan pada

spesimen sampai terjadi patahan. Cara kedua menggunakan beban,yang berupa

bola atau batang logam, yang dijatuhkan pada spesimen dari ketinggian tertentu.

Kekuatan bentur dihitung dari energi benda jatuh yang digunakan untuk

memcahkan spesimen sampai setengah bagian (B. Wirjosentono,1995).

2.7 Modulus

Untuk suatu tegangan yang sederhana, tegangan tarik adalah sebanding

(30)

tegangan putus = tegangan tarik x konstanta

konstanta E, dikenal sebagai modulus young. Ia mempunyai satuan yang sama

seperti tegangan, yaitu .

E =

Harga E dapat diturunkan dati tegangan putus –tegangan tarik atau grafik

perpanjangan putus dalam uji tegangan tertentu, dimana untuk digunakan untuk

control kualitas rutin. Bahan pengujian dipusatkan pada suatu kenaikkan tegangan

putus dan menghasilkan perubahan pada panjang yang diplotkan sebagai suatu

tensilgram.

Tegangan putus , diartikan sebagai permukaan per satuan dari daerah

perpotongan dan diukur dalam Megapascal. Tegangan tarik , diartikan sebagai

bagian dari perubahan panjang ( ), dimana adalah panjang awal dan

adalah selisih dari panjang awal dan panjang akhir. Mesin pengujian digunakan

untuk mengukur tegangan yang dibuat dalam bentuk kurva perpanjangan putus ke

dalam kurva tegangan putus-tegangan tarik oleh hubungan dan

, dimana adalah besaran awal. adalah konstanta.

(31)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

a. Alat di Laboratorium Kimia

- Plastick beaker (PB) MST

- Neraca Analitis

- thermometer

- Klaxon Stirer

- Water Bath

- Botol Aquadest

- Cawan Petridish

- Stopwatch

b. Alat di Laboratorium Fisika

- Cutting Apparatus/Alat Potong Benang

- Alat Uji Dynamometer

- Loops Machine/Mesin Loops

- Kertas Grafik

(32)

3.1.2 Bahan

- Lateks Pekat

- Aquadest

- Benang Karet

3. 2 Prosedur

3.2.1 Prosedur di Laboratorium Kimia

Penentuan MST Lateks Pekat

1. Timbang sampel lateks sebanyak

Gram lateks pekat sampel =

2. Tambahkan NH3 1,6% (untuk lateks pekat HA dan MA) atau NH3 0,6%

(untuk lateks pekat LA ) sampai 100g.

3. Panaskan diatas water bath sambil diaduk sampai didapat temperature 36 –

37oC.

4. Timbang dengan segera 80 ± 0,5 lateks pekat yang telah dipanaskan pada

plastik beaker (PB) MST.

5. Periksa temperature lateks pekat (dinginkan 35 ± 1oC).

6. Tempatkan PB MST pada posisinya dan stirrer sampel tersebut jika

kecepatan telah konstan 14.000 rpm ± 200 rpm, dihidupkan stopwatch

(33)

7. Penentuan titik akhir dilakukan dengan mengambil sedikit sampel yang

distirer dan dimasukkan kedalam cawan petridish yang berisi air, maka

diperlukan air akan mendapat gumpalan – gumpalan kecil putih yang

tidak pecah jika petridish digoyangkan, titik akhir dapat dilihat juga

dengan menurunnya permukaan lateks pekat dan perubahan suara dari

Stirring.

8. Untuk menghindari terjadinya kesalahan – kesalahan analisa dilakukan test

akhir ini setuiap 15 detik, test ini dilakukan duplo. Jika perbedaan test

pertama dan kedua 5% masih dapat diterima jika lebih besar 5% ulangi

test.

9. Perhitungan

MST (second rata – rata)

10.Catat hasil test pada formulir.

3. 2. 2 Prosedur di Laboratorium Fisika

Penentuan Green Modulus 300%

1. Ambil benang karet dari sampel sebanyak ± 8 meter sesuai dengan

standard loops yang diinginkan.

2. Ambil benang karet dari sampel sebanyak ± 8 meter sesuai dengan

standard loops yang diinginkan

a. Diukur kecepatan motor Dynamometer dengan kecepatan 550mm/

(34)

b. Dipasang kertas grafik pada posisi yang telah ditetapkan

c. Pasang pena rotring, pastikan pena rotring berfungsi baik.

3. Tekan tombol Down dan pastikan pena rotring berfungsi baik

4. Setelah skala menunjukkan angka 300% tekan tombol stop

5. Tutup pena rotring dan tekan tombol Up alat akan mati secara otomatis

6. Putar posisi kertas keatas keposisi semula (berlawanan jarum jam) untuk

membaca hasil testing

7. Potong sampel sepanjang 98,23 cm dan hitung total section dengan cara :

Total section x jumlah loops (gulungan)

Total section = 2x section x jumlah loops

8. Baca hasil testing dengan petunjuk modulus 300% yang telah ditetapkan

9. Hitung green modulus 300% dengan cara :

CA 300% =

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengamatan dari laboratorium kimia untuk analisa Waktu

Kemantapan Mekanis (MST) lateks pekat dari %TSC pada tabel 4.1 di bawah ini :

Table 4.1 Hasil Pengamatan MST lateks pekat dari %TSC

No No

Hasil pengamatan dari laboratorium fisika untuk analisa green modulus

300% pada tabel 4.2 di bawah ini :

Table 4.2 Hasil Analisa Green Modulus 300%

(36)

2631 0.362 8.688 2489

2712 0.357 8.568 2681

2725 0.348 8.352 2793

2821 0.351 8.424 2893

Hasil perhitungan analisa MST lateks dengan green modulus pada tabel

4.3, data metode least square pada tabel 4.4, dan data persamaan garis regresi pada

tabel 4.5 di bawah ini :

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Analisa MST Lateks Dengan Green Modulus 300%

No No Compound MST lateks (second)

Green Modulus 300% (

1. 2631 1085 286

2. 2712 960 313

3. 2725 780 334

(37)

Tabel 4.4 Data Metode Least Square

No X Y XY

1. 1085 286 1.177.225 310.310

2. 960 313 921.600 300.480

3. 780 334 608.400 260.520

4. 720 343 518.400 246.960

Tabel 4.5 Data persamaan garis regresi

No X (MST lateks) Y (Modulus 300%)

1. 1085 289. 24

2. 960 307. 99

3. 780 334,99

4. 720 343,99

4. 2 Perhitungan

• Perhitungan Kadar TSC (%TSC) dalam persamaan di bawah ini (contoh

pada LP (MA) st 01 pada tabel 4.1) sebagai berikut :

(38)

Dimana : A = Petridish kosong

B = Petridish + sampel basah

C = Petridish + sampel kering

- Storage LP(MA) st 01

1. berat lateks kering = 1.9158 g

berat lateks basah = 3.1107 g

petridish = 41.8544 g

(%) TSC = x 100% = 61.59 %

2. berat lateks kering = 2.1852 g

berat lateks basah = 3.5540 g

petridish = 38.9734 g

(%) TSC = x 100% = 61.48 %

Jadi (%) TSC dirata-ratakan = = 61.53 %

• Penentuan waktu kemantapan mekanis (MST) lateks pekat dilakukan dengan

menggunakan test duplo dengan persamaan di bawah ini (contoh pada LP

(MA) st 01 pada tabel 4.1) sebagai berikut :

(39)

dimana : = waktu rata – rata (MST)

= waktu pertama

= waktu kedua

- Storage LP(MA) st 01

= 1085

= 1085

= = 1085 Second

• Penentuan green modulus 300% dalam persamaan di bawah ini (contoh pada

compound no.2631 pada tabel 4.2) sebagai berikut :

Modulus 300% =

Total section = 2 x section x jumlah loops

Jumlah loops count 37 = 12 mm

- Compound no.2631

Hasil pembacaan grafik skala 300% = 286 g

(40)

Total section = 2 x 0.362 mm x 12 mm = 8.688

Modulus 300% =

= 286

Metode least square

A. Penentuan Slope

a =

a =

a =

= -0,15

B. Penentuan intersept

b =

b =

b =

(41)

Persamaan garis regresi

Y = ax + b

= -0,15 (1085) + 451,99

= 289.24

= -0,15 (960) + 451,99

= 307.99

= -0,15 (780) + 451,99

= 334,99

= -0,15 (720) + 451,99

(42)

4.3 Pembahasan

Analisis waktu kemantapan mekanis (MST) dilakukan dengan cara

menghitung waktu rata – rata di dalam Klaxon Stirer pada suhu C hingga

menurunnya permukaan lateks pekat dan perubahan suara dari Stirring.Waktu

kemantapan mekanis ini sangat berpengaruh pada salah satu sifat fisik benang

karet yang dihasilkan yaitu regangan tarik (greeen modulus 300%), dimana

keduanya memiliki hubungan berbanding terbalik. Dari data yang diperoleh dapat

disimpulkan bahwa ,apabila waktu kemantapan mekanis diperoleh 1085 second

maka nilai green modulus 300% yang dihasilkan adalah 289. 24 , apabila

waktu kemantapan mekanis diperoleh 720 second maka nilai green modulus

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Apabila waktu kemantapan mekanis tinggi, maka green modulus 300% akan

rendah, sebaliknya apabila waktu kemantapan mekanis rendah, maka green

modulusnya akan tinggi pula. Hubungan antara waktu kemantapan mekanis

lateks dengan regangan tarik suatu benang karet adalah berbanding terbalik

2. Standar waktu kemantapan mekanis yang sesuai agar didapat green modulus

yang baik adalah sekitar 650 – 900 second. Apabila waktu yang didapat di

bawah 650 second maka green modulus 300% benang karet yang dihasilkan

tidak bagus, dimana benang akan sangat rapuh/mudah putus, dan jika waktu

yang didapat di atas 900 maka green modulus 300% juga kurang baik, dimana

benang akan menjadi keras /kaku sehingga kurang elastis.

5.2Saran

1. Sebaiknya prosedur penentuan MST lateks dilakukan lebih dari dua kali, dan

pemeriksaan dalam penentuan MST lateks dilakukan dengan teliti agar

didapat data yang lebih akurat.

2. Sebaiknya pemeriksaan tegangan tarik benang karet dilakukan secara manual

dan otomatis(dengan komputer) sehingga diketahui hasil mana yang lebih

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Loganathan,K. S, (1998), . Rubber Engineering, Indian Rubber Institute.

Mc Graw Hill Publishing, New Delhi.

Ompusunggu M, (1997), . Penanganan Bahan Baku Lateks dan Pengolahan

SIR-3 CV dan SIR-3L, Pusat Penelitian Karet Sungai Putih, Medan.

PT.Industri Karet Nusantara.2008.Laporan Kerja Lapangan Pabrik Benang

Karet.

Tanjung Morawa.medan.

Tim Penulis PS,(1993),. Karet : Strategi Pemasaran Tahun 2000,Budidaya dan

Pengolahan, Cetakan Kedua, Penerbit Swadaya, Jakarta.

Wirjosentono,Basuki,. (1995),. Analisis dan Karakteritik Polimer,USU

(45)
(46)
(47)

FLOWCHART PROCESS RUBBER THREAD FACTORY

Incoming latex incoming

chemical

Inpection & test Inpection & test

Chemical storage

Latex inpection weighing

DWT

weighing

DWP in-active compound DES

(48)

Feeding system

Cougulating (in acid batch)

washing

drying

talcum oven

talcum box

ribboning

inspection of count

(49)

boxes

weighing

packing

final product storage

inspection for MP & product assement

Delivery

Legend :

Inspection & inspection storage operation Keterangan :

Operation WTP : water treatment plant

WTST : water treatment storage tank

DWP : demin water plant

DWST : demin water storage tank

LST : latex storage tank

WLT : weighing latex

DST : dispersion storage tank

EST : emulsion storage tank

SST : emulsion storage tank

DES : dispersion emulsion solute

Gambar

Table 4.1 Hasil Pengamatan MST lateks pekat dari %TSC
tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.4  Data Metode Least Square

Referensi

Dokumen terkait

Dimana Keandalan Pengoperasian Embung Lambadeuk sangat berpengaruh dari volume dan periode waktu , dan terhadap Manajemen pengelola Embung Lambadeuk, bisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan skor total dan subskala PedsQLTM 4.0 Generic Core Scale pada anak leukemia

Daerah Irigasi Buloh Blang Ara dengan luas areal 1200 Ha, memiliki panjang saluran induk sepanjang 1.804 m dan saluran sekunder sepanjang 13.155 m dengan kondisi saluran

A functional definition of service learning is proposed and four components of service learning were identified in this review, namely a structured form of intra-curricular

Berdasarkan persepsi pelanggan Kecamatan Baitussalam yang belum terlayani air bersih PDAM Tirta Mountala, strategi dominan dalam penyediaan air bersih di desa rawan

Penyimpangan yang tidak menguntungkan ( Unfavourable variance ) Untuk mellihat bagaimana fungsi pengawasan yang terjadi pada anggaran Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Sedangkan untuk VIM dan VMA besarnya rongga yang terjadi lebih besar pada perendaman air laut di bandingkan air hujan, dengan kata lain bahwa keseluruhan pengujian

[r]