LAPORAN TUGAS AKHIR
MEKANISME PENGENAAN PAJAK KENDERAAN BERMOTOR PADA KANTOR SAMSAT MEDAN SELATAN
D I S U S U N Oleh:
MARASI ARIEL SHARON SIMAMORA 042600155
Untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNUIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Kuasa, atas
segala berkat dan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas akhir ini dengan judul “Mekanisme Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor
Pada Kantor SAMSAT Medan Selatan”.
Yang menjadi tujuan dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan Prodip III Administrasi Perpajakan dan untuk memperoleh gelar sarjana
Muda (Ahli Madya) Administrasi Perpajakan pada Fakultas ILmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis Menyadari sepenuhnya bahwa penulisan
laporan ini jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena kekurangan dan
keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan karya penulis dimasa yang akan
dating.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak dalam betuk moril ataupun material, sehingga Tugas Akhir ini
dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu dengan sepenuh hati pada kesempatan ini
penulis mengucapka terima kasih kepada:
1. Bapak Drs Zakaria Taher M.SP selaku dosen pembimbing tugas akhir yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst. M.Si selaku Ketua jurusan Prodip III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai pada Jurusan Prodip III Administrasi
Perapajakan FISIP USU.
5. Bapak Sjafarudin SH, MM selaku Kepala Dinas Pendapatan Provinsi
Sumatera Utara.
6. Bapak Drs. Viktor Lumbanraja yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan kepada penulis.
7. Terismewa kepada Ayahanda A. Simamora, Ibunda M. Silaban, yang sangat
kusayangi dan kucintai yang telah banyak menberikan Doa dan motivasi
dalam mencapai yang terbaik dalam hidup saya.
8. Abang, dan adikku yang kusayangi yang telah memberikan dorongan serta
doa pada penulis dalam pemyelesaian Tugas akhir ini.
9. Buat ade Vina yang telah memberikan dorongan dalam hidup saya, M’kasih
atas Semuanya.
10.Buat sahabat baik saya March, Ambar, Frans, dan pihak lain yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
Akhirnya penulis berharap Tugas Akhir yang sederhana ini berguna dan bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dimasa
yang akan datang.
Medan, September
Marasi Ariel S.
Simamora Nim:
042600155
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….. i
DAFTAR ISI………. iii
DAFTAR BAGAN……… vi
DAFTAR TABEL……… vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………. 1
1.2.Tujuan dan Manfaat………. 4
1.3.Ruang Lingkup……… 6
1.4.Metode Praktek Kerja……….. 6
1.5.Metode Pengumpulan Data………. 7
1.6.Sistematika Penulisan Laporan………... 8
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM 2.1. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi SumateraUtara……….. 10
2.2. Tugas Pokok dan Fungsi………. 11
2.3. Struktur Organisasi………. 12
BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK
3.1. Ketentuan……… 24
3.1.1. Dasar Hukum Pemungutan Pajak………... 25
3.1.2. Pajak Daerah……….. 26
3.1.3. Bagi Hasil Penerimaan Pajak………... 27
3.1.4. Penetapatan dan Pemungutan Pajak Kenderaan Bermotor………... 28
3.1.5. Manfaat Pentingnya Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor……... 29
3.1.6. Pelaksanaan Pemungutan Kenderaan Bermotor………... 30
3.2. Objek dan Subjek Pajak Daerah………. 30
3.3. Dasar Pengenaan Tarif Pajak dan Cara Penghitungan Pajak……….. 32
3.3.1. Dasar Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor………... 32
3.3.2. Tarif Pajak kenderaan Bermotor………... 34
3.3.3. Wilayah Pemungutan Pajak………... 34
3.3.4. Masa Pajak Saat Pajak Terutang dan Surat Pemberitahuan……….. 34
3.4. Prosedur dalam Mekanisme Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor…... 35
3.5. Mekanisme Penilaian Pemungutan Pajak Kenderaan Bermotor……… 35
3.5.1. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah……….... 35
3.5.2. Proses Pemungutan PKB/BBN-KB………... 37
BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI 4.1. Penetapan Realisasi PKB……… 41
4.2. Mekanisme Pelayanan Pajak Kenderaan Bermotor……… 45
4.3. Mekanisme Kinerja Pelayanan Pendaftaran dan penetapan………... 46
4.3.2. Mekanisme Kinerja dari Penetapan………... 47
4.4. Mekanisme Kinerja Pelayanan Pembayaran dan Penyerahan…………... 47
4.4.1. Mekanisme Kinerja dari Pembayaran………... 47
4.4.2. Mekanisme Kinerja dari Penyerahan……… 48
4.5. Prosedur Penghitungan Pajak Kenderaan Bermotor……….. 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 49
5.2. Saran………... 52
DAFTAR BAGAN
1. Struktur Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara………. 23
2. Mekanisme Pemungutan PKB/BBN-KB………... 40
DAFTAR TABEL
1. Penetapan Target dan Realisasi PKB T.A. 2005………..……. 42
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
mahasiswa yang bertujuan meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan
keterampilan untuk menghadapi pekerjaan yang sesungguhnya. Melatih diri dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan, sehingga dapat diharapkan
menjadi sumber daya manusia yang berpotensi dan berkualitas.
Mahasiswa sebagai motor penggerak pembangunan dituntut lebih mampu
untuk membangun bangsa dan negara dimana pada saat ini era globalisasi sudah
memasuki segala sendi-sendi kehidupan. Tantangan dan rintangan akan membuat
mahasiswa lebih berpikir kedepan. Ilmu pengetahuan dan teknologi pun terus terjadi
perubahan dimana mahasiswa harus mampu mengikuti segala perkembangannya.
Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi formal
mengadakan pelatihan bagi mahasiswanya melalui praktik kerja lapangan. Melalui
Praktik Kerja Lapangan ini nantinya mahasiswa akan mengetahui kondisi kerja yang
sebenarnya dan mempersiapkan diri untuk bekerja.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa sumber pendapatan yang
sangat berpengaruh bagi negara kita adalah pajak baik pajak pusat maupun pajak
daerah. Karena dengan tingginya sumber pendapatan negara maka akan
mempengaruhi pembangunan nasional, dan juga akan mengurangi tingkat
penerimaan pajak tersebut, sangatlah pantas pemerintah memperhatikan
pemberdayaan dan meningkatkan penerimaan daerah, dan untuk mendukung
perkembangan ekonomi yang nyata, serasi dan dinamis serta bertanggung jawab.
Pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) khususnya dari pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Kendaraan Bermotor, dimana pajak atas kendaraan diatas air dianggap telah dicakup
didalamnya. Seiring dengan perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997
menjadi Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, defenisi kendaraan bermotor
diperluas dan dilakukan pemisahan secara tegas menjadi kendaraan bermotor dan
kendaraan diatas air sehingga dalam praktiknya jenis pajak ini dibagi menjadi dua,
yaitu Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Diatas Air.
Pajak dan Retribusi Daerah merupakan sumber penerimaan terbesar
pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu sekiranya
melakukan peningkatan melalui program intensifikasi pajak agar pendapatan daerah
tersebut dapat memenuhi target dan ditingkatkan sesuai dengan APBD yang telah
ditetapkan.
Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak daerah atau pajak propinsi. Pada
sektor ini sangat berperan besar bagi pendapatan asli daerah, dimana pada tiap daerah
di Indonesia diharapkan dapat menghidupi sendiri daerahnya masing-masing dengan
mengurangi ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Dapat kita lihat bersama
kecenderungan yang ada pada saat ini daerah-daerah di Indonesia mencoba
polisi daerahnya masing-masing atau membaliknamakan kendaraan yang belum
terdaftar didaerah tempat tinggalnya. Hal ini dimaksudkan agar pajak yang dibayar
oleh pemilik kendaraan tersebut masuk ke kas daerah yang bersangkutan.
Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor tidak mutlak ada pada seluruh daerah
propinsi di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah propinsi untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak
propinsi. Untuk melaksanakan mekanisme pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
pemerintah tidaklah selalu berhasil karena terjadi kendala atau masalah seperti,
banyaknya pemilik kendaraan bermotor yang tidak taat pajak dan adanya kepemilikan
kendaraan bermotor secara tidak sah atau ilegal.
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu pajak propinsi yang
menjadi primadona bagi pendapatan daerah. Oleh sebab itu perlu dilakukan
diversifikasi dan intensifikasi pajak agar pendapatan daerah tersebut dapat memenuhi
target yang telah ditetapkan sebelumnya. Penerimaan PKB merupakan tuntutan yang
harus dicapai oleh PEMPROVSU agar pembangunan didaerah Sumatera Utara dapat
terlaksana dengan baik.
Maka dari itu penulis tertarik melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
di Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara karena ini sesuai dengan topik yang
penulis pilih yaitu “Mekanisme Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Pada
Kantor SAMSAT Medan Selatan”.
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana tatacara pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan
kegiatan di Kantor SAMSAT Medan Selatan serta masalah-masalah apa saja yang
dihadapi oleh penulis dalam PKLM ini.
2. Untuk menerapkan (mempraktekkan) ilmu yang didapat selama perkuliahan
kedalam suatu pekerjaan yang sebenarnya, apakah terdapat persamaan atau
perbedaan teori dengan praktik.
Sedangkan manfaat yang ingin dicapai dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri
ini adalah :
1. Khususnya Mahasiswa
a. Untuk menciptakan dan menumbuh-kembangkan rasa tanggung jawab,
profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangatlah
dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja sebenarnya.
b. Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengetahui bagaimana situasi
dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli
yang siap pakai
c. Untuk meningkatkan komunikasi maupun pendekatan pada kantor SAMSAT
Medan Selatan
d. Guna merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan
2. Bagi Instansi tempat melaksanakan PKLM
a. Sebagai sarana mempererat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan
Daerah dengan lembaga pendidikan khususnya Universitas Sumatera Utara.
b. Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan
keahliannya yang nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai
dengan bidang ilmu yang ditekuni
c. Dengan melaksanakan PKLM bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya
terhadap instansi baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat
membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja
dilingkungan instansi tersebut.
3. Bagi lembaga pendidikan (Universitas Sumatera Utara)
a. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
ilmunya khususnya dibidang perpajakan.
b. Membuka interaksi antara dosen dengan instansi yang bersangkutan dalam
memberikan uji nyata mengenai pengetahuan yang diterima mahasiswa
melalui PKLM
c. Memperbaiki image (pandangan) masyarakat terhadap sumber daya manusia
yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas
1.3. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Pada Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, Penulis memusatkan perhatian
dalam hal :
1. Mekanisme Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
2. Prosedur ataupun tata cara penghitungan Pajak Kenderaan untuk setiap jenisnya
3. Bentuk-bentuk sanksi ataupun denda yang dikenakan kepada pemilik kenderaan
bermotor yang tidak taat pajak.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam Praktek Kerja Lapangan
Mandiri adalah disini penulis akan berusaha semaksimal mungkin dalam menggeluti
hal-hal yang berkaitan dengan “Mekanisme Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor”
dan akan mencari data dan informasi yang berasal dari kantor SAMSAT Medan
Selatan sebagai bahan referensi untuk mengetahui dan mendalami cara kerja pada
kantor tersebut.
1.4. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
adalah :
1. Tahapan Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari penentuan
tempat PKLM di Kantor SAMSAT Medan Selatan, mencari bahan untuk
2. Tinjauan Kepustakaan
Dalam tinjauan kepustakaan ini penulis berusaha untuk mendapatkan data-data
yang bersumber dari buku, undang-undang pajak, Peraturan Pemerintah,
kepustakaan Menteri Keuangan, Surat Edaran, dan sumber-sumber lain yang
mendukung dalam penulisan laporan ini.
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan observasi lapangan di Kantor SAMSAT Medan Selatan
selama lebih dari satu bulan. Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data –
data yang aktual dari permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam observasi ini
penulis memberikan Surat pengantar yang akan diminta oleh pihak Kantor
SAMSAT Medan Selatan.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari topik
yang dibahas, dalam hal ini data-data yang bersumber dari Kantor SAMSAT
Medan Selatan.
5. Analisa dan Evaluasi Data
Penulis menganalisa dan mengevaluasi data mengenai “Mekanisme Pengenaan
Pajak Kendaraan Bermotor”.
1.5. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik
Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung yang melibatkan
pegawai (key person) pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun
tulisan yang berhubungan objek studi.
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang
dilakukan di Kantor SAMSAT Medan Selatan untuk melihat dan mengetahui
berbagai fenomena yang akan dihadapi dalam melaksanakan PKLM.
3. Daftar Dokumentasi (Optional)
Daftar dokumentasi dapat berupa struktur organisasi Kantor SAMSAT Medan
Selatan dan dokumentasi yang lain sebagai pelengkap dari laporan PKLM ini.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang yang menjadi
dasar pemikiran dalam pembuatan laporan, tujuan dan manfaat PKLM, ruang
lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi PKLM,
struktur organisasi, Uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai
Kantor SAMSAT Medan Selatan.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK KENDERAAN BERMOTOR
Dalam bab ini penulis menguraikan secara sistematis dan terperinci mengenai
ketentuan – ketentuan yang ada dalam peraturan perpajakan PKB, objek dan
subjek pajaknya, cara pengenaan, pendaftaran, dan penilaian.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Dalam bab ini penulis menganalisa data yang diperoleh kemudian
mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab
perumusan masalah yang diajukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan disimpulkan beberapa pernyataan mengenai hal-hal yang
telah dikemukakan dan saran-saran yang mungkin dapat diambil tindakan
konkrit untuk mengatasi masalah yang ada.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKL
2.1. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
Pada mulanya, urusan pengolahan Pendapatan Daerah berada dalam
koordinasi Biro Keuangan (Sekretariat) sebagai Bagian Pajak dan Pendapatan.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera
Utara No. 102/II/GSU tanggal 6 Maret 1973 tentang susunan Organisasi Tata Kerja
Sekwilda Tingkat I Sumatera Utara, Biro Keuangan berubah menjadi Direktorat
Keuangan sejak tanggal 16 Mei 1973. Dengan demikian bagian Pajak dan Pendapatan
juga berubah bentuk menjadi Sub Direktorat Pendapatan Daerah pada Direktorat
Keuangan.
Dengan terbitnya SK Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Maret 1973 No.
137/II/GSU (berdasarkan SK Mendagri tanggal 7 November 1975 No. Finmat
7/15/3/75), maka terhitung sejak 1 April 1975, Sub Direktorat Pendapatan Daerah
ditingkatkan menjadi Direktorat Pendapatan Daerah.
Selanjutnya, pada tanggal 1 September 1975 No. KUPD 3/12/43 tentang
pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II di seluruh Indonesia, maka dengan
demikian direktorat pendapatan daerah berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah.
Semula pembentukannya berdasarkan SK Gubernur Kepada Daerah Tingkat I
Sumatera Utara No. 143/II/GSU, yang kemudian dikukuhkan dengan perda propinsi
Otonomi Daerah, tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah di atur dalam
Perda Propinsi Sumatera Utara No. 3 tahun 2001 tentang Organisasi Dinas-dinas
Daerah Propinsi Sumatera Utara dan SK Gubernur Kepada Daerah Tingkat I
Sumatera Utara No. 060.254. K Tahun 2002.
2.2. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Perda Propinsi Sumatera Utara No. 3 tahun 2001 tentang
Organisasi Dinas-dinas Daerah Propinsi Sumatera Utara dan SK Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 060.254 K tahun 2002 tentang tugas, fungsi,
dan Tata Kerja unit pelaksanaan Teknik Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Sumatera
Utara, tugas Pokok Dinas Pendapatan Daerah adalah menyelenggarakan sebagian
kewenangan Pemerintah Propinsi dan Tugas Dekonsentrasi di bidang Pendapatan
Daerah. Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Dipenda berfungsi :
- Menyiapkan bahan perumusan perencanaan/program, kebijaksanaan, dan
pembinaan teknis dibidang Pendapatan Daerah.
- Menyelenggarakan pembinaan, program pengelolaan, Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Pajak pengambilan dan pemanfaatan
Air Bawah Tanah dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Retribusi dan
Pendapatan lain-laion, pengendalian dan pembinaan.
- Melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan Pendapatan sesuai dengan
ketetapan Kepala Daerah.
Setelah melaksanakan tugas pokoknya juga berfungsi sebagai koordinator di
yang secara langsung di kelola oleh Dipendasu antara lain pemungutan yang
bersumber dari Pajak Daerah dan beberapa penerimaan lainnya sedangkan pungutan
PAD lainnya dikelola secara teknis oleh Instansi / unit kerja di Propinsi Sumatera
Utara.
Dalam melakukan fungsi tersebut, maka Dipendasu berupaya melakukan
koordinasi dalam rangka identifikasi dan ekstensifikasi guna peningkatan Pendapatan
Daerah yang setiap tahunnya tertuang dalam APBD atau P. APBD sebagai sumber
keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat.
2.3. Struktur Organisasi
Dalam menyikapi pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai UU No. 22 Tahun
1999 dan PP No. 84 Tahun 2000 tentang pedoman Organisasi perangkap Daerah,
maka dengan Perda No. 3 Tahun 2001 tentang Dinas-Dinas Daerah Propinsi, dan
berdasarkan keputusan Gubsu No. 060.254 K / tahun 2002 maka susunan organisasi
Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
a. Unsur pemimpin (Kepala Dinas)
b. Unsur pembantu pemimpin (wakil kepala dinas)
c. Unsur pelaksanaan (Bagian Tata Usaha dan Sub Dinas), terdiri dari :
1. Bagian Tata Usaha
a. Sub Bagian Kepegawaian
c. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan
d. Sub Bagian Organisasi dan Hukum
2. Sub Dinas Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air
a. Seksi Teknis Perpajakan
b. Seksi Sengketa Pajak dan Keberatan
c. Seksi Pembukuan dan Pelaporan
3. Sub Dinas Bina Program
a. Seksi Perencanaan dan Pengembangan
b. Seksi Penyuluhan
c. Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
4. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain
a. Seksi Teknis Retribusi
b. Seksi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
c. Seksi Penerimaan Lain-lain
d. Seksi Pembukuan dan Pelaporan
5. Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan
a. Seksi Pengendalian Keuangan dan Material
b. Seksi Pengendalian Aparat Pelaksanaan
c. Seksi Pembinaan Teknis Administrasi Pendapatan
6. Sub Dinas Pajak ABT/APU dan PBB-KB
a. Seksi Teknis Perpajakan
b. Seksi Sengketa dan Keberatan
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
a. UPT DIPENDASU Medan Utara
b. UPT DIPENDASU Medan Selatan
c. UPT DIPENDASU Tebing Tinggi
d. UPT DIPENDASU P. Siantar
e. UPT DIPENDASU Kisaran
f. UPT DIPENDASU Balige
g. UPT DIPENDASU Panyabungan
h. UPT DIPENDASU Sibolga
i. UPT DIPENDASU P. Sidempuan
j. UPT DIPENDASU Gunung Sitoli
k. UPT DIPENDASU Rantau Parapat
l. UPT DIPENDASU Binjai
m. UPT DIPENDASU Sidikalang
n. UPT DIPENDASU Kabanjahe
o. Kantor SAMSAT Pembantu Lubuk Pakam
2.4. Uraian Tugas dan Fungsi Masing-Masing Bagian Tata Usaha / Sub /
Dinas dan UPT
1. Bagian Tata Usaha
a. Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Kepala Dinas
dalam pembinaan dan pengolahan kepegawaian, keuangan, umum dan
perlengkapan, organisasi dan hukum.
b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada butir a. Kepala
Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan dan penyempurnaan standar penyelenggaraan urusan
keuangan, pemberdayaan pegawai, pemberdayaan organisasi dan
penyiapan produk-produk hukum
2. Perencaan dan pengadaan, kebutuhan Internal dan kebutuhan
administrasi dinas, serta penyempurnaan / peningkatan pengolahan,
penggunaannya, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.
3. Perencanaan, pengolahan dan pengurusan pertanggungjawaban
keuangan dinas, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.
4. Perencanaan, pengolahan dan peningkatan pendayagunaan
kepegawaian, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.
5. Perencanaan dan peningkatan sistem kerja serta pengolahan produk
hukum dinas, sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepala dinas dan wakil kepala
7. Pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas dan wakil kepala
dinas, sesuai dengan tugas dan fungsinya
8. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya kepada kepala dinas melalui wakil kepada dinas, sesuai
standar yang ditetapkan.
2. Sub Dinas Bina Program
a. Kepala Sub Dinas Bina Program mempunyai tugas membantu kepala dinas
dalam bidang perencanaan dan pengembangan, penyuluhan, monitoring,
evaluasi dan laporan.
b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada butir a. Kepala
Sub Dinas Bina Program menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan dan penyempurnaan standar-standar dalam penyusunan
program kerja dinas, penyuluhan, monitoring, evaluasi dan pelaporan.
2. Penyusunan, rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan
3. Pelaksanaan penyuluhan, monitoring, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan program, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil
Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya
5. Pemberian masukan yang perlu Kepada Kepala Dinas dan Wakil
6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya Kepada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas, sesuai
standar yang ditetapkan.
3. Sub Dinas Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
a. Kepala Sub Dinas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di
Atas Air, mempunyai tugas membantu kepala Dinas dalam bidang teknis
perpajakan, penanganan Sengketa dna keberatan, pembukuan dan
pelaporan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
(PKB-KAA).
b. Untuk melaksanakan tugas tersebut kepala sub dinas pajak kendaraan
bermotor dan kendaraan di atas air. Mempunyai fungsi :
1. Penyusunan dan penyempurnaan standar teknis pengolahan Pajak
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas air, penatausahaan dan
pemberian pertimbangan penyesuaian sengketa dan keberatan pajak,
intensifikasi dan ekstensifikasi pemunguntan, pembukuan dan
pelaporan.
2. Pelaksanaan pengkoordinasian dan pengendalian program jangka
menengah dan tahunan dibidang pembinaan teknis perpajakan,
penanganan sengketa dan keberatan, sesuai ketentuan dan standar yang
ditetapkan.
3. Penyelenggarakan koordinasi dan pengolahan data dalam Pengolahan
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air Serta Bea Balik
exstensifikasi, penanganan sengketa dan keberatan sesuai ketentuan
dan standar yang ditetapkan.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil
Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya.
5. Pemberian masukan yang perlu Kepada Kepala Dinas dan Wakil
Kepala Dinas, sesuai dengan bidang tugasnya
6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya pada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas, sesuai
standar yang ditetapkan.
4. Sub Dinas Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah/ Air Permukaan dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
a. Kepala Sub Dinas Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah/
Air Permukaan dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor mempunyai
tugas membantu kepala dinas dalam bidang teknis perpajakan, sengketa
dan keberatan serta pembukuan dan pelaporan pajak pengambilan dan
pemanfaatan air bawah tanah/ air permukaan dan pajak bahan bakar
kendaraan bermotor.
b. Untuk membantu melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam butir
a, Kepala Sub Dinas Pengambilan dan pemanfaatan air tanah/air
permukaan dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor, menyelenggarakan
fungsi :
1. Penyusunan dan penyempurnaan standar teknis pajak pengambilan dan
bermotor, penatausahaan dan pertimbangan penyelesaian sengketa dan keberatan
pajak, intensifikasi dan exstensifikasi pemungutan, pembukuan dan pelaporan.
2. Pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengambilan dan pengembalian program
pembangunan jangka menengah dan tahunan, sesuai standar yang ditetapkan
rencana jangka menengah dan tahunan dibidang teknis perpajakan, penanganan
sengketa dan keberatan, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.
3. Pelaksanaan koordinasi dan pendapatan dalam pengelolaan pajak pengambilan
dan pemanfaatan air bawh tanah / air permukaan, intensifikasi dan ekstensifikasi,
penganganan sengketa dan keberatan sesuai ketentuan dan standart yang
ditetapkan.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas dan wakil kepala dinas,
sesuai pada bidang tugas dan fungsinya
5. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala dinas,
sesuai pada bidang tugas dan maksudnya
6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada
kepala dinas dan wakil kepala dinas sesuai standar yang ditetapkan.
5. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain
a. Kepala Sub Dinas Retribusi dan pendapatan lain-lain, mempunyai tugas
membantu Kepala Dinas dalam bidang teknis Retribusi, Bagi Hasil Pajak
dan Pajak (BHP-BP), Pendapatan Lain-lain, Pembukuan dan Pelaporan.
b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada butir a, Kepala
1. Penyusunan dan penyempurnaan standar teknis Retribusi, bagi hasil Pajak dan
Bukan Pajak, penerimaan lain-lain, Pembukuan dan Pelaporannya.
2. Pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengendalian rencana pembangunan jangka
menengah dan tahunan dibidang retribusi dan pendapatan lain-lain, sesuai
ketentuan dan standar yang ditetapkan.
3. Pelaksanaan koordinasi, bimbingan teknis, sosialisasi, penetapan dan pemungutan
retribusi dan pendapatan lain-lain, penyiapan bahan dalam pengelolaan BHP-BP,
intensifikasi dan ekstensifikasi serta pembukuan dan pelaporan sesuai ketentuan
dan standar yang ditetapkan.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil Kepala
Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya
5. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas
sesuai bidang tugas dan fungsinya
6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada
Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai standar yang ditetapkan.
6. Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan
a. Kepala Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan mempunyai tugas
membantu Kepala Dinas dalam bidang pengendalian Keuangan dan
mterial, pengendalian aparat pelaksanaan dan pembinaan teknis
administrasi pendapatan.
b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada butir a, Kepala
1. Penyusunan dan penyempurnaan standar-standar dalam bidang
pengendalian keuangan dan material, pengendalian aparat pelaksana
dan pembinaan teknis administrasi pendapatan
2. Pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengendalian program
pembangunan jangka menengah dan tahunan dibidang pengendalian
keuangan, material aparat pelaksana dan teknis administrasi, sesuai
ketentuan dan standar yang ditetapkan.
3. Pelaksanaan pengendalian keuangan dan material, pengendalian aparat
pelaksana dan pembinaan teknis administrasi pendapatan, sesuai
ketentuan dan standar yang ditetapkan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas dan Wakil Kepala
Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya
5. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil
Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya
6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya kepada kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai standar
yang ditetapkan.
7. Kepala Unit Pelaksanaan Teknis
a. Kepala unit pelaksanaan teknis mempunyai tugas membantu kepala dinas
dalam pengadministrasian, pengutipan dan penyetoran BKP KAA,
BBNKB-KAA, Pajak ABT/APU, PBB-KB, retribusi dan pendapatan
b. Untuk melaksanakan tugas sebgaimana dimaksud pada butir a, kepala unit,
menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan dan penyempurnaan standar-standar pendapatan potensi
penyuluhan, pengadministrasian, pengutipan dan penyetoran serta
pelaporan hasil pengutipan PKB, KAA, BBNKB KAA, ABT/APU,
PBB KB, retribusi dan pendapatan lainnya
2. Penyelenggaraan optimalisasi pendapatan potensi, pengadministrasian
dan pengutipan, dan penyetoran ke kas daerah pelaporan hasil
pengutipan PKB, KAA, BBNKB KAA, ABT/APU, PBB KB,
Retribusi dan pendapatan lain-lain serta pelaporna sesuai ketentuan
dan standar yang ditetapkan.
3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil
Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya
4. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil
Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya
5. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya Kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai
STRUKTUR
DINAS PENDAPATAN SUMATERA UTARA KEPALA DINAS
SUBBAG UMUM & PERLENGKAPAN
SUBDIS PKB & KENDARAAN DI
BAB III
GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK
3.1. Ketentuan
Untuk lebih mendalami pembahasan mengenai Pajak Kendaraan Bermotor
ada baiknya terlebih dahulu kita mengerti arti Pajak yang sebenarnya, maka banyak
para ahli memberikan batasan tentang pajak.
Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. M.J.H Smeet
dalam buku “De Economishce betekenis belastingen” Pajak adalah prestasi kepada
pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dilaksanakan,
tanpa adanya kontrasepsi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, yang
dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Sedangkan pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Sumitro, SH, dalam
bukunya “Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990 : 5)” Pajak adalah
Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrasepsi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang
melekat pada pengertian pajak adalah : SAMSAT
PEMBANTU
UPT SIDIKALANG
UPT TEBING
BAB III
GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK
3.1. Ketentuan
Untuk lebih mendalami pembahasan mengenai Pajak Kendaraan Bermotor
ada baiknya terlebih dahulu kita mengerti arti Pajak yang sebenarnya, maka banyak
para ahli memberikan batasan tentang pajak.
Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. M.J.H Smeet
dalam buku “De Economishce betekenis belastingen” Pajak adalah prestasi kepada
pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dilaksanakan,
tanpa adanya kontrasepsi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, yang
dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Sedangkan pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Sumitro, SH, dalam
bukunya “Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990 : 5)” Pajak adalah
Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrasepsi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang
melekat pada pengertian pajak adalah : SAMSAT
PEMBANTU
UPT SIDIKALANG
UPT TEBING
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta iuran pelaksanaannya yang
sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrasepsi individual
oleh pemerintah
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur
Berdasaran kewenangan pemungutan pajak, maka pajak terbagi atas dua
bagian yakni Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Dan sejalan dengan Undang-undang No.
22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 32
Tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 melalui sistem Otonomi Daerah, maka
daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya
sendiri, sehingga optimalisasi Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
3.1.1. Dasar Hukum Pemungutan Pajak
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 18 tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang – undang Nomor 22 tahun 1999 yang diubah dengan Undang – undang
Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah
Peraturan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan kendaraan Diatas Air (KDA)
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2000 tentang Penghitungan
Dasar Penggunaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor Tahun 2000.
3.1.2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak daerah sebagai salah satu pendapatan Daerah Asli Daerah (PAD)
diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu
mengatur rumah tangganya sendiri.
Daerah Kabupaten/Kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber –
sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang ditetapkan
sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sesuai dengan aspirasi
masyarakat. Dan yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah :
1. Pendapatan Asli Daerah
a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BNN-KB)
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
Hasil retribusi daerah
Hasil perusahaa milik daerah dan hasil pengolahan kekayaan daerah lainnya
yang dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
2. Dan Perimbangan
3. Pinjaman Daerah
4. Lain-lain penerimaan daerah yang sah
5. Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah dan/atau instansi yang lebih
tinggi yang dapat menjadi :
• Sumbangan dari Pemerintah
• Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan hasil
perusahaan daerah
3.1.3. Bagi Hasil Penerimaan Pajak
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan
Nomor 3 tahun 2002, disebutkan bahwa pembagian hasil penerimaan yang diserahkan
kepada daerah adalah sebagai berikut :
a. Untuk Daerah Provinsi sebesar 70%
b. Untuk daerah Kabupaten/Kota di Wilayah Daerah memperoleh 30% dengan
memperhatikan aspek pemerataan dan potensi Kabupaten/Kota yang bertujuan
untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah Kabupaten/Kota.
3.1.4. Penetapan dan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
Dalam hal penetapan baik untuk pajak daerah maupun retribusi daerah adalah
suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan dan objek dan subjek pajak atau
retribusi, penetapan besarnya pajak atau retribusi yang tertuang sampai kegiatan
penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta
pengawasan. Penetapan pajak yang dilaksanakan dengan menggunakan Surat
Keterangan Pajak Daerah dan Dokumen lain yang dipersamakan. Dan pemungutan
juga merupakan salah satu kebijakan Pemerintah Daerah dalam mengenakan Pajak
terhadap wajib Pajak secara efektif dan adil, hal ini berkaitan dengan keputusan baik
mengenai pengenaan pajak serta perbedaan ruang lingkupnya maupun tarifnya.
Untuk merealisasikan hal tersebut, perlu diperhatikan aspek – aspek yang
menyangkut tentang kemampuan Pemerintah Daerah dalam menyelaraskan
orang-orang dalam pekerjaannya dalam suatu keterkaitan dan kerjasama yang diarahkan
kepada pencapaian tujuan bersama.
Penetapan sangat tergantung pada tingkat kualitas dan kemampuan kinerja
peningkatan yang dapat dilakukan melalui berbagai cara untuk mencapai peningkatan
sebagai suatu usaha yang sejajar, sejalan yang dinyatakan untuk memberikan
petunjuk-petunjuk pelaksanaan agar pelaksanaan dapat dicapai dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
3.1.5. Manfaat Pentingnya Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Secara terperinci manfaat dan pentingnya Penetapan dan Pengenaan dapat
dilihat sebagai berikut :
Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor yang efektif dan
efisien sehingga dapat memungkinkan untuk tercapainya suatu tujuan
yang ingin dicapai
Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat dihindarkan
kemungkinan timbulnya pertentangan terhadap suatu hal yang ingin
dicapai
Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat menyatukan
pendapat bahwa satuan organisasi yang ada didalamnya dapat sejalan,
sejajat di dalam melakukannya.
Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat
memungkinkan terjadinya terhadap suatu hal yang ingin dicapai
Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat menghindari
terjadinya suatu pencapaian tujuan yang bertentangan dengan suatu objek
yang diteliti
Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat meningkatkan
3.1.6. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
Dalam rangka memenuhi sumber-sumber pembiayaan pemerintah dan
pembangunan daerah, pajak kendaraan bermotor diserahkan sebagai pajak. Daerah
berdasarkan undang-undang nomor 25 tahun 1999 yang telah dituntut dengan
undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri.
Untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja dalam penetapan maupun
pemungutan pajak kendaraan bermotor Dinas Pendapatan Daerah melakukan segala
usaha dari kegitan pemungutan, penagihan, pengumpulan, baik terhadap
sumber-sumber pendapatan maupun dengan penggalian sumber-sumber-sumber-sumber pendapatan baru
diantaranya adalah :
Melakukan pemungutan pajak kendaraan bermotor
Melakukan koordinssi atas pajak kendaraan bermotor serta pelaksanaannya oleh
Dinas Pendapatan Daerah tempt wajib pajak terdaftar
Sejalan dengan itu, pemerintah mengambil langkah penyederhanaan
perekonomian daerah, pungutan daerah dalam rangka penerimaan tersebut dengan
tujuan untuk memberikan landasan dan pedoman yang kuat dalam pemungutan pajak
daerah yang diisi lain juga bertujuan untuk mengoptimalkan penerimaan daerah yang
potensial yang sesuai dengan keadaan dan mencerminkan perekonomian daerah.
3.2. Objek dan Subjek Pajak Daerah
Ketentuan tentang objek dan subjek pajak daerah khususnya Pajak Kendaraan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 3 tahun 2002 tentang
pajak kendaraan bermotor disebutkan bahwa yang menjadi objek Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) adalah kepemilikan atas penguasaan Kendaraan Bermotor.
Adapun yang dimaksud dengan “Kendaraan Bermotor adalah semua
kendaraan dua atau lebih beserta gandengannya digunakan disemua jenis jalan darat
dan digerakkan oleh peraturan teknik berupa motor dan peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak
kendaraan bermotor yang bersangkutan. Termasuk alat-alat yang berat yang
bergerak”.
Pajak Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat PKB adalah Pajak
yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasaannya. Kendaraan Bermotor. Dan
yang dikendalikan dari objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan atau
penguasaan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Dinas Air antara lain :
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
2. Kedudukan, Konsulat, perwakilan negara asing dan perwakilan lembaga-lembaga
internasional dengan azas timbal balik
3. Pemerintah Kabupaten kota
4. Pabrikan atau importir baru yang semata-mata tersedia untuk dipamerkan, untuk
dijualkan tidak dipergunakan dalam lalu lintas jalan bebas.
5. Wisatawan asing yang berada di daerah dalam wilayah Indonesia untuk yang
tidak lebih dari 90 (sembilan puluh) hari berturut-turut.
6. Yang tidak dipergunakan, karena disegel atau disita oleh negara
8. Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki kapal pandu dan kapal tunda
untuk keperluan keselamatan.
Yang menjadi subjek pajak sekaligus Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di atas air adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau
menguasai kendaraan bermotor, dan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak
adalah :
1. Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli
warisnya
2. Untuk badan adalah pengurus dan kuasanya
3.3. Dasar Pengenaan, Tarif Pajak dan Cara Penghitungan Pajak
3.3.1. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Berdasarkan peraturan daerah provinsi Sumatera Utara No. 3 tahun 2002,
Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai perkalian dua unsur
pokok yang antara lain :
a. Nilai jual kendaraan bermotor
b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran
lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor, sedangkan dasar pengertian
Pajak Kendaraan di atas air hanya dihitung berdasarkan nilai jual kendaraan di
atas air.
Dalam hal harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor tidak diketahui
a. Isi silinder dan atau satuan daya
b. Penggunaan kendaraan bermotor
c. Jenis kendaraan bermotor
d. Merek kendaraan bermotor
e. Tahun pembuatan kendaraan bermotor
f. Berat otot kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang, yang diizinkan
g. Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu.
Bobot untuk menghitung Dasar Pengenaan PKB dihitung berdasarkan
faktor-faktor sebagai berikut :
a. Tekanan Gandar
b. Jenis Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
c. Jenis, penggunaan tahun pembuatan dan ciri-ciri mesin dari kendaraan bermotor.
Penetapan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) ditetapkan
oleh Gubernur selaku Kepala Daerah berdasarkan :
a. Merk, Jenis dan Type kendaraan untuk tahun pembuatan terbaru, nilai jualnya
ditetapkan 20% (dua puluh persen) di bawah harga pasaran umum yang berlaku.
b. Merk, jenis dan Type kendaraan untuk tahun pembuatan lebih tua, nilai jualnya/
ditetapkan dari negara produsen yang sama
c. Merk jenis dn type kendaraan untuk tahun pembuatan terbaru, maka besarnya
nilai jual sebelumnya
d. Merk, jenis type kendaraan untuk tahun pembuatan lebih tua, maka nilai jualnya
dihitung dari nilai jual tahun pembuatan terakhir dengan penurunan 10% (sepuluh
3.3.2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
a. 1,5 % (satu persen) untuk kendaraan bukan umum
b. 1 % (satu persen) untuk kendaraan umum
c. 0,5% (setengah persen) untuk kendaraan alat-alat besar
Besarnya pajak tentang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak
kendaraan bermotor dengan dasar pengenaan pajak Kendaraan Bermotor. Pajak
kendaraan bermotor yang tertuang dipungut di wilayah daerah tempat kendaraan
bermotor terdaftar. Dan apabila kendaraan bermotor yang karena sesuatu dan lain hal
berada di wilayah daerah tempat kendaraan bermotor selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut, wajib didaftarkan di daerah tempat kendaraan bermotor tersebut berada.
3.3.3. Wilayah Pemungutan Pajak
Wilayah pemungutan pajak adalah di wilayah daerah, dan apabila terjadi
pemindahan kendaraan bermotor ke daerah lain, maka wajib pajak yang bersangkutan
harus memperlihatkan bukti pelunasan pajak kendaraan bermotor di daerah asalnya
berupa surat keterangan fiskal antara daerah. Pemungutan pajak kendaraan bermotor
merupakan satu kesatuan pengurusan Administrasi Kendaraan Bermotor.
3.3.4. Masa Pajak, Saat Pajak Tertuang dan Surat Pemberitahuan
Masa pajak adalah 12 (dua belas) bulan berturut-turut yang merupakan tahun
pajak, dimulai pada saat pendaftaran kendaraan bermotor dan kewajiban pajak
dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan, bagian dari bulan yang melebihi 15 (lima
belas) hari dihitung satu bulan penuh dan setiap wajib pajak wajib mengisi SPTD.
3.4. Prosedur dalam Mekanisme Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Prosedur – prosedur yang harus dilakukan dalam Mekanisme Pengenaan
Pajak Kendaraan Bermotor adalah :
a. Pemilik Kendaraan Bermotor harus membayar pajak kendaraan bermotor dengan
jumlah yang ditetapkan oleh SAMSAT sesuai dengan jenis kendaraan bermotor
untuk setiap tahunnya.
b. Apabila pemilik kendaraan bermotor terlambat atau tidak membayar pajak sesuai
dengan ketentuan dan waktu yang sudah ditetapkan maka pemilik tersebut akan
dikenakan sanksi ataupun denda sesuai dengan pelanggaran – pelanggaran yang
dilakukan.
c. Pemilik diwajibkan untuk mengurus surat-surat penting kepemilikikan Kendaraan
Bermotor seperti : STNK, SIM dan yang lainnya sebagai syarat-syarat dalam
penggunaan kendaraan bermotor dalam kehidupan sehari-hari.
3. 5. Mekanisme Penilaian Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 3.5.1. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah
Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dari
penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang
sampai pada kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan
Pemungutan pajak daerah pada umumnya tidak dapat diborongkan atau tidak
bisa diberikan kepada pihak ketiga. Pajak daerah dipungut berdasrkan penetapan
kepala daerah atau dengan kata lain dibayar sendiri oleh wajib pajak. Wajib Pajak
membayar pajaknya sendiri dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah dan Pejabat yang ditunjuk.
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang dikeluarkan oleh kepala Daerah
atau pejabat yang ditunjukkan khusus bagi pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) terdiri dari 5 (lima) lembar yang antara lain :
a. Lembar ke-1 untuk wajib pajak
b. Lembar ke-2 untuk dipenda provinsi Sumatera Utara
c. Lembar ke-3 untuk PT. (AK) Jasa Raharja
d. Lembar ke-4 untuk bendaharawan khusus penerima
e. Lembar ke-5 untuk kantor bersma SAMSAT
Dalam hal ini pemenuhan kewajiban pajak. Maka wajib pajak harus
menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SKPD) dapat dikeluarkan Surat
Tagihan Pajak Daerah (STPD) atau bisa juga dikeluarkan surat Pembetulan karena
penyampaian pelaporan yang diberikan terdapat kesalahan ada 3 (tiga) kemungkinan
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) di keluarkan oleh Kepala Daerah yaitu :
a. Surat tagihan pajak diterbitkan Kepala Daerah apabila pajak yang terutang dalam
tahun berjalan tidak atau kurang bayar
b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) yang
diberitahukan oleh wajib pajak terdapat kekurangan pembayaran akibat salah tulis
c. Surat tagihan pajak Daerah dikeluarkan Kepala Daerah apabila wajib pajak
dikenakan sanksi atau denda.
Apabila wajib pajak tidak membayar pajak terhutang sampai jatuh tempo
(selama 30 hari), maka Surat Tagihan Pajak (STP) yang disampaikan kepada Kepala
Daerah akan ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per
bulan, berlaku paling lama 15 bulan sejak saat terhutangnya pajak dan bila wajib
pajak sudah mendapat Surat Tagihan Pajak (STP) tidak juga membayar pajaknya,
maka kepala daerah dapat mengeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP) atau surat Paksa
berdasarkan peraturan perundang-undangan pajak daerah.
3.5.2. Proses Pemungutan PKB/BBN-KB a. Pendaftaran
Dalam hal ini yang harus dilakukan oleh wajib pajak adalah :
• Pengambilan formulir SPT
• Pengisian formulir SPT
• Pendaftaran berkas
• Menyampaikan berkas pada petugas cheking
b. Penelitian Berkas
Dalam tahapan ini yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
• Chek persyaratan dan kelengkapan berkas
• Pendaftaran (entry)
c. Penetapan
Yang dilakukan pada bagian penetapan ini adalah sebagai berikut :
• Membuat perhitungan dan penetapan (pembukuan)
• Membuat nomor kohir
• Mencek ketetapan tanda lembar SKPD
• Menyampaikan berkas pada korektor (final checking)
d. Final Cheking (Korektor)
Yang dilakukan oleh bagian fina checking (korektor) adalah dengan melakukan
hal-hal sebagai berikut :
• Meneliti kebenaran perhitungan dan penetapan
• Meneliti data pajak dalam ketetapan PPKB/BBN-KB
e. Pembayaran
Pada bagian pembayaran pajak yang menjadi tanggung jawab dari hasil
pembayaran pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak adalah dengan melakukan
hal-hal berikut :
• Menerima pembayaran dari wajib pajak (loket kasir)
• Membukukan hasil penerimaan
• Menyampaikan SKPD poada loket embossing STNK
• Menyampaikan berkas pada petugas kartu box (arsip)
• Menyetorkan hasil penerimaan kasir (bend 26) kepada berndarahawan
(PKKP)
• Menyampaikan berkas belum bayar penagihan.
f. Penagihan
Yang menjadi tugas dibagian penagihan ini adalah sebagai berikut :
• Menghimpun dan membukukan berkas tunggakan pajak
• Membuat dan menyampaikan surat Tagihan Pajak yang belum
mendaftar dan yang menunggak kepada wajib pajak
• Membuat penetapan denda tunggakan pajak bagi hasil pajak yang
menyelesaikan tunggakan.
g. Pelaporan
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah dengan melakukan hal-hal sebagai
berikut :
• Mempersiapkan laporan target dan realisasi penerimaan.
• Laporan permintaan dan pemakaian SPT/SKPD dan pemakaian
formulir lainnya
• Setoran Bank
• Laporan tungakan dan laporan lainnya.
Dalam hal mengenai pendaftaran kendaraan akibat mutasi sama saja dengan
proses pendaftaran kendaraan pada awal pendaftaran sebelum mutasi, yang berarti
Mekanisme Pemungutan PKB/BBN-KB
PENDAFTARAN
1. Pengambilan formulir SPT/Formulir permohonan STNK, formulir
PENELITIAN BERKAS
1. Check persyaratan dan kelengkapan berkas
PENETAPAN
1. Membuat perhitungan & penetapan kewajiban wajib pajak 2. Membuat nomor kohir
i i d d i j k
KOREKTOR
1. Meneliti kebenaran dan penetapan kewajiban wajib pajak 2 M liti d t j k d l k t t t
PEMBAYARAN
1. Menerima pembayaran dari wajib pajak 2. Membukukan hasil penerimaan 3. Mencetak SKPD
4. Menyampaikan SKPD pada lokasi embossing STNK 5. Menyampaikan berkas kepada petugas kartu box (Arsip) 6. Menyetor hasil penerimaan kasir pada bendaharawan bend
26 ( k lid i)
EMBOSSING/PENCETAKAN STNK
BAB IV
ANALISA DATA DAN EVALUASI
4.1. Penetapan Realisasi PKB
Sesuai dengan tujuan daripada Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
yang penulis laksanakan di Kantor Samsat Medan Selatan, dalam rangka untuk
mengetahui tentang target dan realisasi penerimaan pungutan Pajak Kendaraan
Bermotor melalui kebijakan yang diambil oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Sumatera Utara berdasarkan peraturan Daerah, target dan realisasi penerimaan Pajak
tersebut dalam pembangunan daerah dimasa-masa yang akan datang.
Maka dalam Bab analisa dan evaluasi data ini Penulis akan membahas secara
rinci mengenai penetapan target dan realisasi penerimaan pungutan Pajak Kendaraan
Bermotor T.A 2005 dan 2006 sedangkan untuk tahun anggaran 2007 masih dalam
tahun berjalan sehingga belum adanya realisasi dari target yang telah ditentukan
seperti pada tahun sebelumnya.
Dan bab ini juga penulis akan menganalisa permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor, hambatan-hambatan, upaya yang
Tabel : Penetapan Target dan Pealisasi PKB T.A. 2005
JUMLAH 12.199.999.996 13.176.565.426 122,11
Sumber : Kantor SAMSAT Medan Selatan
Pada T.A. 2005 Kantor Bersama SAMSAAT Medan Selatan yang
merupakan Cabang Dispenda Provinsi Sumatera Utara, menetapkan Target antara
Januari s/d Desember sebesar Rp. 12.1999.999.996. sementara realisasi penerimaan
pada tahun tersebut sudah mencapai target sebesar Rp. 13.176.565.426. Ini
merupakan peningkatan yang cukup baik dari tahun sebelumnya dengan persentase
Hasil yang dicapai pada tahun T.A 2005 kiranya dapat diberikan kepada
daerah Provinsi Sumatera Utara untuk menunjang pembangunan dalam rangka
ekonomi daerah berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Keterangan :
Perbandingan antara realisasi dengan Penetapan PKB
%
Tabel : Penetapan Target dan Realissi T.A. 2006
TAHUN 2006
JUMLAH 20.970.000.000 21.014.900.323 100,21
Sumber : Kantor Bersama SAMSAT Medan Selatan
Untuk T.A. 2006 ditetapkan target sebesar Rp. 20.970.000.000 terhadap
diinginkan sebesar Rp. 21.014.900.323 dengan persentase pencapaian antara target
dan realiasasi sebesar 10,21.
Disini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa persentase antara target
dengan realissi pada tahun sebelumnya mengalami penurunan, namun jika dilihat dari
jumlah penerimaan PKB dari tahun sebelumnya mengalami peningkatan dibanding
tahun 2005, yang jika dirinci antara lain :
Tahun Anggaran : 2005 PKB Rp. 13.676.565.426
2006 PKB Rp. 21.014.900.323
dan berdasarkan jumlah tersebut, antara T.A 2005 ke T.A 2006 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 7.338.334.897. hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu :
1. tingginya tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya
2. Sosialisasi tentang realisasi penerimaan PKB kepada Wajib Pajak berjalan dengan
4.2. Mekanisme Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor
Adapun mekanisme pelayanan yang dilakukan pada Kantor bersama Samsat
adalah sebagai berikut :
MEKANISME PELAYANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
PEMILIK /
LOKET PELAYANAN
PENDAFTARAN &
PENDAFTARAN BARU PERPANJANG STNK PENGESAHAN STNK PERSYARATAN KHUSUS
UNIT ADMINISTRASI
ADM, STNK, STNK ADM, ASURANSI JASA RAHARJA ADM PAJAK DAERAH
VALIDASI SKPD, CETAK STNK, TNKB, STCK, TCKB, BTCKB & BPKB
4.3. Mekanisme Kinerja Pelayanan Pendaftaran dan Penetapan 4.3.1. Mekanisme Kinerja dari pendaftaran adalah :
1. Menerima, meneliti kelengkapan dan keabsahan berkas permohonan
2. Melakukan penelitian pada daftar pencarian barang dan daftar pencarian barang
dan daftar pemblokiran
3. Membutuhkan paraf pada resi formulir pendaftaran yang diterima, memotong dan
memberikan resi tersebut kepada pemohon
4. Menerima dan meneliti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor untuk di cors
check dengan dokumen Kendaraan Bermotor dan apabila ternyata di dalam
penelitian pemeriksaan fisik ditemukan adanya perbedaan dan kejanggalan,
ataupun tercantum dalam daftar pencarian dan pemblokiran berkas, maka
permohonan tersebut diselesaikan secara khusus sesuai ketentuan yang berlaku
5. Memberikan dan menetapkan Nomor Polisi dan Nomor BPKB serta
menuliskannya pada formulir SPPKB yang juga formulir permohonan STNK,
serta membubuhkan paraf dan formulir tersebut.
6. Meneruskan berkas permohonan kepada otoritas dan statis kendaraan
7. Khususnya untuk pendaftaran STCK dan TCKB, petugas Kepolisian Republik
Indonesia dan Jasa Raharja yang melaksanakan tugas :
a. Menerima biaya administrasi STCK, TCKB, BTCK dan SWDKLLJ
b. Melaksanakan pengetikan STCK
c. Verifikasi STCK
d. Menyiapkan TCKB
4.3.2. Mekanisme Kinerja dari Penetapan adalah :
1. Menetapkan besarnya PKB dan BNN-KB serta denda dalam SKPD
2. Memberikan nomor SKUM dan kohir pada SKPD
3. Membukukan dalam buku Produksi Pajak
4. Menyelesaikan secara khusus apabila terjadi kesalahan penetapan sesuai
ketentuan yang berlaku
5. Meneruskan berkas yang telah disahkan PKB/BBN-KB dan dendanya
kepada penetapan SWKLJ
4.4. Mekanisme Kinerja Pelayanan Pembayaran dan Penyerahan 4.4.1. Mekanisme Kinerja dari Pembayaran adalah :
1. Menerima pembayaran sesuai dengan SPKD dan membubuhkan validasi
pada SKPD
2. Meneruskan berkas dan tindakan SKPD kepada petugas pencetak
peneng/penetak STNK/pengesahan STNK
3. Menyerahkan lembaran asli SKPD yang telah divalidasi kepada pemohon
4. Mendistribusikan tindakan SKPD kepada Dipenda dan PT. Jasa Raharja
(Persero)
5. Menyetorkan uang penerimaan kepada instansi atau pihak yang berhak
menerima paling lambat 1 x 24 jam
6. Menumbuhkan dalam buku kas umum dan penerimaan per jenis :
a. PKB/BBN – KB
c. Administrasi STNK dan TNKB
4.4.2. Mekanisme Kinerja dari Penyerahan adalah :
1. Menyerahkan STNK, TNKB, SKPD, dan peneng
4.5. Prosedur Penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan roda dua atau lebih beserta
gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah
suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak. Pajak
Kendaraan bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor tersebut.
Perhitungan adalah suatu rangkaian kegiatan penghimpunan data untuk
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam penghitungan pajak kendaraan bermotor terlebih dahulu harus mengetahui.
Jenis/Merek/Type, tahun pembuatan, nilai jual kendaraan bermotor, bobot, dasar
pengenaan, dan tarif yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan pajak kendaraan
bermotor.
Contoh Kasus :
Soal :
a. Hitunglah pajak terutang yang harus dibayar Pak Amir dalam 1 tahun
b. Kalau Pak Amir terlambat dalam membayar pajak selama 1 bulan berapa pajak
yang harus dibayar.
Jawaban :
a. Untuk mencari pajak yang terhutang dalam 1 tahun adalah :
= Tarif x NJKB
= 1,5% x Rp. 8.700.000.00
= Rp. 130.500.00
b. Untuk menghitung pajak yang dikenakan denda sebesar 2%, jadi untuk
menghitung pajaknya adalah :
Atas keterlambatan Pak Amir dikenakan denda sebesar 2%, jadi untuk
menghitung pajaknya adalah :
1 tahun = 12 bulan + atas keterlambatan 1 bulan
Jadi denda yang harus dibayar adalah :
12 + 1 = 13 x 2% pajak setahun
= 26% x Rp. 130.500.00
= Rp. 33.930.00
Jumlah Pajak yang terutang adalah pajak 1 tahun + denda 1 bulan
= Rp. 130.500.00 + Rp. 33.930.00
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sebagai hasil akhir dari keseluruhan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) ini dilaksanakan dikantor SAMSAT Medan Selatan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mendukung tercapainya penerimaan pungutan PKB
• Tingginya tingkat kesadran wajib pajak untuk membayar Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB)
• Sosialisasi tentang realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
sudah berjalan dengan baik
• Baiknya tingkat pelayanan dari Petugas Pajak Kendaraan Bermotor
2. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban di UPTD, medan
Selatan :
• Menurunya penerimaan dari sektor PKB dan BBN-KB hal ini disebabkan
karena banyak kendaraan bermotor yang sudah tua (afkir) khusus seri AA s/d
AZ.
• Banyaknya kendaraan bermotor CBU (Complety Built Up) yang didatangkan
• Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaliknama kendarannya, dimana
hal tersebut dapat mempengaruhi nilai jual kendaraan turun dipasaran,
sehingga ada usaha jalan meminjam KTP atua istilah lain tembak KTP
• Belum terealisasi proses berkas berdasarkan domisili Wilayah Kerja UPTD.
Medan Selatan yang dapat mendorong meningkatnya penerimaan di sektor
PKB/BBN-KB serta volume kerja sejalan dengan target yang ditetapkan.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi realisasi penerimaan PKB
Faktor Positif :
1. Mengirim surat penitipan (super) kepada Wajib Pajak yang akan dan ataupun
telah jatuh tempo. Apabila tidak dipindahkan maka wajib pajak dikenakan
sangsi 2% setiap bulannya
2. Mengirim surat panggilan kepad wajib pajak yang meninggal apabila tidak
diindahkan maka dilakukan penyitaan
3. Pelimpahan pendaftaran domisili kecamatan Medan Amplas ke Medan
Selatan
Faktor Negatif :
Karena kendaraan sudah rusak berat dan pemakaian diatas 20 tahun (Seri AA s/d
AZ pada umumnya kendaraan tua)
1. Pemberian keringanan denda PKB terlambat mendaftar atau membayar
2. Nomor Polisi Seri AA s/d AZ khusus BK kecil atau BK Pilihan pada
4. Upaya-upaya yang dilakukan Kantor SAMSAT Medan Selatan Dalam
meningkatkan Penerimaan Pungutan PKB
1. Melakukan koordinasi dengan pihak Ditlantas Poldasu agar diberi
penambahan wilayah kerja untuk diproses di UPT Medan Selatan
2. Seri AA s/d Azdan kendaraan yang beralamat di Kecamatan Medan Amplas
agar seluruhnya dapat diproses di UPT Medan Selatan
3. Bagi masyarakat wajib pajak yang bermasalah kami telah menyurati sesuai
dengan data yang berada pada komputer induk dan melakukan dengan sistem
Door To Door.
4. Meningkatkan pemeriksaan KTP kepada pemilikan kendaraan bermotor
5. Melakukan koordinasi kepada tiga instansi yang terkait yang berada pada
kantor SAMSAT Medan Selatan untuk dapat bekerjasama untuk pelayanan
kepada masyarakat wajib pajak.
5.2. Saran
Sebagai isi dari laporan ini, penulis juga membuat saran-saran yang mungkin
bermanfaat dalam memotivasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara
maupun untuk PRODIP-III Administrasi adapun saran-sran yang dapat penulis
berikan adalah :
1. Meningkatkan koordinasi antara instansi yang terkait yaitu : Kepolisian,