• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. a. Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM tergolong sedang, sementara siswa yang mendapatkan pembelajaran PK, peningkatannya tergolong sedang dengan persentase pencapaian tergolong rendah.

b. Untuk setiap kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang), pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK.

c. Faktor kemampuan awal matematis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Adapun faktor peringkat sekolah memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaiannya.

2. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

3. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

265

4. a. Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM termasuk kategori sedang, sementara siswa yang mendapatkan pembelajaran PK, peningkatannya tergolong sedang dan persentase pencapaiannya tergolong rendah.

b. Untuk setiap kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang), pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK.

c. Faktor kemampuan awal matematis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, sedangkan faktor peringkat sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keduanya.

5. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

6. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

7. a. Pencapaian dan peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. Persentase pencapaian self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM dan yang mendapatkan pembelajaran PK sama-sama tergolong tinggi. Adapun untuk peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM tergolong sedang, sementara siswa yang mendapatkan pembelajaran PK tergolong rendah.

Heni Pujiastuti, 2014

PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

266

b. Untuk setiap kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang), pencapaian dan peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. c. Faktor kemampuan awal matematis memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pencapaian dan peningkatan self-esteem matematis siswa. Adapun untuk faktor peringkat sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian self-esteem matematis siswa, akan tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatannya.

8. Ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian self-esteem matematis siswa. Tetapi, tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan self-esteem matematis siswa.

9. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan self-esteem matematis siswa.

10. Ada korelasi antara kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa. Korelasi antara kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis tergolong tinggi, korelasi antara kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-esteem matematis tergolong sedang, serta korelasi antara kemampuan komunikasi matematis dan self-esteem matematis tergolong sedang.

11. Secara umum, pelaksanaan pembelajaran ICM berjalan dengan baik. Meskipun pada pertemuan awal, proses pembelajaran yang terjadi masih tampak kaku, akan tetapi pada pertemuan-pertemuan berikutnya siswa sudah mulai beradaptasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran ICM. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah pembelajaran ICM dan LKS yang digunakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran ICM yaitu siswa membentuk kelompok- kelompok kecil, kemudian secara bersama-sama siswa mendiskusikan,

267

menyelidiki, mengeksplorasi ide-ide, mengemukakan serta menuliskan persepsinya (pendapat atau ide) terkait situasi atau permasalahan matematis yang disajikan dalam LKS. Selanjutnya siswa diminta untuk mempresentasikan dan menjelaskan hasil diskusi kelompok di depan kelas secara individu. Kemudian siswa diminta menyelesaikan beberapa masalah matematis (soal) sebagai tantangan dan menyelesaikan soal-soal kuis sebagai evaluasi pembelajaran.

12. Kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan tes kemampuan komunikasi matematis terjadi pada setiap indikator. Untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis, kesalahan banyak terjadi dalam memeriksa dan menjelaskan kebenaran jawaban sesuai dengan permasalahan yang ditanyakan. Pada umumnya, siswa yang belajar dengan ICM sudah mampu dalam memeriksa kebenaran jawaban, akan tetapi pada saat menjelaskan kebenaran jawaban, siswa banyak melakukan kesalahan dalam perhitungan, sehingga jawaban menjadi kurang atau tidak lengkap. Sementara siswa yang belajar secara konvensional banyak melakukan kesalahan dalam memeriksa kebenaran jawaban yang diberikan. Untuk tes kemampuan komunikasi matematis, kesalahan banyak terjadi dalam menyatakan suatu situasi atau ide matematis ke dalam bentuk simbol atau model matematis dan sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikan model matematis tersebut dengan baik. Kesalahan dalam menyelesaikan model matematis banyak dilakukan siswa yang belajar ICM, sedangkan siswa yang belajar konvensional banyak melakukan kesalahan dalam membuat model matematisnya.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian, pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. Kesimpulan ini memberikan implikasi sebagai berikut.

Heni Pujiastuti, 2014

PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

268

1. Pembelajaran ICM dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa di tingkat SMP.

2. Pembelajaran ICM dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa dengan kemampuan awal matematis tinggi, sedang, dan rendah.

3. Pembelajaran ICM dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa pada kategori sekolah peringkat tinggi dan sekolah peringkat sedang.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan di antaranya:

1. Pembelajaran ICM hendaknya menjadi alternatif guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika di kelas, khususnya untuk tujuan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa SMP.

2. Dalam pembelajaran ICM, situasi atau masalah matematis yang disajikan dalam LKS menjadi fokus penyelidikan siswa dalam belajar kelompok. Situasi atau masalah matematis yang disajikan dalam LKS agar disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir dan lingkungan belajar siswa, sehingga dapat mendorong semua siswa untuk berpikir dan terlibat aktif dalam pembelajaran.

3. Salah satu kendala yang dihadapi selama pembelajaran yaitu keterbatasan waktu. Untuk mengatasi hal ini, siswa dapat mempelajari permasalahan- permasalahan yang ada dalam LKS secara individu terlebih dahulu di rumah. Dengan demikian, pada saat pembelajaran di kelas, siswa sudah mengetahui materi apa yang akan dipelajari, hal-hal apa saja tidak dimengerti dari

269

permasalahan yang ada dalam LKS, serta memahami apa saja yang akan dilakukan selama pembelajaran di kelas, sehingga pada tahap diskusi kelompok tidak menyita waktu terlalu banyak.

4. Kemampuan dan kecepatan siswa dalam belajar relatif berbeda-beda. Untuk mengatasi perbedaan itu, guru dapat meminta kepada beberapa siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa lainnya yang kurang pandai, dalam mempelajari permasalahan-permasalahan dalam LKS.

5. Pada penelitian ini diketahui faktor kemampuan awal matematis berpengaruh signifikan terhadap perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis siswa. Disarankan agar guru memperhatikan tingkat kemampuan awal matematis siswa terlebih dahulu sebelum pembelajaran dilakukan. Hal ini dilakukan agar pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis siswa dapat diperoleh secara optimal. 6. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran ICM dengan

tujuan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-

esteem matematis siswa, agar menerapkannya pada subjek di tingkatan yang

lebih tinggi dan lebih rendah, di SMA dan SD. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh temuan-temuan yang berbeda dan saling melengkapi.

7. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengkaji kemampuan matematis lainnya yang dimungkinkan dapat meningkat melalui pembelajaran ICM, misalnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis. Hal ini dimungkinkan karena tahapan-tahapan dalam pembelajaran ICM memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk melatih kedua aspek kemampuan tersebut.

Heni Pujiastuti, 2014

PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abba, N. (2000). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction). Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Alberta Learning. (2004). Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing

Inquiry-Based Learning. [Online]. Tersedia: http://www. learner.gov.

ab.ac/k-12/curriculum/bySubject/focusoninquiry.pdf. [13 September 2012]. Alhadad, S. F. (2010). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel

Matematis, Pemecahan Masalah Matematis, dan Self Esteem Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended. Bandung: Disertasi

SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Alr , H. & Skovsmose, O. (2002). Dialogue and Learning in Mathematics

Education. New York: Kluwer Academic Publisher.

Anderson, J. (2009). Mathematics Curriculum Development and the Role of

Problem Solving. ACSA Conference 2009.

Arends, R.I. (2007). Learning to Teach. New York: McGraw Hill Co. Inc.

Arthur, L.B. (2008). Problem Solving. U.S.: Wikimedia Foundation, Inc. [online] Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Problem Solving. [10 September 2012].

Baroody, A.J. & Niskayuna, R.T.C. (1993). Problem Solving, Reasoning, and

Communicating, K-8. Helping Children Think Mathematically. New York:

Merril, an Impirit of Mc Millan Publishing Company.

Baumeister, R. F., Campbell, J. D., Krueger, J. I., & Vohs, K. D. (2003). Does high selfesteem cause better performance, interpersonal success, happiness, or healthier lifestyles? Psychological Science in the Public

Interest, 4, 1-44.

Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). Iowa: Wm. C. Brown Company.

Brune, MC. (2010). The Inquiry Learning Model as an Approach to Mathematics

Instuction. Thesis. Boise State University Graduate College. [Online].

Tersedia: http://scholarworks.boisestate.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=11 61&context=td [2 Oktober 2013].

Chi, M.T.H. & Glaser, R. (1983). Problem-Solving Ability. University of Pittsburgh.

Cotton, K.H. (2008). Mathematical Communication, Conceptual Understanding,

and Students’ Attitudes Toward Mathematics. Laporan Penelitian Tindakan. Oshkosh, Nebraska.

271

Creswell, J.W. & Plano, C.V. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods

Research. Thousand Oaks: Sage Publication.

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darhim (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Hasil

Belajar dan Sikap Siswa SD Kelas Awal dalam Matematika. Bandung:

Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Dendane, A. (2009). Skill Needed for Mathematical Problem Solving (1-7). Paper

presented at the 10th Annual Research Conference-UAE University-13th- 16th April, 2009.

Dindyal, J. (2009). Mathematical Problems for the Secondary Classroom. Dalam Berinderjeet Kaur, Yeap Ban Har, dan Manu Kapur (editor), Mathematical

Problem Solving. Toh Tuck Link: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.

Dwijanto. (2006). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan

Komputer terhadap Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa. Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak

diterbitkan.

Effendy, O.U. (2007). Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Even, R. & Tirosh, D. (2003). Teacher Knowledge and Understanding of

Student’s Mathematical Learning. Dalam English, L.D (Ed) Handbook of International Research in Mathematics Education (pp. 219-240). Mahwah

NJ: Laurence Erlbaum.

Ferreira & Presmeg. (2001). Clasroom Questioning, Listening, And Responding:

The Teacher Modes. [Online]. Tersedia: http:// cerme4/ papers %20/ 12/

ferreira.pdf. [8 Oktober 2012].

Fraenkel, J.R. & Norman, E.W. (1993). How to Design and Evaluate Research in

Education Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Frykholm, J. & Brendefur, J. (2000). Promoting Mathematical Commnuication in the Classroom: Two Preservice Teachers’ Conceptions and Practices.

Journal of Mathematics Teacher Education 3: 125–153, 2000. © 2000 Kluwer Academic Publishers. Printed in the Netherlands.

Gani, R.A. (2007). Pengaruh Pembelajaran Metode Inkuiri Model Alberta

Terhadap Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA. Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Hake, R.R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/-sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.

Hudojo, H. (1998). Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivistik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Upaya-upaya

Meningkatkan Peran Pendidikan dalam Era Globalisasi SPs IKIP Malang. Malang, 4 April.

272

Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan

Masalah Matematika SMP Melalui Model Pembelajaran Generatif.

Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Isrok’atun (2006). Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa. Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Irianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Joyce, B. & Weil, M. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon.

Kadir. (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir

Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Keterampilan Sosial Siswa SMP. Bandung: Disertasi SPs

UPI. Tidak diterbitkan.

Kantowski, M.G. (1981). Problem Solving. Dalam Elizabeth Fennema (editor)

Mathematics Education Research, Implications for 80’s. Virginia:

Association for Supervision and Curriculum Development.

Kesumawati, N. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan

Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak

diterbitkan.

Kirkley, J. (2003). Principles for Teaching Problem Solving. Indiana: Plato Learning, Inc.

Lim, L. & Pugalee, D.K. (2005). Using Journal Writing to Explore They Communicate to Learn Mathematics and They Learn to Communicate Mathematically”. [Online]. Tersedia: http://www.nipissingu.ca.oar/new issue-V722E.htm. [21 Desember 2012].

Lindquist, M.M & Elliott, P.S. (1996). Communication an Imperactive for Change: A Conversation with Mary Lindquist. Communication in

Mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.

Machmud, T. (2013). Peningkatan Kemampuan Komunikasi, Pemecahan

Masalah Matematis, dan Self-Efficacy Siswa SMP melalui Pendekatam Problem-Centered Learning dengan Strategi Scaffolding. Bandung:

Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Martin-Albo, J., Nunez, J.L., Navarro, G.J., & Grijalvo, F. (2007). The Rosenberg Self-Esteem Scale: Translation and Validation in University Students. The

Spanish Journal of Psychology Copyright 2007 by The Spanish Journal of Psychology 2007, Vol. 10, No. 2, 458-467.

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to :The Relationship between Mathematics

Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden

Variable” in Diagnostics Pretest Scores. [Online]. Tersedia:

273

Montague, M. (2007). Math Problem Solving for Middle School Student with

Disabilities. [Online]. Tersedia: http://www.k8accesscenter.org/training

_resources/MathProblemSolving.asp. [3 Oktober 2012].

Muijs, D. & Reynold, D. (2008). Effective Teaching: Evidence and Practice. Terjemahan: Soetjipto, H. P. dan Soejipto, S. M. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Murni, A. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Representasi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Metakognitif Berbasis Soft Skills. Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Nanang. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematik Pada Kelompok Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Pendekatan Kontekstual dan Metakognitif serta Konvensional. Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak dipublikasikan.

Nasution, S. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org/focalpoints. [3 Oktober 2012]. NCTM. (2000). Defining Problem Solving. [Online]. Tersedia: http://www.

learner.org/channel/courses/teachingmath/.html. [3 Oktober 2012].

NCTM. (2003). Program for Initial Preparation of Mathematics Specialists. [Online]. Tersedia: http: //www.ncate.org/ProgramStandards/NCTM/ NCTMELEMStandards.pdf. [3 Oktober 2012].

Noer, S.H. (2007). Pembelajaran Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik dan Kemampuan Berpikir Kreatif.

Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak dipublikasikan.

Noer, S.H. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan

Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004 . Jakarta: Gramindo.

Opacic, G. D. & Kadijevic, D. M. (2000). Mathematical Self-Concept: An

Operationalization and Its Empirical Validity. [Online]. Tersedia:

http://www.mi.sanu.ac.yu/djkadij/rad_ok.html. [20 Oktober 2012].

Peressini, D & Bassett, J. (1996). Mathematical Communication in Student’s

Responses to a Performance-Assesment Task. Communication in

Mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.

Polla, G. (1999). Effort to Increase Mathematics for All through Communication

in Mathematics Learning. [Online]. Tersedia: http://72.14.203.104/

search?q=cache:IVSmQCvwl-4J. [21 Desember 2012].

Polya, G. (1985). How to solve it: A new aspect of mathematics method (2nd ed). Princeton, New Jersey: Princeton University Press.

274

Pugalee, D.A. (2001). Using Communication to Develop Students’ Mathematical Literacy. Journal Research of Mathematics Education, 6 (5), 296 - 299. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org/ercsources/article-Summary.asp? URI=MTMS2001-01-296&from=B. [8 Oktober 2012].

Prabawanto, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah,

Komunikasi, dan Self-Efficacy Matematis Mahasiswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Scaffolding. Bandung: Disertasi SPs UPI.

Tidak diterbitkan.

Pujiastuti, H. (2012a). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan Matematika. ISBN 978-602-95014-8-3. STKIP Sebelas April Sumedang (hal.87-96).

Pujiastuti, H. (2012b). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Mahasiswa Calon Guru Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. 3th International Seminar 2012. ISBN 978-602-17181-0-0. Pusat Kajian dan Penelitian UPI Kampus Cibiru (hal.164-170).

Pujiastuti, H. (2012c). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Komunikasi Matematis Siswa SMP di Kota Serang. Laporan Studi

Pendahuluan: Tidak diterbitkan.

Pujiastuti, H. (2013). Kajian Self-Esteem Matematis Siswa SMP di Kota Serang. Laporan Studi Pendahuluan: Tidak diterbitkan.

Purniati, T. (2004). Pembelajaran Geometri Berdasarkan Tahap-tahap Van Hiele

dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SLTP. Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Puteri, H.E. (2006). Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan

Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Bandung:

Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi, dan

Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP melalui Reciprocal Teaching. Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak

diterbitkan.

Rohaeti, E.E. (2003). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode

Improve untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SLTP. Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Rosenberg, M. (1965). Society and the adolescent self-image. Princeton, NJ: Princeton University Press.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

275

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-

Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Satandar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Schoen, H.L., Bean, D.L., & Ziebarth, S.W. (1996). Embedding Communication throughout the Curriculum. Dalam Communication in Mathematics, K-12

and Beyond. USA: National Council of Teachers of Mathematics. INC.

Schoenfeld, A.H. (1985). Mathematical Problem Solving. Orlando: Academic Press, Inc.

Schoenfeld, A.H. (1992). Learning to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition, and Sense Making in Mathematics. In Grouws (Ed)

Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning. NCTM.

New York: Macmillan Publishing Co.

Schoenfeld, A.H. (2012). How We Think: A Theory of Human Decision-Making,

with A Focus on Teaching. 12th International Congress on Mathematical Education Program Name XX-YY-zz (pp. abcde-fghij) 8 July – 15 July, 2012, COEX, Seoul, Korea.

Silver, E.A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. ZDM Volum 29 (June

1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. [online]. Tersedia:

http://www.fiz.karlsruhe. de/fiz/publications/zdm.

Stacey, K. (2005). The Place of Problem Solving in Contemporary Mathematics Curriculum Document. Journal of Mathematical Behaviour, 24, 341-350. Stacey, K. (2012). The International Assessment of Mathematical Literacy: PISA

2012 Framework and Items. 12th International Congress on Mathematical Education Program Name XX-YY-zz (pp. abcde-fghij) 8 July – 15 July, 2012, COEX, Seoul, Korea.

Sudjana. (1996). Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung: Tarsito.

Sugandi, A.I. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika melalui

Model Belajar Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Siswa SMU. Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

276

Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., Herman, T., Suhendra, Prabawanto, S., Nurjanah, & Rohayati, A. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: UPI.

Sujono. (1988). Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumarmo, U. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk

Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian FMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berfikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa

SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu (S1) Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Penelitian Hibah Pascasarjana Tahun

Ketiga. UPI Bandung.

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta

Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP.

Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Tran, V.D. (2012). Predicting the Attitudes and Self-Esteem of the Grade 9th Lower Secondary School Students Towards Mathematics from Their Perceptions of the Classroom Learning Environment. World Journal of

Education. Vol. 2, No. 4; August 2012.

Wichelt, L. & Kearney, N.E. (2009). Communication: A Vital Skill of

Mathematics. Laporan Penelitian Tindakan 2009. University of Nebraska-

Lincoln.

Widjayanti, D.B. & Wahyudin (2010). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi

Dokumen terkait