i
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Doktor Kependidikan dalam Bidang Pendidikan Matematika
Promovendus
Heni Pujiastuti 1102667
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA S3 SEKOLAH PASCASARJANA
HALAMAN PENGESAHAN
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Disetujui dan Disahkan oleh Tim Pembimbing Disertasi dan Penguji untuk Diajukan pada Ujian Tahap II
Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. Promotor Merangkap Ketua
Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo Ko-Promotor Merangkap Sekretaris
Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes. Anggota
Drs. Turmudi, M.Sc., M.Ed., Ph.D.
Penguji Merangkap Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
iii
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penguji Luar Perguruan Tinggi PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Pembelajaran
Inquiry Co-operation Model untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah, Komunikasi, dan Self-Esteem Matematis Siswa SMP” beserta seluruh
isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang belaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 5 Februari 2014 Yang membuat Pernyataan,
Berusaha dan berdo’a sebaik
-
baiknya, serta memohon do’a dan restu
dari orang-orang terkasih, Insya Allah segalanya dapat dijalani dan
dilewati dengan baik.
Kupersembahkan karya ini untuk yang tercinta dan terkasih;
Suamiku, Rudi Haryadi
Anakku, Riestya Cahaya Mulya
v
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Disertasi yang berjudul “Pembelajaran Inquiry Co-operation Model untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Self-Esteem
Matematis Siswa SMP”. Disertasi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari
syarat memperoleh gelar Doktor Kependidikan dalam Bidang Pendidikan
Matematika pada Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia (SPs UPI) Bandung.
Disertasi ini disusun berdasarkan hasil penelitian, hasil studi pendahuluan,
serta studi literatur dari beberapa referensi buku dan jurnal yang relevan. Tujuan
utama yang diangkat dalam disertasi ini yaitu untuk menelaah pencapaian dan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, self-esteem matematis
siswa melalui pembelajaran Inquiry Co-operation Model. Banyak pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan disertasi ini, baik pada tahap persiapan,
pelaksanaan, maupun tahap penulisan laporan penelitian. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terkira kepada:
1. Prof. H. Yaya Sukjaya Kusumah, M.Sc., Ph.D., sebagai Promotor, di sela-sela
kesibukannya yang padat, selalu meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, saran, dan solusi terhadap semua permasalahan yang
dihadapi penulis dengan penuh ketelitian, kesabaran, dan bijaksana.
Memberikan pemikiran-pemikiran baru yang amat berharga secara terbuka
dan memberikan pesan-pesan positif kepada penulis dengan penuh ketulusan,
sehingga memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan studi.
2. Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo, sebagai Ko-Promotor, senantiasa memberikan
bimbingan, perhatian, dan arahan terhadap semua permasalahan yang
dihadapi penulis terkait penulisan disertasi dengan penuh kesabaran dan
ketulusan. Memotivasi penulis untuk terus maju, berpikir positif dan lebih
3. Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes., sebagai anggota Tim Pembimbing, selalu
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran terhadap
berbagai permasalahan yang dihadapi penulis dengan penuh kesabaran dan
ketulusan, sehingga memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan studi.
4. Drs. H. Turmudi, M.Sc., M.Ed., Ph.D., sebagai Penguji merangkap Ketua
Program Studi Pendidikan Matematika SPs UPI yang telah memberikan saran
dan arahan untuk perbaikan disertasi, serta memberikan perhatian dan solusi
atas permasalahan akademik yang dihadapi penulis.
5. Prof. Dr. M. Salman, A.N., sebagai Penguji Luar Perguruan Tinggi yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan arahan untuk
perbaikan disertasi, serta memberikan pemikiran-pemikiran baru yang amat
berharga.
6. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., selaku Direktur SPs UPI serta Bapak dan
Ibu staf pengajar di Program S3 Pendidikan Matematika SPs UPI yang telah
memberikan pelayanan akademik maupun non akademik, perhatian, dan
arahan yang diberikan dengan penuh ketulusan selama penulis menempuh
pendidikan di SPs UPI.
7. Zainal Arifin, S.Pd., selaku Kepala Sekolah; Puljono, M.Pd., selaku Wakil
Kepala Sekolah; dan Ita Fahitah, S.Pd., selaku Guru Matematika SMPN 2
Kota Serang, atas kesediaan dan bantuan yang diberikan selama penulis
melaksanakan penelitian di sekolah.
8. Mumu Munawaroh, M.Pd., selaku Kepala Sekolah; Gaosul Alam, S.Ag.,
selaku Wakil Kepala Sekolah; dan Mintastuti Rahayu, S.Pd., selaku Guru
Matematika SMPN 11 Kota Serang, atas kesediaan dan bantuan yang
diberikan selama penulis melaksanakan penelitian di sekolah.
9. Bu Rohana, Bu Eka, dan Bu Hapizah yang telah membantu penulis dalam
memberikan penilaian terhadap instrumen penelitian.
10. Pak Karman, Risma, dan Ubay yang telah membantu penulis dalam mengolah
vii
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11. Rekan-rekan mahasiswa Program S3 Pendidikan Matematika SPs UPI,
khususnya angkatan 2011 yang telah berbagi pengetahuan, pengalaman,
menjadi teman belajar dan diskusi, serta memotivasi penulis untuk segera
menyelesaikan studi.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis dalam proses penulisan disertasi dan penyelesaian studi yang tidak
memungkinkan untuk disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih banyak kesalahan dan
kekurangannya, baik dari segi penulisan maupun kedalaman isi berkaitan dengan
topik yang diteliti. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca yang sifatnya konstruktif demi mencapai hasil yang lebih baik.
Akhirnya, penulis berharap semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi penulis,
para pembaca, dan bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya bidang
pendidikan matematika. Aamiin... Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 5 Februari 2014 Penulis,
ABSTRAK
Heni Pujiastuti (2014). Pembelajaran Inquiry Co-operation Model untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan
Self-Esteem Matematis Siswa SMP.
Tujuan utama penelitian ini untuk menyelidiki pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa, sebagai akibat dari pembelajaran Inquiry
Co-operation Model (ICM) dan pembelajaran konvensional (PK). Penelitian ini
menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan model penggabungan KUANTITATIF dan kualitatif. Desain yang digunakan yaitu concurrent
embedded design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri di Kota Serang, Provinsi Banten. Adapun sampelnya siswa kelas VIII yang berasal dari peringkat sekolah tinggi dan sedang. Pada masing-masing peringkat sekolah dipilih secara acak satu sekolah dan dari setiap sekolah dipilih secara acak dua kelas. Satu kelas sebagai kelompok eksperimen yang mendapat pembelajaran ICM dan satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol yang mendapat pembelajaran PK. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tes kemampuan awal matematis (KAM), tes kemampuan pemecahan masalah matematis, tes kemampuan komunikasi matematis, skala self-esteem matematis, dan lembar observasi. Hasil analisis data menggunakan uji-t, uji-tꞌ, uji
Mann-Whitney, dan ANOVA dua jalur menyimpulkan bahwa: (1) pencapaian dan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa yang mendapat pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran PK; (2) tidak ada interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa; (3) ada interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap pencapaian self-esteem matematis siswa; (4) tidak ada interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap peningkatan
self-esteem matematis siswa; (5) tidak ada interaksi antara pembelajaran dan peringkat
sekolah terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis siswa; dan (6) ada korelasi yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis.
ix
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Heni Pujiastuti (2014). Inquiry Co-operation Model for Enhancing Junior High School Studentsꞌ Abilities in Mathematical Problem Solving, Communication, and Self-Esteem.
The main purpose of this research is to investigate the achievement and enhancement of studentsꞌ mathematical problem solving ability, mathematical communication ability, and mathematical self-esteem, as a result of Inquiry Co-operation Model (ICM) and Conventional Learning (CL). This research used mixed methods with the incorporation QUANTITATIVE and qualitative models. The research design used is concurrent embedded design. Population of the research is Junior High School students in Serang City, Banten Province. The sample is eighth grade students from two school levels classified as high and medium level. Two classes are randomly selected from each school, one class as the experimental group who received ICM and another class as a control group who received CL. The instrument used consisted of mathematical prior ability test, mathematical problem solving ability test, mathematical communication ability test, mathematical self-esteem scale, and observation sheets. The results of data analysis using t-test, tꞌ-test, Mann-Whitney test, and two-way ANOVA concluded that: (1) the achievement and enhancement of studentsꞌ mathematical problem solving ability, mathematical communication ability, and mathematical self-esteem who received ICM are better than those of students who received CL, (2) there is no interaction between learning model and mathematical prior ability toward achievement and enhancement of studentsꞌ mathematical problem solving and communication ability, (3) there is an interaction between learning model and mathematical prior ability toward achievement of studentsꞌ mathematical self-esteem, (4) there is no interaction between learning model and mathematical prior ability toward enhancement of studentsꞌ mathematical self-esteem, (5) there are no interaction between learning model and school levels toward achievement and enhancement of studentsꞌ mathematical problem solving, communication, and self-esteem; and (6) there is a significant correlation between mathematical problem solving, communication, and self-esteem.
DAFTAR ISI
Daftar Isi Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Halaman Pernyataan... iii
Halaman Persembahan ... iv
Kata Pengantar ... v
Abstrak ... viii
Abstract ... ix
Daftar Isi... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xx
Daftar Lampiran ... xxiii
I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C.Tujuan Penelitian ... 11
D.Manfaat Penelitian ... 11
E. Definisi Operasional ... 12
II. KAJIAN PUSTAKA ... 13
A.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 13
1. Masalah dalam Matematika ... 13
2. Pemecahan Masalah Matematis... 15
3. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Matematis ... 20
4. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah ... 23
B. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 26
1. Komunikasi Matematis ... 26
2. Indikator Kemampuan Matematis ... 31
C.Self-Esteem Matematis... 34
xi
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Langkah-langkah Pembelajaran Inquiry Co-operation Model ... 51
F. Keterkaitan antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Kemampuan Komunikasi Matematis, Self-Esteem Matematis, dan Pembelajaran Inquiry Co-operation Model ... 54
G.Teori yang Mendukung ... 57
H.Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan ... 60
I. Hipotesis Penelitian ... 63
III. METODE PENELITIAN ... 66
A.Desain Penelitian ... 66
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 69
C.Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 70
D.Perangkat Pembelajaran dan Pengembangannya... 86
E. Teknik Pengumpulan Data ... 89
F. Teknik Analisis Data ... 90
G.Prosedur Penelitian ... 94
H.Tempat dan Waktu Penelitian ... 96
IV. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 98
A.Hasil Analisis Data ... 99
1. Analisis Data Kemampuan Awal Matematis... 99
2. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 100
3. Analisis Data Kemampuan Komunikasi Matematis ... 138
4. Analisis Data Self-Esteem Matematis ... 174
5. Analisis Korelasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Kemampuan Komunikasi matematis, dan Self-Esteem Matematis ... 209
6. Analisis Hasil Pekerjaan Siswa ... 213
B. Pembahasan ... 221
1. Kemampuan Awal Matematis ... 221
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 222
3. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 228
5. Korelasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis,
Kemampuan Komunikasi matematis, dan Self-Esteem Matematis ... 240
6. Gambaran Aktivitas Siswa dan Guru dalam Pembelajaran Inquiry Co-operation Model (ICM) ... 241
7. Kesalahan-kesalahan dalam Menyelesaikan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis yang Dilakukan Siswa ... 257
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 264
A.Kesimpulan ... 264
B. Implikasi ... 267
C.Rekomendasi ... 268
DAFTAR PUSTAKA ... 270
INDEKS ... 277
LAMPIRAN ... 278
xiii
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel Halaman
Tabel 3.1 Keterkaitan Variabel Bebas, Variabel Terikat, dan Variabel
Pengontrol ... 68
Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 70
Tabel 3.3 Kriteria Pengelompokan Sampel Penelitian Berdasarkan KAM ... 73
Tabel 3.4 Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 75
Tabel 3.5 Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 76
Tabel 3.6 Kriteria Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis ... 77
Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 78
Tabel 3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 79
Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda ... 81
Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Indeks Kesukaran ... 81
Tabel 3.11 Rekapitulasi Perhitungan Data Hasil Uji Coba Tes KPMM ... 82
Tabel 3.12 Rekapitulasi Perhitungan Data Hasil Uji Coba Tes KKM ... 83
Tabel 3.13 Kategori N-Gain (g) ... 90
Tabel 3.14 Klasifikasi Derajat Korelasi ... 92
Tabel 3.15 Keterkaiatan antara Masalah, Hipotesis, dan Kelompok Data ... 93
Tabel 4.1 Sebaran Sampel Penelitian Berdasarkan Peringkat Sekolah ... 99
Tabel 4.2 Statistik Deskripsi Data Kemampuan Awal Matematis berdasarkan Pembelajaran dan Peringkat Sekolah ... 99
Tabel 4.3 Sebaran Sampel Penelitian berdasarkan Pembelajaran, Peringkat Sekolah dan KAM ... 100
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 101
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Variansi Data Pretes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ... 107
Tabel 4.7 Uji Perbedaan Rerata Data Pretes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ... 107
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Pencapaian Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 109
Tabel 4.9 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 109
Tabel 4.10 Uji Perbedaan Rerata Data Pencapaian Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 110
Tabel 4.11 Uji Normalitas Data Pencapaian Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 111
Tabel 4.12 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Kategori KAM
dan PS... 111
Tabel 4.13 Uji Perbedaan Rerata Data Pencapaian Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Kategori KAM
dan PS... 112
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Kategori KAM
dan PS yang Mendapat ICM ... 114
Tabel 4.15 Uji ANOVA Satu Jalur Data Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Kategori KAM
dan PS yang Mendapat ICM ... 114
Tabel 4.16 Uji Scheffe Data Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis antar Pasangan Kelompok KAM yang Mendapatkan ICM. ... 115
Tabel 4.17 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 117
Tabel 4.18 Uji ANOVA Dua Jalur Data Pencapaian Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 117
Tabel 4.19 Uji Scheffe Data Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis antar Pasangan Kelompok KAM... 118
xv
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.21 Uji ANOVA Dua Jalur Data Pencapaian Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS ... 121
Tabel 4.22 Uji Normalitas Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 123
Tabel 4.23 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 124
Tabel 4.24 Uji Perbedaan Rerata Data Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 125
Tabel 4.25 Uji Normalitas Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 125
Tabel 4.26 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Kategori KAM
dan PS... 126
Tabel 4.27 Uji Perbedaan Rerata Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Kategori KAM
dan PS... 127
Tabel 4.28 Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan
Kategori KAM dan PS yang Mendapat ICM ... 128
Tabel 4.29 Uji ANOVA Satu Jalur Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Kategori KAM
dan PS yang Mendapat ICM ... 129
Tabel 4.30 Uji Scheffe Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis antar Pasangan Kelompok KAM yang
Mendapatkan ICM ... 130
Tabel 4.31 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 131
Tabel 4.32 Uji ANOVA Dua Jalur Data Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 132
Tabel 4.33 Uji Tamhane Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis antar Pasangan Kelompok KAM ... 132
Tabel 4.35 Uji ANOVA Dua Jalur Data Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS ... 136
Tabel 4.36 Statistik Deskriptif Data Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa ... 138
Tabel 4.37 Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 144
Tabel 4.38 Uji Homogenitas Variansi Data Pretes Kemampuan
Komunikasi Matematis ... 144
Tabel 4.39 Uji Perbedaan Rerata Data Pretes Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 145
Tabel 4.40 Uji Normalitas Data Pencapaian Kemampuan Komunikasi
Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 146
Tabel 4.41 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Kemampuan
Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 147
Tabel 4.42 Uji Perbedaan Rerata Data Pencapaian Kemampuan
Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 147
Tabel 4.43 Uji Normalitas Data Pencapaian Kemampuan Komunikasi
Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 148
Tabel 4.44 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Kemampuan
Komunikasi Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 149
Tabel 4.45 Uji Perbedaan Rerata Data Pencapaian Kemampuan
Komunikasi Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 150
Tabel 4.46 Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS
yang Mendapat ICM ... 151
Tabel 4.47 Uji ANOVA Satu Jalur Data Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS
yang Mendapat ICM ... 152
Tabel 4.48 Uji Tamhane Data Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematis antar Pasangan Kelompok KAM yang Mendapatkan ICM ... 153
Tabel 4.49 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Kemampuan
Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 154
Tabel 4.50 Uji ANOVA Dua Jalur Data Pencapaian Kemampuan
Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 155
Tabel 4.51 Uji Tamhane Data Pencapaian Kemampuan Komunikasi
xvii
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.52 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Kemampuan
Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS ... 158
Tabel 4.53 Uji ANOVA Dua Jalur Data Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS ... 158
Tabel 4.54 Uji Normalitas Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 161
Tabel 4.55 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 161
Tabel 4.56 Uji Perbedaan Rerata Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 162
Tabel 4.57 Uji Normalitas Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 163
Tabel 4.58 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 163
Tabel 4.59 Uji Perbedaan Rerata Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 164
Tabel 4.60 Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS yang Mendapat ICM ... 165
Tabel 4.61 Uji ANOVA Satu Jalur Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS yang Mendapat ICM ... 166
Tabel 4.62 Uji Tamhane Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis antar Pasangan Kelompok KAM yang Mendapatkan ICM ... 167
Tabel 4.63 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 168
Tabel 4.64 Uji ANOVA Dua Jalur Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 169
Tabel 4.65 Uji Tamhane Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis antar Pasangan Kelompok KAM... 169
Tabel 4.66 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS ... 172
Tabel 4.67 Uji ANOVA Dua Jalur Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS ... 172
Tabel 4.68 Statistik Deskriptif Data Self-Esteem Matematis Siswa... 175
Tabel 4.69 Uji Normalitas Data Awal Self-Esteem Matematis ... 180
Tabel 4.71 Uji Perbedaan Rerata Data Awal Self-Esteem Matematis... 181
Tabel 4.72 Uji Normalitas Data Pencapaian Self-Esteem Matematis
berdasarkan Pembelajaran ... 182
Tabel 4.73 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Self-Esteem
Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 183
Tabel 4.74 Uji Perbedaan Rerata Data Pencapaian Self-Esteem Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 183
Tabel 4.75 Uji Normalitas Data Pencapaian Self-Esteem Matematis
berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 184
Tabel 4.76 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Self-Esteem
Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 185
Tabel 4.77 Uji Perbedaan Rerata Data Pencapaian Self-Esteem Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 186
Tabel 4.78 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Self-Esteem Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS yang Mendapat ICM ... 187
Tabel 4.79 Uji ANOVA Satu Jalur Data Pencapaian Self-Esteem
Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS yang Mendapat ICM ... 187
Tabel 4.80 Uji Scheffe Data Pencapaian Self-Esteem Matematis antar
Pasangan Kelompok KAM yang Mendapatkan ICM ... 188
Tabel 4.81 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Self-Esteem
Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 190
Tabel 4.82 Uji ANOVA Dua Jalur Data Pencapaian Self-Esteem
Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 190
Tabel 4.83 Uji Scheffe Data Pencapaian Self-Esteem Matematis antar
Pasangan Kelompok KAM ... 191
Tabel 4.84 Uji Homogenitas Variansi Data Pencapaian Self-Esteem
Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS... 193
Tabel 4.85 Uji ANOVA Dua Jalur Data Pencapaian Self-Esteem
Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS... 194
Tabel 4.86 Uji Normalitas Data Peningkatan Self-Esteem Matematis
berdasarkan Pembelajaran ... 196
Tabel 4.87 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Self-Esteem
Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 197
xix
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.89 Uji Normalitas Data Peningkatan Self-Esteem Matematis
berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 198
Tabel 4.90 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Self-Esteem Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 199
Tabel 4.91 Uji Perbedaan Rerata Data Peningkatan Self-Esteem Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS ... 200
Tabel 4.92 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Self-Esteem Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS yang Mendapat ICM ... 201
Tabel 4.93 Uji ANOVA Satu Jalur Data Peningkatan Self-Esteem Matematis berdasarkan Kategori KAM dan PS yang Mendapat ICM ... 201
Tabel 4.94 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Self-Esteem Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 203
Tabel 4.95 Uji ANOVA Dua Jalur Data Peningkatan Self-Esteem Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 204
Tabel 4.96 Uji Tamhane Data Peningkatan Self-Esteem Matematis antar Pasangan Kelompok KAM ... 204
Tabel 4.97 Uji Homogenitas Variansi Data Peningkatan Self-Esteem Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS... 207
Tabel 4.98 Uji ANOVA Dua Jalur Data Peningkatan Self-Esteem Matematis berdasarkan Pembelajaran dan PS... 207
Tabel 4.99 Uji Normalitas Data KPMM, KKM, dan SEM ... 210
Tabel 4.100 Uji Koefisien Korelasi ... 210
Tabel 4.101 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis pada Taraf Signifikansi α = 0,05 ... 211
Tabel 4.102 Rerata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa... 213
Tabel 4.103 Rerata Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 216
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar Halaman
Gambar 2.1 Skema Klasifikasi Masalah Matematis ... 14
Gambar 2.2 Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap suksesnya pemecahan masalah ... 18
Gambar 2.3 Alur Proses Pemecahan Masalah Kirkley ... 21
Gambar 2.4 Empat langkah dan look back dalam pemecahan masalah ... 22
Gambar 2.5 Inquiry Co-operation Model ... 44
Gambar 3.1 Metode Campuran Concurrent Embedded model KUAN dan kual ... 66
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ... 97
Gambar 4.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa berdasarkan Pembelajaran, KAM, dan Keseluruhan ... 102
Gambar 4.2 Persentase Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa berdasarkan Pembelajaran, KAM, dan Keseluruhan ... 103
Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa berdasarkan Pembelajaran, Peringkat Sekolah, dan Keseluruhan ... 104
Gambar 4.4 Persentase Pencapaian Pemecahan Masalah Siswa berdasarkan Pembelajaran, Peringkat Sekolah, dan Keseluruhan ... 105
Gambar 4.5 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 119
Gambar 4.6 Interaksi antara Pembelajaran dan PS terhadap Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 122
Gambar 4.7 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 133
xxi
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.9 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
berdasarkan Pembelajaran, KAM, dan Keseluruhan ... 140
Gambar 4.10 Persentase Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa berdasarkan Pembelajaran, KAM, dan Keseluruhan ... 140
Gambar 4.11 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa berdasarkan Pembelajaran, Peringkat Sekolah, dan
Keseluruhan ... 142
Gambar 4.12 Persentase Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa berdasarkan Pembelajaran, Peringkat Sekolah, dan
Keseluruhan ... 142 Gambar 4.13 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Pencapaian
Kemampuan Komunikasi Matematis ... 156
Gambar 4.14 Interaksi antara Pembelajaran dan PS terhadap Pencapaian
Kemampuan Komunikasi Matematis ... 159
Gambar 4.15 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 170
Gambar 4.16 Interaksi antara Pembelajaran dan PS terhadap Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Matematis ... 174
Gambar 4.17 Peningkatan Self-Esteem Matematis Siswa berdasarkan
Pembelajaran, KAM, dan Keseluruhan ... 176
Gambar 4.18 Persentase Pencapaian Self-Esteem Matematis Siswa
berdasarkan Pembelajaran, KAM, dan Keseluruhan ... 177
Gambar 4.19 Peningkatan Self-Esteem Matematis Siswa berdasarkan
Pembelajaran, Peringkat Sekolah, dan Keseluruhan ... 178
Gambar 4.20 Persentase Pencapaian Self-Esteem Matematis Siswa berdasarkan Pembelajaran, Peringkat Sekolah, dan
Keseluruhan ... 179
Gambar 4.21 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Pencapaian
Self-Esteem Matematis ... 192
Gambar 4.22 Interaksi antara Pembelajaran dan PS terhadap Pencapaian
Self-Esteem Masalah Matematis ... 195
Gambar 4.23 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan
Self-Esteem Matematis ... 205
Gambar 4.24 Interaksi antara Pembelajaran dan PS terhadap Peningkatan
Self-Esteem Matematis ... 208
Gambar 4.25 Rerata Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa berdasarkan Indikatornya ... 214
Gambar 4.26 Persentase Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah
Gambar 4.27 Rerata Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa berdasarkan Indikatornya ... 216
Gambar 4.28 Persentase Pencapaian Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa berdasarkan Indikatornya ... 217
Gambar 4.29 Rerata Peningkatan Self-Esteem Matematis Siswa
berdasarkan Indikatornya ... 219
Gambar 4.30 Persentase Pencapaian Self-Esteem Matematis Siswa
berdasarkan Indikatornya ... 220
Gambar 4.31 Contoh Hasil Diskusi Kelompok Siswa pada LKS 1 ... 244
Gambar 4.32 Kegiatan Presentasi dalam Pembelajaran ICM ... 245
Gambar 4.33 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS 2 ... 247
Gambar 4.34 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS 3 ... 249
Gambar 4.35 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS 5 ... 251
Gambar 4.36 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS 5 Soal 3 dan 4 ... 253
xxiii
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Lampiran Halaman
Lampiran A1 RPP Kelas Eksperimen (RPPE) ... 278
Lampiran A2 RPP Kelas Kontrol (RPPK) ... 323
Lampiran A3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 351
Lampiran A4 Lembar Validasi LKS ... 435
Lampiran B1 Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 444
Lampiran B2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis (KPMM) ... 451
Lampiran B3 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis (KKM) ... 454
Lampiran B4 Skala Self-Esteem Matematis (SEM) ... 457
Lampiran B5 Lembar Observasi ... 461
Lampiran B6 Lembar Pertimbangan Ahli ... 464
Lampiran C1 Hasil Pertimbangan Ahli ... 471
Lampiran C2 Hasil Uji Coba ... 477
Lampiran D1 Data Hasil Penelitian ... 488
Lampiran D2 Analisis Data KPMM ... 496
Lampiran D3 Analisis Data KKM ... 529
Lampiran D4 Analisis Data SEM ... 562
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang turut menentukan dan
mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mengimbangi
pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, diperlukan
penguasaan matematika yang kuat. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai dan mencipta teknologi
pada masa yang akan datang, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak
dini. Oleh karena itu, matematika perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, baik
siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), maupun mahasiswa di Perguruan Tinggi.
Penguasaan matematika yang diperlukan siswa secara umum termuat dalam
tujuan pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran matematika menurut
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2003) yaitu untuk
mengembangkan kemampuan: (1) pemecahan masalah matematis (mathematical
problem solving), (2) komunikasi matematis (mathematical communication), (3)
penalaran dan pembuktian matematis (mathematical reasoning and proof), (4)
koneksi matematis (mathematical connection), dan (5) representasi matematis
(mathematical representation). Sumarmo (2005) menyatakan
kemampuan-kemampuan tersebut secara umum tersimpul dalam kemampuan-kemampuan berpikir
matematis tingkat tinggi (higher-order mathematical thinking).
Demikian halnya tujuan pembelajaran matematika yang tersurat dalam
KTSP khususnya untuk jenjang SMP yaitu agar siswa mempunyai kemampuan:
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyatan matematika; (3) Memecahkan masalah
2
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah; dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di atas, diketahui bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kemampuan
yang sangat penting untuk dikuasai siswa. Pemecahan masalah dipandang sebagai
suatu proses atau cara yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan masalah
matematis berdasarkan data dan informasi yang diketahui dengan menggunakan
konsep matematika yang telah dimilikinya. Siswa yang terlatih dengan pemecahan
masalah akan terampil dalam menyeleksi informasi yang relevan, menganalisis,
dan mengevaluasi hasilnya. Keterampilan itu akan menimbulkan kepuasan
intelektual dalam diri siswa, meningkatkan potensi intelektual, dan melatih siswa
bagaimana melakukan penelusuran melalui penemuan (Nasution, 2000). Anderson
(2009) juga berpandangan bahwa pemecahan masalah merupakan kecakapan
hidup (life skill) yang penting untuk dikuasai siswa yang prosesnya terdiri dari
analisis, interpretasi, prediksi, evaluasi, dan refleksi.
Dalam kurikulum Singapura, kemampuan pemecahan masalah matematis
dipandang sebagai jantungnya matematika (Yee, 2002a dan 2002b). Hal ini
menyiratkan bahwa di Singapura, kemampuan pemecahan masalah merupakan
kemampuan yang sangat penting dan menjadi tujuan utama dalam pembelajaran
matematika. Jauh sebelumnya, Branca (Abba, 2000) telah mengungapkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan jantungnya matematika dan dapat
diterapkan dalam bidang studi lain juga dalam kehidupan sehari-hari. Demikian
pula Ruseffendi (2006) berpendapat bahwa kemampuan pemecahan masalah
sangat penting dalam matematika, tidak hanya bagi mereka yang di kemudian hari
akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang
3
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pentingnya pemecahan masalah juga ditegaskan dalam NCTM (2000),
bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran
matematika dan menjadi keterampilan matematis yang perlu dikuasai siswa.
Standar pemecahan masalah matematis untuk tingkat taman kanak-kanak sampai
tingkat atau kelas 12 yang ditetapkan dalam NCTM yaitu bahwa program
pembelajaran harus memungkinkan siswa untuk: (1) membangun pengetahuan
matematika baru melalui pemecahan masalah; (2) memecahkan masalah yang
muncul di dalam matematika dan di dalam konteks-konteks yang lain; (3)
menerapkan dan menyesuaikan berbagai strategi yang sesuai untuk memecahkan
masalah; dan (4) memonitor dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah
matematis.
Keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah matematis juga didukung
oleh kemampuan matematis lainnya, di antaranya yaitu kemampuan komunikasi
matematis. Seperti diungkapkan Stacey (2005) bahwa kemampuan komunikasi
merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi dan turut menentukan
keberhasilan siswa dalam menyelesaikan masalah. Hulukati (2005) juga
mempertegas pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa kemampuan
komunikasi matematis merupakan syarat untuk memecahkan masalah. Dua
pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa untuk menyelesaikan masalah
dengan efektif, siswa harus mempunyai kemampuan komunikasi yang mumpuni.
Dengan demikian, selain kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan
komunikasi matematis juga penting dan perlu dikuasai dengan baik oleh siswa.
Arti penting kemampuan komunikasi matematis dikemukakan oleh
Lindquist & Elliott (1996) bahwa komunikasi merupakan esensi dari belajar dan
mengakses matematika. Polla (1999) juga menegaskan bahwa komunikasi
menjadi hal utama dalam pembelajaran matematika. Selain itu, Lim & Pugalee
(2005) menyatakan pula bahwa komunikasi (bahasa) merupakan komponen
penting dalam pemahaman konsep matematika siswa. Ketiga pernyataan tersebut
menyiratkan bahwa kemampuan komunikasi matematis perlu dikuasai siswa dan
guru perlu menghadirkan suatu pembelajaran yang dapat melatih kemampuan
4
Seperti dinyatakan dalam NCTM (2000) bahwa program pembelajaran
matematika yang terjadi di kelas mulai dari taman kanak-kanak hingga tingkat 12
sebaiknya diarahkan agar siswa dapat: (1) mengatur dan mengonsolidasikan
pemikiran matematisnya (mathematical thinking) melalui komunikasi; (2)
mengomunikasikan pemikiran matematisnya secara koheren dan jelas kepada
teman-temannya, guru, dan orang lain; (3) mengalisis dan mengevaluasi strategi
dan pemikiran matematis orang lain; dan (4) menggunakan bahasa matematis
untuk mengekspresikan ide-ide matematis dengan jelas.
Akan tetapi, fakta yang terungkap dalam beberapa hasil penelitian
mengindikasikan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis siswa masih rendah. Hasil studi yang dilakukan Kadir (2010)
menyimpulkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP masih
rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari rerata skor kemampuan pemecahan masalah
matematis yang diperoleh siswa hanya mencapai 2,7 dari skor maksimal ideal 10.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa, juga diungkapkan dalam
studi pendahuluan yang dilakukan Pujiastuti (2012c). Studi tersebut melibatkan 38
siswa SMP yang ada di Kota Serang. Hasil studi tersebut melaporkan bahwa
rerata skor kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh siswa
hanya mencapai 6,5 dan skor tertinggi yang diperoleh siswa hanya mencapai 12,
sementara skor maksimal idealnya 28. Persentase rerata skor siswa hanya
mencapai 23,21% dari skor maksimal ideal. Secara umum, hasil studi tersebut
menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
masih rendah.
Berkaitan dengan rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa,
diungkapkan pula dalam hasil penelitian Rohaeti (2003) dan Purniati (2004).
Kedua penelitian itu menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa SMP masih rendah. Serupa dengan kesimpulan tersebut, hasil penelitian
Kadir (2010) juga melaporkan bahwa rerata skor kemampuan komunikasi
matematis yang diperoleh siswa hanya mencapai 3,9, sementara skor maksimal
idealnya 10, dan secara umum menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
5
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan Pujiastuti (2012c) menyimpulkan
bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa SMP masih rendah. Kesimpulan
ini didasarkan pada rerata skor kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh
siswa hanya mencapai 8,5 dan skor tertinggi yang diperoleh siswa hanya
mencapai 14, sementara skor maksimal idealnya 30. Ditinjau dari persentasenya,
rerata skor kemampuan komunikasi matematis siswa hanya mencapai 28,33% dari
skor maksimal ideal.
Hasil-hasil studi yang telah diuraikan di atas menggambarkan bahwa pada
umumnya proses pembelajaran matematika yang terjadi di Indonesia baru mampu
mengembangkan kemampuan berpikir tahap rendah yang bersifat prosedural.
Dengan kata lain, proses pembelajaran yang terjadi belum mampu
mengembangkan kemampuan berpikir matematis siswa ke tingkat yang lebih
tinggi. Hal ini didukung oleh beberapa hasil studi, di antaranya Henningsen &
Stein (1997); Peterson (1988); dan Mullis, et al (2000) (Suryadi, 2005) yang
mengungkapkan bahwa pada umumnya pembelajaran matematika yang terjadi
masih berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir tahap rendah yang
bersifat prosedural.
Secara umum, pembelajaran matematika yang terjadi terdiri atas rangkaian
kegiatan yang diawali dengan penjelasan materi oleh guru, dilanjutkan pemberian
beberapa contoh soal, kemudian dilakukan demonstrasi penyelesaian beberapa
contoh soal, dan pada akhir pembelajaran siswa diminta untuk menyelesaikan
latihan soal. Seperti diungkapkan oleh Kesumawati (2010) bahwa selama ini
penekanan pembelajaran matematika yaitu pada pemberian rumus, contoh soal,
dan latihan soal-soal rutin. Siswa hanya mengerjakan soal latihan yang umumnya
langsung dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus dan algoritma yang
sudah diberikan, sehingga siswa hanya dilatih untuk mengingat. Tentu saja proses
pembelajaran seperti ini membuat siswa cenderung menjadi pasif dan pada
akhirnya pengetahuan yang dimiliki siswa pun hanya terbatas pada apa yang
ditransfer oleh guru saja.
Kondisi pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa hanya mampu
6
diberikan oleh guru. Ketika siswa diberi permasalahan matematis yang setara
tetapi sedikit berbeda dengan contoh yang telah diberikan, siswa tidak mampu
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik. Siswa tidak mampu
mengaplikasikan konsep matematika yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapinya (khususnya soal-soal non rutin). Hal ini terjadi karena
pengetahuan yang dimiliki siswa hanya sebatas hasil transfer dari guru bukan hasil
konstruksinya sendiri. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis yang seharusnya berkembang dalam diri siswa, menjadi
tidak berkembang secara optimal. Didukung pula oleh hasil penelitian Kouba
yang menyatakan bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan
masalah menurun drastis manakala seting (konteks) permasalahan diganti dengan
hal yang tidak dikenal siswa, walaupun permasalahan matematisnya tetap sama
(Suherman, et al, 2003).
Demikian pula Schoenfeld (Even & Tirosh, 2003) dalam studinya
mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki semua pengetahuan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu permasalahan, sering tidak mampu menggunakan
pengetahuannya itu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak akrab
dengan dirinya. Temuan ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu
menggunakan dan mengaplikasikan konsep yang dimilikinya untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Untuk membantu mengatasi
ketidakmampuan siswa dalam menggunakan pengetahuannya dalam
menyelesaikan masalah, diperlukan suatu usaha yang tidak sekadar
mengembangkan kemampuan matematis yang bersifat prosedural. Tetapi, perlu
adanya suatu usaha yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan komunikasi matematis secara optimal. Oleh karena itu,
diperlukan suatu pembelajaran yang mendukung dan melatih kedua aspek
kemampuan tersebut dalam proses pembelajarannya.
Aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis
siswa dapat dilatih melalui pembelajaran Inquiry Co-operation Model (ICM).
Pembelajaran Inquiry Co-operation Model merupakan model pembelajaran yang
7
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan penyelesaian masalah. Prinsip pembelajaran Inquiry Co-operation Model
bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan hasil penyelidikan (temuan)
siswa sendiri. Alr & Skovsmose (2002) menjelaskan bahwa pembelajaran
Inquiry Co-operation Model terdiri dari delapan komponen proses pembelajaran,
yaitu: (1) getting in contact (melakukan kontak); (2) locating (melokalisasi); (3)
identifying (mengidentifikasi); (4) advocating (mengadvokasi); (5) thinking aloud
(berpikir keras); (6) reformulating (memformulasikan kembali); (7) challenging
(menantang); dan (8) evaluating (mengevaluasi). Kedelapan komponen tersebut
satu sama lain saling terintegrasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang terjadi pada setiap komponennya.
Pada komponen getting in contact, guru menyajikan suatu situasi atau
permasalahan matematis berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
Kemudian pada komponen locating, setiap siswa mengungkapkan dan menuliskan
perspektifnya (ide atau pendapat) terhadap situasi atau permasalahan yang
diberikan. Kemudian dilanjutkan dengan proses mengidentifikasi hal-hal yang
diperlukan dan diketahui dari permasalahan yang diberikan (identifying).
Komponen advocating dapat muncul pada saat siswa berdiskusi saling
memberikan saran dan kritik satu sama lain dan pada saat siswa memberikan
alternatif cara yang berbeda kepada siswa lainnya. Selanjutnya, setiap siswa
dibimbing untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan hasil identifikasi dan cara
yang telah direncanakannya (thinking aloud). Pada komponen reformulating,
siswa dibimbing untuk membuat suatu kesimpulan terkait materi yang dipelajari
dengan bahasanya sendiri, menyelesaikan permasalahan dengan cara yang
berbeda, atau memformulasikan ide-ide yang muncul ke dalam bentuk model
matematis. Setelah dianggap mengerti dan mampu menyelesaikan situasi atau
permasalahan-permasalahan yang sederhana, siswa diberikan tantangan
(challenging) melalui pemberian permasalahan matematis yang lebih kompleks.
Pada tahap akhir, guru melalukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
8
Pembelajaran Inquiry Co-operation Model mendorong siswa untuk terlibat
aktif dalam proses penyelidikan, penemuan suatu konsep, dan penyelesaian
masalah melalui bimbingan dan arahan guru. Tetapi bukan berarti dalam
prosesnya guru dengan serta merta memberikan informasi atau jawaban kepada
siswa atas permasalahan yang dihadapi. Guru hanya mengarahkan pada saat siswa
benar-benar membutuhkannya. Siswa mempunyai kesempatan yang cukup luas
untuk mengungkapkan perspektifnya (ide atau pendapat), membangun konsep,
dan memecahkan masalah, sehingga tidak menutup kemungkinan guru justru
menemukan cara yang berbeda atau solusi yang baru dari siswa.
Dalam pembelajaran Inquiry Co-operation Model, antara siswa dan guru
terjalin suatu kerjasama yang baik. Selama proses pembelajaran siswa dituntut
untuk bertanya atau mengungkapkan pendapat. Guru memberikan kesempatan
yang luas kepada siswa untuk bertanya, mengungkapkan pendapat, dan
menyelesaikan masalah menurut caranya sendiri. Dalam hal ini, guru berperan
sebagai fasilitator dan partner siswa dalam proses penyelidikan, penemuan
konsep matematika, dan penyelesaian masalah matematis. Guru dituntut untuk
peka terhadap segala respon yang diberikan siswa. Pertanyaan, pendapat, atau ide
yang diungkapkan siswa diapresiasi dengan baik, sekalipun pertanyaan, pendapat,
atau ide itu sangat sederhana. Dengan demikian, siswa akan merasa dirinya
dibutuhkan, merasa dihargai, dan merasa bangga karena ide-idenya dapat diterima
dengan baik oleh guru serta teman-temannya. Dengan proses pembelajaran seperti
ini, memungkinkan bagi siswa untuk dapat melatih dan mengembangkan
self-esteem matematisnya.
Self-esteem matematis sangat penting untuk dimiliki siswa. Ketika dalam
diri siswa telah terbentuk self-esteem matematis yang tinggi, siswa akan selalu
optimis serta tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai masalah
matematis, sekalipun masalah itu baru dan bersifat kompleks. Sebaliknya, siswa
yang memiliki self-esteem matematis rendah akan memandang dirinya lemah,
tidak mempunyai gairah hidup, tidak berdaya, dan tidak mampu berbuat apa-apa
9
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Opacic & Kadijevic, 2000) bahwa self-esteem matematis siswa sangat berkaitan
dengan kemampuan pemecahan masalah matematisnya (Alhadad,2010).
Namun demikian, hasil studi pendahuluan yang dilakukan Pujiastuti (2013)
menyimpulkan bahwa self-esteem matematis siswa SMP masih tergolong rendah.
Studi yang melibatkan 125 siswa tersebut mengungkapkan bahwa rerata skor
self-esteem matematis yang diperoleh siswa hanya mencapai 43 dan skor tertingginya
hanya mencapai 54, sementara skor maksimal idealnya 80. Bila dipersentasekan,
rerata skor self-esteem matematis yang diperoleh siswa tersebut hanya mencapai
53,75% dari skor maksimal ideal dan masih tergolong rendah.
Untuk menunjang penerapan pembelajaran Inquiry Co-operation Model,
perlu diperhatikan beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis siswa, di antaranya
yaitu kemampuan awal matematis dan peringkat sekolah siswa. Faktor-faktor ini
diprediksi turut memberikan pengaruh pada hasil penerapan pembelajaran Inquiry
Co-operation Model dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
komunikasi, dan self-esteem matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan suatu penelitian dengan judul
“Pembelajaran Inquiry Co-operation Model (ICM) untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Self-Esteem Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama”. Dalam penelitian ini, kemampuan pemecahan
masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem
matematis siswa ditinjau secara keseluruhan, berdasarkan faktor kemampuan awal
matematis, dan peringkat sekolah siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang diungkap dalam
penelitian ini secara garis besar yaitu: ”Apakah pencapaian dan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis siswa
yang mendapatkan pembelajaran Inquiry Co-operation Model lebih baik daripada
siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?”. Garis besar masalah
10
1. Apakah pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mendapat pembelajaran Inquiry Co-operation Model
lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?
2. Apakah ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan
awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian dan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?
3. Apakah ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat
sekolah (tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?
4. Apakah pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mendapat pembelajaran Inquiry Co-operation Model lebih baik
daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?
5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan
awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian dan
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa?
6. Apakah ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat
sekolah (tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa?
7. Apakah pencapaian dan peningkatan self-esteem matematis siswa yang
mendapat pembelajaran Inquiry Co-operation Model lebih baik daripada
siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?
8. Apakah ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan
awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian dan
peningkatan self-esteem matematis siswa?
9. Apakah ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat
sekolah (tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan self-esteem
matematis siswa?
10. Apakah ada korelasi antara kemampuan pemecahan masalah matematis,
kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa?
11. Bagaimana gambaran pelaksanaan pembelajaran Inquiry Co-operation
11
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12. Kesalahan apa saja yang ditemukan dalam menyelesaikan tes kemampuan
pemecahan masalah dan komunikasi matematis yang dilakukan siswa?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang diajukan, tujuan utama penelitian ini
di antaranya untuk:
1. Menyelidiki, membandingkan, dan mendeskripsikan secara komprehensif
tentang pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah,
komunikasi, dan self-esteem matematis siswa yang mendapat pembelajaran
Inquiry Co-operation Model dan siswa yang mendapat pembelajaran
konvensional.
2. Menelaah interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan awal
matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis
siswa.
3. Menelaah interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat sekolah
(tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis siswa.
4. Menelaah korelasi antara kemampuan pemecahan masalah matematis,
kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa?
5. Mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran Inquiry Co-operation
Model.
6. Menelaah dan mengkaji kesalahan apa saja yang ditemukan dalam
menyelesaikan tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis yang dilakukan siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan suatu pembelajaran
matematika yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem
matematis siswa. Oleh karena itu, secara khusus beberapa manfaat yang
12
1. Bagi siswa: dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis,
kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa.
2. Bagi guru: memberikan gambaran tentang pembelajaran Inquiry
Co-operation Model sebagai pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi
matematis, dan self-esteem matematis siswa.
3. Bagi sekolah: memberikan gambaran, masukan, dan pemikiran yang berguna
untuk membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Bagi peneliti: menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat
dijadikan sebagai referensi yang relevan bagi penelitian lain yang sejenis.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran, berikut diuraikan definisi
operasional beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pembelajaran Inquiry Co-operation Model (ICM) adalah model pembelajaran
yang menekankan pada proses penyelidikan, penemuan, dan penyelesaian
masalah yang memuat delapan komponen, yaitu: (a) getting in contact; (b)
locating; (c) identifying; (d) advocating; (e) thinking aloud; (f) reformulating;
(g) challenging; dan (h) evaluating.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan dalam
mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan, serta kecukupan
unsur yang diperlukan; memilih dan menerapkan strategi atau prosedur
pemecahan masalah; serta memeriksa dan menjelaskan kebenaran hasil atau
jawaban sesuai permasalahan yang ditanyakan.
3. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan dalam menyatakan
suatu situasi atau ide matematis ke dalam bentuk gambar; menyatakan suatu
situasi atau ide matematis ke dalam bentuk simbol atau model matematis dan
menyelesaikannya; serta menyatakan dan menjelaskan suatu gambar atau
model matematis ke dalam bentuk ide matematis.
4. Self-Esteem matematis adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
campuran (mixed methods) karena data pencapaian dan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis siswa dijelaskan
lebih terperinci melalui dukungan data kualitatif. Desain penelitian yang
digunakan khususnya yaitu concurrent embedded design dengan model
penggabungan KUANTITATIF dan kualitatif (Creswell, 2007; Sugiyono, 2011).
Dalam model penggabungan ini, metode kuantitatif menjadi metode primer,
sedangkan metode kualitatif menjadi metode sekunder. Data kualitatif diperoleh
untuk mendukung, memperjelas, dan mempertajam hasil analisis data kuantitatif.
Langkah-langkah penelitian model penggabungan KUANTITATIF dan kualitatif
[image:37.595.116.507.261.620.2]dapat dilihat pada Gambar 3.1 (Sugiyono, 2011).
Gambar 3.1
Metode Campuran Concurrent Embedded model KUAN dan kual
Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk membandingkan pencapaian
dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem
matematis dua kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan yang berbeda.
Kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus berupa pembelajaran Inquiry
Co-operation Model (ICM), sedangkan kelompok kontrol mendapatkan Landasan
Teori dan
Hipotesis Pengumpulan dan Analisis
Data kual Pengumpulan
dan Analisis Data KUAN Masalah dan
Rumusan Masalah
Analisis Data KUAN dan kual Kesimpulan
dan Saran
67
pembelajaran konvensional (PK). Desain penelitian kuantitatif yang digunakan
yaitu pretest-posttest control group design (Fraenkel, 1993; Ruseffendi, 2005).
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pembelajaran Inquiry
Co-operation Model dan pembelajaran konvensional. Variabel terikatnya yaitu
kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis,
dan self-esteem matematis. Variabel pengontrol dalam penelitian ini terdiri dari
kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) dan peringkat sekolah
(tinggi dan sedang). Kemampuan awal matematis siswa ditentukan berdasarkan
pada hasil tes kemampuan awal matematis. Adapun soal-soal yang digunakan
dalam tes tersebut diadopsi dan dimodifikasi dari soal-soal Ujian Nasional (UN)
SMP dalam 5 tahun terakhir. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
soal-soal UN tersebut sudah memenuhi standar sebagai alat ukur yang baik.
Peringkat sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini didasarkan pada
akreditasi sekolah yang berlaku sampai dengan tahun 2013. Sekolah peringkat
tinggi memiliki akreditasi A dan sekolah peringkat sedang memiliki akreditasi B.
Relevansi kemampuan awal matematis dan peringkat sekolah dalam penelitian ini
yaitu diduga bahwa kemampuan awal matematis dan peringkat sekolah akan
memberikan dampak yang berbeda setelah mendapat perlakuan berupa
pembelajaran Inquiry Co-operation Model.
Sampel penelitian diambil secara acak sekolah untuk tiap kelompok
sekolah dan secara acak kelas pada masing-masing kelompok sekolah.
Selanjutnya, pada masing-masing kelompok dilakukan pretes (O) dan kemudian
diberikan perlakuan berupa pembelajaran Inquiry Co-operation Model dan
pembelajaran konvensional (tidak diberi perlakuan secara khusus). Setelah
perlakuan pembelajaran, selanjutnya siswa diberikan postes (O). Penelaahan
dilakukan berdasarkan kelompok pembelajaran baik secara keseluruhan siswa
maupun berdasarkan kemampuan awal matematis siswa dan peringkat sekolah.
Secara singkat, desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
O X O
68
Heni Pujiastuti, 2014
PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
X = Pembelajaran Inquiry Co-operation Model (ICM)
O = Pretes = Postes (Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis, Skala Self-Esteem Matematis)
Keterkaitan antara variabel bebas (pembelajaran), variabel terikat
(kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis,
dan self-esteem matematis), serta variabel pengontrol (kemam