Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN REPRESENTASI MULTIPEL MATEMATIS SERTA SELF-ESTEEM
SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
SARAH INAYAH 1103360
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN REPRESENTASI MULTIPEL MATEMATIS SERTA SELF-ESTEEM
SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM
Oleh Sarah Inayah M.Pd. UPI Bandung, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Sarah Inayah, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Sarah Inayah, 2013
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Sarah Inayah, (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Representasi Multipel Matematis serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum.
Penelitian ini dilakukan atas dasar pentingnya kemampuan pemecahan masalah, representasi multipel matematis dan self esteem untuk dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika, akan tetapi fakta di lapangan menyatakan kemampuan pemecahan masalah, representasi multipel matematis dan self esteem siswa dalam matematika masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis yang memperoleh model pembelajaran Kuantum dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, serta hubungan antara kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis. Selain itu juga menelaah bagaimana self esteem siswa dalam matematika setelah mendapat pembelajaran model kuantum Jenis penelitian merupakan kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen pretes dan postes. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII salah satu SMP Negeri di Cianjur dengan memilih dua kelas diantaranya yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai sampel penelitian. Data penelitian diperoleh melalui pemberian tes kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis, serta skala sikap self esteem. Analisis data peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis menggunakan uji non parametrik mann whitney karena data tidak berdistribusi normal. Analisis data self esteem menggunakan analisis terbanyak atau modus. Karena data tes kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis tidak berdistribusi normal maka untuk mentukan hubungan keduanya digunakan uji Correlation Spearman. peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis siswa yang mendapat model pembelajaran kuantum lebih baik daripada yang mendapat pembelajaran konvensional. Terdapat hubungan antara kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis. Selain itu, hamper seluruh siswa menilai dirinya secara positif ketika belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran model kuantum.
Kata Kunci : Pemecahan Masalah Matematis, Representasi Multipel Matematis,
i
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
E. Definisi Operasional ...10
BAB II KAJIAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis ...11
B. Representasi Multipel Matematis ...16
C. Self Esteem dalam Matematika ...21
D. Model Pembelajaran Kuantum ... 22
E. Keterkaitan antara Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Kemampuan Representasi Multipel Matematis serta Pembelajaran Kuantum sebagai Solusi ...31
F. Pembelajaran Konvensional ...33
G. Penelitian yang Relevan ...33
H. Hipotesis Penelitian ...34
ii
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Pengembangan Bahan Ajar ...45
G. Analisis Data ...45
H. Prosedur Penelitian ...48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...50
1. Analisis Data Kuantitatif ...51
2. Analisis Data Kualiitatif ...65
B. Pembahasan ...73
C. Keterbatasan Penelitian ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... A. Bahan Ajar ...84
B. Instrumen Penelitian ...117
C. Uji Coba Soal Tes ...134
D. Data Hasil Penelitian ...153
iii
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 37 3.2 Klasifikasi Koefisen Korelasi ... 39 3.3 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Soal Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis ...39 3.4 Klasifikasi Koefisen Reliabilitas ...40 3.5 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ...42 3.6 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Kamampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel
Matematis ... 42 3.7 Klasifikasi Koefisen Indeks Kesukaran ...43 3.8 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel
Matematis ... 43 3.9 Hasil Analisis Data Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Representasi Multipel Matematis ...43 3.10 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ...45
4.1 Statistik Deskriptif Skor Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis ...52 4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Representasi Multipel Matematis ...55 4.3 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ...56 4.4 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes Kemampuan
Representasi Multipel Matematis ...57 4.5 Rata-rata dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ...57 4.6 Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 59 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor N-Gain Kemampuan
iv
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.8 Rata-rata dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Representasi
Multipel Matematis ...60
4.9 Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Representasi Multipel Matematis ... 61
4.10 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor N-Gain Kemampuan Representasi Multipel Matematis ...62
4.11 Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis ...64
4.12 Hasil Uji Korelasi Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Representasi Multipel Matematis ...65
4.13 Klasifikasi Data Skala Sikap Self-Esteem Siswa ...66
4.14 Hasil Perhitungan Skor Self-Esteem Siswa Untuk Karakteristik 1 ...67
4.15 Hasil Perhitungan Skor Self-Esteem Siswa Untuk Karakteristik 2 ...68
4.16 Hasil Perhitungan Skor Self-Esteem Siswa Untuk Karakteristik 3 ...69
4.17 Hasil Perhitungan Skor Self-Esteem Siswa Untuk Karakteristik 4 ...70
v
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar
vi
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. BAHAN AJAR
1. RPP Kelas Eksperimen ...84
2. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 97
LAMPIRAN B. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...117
2. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Representasi Multipel Matematis ...120
3. Soal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis ... 123
4. Kisi-Kisi Skala Self Esteem ...125
5. Skala Self Esteem Siswa dalam Matematika ...128
6. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Model Kuantum ...130
7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Model Kuantum ...132
LAMPIRAN C. UJI COBA SOAL TES 1. Skor Hasil Uji Coba Kemampuan Representasi Multipel Matematis ...134
2. Uji Validitas Soal Kemampuan Representasi Multipel Matematis ...138
3. Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi Multipel Matematis ...140
4. Daya Pembeda Soal Kemampuan Representasi Multipel Matematis ...142
5. Tingkat Kesukaran Butir Tiap Soal Kemampuan Representasi Multipel Matematis ...143
6. Skor Hasil Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...145
7. Uji Validitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...148
8. Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...149
9. Daya Pembeda Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...151
vii
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LAMPIRAN D. DATA HASIL PENELITIAN
1. Data Pretes Kelas Eksperimen Soal Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis...153 2. Data Pretes Kelas Kontrol Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 154 3. Data Postes Kelas Eksperimen Soal Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis...155 4. Data Postes Kelas Kontrol Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 156 5. Data Gain Ternormalisasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Kelas Eksperimen ...157 6. Data Gain Ternormalisasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Kelas Kontrol...158 7. Perhitungan Data dan Uji Statistik Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 159 8. Data Pretes Kelas Eksperimen Soal Kemampuan Representasi
Multipel Matematis ...162 9. Data Pretes Kelas Kontrol Soal Kemampuan Representasi Multipel
Matematis ... 163 10. Data Postes Kelas Eksperimen Soal Kemampuan Representasi
Multipel Matematis ...164 11. Data Postes Kelas Kontrol Soal Kemampuan Representasi Multipel
Matematis ... 165 12. Data Gain Ternormalisasi Tes Kemampuan Representasi Multipel
Matematis Kelas Eksperimen ...166 13. Data Gain Ternormalisasi Tes Kemampuan Representasi Multipel
Matematis Kelas Kontrol...167 14. Perhitungan Data dan Uji Statistik Kemampuan Representasi
Multipel Matematis ...168 15. Uji Statistik Hubungan Kemampuan Representasi Multipel
Matematis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...171 16. Data Skor Self Esteem Siswa ...173
LAMPIRAN E. UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN
1. Foto-Foto Penelitian ...174 2. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ...175
1
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada semua
jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan
penting dalam mengembangkan kemampuan matematis siswa. Menurut Suryadi
(2012: 37) ada berbagai kemampuan yang bisa dikembangkan melalui
matematika. Kemampuan tersebut dapat berkontribusi pada tiga dimensi
kebutuhan anak yakni untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi, digunakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat, atau
untuk menunjang kebutuhan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
(Depdiknas, 2006) disebutkan bahwa mata pelajaran matematika di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
mengkombinasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Demikian pula halnya tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran
2
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2000, yang menetapkan enam kemampuan penting yang perlu dikembangkan
dalam pembelajaran matematika, yaitu (1) pemahaman konsep, (2) pemecahan
masalah, (3) penalaran dan pembuktian, (4) komunikasi, (5) koneksi, (6)
representasi. Berdasarkan kompetensi-kompetensi pembelajaran matematika yang
harus dicapai siswa baik yang tertuang dalam KTSP maupun NCTM, nampak
bahwa kemampuan pemecahan masalah dan representasi matematis merupakan
aspek penting dalam pembelajaran matematika. Hanya saja istilah representasi
dalam KTSP disebutkan dalam kalimat “mengkombinasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah”.
Masalah terjadi jika ada kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan
kenyataan, antara apa yang telah diketahui dengan apa yang ingin diketahui.
Sedangkan proses bagaimana mengatasi kesenjangan yang terjadi disebut proses
memecahkan masalah. Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika,
masalah dalam pembelajaran matematika adalah suatu persoalan atau pertanyaan
yang bersifat menantang yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang
sudah biasa dilakukan / sudah diketahui (Shadiq, 2004:10).
Pentingnya pemecahan masalah matematis ditegaskan dalam NCTM
(2000: 52) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian
integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh
dilepaskan dari pembelajaran matematika. Hal serupa juga dikemukakan oleh
Ruseffendi (2006: 341) bahwa kemampuan pemecahan masalah amatlah penting
dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan
mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan
menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat-pendapat tersebut menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis sangatlah penting. Oleh karena itu kemampuan seseorang dalam
memecahan masalah matematis perlu terus dilatih sehingga orang tersebut mampu
3
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Akan tetapi, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Indonesia
masih rendah. Hal ini berdasar pada hasil survey Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS). Hasil survey TIMSS pada tahun 2003
menunjukkan kompetensi matematika siswa SMP Indonesia berada di peringkat
34 dari 45 negara dengan rerata skor 411. Pada tahun 2007 siswa Indonesia berada
di peringkat 36 dari 49 negara dan rerata skor siswa turun menjadi 397, jauh lebih
rendah dibanding rerata skor pada tahun 2003. Pada tahun 2011 Indonesia
kemudian menduduki peringkat 38 dari 45 negara dengan mengumpulkan skor
386. Pada survey tersebut salah satu aspek kognitif yang dinilai adalah
kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah tidak rutin (Mulis, et al dalam
Nailah, 2012).
Data lain sebagai pembanding dapat dilihat melalui Ujian Nasional (UN).
Pada tingkat SMP terdapat empat mata pelajaran yang diujikan termasuk
matematika. Dilihat dari rata-rata keseluruhan mata pelajaran yang diujikan, hasil
UN 2011/2012 jenjang SMP diperoleh bahwa provinsi Jawa Barat mendapat
urutan ke-20 dari 33 provinsi yang ada. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata nilai
UN matematika saja maka Jawa Barat menempati urutan ke-22. Dengan nilai
rata-rata 7,24 maka Jawa Barat masih jauh tertinggal dari Sulawesi Selatan dan
Sumatera Utara yang telah mencapai rata-rata 8,58 dan 8,50 pada UN matematika
(Litbang Kemdikbud, 2012).
Peringkat UN dan TIMSS ini memang tidak dapat dijadikan alat ukur
mutlak bagi keberhasilan pembelajaran di Indonesia. Keberadaan posisi yang
kurang memuaskan tersebut bisa saja dijadikan sebagai evaluasi untuk memotivasi
guru dan semua pihak dalam dunia pendidikan sehingga siswa dapat lebih
meningkatkan kemampuan matematisnya.
Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat erat hubungannya
dengan kemampuan representasi matematis. Konstruksi representasi matematis
yang tepat akan memudahkan siswa dalam melakukan pemecahan masalah. Suatu
4
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang sesuai dengan permasalahan tersebut. Sebaliknya, konstruksi representasi
matematis yang keliru akan membuat masalah menjadi sukar untuk dipecahkan.
Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan
ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematis yang ditampilkan siswa
dalam upayanya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang
dihadapinya (NCTM, 2000: 67). Cai, Lane dan Jacabsin (dalam Fadillah, 2010)
memandang representasi sebagai alat yang digunakan seseorang untuk
mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematis yang bersangkutan.
Makna yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Pape dan Tchoshanov
(dalam Fadillah, 2010) yang menyatakan bahwa terdapat empat gagasan yang
digunakan dalam memahami konsep representasi. Pertama, representasi dapat
dipandang sebagai abstraksi internal dari ide-ide matematis atau skema kognitif
yang dibangun oleh siswa melalui pengalaman; kedua, sebagai reproduksi mental
dari keadaan mental yang sebelumnya; ketiga, sebagai sajian secara struktur
melalui gambar, simbol ataupun lambang, dan keempat, sebagai pengetahuan
tentang sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa representasi
adalah ungkapan-ungkapan ide matematis yang ditampilkan siswa sebagai model
atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk
menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi
pikirannya. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, kata-kata
(verbal), tabel, benda kongkrit atau simbol matematika.
Kemampuan representasi matematis dapat membantu siswa dalam
membangun konsep, memahami konsep dan menyatakan ide-ide matematis serta
memudahkan siswa dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Seperti yang diungkapkan oleh Jones (2000) terdapat beberapa alasan perlunya
kemampuan representasi, yaitu: merupakan kemampuan dasar untuk membangun
suatu konsep dan berfikir matematis, juga untuk memiliki kemampuan
pemahaman konsep yang baik dan fleksibel yang dapat digunakan dalam
5
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bisa menjadi lebih sederhana jika orang tersebut memilih strategi dan
pemanfaatan representasi matematis yang digunakan sesuai dengan permasalahan
tersebut. Sebaliknya, permasalahan menjadi sulit dipecahkan apabila
representasinya keliru.
Pentingnya siswa memiliki kemampuan representasi matematis
dicantumkan juga dalam NCTM yaitu representasi adalah sentral dalam
pembelajaran matematika. Siswa dapat mengembangkan dan mendalami
pemahamannya dalam konsep dan hubungan matematika sebagaimana mereka
membuat, membandingkan dan menggunakan berbagai representasi. Bentuk
representasi seperti objek fisik, gambar, diagram, grafik dan simbol dapat
membantu siswa mengkomunikasikan pemikirannya (NCTM, 2000: 280).
Meskipun representasi penting untuk dicapai dalam pembelajaran
matematika, akan tetapi pelaksaannya bukan merupakan hal yang mudah.
Kemampuan representasi matematis, khususnya siswa SMP, masih belum
tertangani dengan baik. Studi pendahuluan pada penelitian Hutagaol (2007)
menyatakan kurang berkembangnya daya representasi siswa khususnya siswa
SMP karena siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk melakukan
representasinya sendiri, tetapi harus mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh
guru yang menyebabkan siswa tidak mampu merepresentasikan gagasan
matematis dengan baik. Sejalan dengan pernyataan sebelumnya, Amri (2009: 4)
menyatakan bahwa guru dalam pembelajaran matematika yang berhubungan
dengan representasi masih menggunakan cara konvensional, sehingga siswa
cenderung meniru langkah guru, siswa tidak pernah diberikan kesempatan untuk
menghadirkan kemampuan representasi matematisnya yang dapat meningkatkan
kemampuan matematisnya.
Terdapat beberapa penggolongan mengenai representasi. Akan tetapi pada
dasarnya representasi dapat digolongkan menjadi (1) representasi visual (gambar,
diagram grafik, atau tabel); (2) representasi simbolik (pernyataan matematis/
notasi matematis, numerik/simbol aljabar); dan (3) representasi verbal (teks
6
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara lengkap dan terpadu dalam pengujian suatu masalah yang sama atau
dengan kata lain representasi matematis dapat dibuat secara beragam (multipel
representasi).
Penggunaan multipel representasi akan memperkaya pengalaman belajar
siswa. McCoy (Kartini, 2009) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
matematika di kelas, representasi tidak harus terikat pada perubahan satu bentuk
ke bentuk lainnya dalam satu cara, tetapi bisa dua cara atau bahkan dalam multi
cara. Misalnya disajikan representasi berupa grafik, guru dapat meminta siswa
membuat representasi lainnya seperti menyajikannya dalam tabel,
persamaan/model matematika atau menuliskannya dengan kata-kata. Jadi dalam
pembelajaran matematika tidaklah selalu harus guru memberikan suatu masalah
verbal atau suatu situasi masalah yang kemudian guru meminta siswa
menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan berbagai representasi,
namun dengan multipel representasi, guru dapat meminta siswa melakukan hal
sebaliknya.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah dan representasi multipel matematis sangatlah penting untuk
dikembangkan. Akan tetapi, pada kenyataannya kedua kemampuan tersebut
belum dikembangkan dengan maksimal. Hal ini disebabkan kurang difasilitasinya
siswa dengan pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa dalam
pembelajaran matematika. Sehingga, diperlukan untuk menciptakan strategi
pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga mampu memotivasi belajar
siswa, agar pembelajaran lebih bermakna, siswa lebih aktif dan mampu
mengeksplor kemampuan yang dimilikinya.
Dengan kata lain, perlu suatu pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk berperan aktif, menarik dan menantang siswa untuk berpikir sehingga
berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam merepresentasikan, memahami
materi saat pembelajaran berlangsung serta memecahkan masalah matematika.
Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat maka materi pelajaran yang
7
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran yang optimal. Salah satu alternatif model pembelajaran matematika
yang diperkirakan dapat meningkatkan kemampuaan pemecahan masalah dan
representasi multipel matematis adalah model pembelajaran kuantum.
Model pembelajaran kuantum menempatkan siswa pada keadaan yang
nyaman dan menyenangkan. Dalam keadaan yang nyaman dan menyenangkan
siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dengan suasana nyaman
dan menyenangkan serta keterlibatan siswa secara aktif, diharapkan siswa
mendapat keleluasaan untuk menghadirkan representasinya sendiri. Setelah siswa
dapat merenpresentasikan pemahamannya guru tinggal memfasilitasi agar
representasinya tepat karena representasi yang tepat membuat masalah yang
dihadapi siswa menjadi sederhana dan mudah untuk dipecahkan.
Penelitian sebelumnya tentang pembelajaran kuantum adalah penelitian
oleh Hepi Maizon tahun 2010, dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa
peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran kuantum lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
matematika secara konvensional. Selain itu ditemukan adanya peningkatan
motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran kuantum.
Penggunaan model pembelajaran kuantum selain untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis diharapkan
juga dapat membuat siswa percaya diri dalam bermatematika, dalam hal ini
kepercayaan diri yang dimaksud adalah self-esteem. Self-esteem merupakan salah
satu komponen afektif yang juga harus diperhatikan dalam dunia pendidikan
khususnya pendidikan matematika.
Self-esteem dapat diartikan sebagai penilaian terhadap dirinya sendiri, dan
percaya bahwa dirinya mampu dalam menyelesaikan soal matematika. Self-esteem sangat mempengaruhi siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Muijs dan
Reynolds (Fadillah, 2010) mengatakan bahwa self-esteem yang rendah memiliki
efek yang merugikan terhadap prestasi belajar siswa. Tobias (Fadillah, 2010)
dalam penelitiannya melaporkan bahwa siswa yang memiliki sikap negatif
8
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengembangan self-esteem masih jarang diperhatikan. Masih rendahnya
self-esteem siswa tampak pada rendah dirinya siswa dalam mengemukakan
pendapat dan menunjukkan kemampuannya (Utari, 2007). Selain itu Kenneth
Shore (Utari, 2007) menyatakan bahwa self-esteem berpengaruh pada prestasi belajar
siswa. Rendahnya self-esteem dapat memperendah hasrat belajar, mengaburkan fokus
pikiran, dan enggan mengambil resiko. Sebaliknya, self-esteem yang positif
membangun pondasi kokoh untuk kesuksesan belajar
Jadi, guru sangat berperan dalam meningkatkan self-esteem siswa dalam
pembelajaran matematika. Siswa yang telah merasa bahwa dirinya tidak akan
pernah bisa sukses dalam matematika akan mudah putus asa ataupun tidak mau
berusaha belajar matematika dan akan sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajarnya.
Dalam hal ini, pembelajaran yang baik apabila mampu menciptakan suatu
kondisi pembelajaran yang efektif dan kondusif, agar siswa tidak selalu merasa
matematika itu merupakan pelajaran yang rumit, dan agar siswa lebih menyenangi
pelajaran matematika, sehingga siswa yang berkemampuan rendahpun dapat
menyelesaikan masalah matematika dengan baik. Tidak ada lagi siswa yang
merasa dirinya tidak mampu dalam menyelesaikan soal matematika dan
diharapkan hasil belajar siswa dapat lebih meningkat.
Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mengkaji kemampuan
pemecahan masalah, representasi multipel matematis dan self esteem siswa dalam
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kuantum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran kuantum lebih baik dari siswa yang memperoleh
9
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Apakah peningkatan kemampuan representasi multipel matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran kuantum lebih baik dari siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional?
3. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan pemecahan masalah dengan
kemampuan representasi multipel matematis?
4. Bagaimana self esteem siswa dalam matematika yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk:
1. Menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh model pembelajaran kuantum dan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
2. Menelaah peningkatan kemampuan representasi multipel matematis siswa
yang memperoleh model pembelajaran kuantum dan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
3. Menelaah hubungan antara kemampuan pemecahan masalah dengan
kemampuan representasi multipel matematis
4. Mengetahui self esteem siswa dalam matematika yang memperoleh model
pembelajaran kuantum.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata
10
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagi siswa, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah, representasi multipel matematis siswa dan self esteem siswa dalam
matematika.
2. Bagi guru, diharapkan dengan tersusunnya deskripsi yang rinci dari proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum dapat
menjadi acuan bagi guru ketika akan menerapkan model kuantum dalam
pembelajarannya dan dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran
matematika yang dapat digunakannya untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan representasi multipel matematis siswa.
3. Bagi peneliti, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat
dijadikan sebagai acuan/referensi untuk penelitian lain dan pada penelitian
yang relevan.
E. Definisi Operasional
Agar dalam pemahaman penulisan ini tidak terjadi kerancuan makna atau
salah persepsi, maka dipandang perlu dalam penulisan ini dicantumkan definisi
dari permasalahan yang diangkat:
1. Model pembelajaran kuantum adalah model pembelajaran yang memiliki
strategi tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan
(TANDUR).
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk
merumuskan masalah dari situasi sehari-hari ke dalam model matematika
kemudian menyelesaikan masalah tersebut, memilih dan menerapkan strategi
untuk menyelesaikan masalah matematika atau di luar matematika, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal serta
memeriksa kebenaran hasil atau jawaban. Soal pemecahan masalah matematis
adalah soal-soal nonrutin yaitu soal yang untuk sampai pada prosedur yang
11
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kemampuan representasi multipel matematis adalah kemampuan
menggunakan berbagai bentuk representasi baik berupa representasi visual
(gambar, diagram grafik, atau tabel), representasi simbolik (pernyataan
matematik/notasi matematik, numerik/simbol aljabar) maupun representasi
verbal (teks tertulis/kata-kata), secara lengkap dan terpadu dalam pengujian
suatu masalah yang sama.
4. Self esteem didefinisikan sebagai seberapa suka seseorang terhadap dirinya
sendiri. Sedangkan Self esteem siswa dalam matematika adalah penilaian
siswa terhadap kemampuan, keberhasilan, kemanfaatan dan kebaikan diri
mereka sendiri dalam matematika.
5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan metode ceramah atau
35
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuasi-eksperimen. Pada studi kuasi
eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima
keadaan subjek apa adanya. Pemilihan studi ini didasarkan pertimbangan bahwa,
kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin dilakukan
pengelompokan siswa secara acak. Menurut Ardhana (dalam Wahyuni, 2012) di
dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan kuasi eksperimen
sangat disarankan mengingat obyek penelitian yang tidak memungkinkan adanya
pemilihan secara acak. Hal ini diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok utuh,
seperti kelompok siswa dalam satu kelas, kelompok ini juga sering kali jumlahnya
sangat terbatas. Dalam keadaan ini aturan dalam eksperimen murni tidak dapat
dipenuhi sehingga untuk penelitian yang berhubungan peningkatan kualitas
pembelajaran direkomendasikan penggunaan teknik kuasi eksperimen.
Penggunaan kuasi eksperimen dapat berhasil dilakukan apabila menggunakan
kelompok kontrol, melakukan pengukuran sebelum dan sesudah implementasi
pembelajaran. (Robinson et.al dalam Wahyuni, 2012).
Sampel yang digunakan terdiri dari dua kelompok sampel yang memiliki
kemampuan yang sama dengan model pembelajaran yang berbeda. Pada
Kelompok pertama (kelompok eksperimen) mendapatkan pembelajaran dengan
model kuantum, kelompok kedua (kelompok kontrol) diterapkan pembelajaran
konvensional. Desain rencana penelitian untuk eksperimen ini adalah
Nonequivalent Control Group Design , yang diilustrasikan sebagai berikut:
Kelas Eksperimen : O X O
...
Kelas Kontrol : O O
Sumber : (Sugiyono, 2012:116)
36
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
O : Pretes dan postes (tes kemampuan pemecahan masalah dan representasi
multipel matematis)
X : Perlakuan dengan model pembelajaran kuantum
... : Subjek tidak dikelompokkan secara acak.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan yaitu selama
bulan Mei-Juni 2013.
C. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Cianjur. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Cianjur pada tahun
ajaran 2012/2013 yang terdiri dari sembilan kelas berjumlah 315 siswa. Karena
desain penelitian menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design,
maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2005: 54). Informasi awal dalam pemilihan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan dari guru bidang studi matematika. Agar penentuan
sampel tidak bersifat subjektif, maka pertimbangan dalam menentukan sampel
juga didasarkan pada perolehan nilai matematika siswa pada semester
sebelumnya. Peneliti memilih kelas VII 5 sebagai kelas eksperimen berjumlah 36
siswa dan kelas VII 6 sebagai kelas kontrol berjumlah 35 siswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab,
dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran matematika
37
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas, dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah
matematis, representasi multipel matematis dan self-esteem siswa dalam
matematika.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini dikembangkan dua jenis instrumen, yaitu instrumen tes
dan non-tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari pretes kemampuan
pemecahan masalah matematis dan representasi multipel matematis siswa serta
postes kemampuan pemecahan masalah matematis dan representasi multipel
matematis siswa. Sedangkan, instrumen dalam bentuk non-tes, terdiri dari skala
self-esteem, lembar observasi yang memuat aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran.
1. Instrumen Tes Matematika
a Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Tes ini berupa uraian, yang soalnya terdiri dari soal-soal pemecahan
masalah. Soal ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan
pemecahan masalah siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kuantum. Pedoman penskoran tes
kemampuan pemecahan masalah matematis yang akan digunakan pada
penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis (Sumarmo, dalam Gordah, 2009)
Aspek yang Dinilai Reaksi terhadap Soal/amasalah Skor
Memahami masalah
Tidak memahami soal/tidak ada jawab. 0
Tidak memperhatikan syarat-syarat soal/cara interpretasi
soal kurang tepat. 1
Memahami soal dengan baik. 2
Merencanaka penyelesaian
Tidak ada rencana strategi penyelesaian. 0
Strategi yang direncanakan kurang tepat. 1
38
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jawaban salah.
Menggunakan satu strategi tertentu tetapi tidak dapat
dilanjutkan. 3
Menggunakan beberapa strategi benar dan mengarahkan
pada jawaban yang benar. 4
Menyelesaikan masalah
Tidak ada penyelesaian. 0
Ada penyelesaian, tetapi prosedur tidak jelas. 1
Menggunakan satu prosedur tertentu yang tidak
mengarah kepada jawaban yang benar. 2
Menggunaakan satu prosedur tertentu yang benar tetapi
salah dalam perhitungan. 3
Menggunakan prosedur tertentu yang benar dan hasil
benar. 4
Memeriksa kembali
Tidak diadakan pemeriksaan jawaban. 0
Pemeriksaan hanya pada jawaban (perhitungan). 1
Pemeriksaan hanya pada prosesnya. 2
Pemeriksaan terhadap proses dan jawaban. 3
b. Tes Kemampuan Representasi Multipel Matematis
Tes ini berupa uraian, yang soalnya terdiri dari soal-soal representasi
multipel matematis. Soal-soal representasi multipel yang digunakan adalah
mengukur kemampuan melakukan translasi dari satu jenis representasi ke
jenis representasi lainnya. Misalnya melakukan translasi dari representasi
verbal (kata-kata) ke representasi visual (gambar). Soal ini digunakan untuk
mengetahui tingkat kemampuan representasi multipel matematis siswa setelah
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kuantum.
Setelah instrumen pemecahan masalah dan representasi multipel
matematis selesai dibuat, soal tersebut dianalisis untuk melihat kualitas soal yang
meliputi uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
a. Analisis Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen. Artinya suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut
39
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan yaitu validitas isi dan validitas butir soal, validitas isi dilakukan
oleh penimbang yaitu guru mata pelajaran matematika di sekolah dan dosen
pembimbing. Validitas soal yang dinilai oleh validator adalah (1) kesesuaian
antara indikator dan butir soal; (2) kesesuaian isi materi dengan tujuan
penilaian (3) kejelasan bahasa/redaksional soal.
Soal-soal yang dinyatakan valid terhadap validitas isi kemudian
diujicobakan kepada siswa yang sudah pernah memperoleh materi ini yaitu
siswa kelas VIII SMPN 2 Cianjur pada tanggal 13 April 2013 untuk
mengetahui kecukupan waktu dan keterbacaan soal saat siswa menjawab soal,
hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas butir soal.
Validitas butir soal dilakukan untuk mengetahui butir-butir soal yang
dapat digunakan dan yang tidak dapat digunakan dalam penelitian. Validitas
butir soal diuji dengan menggunakan rumus uji korelasi Product Moment
Pearson, dengan rumus sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. = jumlah skor uji coba.
= jumlah skor ulangan harian.
= banyak subjek (testi).
Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh dengan menggunakan
pengolahan data menggunakan microsoft excell yang disesuaikan dengan
perhitungan pada Lampiran C. Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya
koefisien korelasi (Suherman: 2007) sebagai berikut:
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi (Suherman 2003)
Koefisien Korelasi Interpretasi
40
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedang (cukup) Rendah (kurang) Sangat rendah
Tidak valid
Tabel 3.3
Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis
Jenis Tes No. Soal rxy
Berdasarkan Tabel 3.3 diperoleh bahwa setiap butir soal representasi
multipel matematis memiliki interpretasi korelasi tinggi dan sedang sedangkan
butir soal pemecahan masalah matematis memiliki interpretasi sangat tinggi.
b. Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu
alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil
pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukuran yang diberikan
pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang berbeda, waktu yang
berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh perilaku,
situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur
yang reliabel (Suherman, 2003).
Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian
dikenal dengan rumus Alpha seperti berikut ini (Suherman, 2003).
∑
41
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
= koefisien reliabilitas; = banyak butir soal (item);
∑ = jumlah varians skor setiap item; = varians skor total.
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan tolok ukur yang ditetapkan J.P. Guilford (Suherman, 2003) pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas pada soal
kemampuan representasi multipel matematis , sedangkan pada soal
kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh koefisien reliabilitas
. Berdasarkan klasifikasi derajat koefisien reliabilitas
diinterpretasikan kedua tes memiliki reliabilitas tinggi. Dalam hal ini tes
uraian tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur dalam penelitian.
c. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu
membedakan siswa yang sudah menguasai materi dengan siswa yang
belum/kurang menguasai materi berdasarkan kriteria tertentu. Suatu soal
memiliki daya pembeda yang baik apabila siswa pandai bisa menjawab soal
dengan baik dan siswa yang berkemampuan rendah tidak dapat menjawab soal
tersebut. Daya pembeda dihitung dengan membagi siswamenjadi dua
kelompok yaitu kelompok atas untuk siswa yang pandai dan kelompok bawah
untuk siswa yang rendah. Jika n > 30 maka pembagiannya 27% untuk
kelompok atas dan 27% untuk kelompok bawah, dan jika n , makaa
pembagiannya 50% untuk kelompok atas dan 50% untuk kelompok bawah
42
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Maks
JBA =Jumlah benar untuk kelompok atas.
JBB = Jumlah benar untuk kelompok bawah.
JSA =Jumlah siswa kelompok atas.
JSB =Jumlah siswa kelompok bawah.
Maks = Skor maksimal setiap butir soal.
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah:
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda (Suherman, 2003)
Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat jelek
Perhitungan daya pembeda secara rinci dapat dilihat pada Lampiran C.
Hasil perhitungan daya pembeda tiap butir soal seperti pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Hasil Perhitungan dan Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis
Jenis Tes No. Soal Daya Pembeda Interpretasi
43
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 0,21 Cukup
d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dengan rumus
berikut:
Maks = Skor maksimal setiap butir soal.
Klasifikasi indeks kesukaran yang banyak digunakan adalah:
Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran (Suherman, 2003)
Koefisien Indeks Kesukaran Interpretasi
Soal terlalu mudah
Soal mudah
Soal sedang
Soal sukar
Soal terlalu sukar
Perhitungan tingkat kesukaran tiap butir soal dapa dilihat pada Lampiran
C. Hasil perhitungan tingakt perhitungan tiap butir soal pada Tabel 3.8
berikut.
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan dan Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis
Jenis Tes No. Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi
Representasi Matematis
1 0,66 Sedang
44
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2b 0,72 Mudah
Secara lebih jelas hasil analisis data uji coba tes kemampuan representasi
matematis siswa, terlihat pada Tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Hasil Analisis Data Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis
Nomor Soal
Daya Pembeda
Tingkat
Kesukaran Reliabilitas Validitas Keterangan
1 Cukup Sedang
a. Skala Self Esteem Siswa dalam Matematika
Skala self esteem siswa dalam matematika digunakan untuk mengetahui
tingkatan self esteem siswa dalam matematika. Menurut Fadillah (2010) skala ini
memuat empat komponen yaitu: penilaian siswa tentang (1) kemampuan
(capability) dirinya dalam matematika, (2) keberhasilan (successfulness) dirinya
dalam matematika, (3) kemanfaatan (significance) dirinya dalam matematika, dan
(4) kebaikan (worthiness) dirinya dalam matematika. Skala ini disusun
berdasarkan skala yang disusun oleh Reyna dan Cristian, et al (Fadillah, 2010)
dengan modifikasi seperlunya yang dilengkapi dengan empat pilihan jawaban
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju
(STS). Empat pilihan ini berguna untuk menghindari pilihan ragu-ragu siswa
45
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat membuat siswa ragu-ragu dalam menjawab. Pernyataan yang diberikan
bersifat pernyataan tertutup, tentang pendapat siswa yang terdiri dari
pernyataan-pernyataan positif dan negatif. Aspek-Aspek dan indikator self esteem yang
digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari aspek dan indikator self esteem
yang dikembangkan oleh Fadillah (2010).
Untuk menguji validitas skala self esteem dilakukan uji validitas isi untuk
menentukan kesesuaian isi dengan apa yang akan diukur. Pada penelitian ini,
pengujian validitas skala self esteem dilakukan oleh dosen pembimbing, guru
mata pelajaran matematika di sekolah dan asisten psikologi yang bertugas di
sekolah.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa
pada kelompok eksperimen. Aktivitas siswa yang diamati pada pembelajaran
model Kuantum yaitu yang mendukung indikator pada self esteem siswa dalam
matematika misalnya saat mengemukakan dan menanggapi pertanyaan atau
pendapat, kemampuan bekerjasama dalam kelompoknya dalam mengerjakan
LAS, kesungguhan selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan aktivitas guru
yang diamati adalah kemampuan guru dalam melakasanakan pembelajaran model
Kuantum yang bertujuan agar pembelajaran berikutnya dapat lebih ditingkatkan
dan sesuai dengan skenario pembelajaran.
F. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk
Lembar Aktivitas Siswa (LAS), dan menggunakan buku paket dengan berbagai
penerbit seperti erlangga, yudhistira dan BSE. Materi yang diberikan dalam penelitian ini adalah segitiga yang merujuk pada Kurikulum 2006 yang
dikembangkan dalam 4 LAS dan soal-soal yang berbentuk tes uraian. Penyusunan
LAS yang digunakan berupa kegiatan yang dilakukan siswa sehingga dapat
46
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Analisis Data
Data yang dianalisis adalah data hasil tes awal dan tes akhir serta skala self
esteem siswa dalam matematika. Analisis data secara kuantitatif untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis
siswa serta self esteem siswa dalam matematika.
Tahap analisis data meliputi:
1. Membuat tabel nilai yang diperoleh siswa baik tes awal, tes akhir, maupun
gain ternormalisasi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam kemampuan
representasi matematis.
Besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:
(Meltzer,2002)
Indeks gain tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria yang
diungkapkan oleh Hake (Meltzer, 2002) dalam Tabel 3.10:
Tabel 3.10 Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Indeks Gain Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
2. Pengujian perbedaan rata-rata untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan tahapan sebagai berikut.
a) Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila hasil
pengujian menunjukkan bahwa data berdistribusi normal maka pengujian
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0: Data berdistribusi normal
47
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data yang lebih dari 30. Sedangkan jika
hasil pengujian menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka digunakan
uji Mann-Whitney.
b) Homogenitas
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Apabila kedua
kelompok data (sampel) tersebut berasal dari populasi-populasi dengan varians
yang sama dinamakan populasi homogen. Adapun hipotesis yang akan diuji
adalah:
H0: (varians skor kelas eksperimen dan kontrol sama)
H: (varians skor kelas eksperimen dan kontrol tidak sama)
Keterangan:
varians skor kelas eksperimen
varians skor kelas kontrol
Uji statistikanya menggunakan uji homogenitas variansi dua buah
peubah bebas yaitu uji-F.
c) Uji Perbedaan Rata-rata
Melakukan uji kesamaan dua rata-rata pada data pretes kedua kelompok
eksperimen dan kontrol untuk kemampuan pemecahan masalah dan
representasi multipel matematis.
Hipotesis yang diajukan adalah:
: Rata-rata pretes kelompok eksperimen sama dengan rata-rata
pretes kelompok kontrol
: Rata-rata pretes kelompok eksperimen tidak sama dengan rata-rata pretes kelompok kontrol
48
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
model Kuantum lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional, maka rumusan hipotesis dilakukan uji satu pihak:
: Rata-rata gain ternormalisasi kelompok eksperimen sama dengan rata-rata gain ternormalisasi kelompok kontrol
: Rata-rata gain ternormalisasi kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata gain ternormalisasi kelompok kontrol
d)Untuk melihat korelasi antara kemampuan pemecahan masalah dengan
representasi multipel matematis siswa digunakan uji korelasi Pearson
product moment apabila data berdistribusi normal.
Langkah berikutnya dilakukan pengujian terhadap keberartian dengan
korelasi yang diperoleh. Hipotesis yang digunakan :
H0 : : Tidak terdapat korelasi antara kemampuan pemecahan masalah
dengan kemampuan representasi multipel matematis.
H1 : :Terdapat korelasi antara kemampuan pemecahan masalah dengan
Dengan taraf signifikansi α, maka hipotesis diterima jika
)
berdistribusi tidak normal, digunakan uji non-parametrik korelasi Spearman’s
rho.
e) Analisis data self esteem,
Angket skala sikap yang akan digunakan dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaiman self esteem siswa dalam matematika yang
mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kuantum. Angket skala
sikap akan diberikan kepada siswa pada kelas eksperimen setelah semua
49
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model skala yang akan digunakan adalah model skala likert. Derajat
penilaian terhadap suatu pernyataan tersebut terbagi ke dalam 4 katagori,
yaitu: sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS). Hasil analisis skala sikap pada penelitian ini adalah deskripsi self
esteem siswa dalam matematika setelah menggunakan model pembelajaran
kuantum.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan. Uraian dari kedua tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Studi pendahuluan, identifikasi masalah dan studi literatur
b) Menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian
c) Pembuatan perangkat bahan ajar, seperti RPP dan instrumen penelitian
yang terlebih dahulu dinilai oleh para ahli.
d) Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui
kualitasnya.
e) Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan)
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, sebagai berikut.
(a) Memberikan pretes kemampuan pemecahan masalah dan representasi
multipel matematis pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
(b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen dilakukan pembelajaran
dengan model kuantum.
50
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(d) Memberikan postes pada kelas yang memperoleh pembelajaran
konvensional dan kelas yang memperoleh model pembelajaran kuantum
untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dan representasi
multipel matematis.
(e) Memberikan skala self esteem siswa dalam matematika pada kelas yang
memperoleh pembelajaran Kuantum.
(f) Pengolahan data hasil pretes dan postes, serta angket self esteem siswa
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV tentang
peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis
serta self esteem siswa dalam matematika yang memperoleh model pembelajaran
Kuantum dan siswa yang memperoleh model pembelajaran konvensional
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh model pembelajaran kuantum lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajarn konvensional. Mutu peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis berada pada kategori sedang untuk kelas yang
memperoleh model pembelajaran kuantum dan pembelajaran konvensional.
2. Peningkatan kemampuan representasi multipel matematis siswa yang
memperoleh model pembelajaran kuantum lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajarn konvensional. Mutu peningkatan kemampuan
representasi multipel matematis berada pada kategori sedang untuk kelas yang
memperoleh model pembelajaran kuantum dan pembelajaran konvensional.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah dengan
kemampuan representasi multipel matematis.
4. Hampir seluruh siswa memiliki self-esteem yang positif setelah mendapat
79
Sarah Inayah, 2013
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Representasi Multipel Matematis Serta Self-Esteem Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa
saran diantaranya sebagai berikut.
1. Model pembelajaran kuantum dapat digunakan ketika ingin meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis siswa.
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mengkaji lebih dalam mengenai tiap
tahapan dalam model pembelajaran kuantum. Dengan analisis yang lebih
mendalam akan terlihat kontribusi dari masing-masing tahapan dalam
pengembangan kemampuan matematis maupun unsur afektif dalam
pembelajaran matematika.
3. Penelitian ini juga dapat dilanjutkan dengan penelitian eksperimen murni.
4. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan meneliti pengaruh pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kuantum terhadap kemampuan matematis
lainnya seperti kemampuan koneksi, penalaran, atau komunikasi matematis.
Penelitian juga dapat dilanjutkan dengan meneliti pada indikator lainnya pada
kemampuan pemecahan masalah maupun representasi multipel matematis.
Selain itu penelitian juga dapat dilanjutkan pada jenjang pendidikan dan materi