Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NOVICK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
SRI REZEKI 1102649
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BANDUNG
2013
MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NOVICK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
Oleh Sri Rezeki
S.Pd.I. Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Batusangkar, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Sri Rezeki, 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu HALAMAN PENGESAHAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NOVICK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
Oleh: SRI REZEKI
1102649
Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I,
Dr. H. Endang Cahya, M.A., M.Si
Pembimbing II,
Dr. Dadan Dasari, M.Si.
Mengetahui:
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
iii Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Sri Rezeki (2013). Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick pada Siswa Sekolah Menengah Atas.
Penelitian ini bertujuan mengkaji masalah peningkatan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran Novick. Selain itu penelitian ini juga mengkaji sikap siswa terhadap matematika dan model pembelajaran Novick. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas X pada salah satu SMA Swasta di kota Bandung, dengan sampel dua kelas. Pengambilan sampel didasarkan kepada teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualiltatif. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap data pretes dan rataan N-Gain antara kedua kelompok sampel dengan menggunakan uji t, uji t’, uji Mann-Whitney, dan uji ANOVA dua jalur. Analisis kualitatif dilakukan untuk menelaah aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran, sikap siswa terhadap model pembelajaran Novick. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran melalui model pembelajaran Novick lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvenisonal. Hasil yang sama juga diperlihatkan pada kategori tinggi, sedang, dan rendah. Analisis data angket skala sikap memperlihatkan bahwa siswa bersikap positif terhadap pelajaran matematika, terhadap model pembelajaran Novick, maupun terhadap soal-soal representasi dan pemecahan masalah matematis.
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR HAK CIPTA ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Definisi Operasional ... 12
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Representasi Matematis ... 14
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 17
C. Model Pembelajaran Novick ... 20
D. Teori Belajar yang Mendukung ... 24
E. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika ... 28
F. Penelitian yang Relevan ... 30
G. Hipotesis Penelitian ... 32
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Desain Penelitian ... 33
B. Variabel Penelitian ... 34
C. Populasi dan Sampel ... 34
D. Instrumen Penelitian ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 48
F. Teknik Analisis Data ... 48
G. Prosedur Penelitian ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56
1. Hasil Analisis Korelasi Pre-test dan Post-test Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis ... 57
2. Deskriptif Hasil Pengolahan Data ... 60
3. Analisis Hasil Pre-Test Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis ... 63
4. Analisis Peningakatan Kemampuan Representasi Matematis .... 66
5. Analisis Peningakatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 69
6. Analisis Skor N-gain Kemampuan Representasi Matematis berdasarkan KAM ... 73
7. Analisis Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan KAM ... 77
8. Hasil Penelitian tentang Skala Sikap Siswa ... 82
9. Aktivitas Guru dan Siswa selama Proses Pembelajaran... 87
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105
B. Saran ... 106
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Dimensi Proses Berpikir dan Kemampuan Representasi Matematis ... 16
2.2 Indikator Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah ... 20
3.1 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Skor Kemampuan Representasi
Matematis ... 35
3.2 Kriteria Penilaian Pemecahan Masalah Matematis ... 36
3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 38
3.4 Validitas Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matemati39
3.5 Validitas Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 40
3.6 Kriteria Derajat Keandalan J.P. Guilford ... 41
3.7 Reliabilitas Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Representasi dan
Pemecahan Masalah Matematis ... 41
3.8 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 42
3.9 Interpretasi Daya Pembeda Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 42
3.10 Interpretasi Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 43
3.11 Tingkat Kesukaran ... 44
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.13 InterpretasiTingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 44
3.14 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Representasi
Matematis ... 45
3.15 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ... 46
3.16 Tabel Winner Anova ... 52
4.1 Data Hasil Uji Korelasi Pengoreksian Dua Orang Tes Kemampuan
Representasi Matematis ... 57
4.2 Data Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Pengoreksian Dua Orang 58
4.3 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Kemampuan Representasi dan Pemecahan
Masalah Matematis Pengoreksian Dua Orang ... 59
4.4 Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Representasi Matematis ... 61
4.5 Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 62
4.6 Data Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Representasi dan Pemecahan
Masalah Matematis ... 64
4.7 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Data pre-test Kemampuan Representasi
Pemecahan Masalah Matematis ... 65
4.8 Data Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor pre-test ... 66
4.9 Data Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Representasi
Matematis ... 67
4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Representasi
Matematis 68 ...
4.11 Data Hasil Uji Perbedaan Rata-rata N-Gain Kemampuan Representasi
Matematis ... 69
4.12 Data Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.13 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ... 71
4.14 Data Hasil Uji Perbedaan Rata-rata N-Gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ... 72
4.15 Deskriptif Staitstik rata N-Gain Kemampuan Representasi Matematis
berdasarkan KAM Siswa ... 73
4.16 Data Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Representasi Matematis
berdasarkan KAM Siswa ... 75
4.17 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Representasi
Matematis 75 ...
4.18 Data Hasil Uji ANOVA Dua Jalur N-Gain Kemampuan Representasi
Matematis berdasarkan KAM Siswa ... 76
4.19 Data Hasil Uji Games-Howell Gain Kemampuan Representasi Matematis
berdasarkan KAM Siswa ... 77
4.20 Deskriptif Staitstik rata N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis berdasarkan KAM Siswa ... 78
4.21 Data Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis berdasarkan KAM Siswa ... 79
4.22 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis berdasarkan KAM ... 80
4.23 Data Hasil Uji ANOVA Dua Jalur N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis berdasarkan KAM Siswa ... 81
4.24 Data Hasil Uji Schefee Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
berdasarkan KAM Siswa ... 82
4.25 Skor Rerata Sikap Siswa terhadap Pembelajaran ... 83
4.26 Skor Rerata Indikator Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika ... 84
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.28 Skor Rerata Indikator Sikap Siswa terhadap Soal Kemampuan Representasi
dan Pemecahan Masalah Matematis ... 86
4.29 Data Hasil Skor Rerata Pengamatan Aktivitas Guru ... 88
4.30 Data Hasil Skor Rerata Pengamatan Aktivitas Siswa ... 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman Gambar 2.1Diagram Alur Pembelajaran Novick ... 21Gambar 3.1 Diagram Alur Analisis Data ... 53
Gambar 3.2 Diagram Alur Prosedur Penelitian ... 55
Gambar 4.1 Diagram Batang Perkembangan Aktvitas Guru ... 89
Gambar 4.2 Diagram Batang Perkembangan Aktvitas Siswa ... 91
Gambar 4.3 Hasil Pretes Siswa Kelas Eksperimen ... 101
Gambar 4.4 Hasil Pretes Siswa Kelas Kontrol ... 101
Gambar 4.4 Hasil Postes Siswa Kelas Eksperimen ... 104
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
1 Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena pendidikan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh
seseorang, serta dapat membentuk akhlak dan kepribadian yang baik. Hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam pasal 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bemartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Di samping itu, dengan adanya pendidikan maka suatu bangsa dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di
dunia global, sehingga dapat memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa itu
sendiri. Karena dengan pendidikan tersebut, khususnya pendidikan yang
berhubungan dengan pembelajaran di sekolah dapat memberikan kontribusi
positif bagi pencerdasan dan pencerahan kehidupan bangsa.
Salah satu mata pelajaran yang dapat memberikan pencerahan dan
pencerdasan kehidupan bangsa adalah matematika. Hal ini disebabkan matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang
bisa menjadi tolak ukur kemajuan suatu negara, misalnya dalam perkembangan
ilmu komputer. Di samping itu, matematika mempunyai peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia, karena matematika
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seseorang. Hal ini sesuai yang diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif dan efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan (Suherman dkk., 2003).
Namun pada kenyataannya di lapangan, pembelajaran matematika selama ini
masih kurang diminati oleh para siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran
matematika selama ini cenderung pada kegiatan menghitung angka-angka, yang
seolah-olah tidak ada makna dan kaitannya dengan peningkatan kemampuan
berpikir untuk memecahkan berbagai persoalan.
Pembelajaran matematika juga masih dianggap sulit oleh para siswa.
Kesulitan belajar matematika bukan semata-mata karena materi pelajaran
matematika itu sendiri, tetapi juga disebabkan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran matematika yang masih kurang efektif. Di mana dalam proses
pembelajaran, strategi yang diterapkan oleh guru pada umumnya kurang
bervariasi dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
sejalan menurut Marpaung (Muliyardi, 2006) yaitu “Strategi yang dipakai guru
untuk mengajarkan matematika di kelas secara skematis, yaitu menjelaskan
konsep-konsep matematika, meminta siswa mengerjakan beberapa soal latihan,
memberi skor pada hasil pekerjaan, mengajar konsep baru, dan memberikan PR.”
Hal ini sejalan dengan hasil laporan Trends in International Mathematics
and Sciences Study (TIMSS) tahun 1999 (Oktavien, 2011) menegaskan bahwa
secara umum pembelajaran matematika Indonesia masih terdiri dari rangkaian
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan demonstrasi masalah tersebut, dan terakhir guru meminta siswa untuk
melakukan latihan penyelesaian soal. Dengan demikan pembelajaran yang
dilakukan guru di kelas masih berpusat pada guru dan terpaku pada
kegiatan-kegiatan yang kaku atau monoton, akibatnya siswa kurang aktif pada proses
pembelajaran matematika.
Ini merupakan suatu tantangan bagi guru matematika untuk menyusun suatu
sistem pembelajaran yang selalu melibatkan siswa dalam pembelajaran
matematika, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran matematika,
karena keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap
kemampuan matematis siswa. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di
samping mendengar penjelasan dari guru dan mencatat yang dijelaskan oleh guru
yaitu mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, dan melakukan diskusi
kelompok.
Seorang guru harus mampu membentuk suatu sistem pembelajaran yang
inovatif dan kreatif yang sesuai dengan kurikulum yang berkembang saat ini.
Diantaranya sistem pembelajaran yang berfokus pada pengkonstruksian dan
pengembangan kemampuan matematis siswa, khususnya kemampuan representasi
dan pemecahan masalah matematis siswa. Dengan mengembangkan kemampuan
matematis siswa ini, diharapkan dapat mendorong siswa untuk berpikir secara
matematis, logis, dan sistematis. Melalui cara berpikir tersebut, dapat membentuk
pola pikir siswa terhadap kemampuan matematis dalam kegiatan matematika,
sehingga dapat memotivasi siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Pentingnya kemampuan repesentasi matematis siswa diungkapkan oleh
Wahyuni (2012) yang menyatakan bahwa pentingnya representasi matematis
untuk dimiliki oleh siswa sangat membantu dalam memahami konsep matematis
berupa gambar, simbol dan kata-kata tertulis. Penggunaan representasi yang benar
oleh siswa akan membantu siswa menjadikan gagasan-gagasan matematis lebih
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jones (2000) mengemukakan 3 alasan yang mendasari representasi sebagai
salah satu standar proses yaitu:
1. Kelancaran dalam melakukan translasi di antara berbagai jenis representasi
yang berbeda merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki siswa
untuk membangun suatu konsep dan berpikir matematik.
2. Ide-ide matematika yang disajikan guru melalui berbagai representasi akan
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap siswa dalam
mempelajari matematika.
3. Siswa membutuhkan latihan dalam membangun representasinya sendiri
sehingga siswa memiliki kemampuan dan pemahaman konsep yang baik
dan fleksibel yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa kemampuan representasi
merupakan aspek penting yang harus dimiliki oleh siswa. Karena representasi
merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam
mengemukakan ide-idenya dalam bentuk simbol-simbol, kata-kata atau grafik.
Dengan adanya representasi akan mempermudah siswa untuk memahami konsep
dan meyelesaikan soal-soal pemecahan masalah yang diberikan. Dengan demikian
diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Namun kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan representasi
siswa pada umumnya masih rendah. Rendahnya kemampuan representasi
matematis siswa ini terlihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Amri (2009) yang menyatakan bahwa
siswa tidak pernah diberikan kesempatan untuk menghadirkan representasinya
sendiri yang dapat meningkatkan perkembangan daya representasi siswa dalam
pembelajaran matematika, siswa cenderung meniru prosedur guru. Hudiono
(2005) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa terjadinya kelemahan
representasi siswa seperti tabel, gambar, model disampaikan kepada siswa karena
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam proses pembelajaran guru kurang mengembangkan kemampuan
representasi siswa.
Kemampuan matematis yang lain yang harus dimiliki oleh siswa dalam
kurikulum matematika adalah kemampuan pemecahan masalah matematis.
Suherman dkk. (2003) mengemukakan pemecahan masalah merupakan bagian
dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses
pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki
untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui
kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika penting seperti penerapan
aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasi, komunikasi
matematika, dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. NCTM (2000)
juga menegaskan pentingnya pemecahan masalah yang menyatakan bahwa
pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika,
sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari pembelajaran matematika.
Standar pemecahan masalah NCTM menetapkan bahwa program
pembelajaran matematika dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12
memungkinkan siswa untuk:
1. Membangun pengetahuan matematika baru melalui memecahkan masalah.
2. Memecahkan masalah-masalah yang timbul pada matematika dan
konteks-konteks lainnya.
3. Mengaplikasikan dan menyesuaikan bermacam-macam strategi yang tepat
untuk memecahkan masalah.
4. Memonitor dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah.
(NCTM, 2000)
Menurut Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata
pelajaran matematika di sekolah menengah bertujuan agar peserta didik memiliki
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Bedasarkan dari tujuan di atas, maka pemecahan masalah matematis
merupakan komponen penting dalam pembelajaran matematika. Melalui kegiatan
pemecahan masalah matematis siswa dapat memahami masalah lebih baik lagi
dan mampu merancang strategi dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
sehingga dapat menemukan suatu pola dalam menyelesaikannya serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataannya di lapangan, berdasarkan hasil penelitian Alhadad (2010)
menyatakan bahwa pembelajaran matematika masih cenderung berorientasi pada
buku teks, tak jarang dijumpai guru matematika masih terpatri pada kebiasaan
mengajarnya dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran seperti:
menyajikan materi pembelajaran, memberikan contoh-contoh soal dan meminta
siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam buku teks yang mereka
gunakan dalam mengajar dan kemudian membahasnya bersama siswa.
Pembelajaran seperti ini tentunya kurang dapat mengembangkan kemampuan
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematika berdasarkan apa yang dicontohkan guru, jika diberikan soal yang
berbeda mereka akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.
Hal ini juga terlihat pada penelitian yang dilakukan Aisyah (2012) yang
menyatakan bahwa kemampuan pemecahan matematis siswa masih rendah dan
siswa masih kesulitan dalam memecahkan masalah yang diberikan. Berdasarkan
hasil obeservasi yang dilakukannya, siswa masih mengalami kesulitan dalam
menentukan persamaan garis, misalnya menentukan persamaan . Pada
soal tersebut masih banyak diantara siswa yang menjawabnya salah, dengan
alasan bahwa persamaan garis lurus ditandai oleh variabel berderajat satu.
Keterkaitan antara kemampuan representasi dan pemecahan masalah
matematis ini sangat erat. Hal ini terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh
Branner et al. (Neria dan Amit, 2004) menyatakan bahwa proses dari hasil
kesuksesan pemecahan masalah bergantung pada keterampilan representasi yang
meliputi konstruksi dan menggunakan representasi matematis dalam kata-kata,
grafik, tabel dan persamaan, memecahkan masalah dan manipulasi simbol.
Kemampuan representasi matematis yang tepat akan membantu siswa dalam
melakukan pemecahan masalah matematis.
Effendi (2012) juga menyatakan adanya keterkaitan antara kemampuan
representasi dan pemecahan masalah matematis. Representasi membantu siswa
dalam melakukan pemecahan masalah. Representasi diwujudkan dalam bentuk
gambar, grafik, tabel, benda nyata, simbol matematika, maupun kata-kata. Dari
beberapa bentuk representasi tersebut, siswa dapat memilih bentuk representasi
yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Melalui representasi yang
sesuai, masalah yang rumit akan menjadi lebih sederhana dan lebih mudah
dipecahkan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diterapkan suatu model
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika,
sehingga dapat mengaktifkan interaksi antara siswa dan guru, siswa dan siswa,
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diarahkan pada aktivitas siswa yang terampil dalam menemukan dan memahami
konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. Jika siswa telah
memahami konsep matematika tersebut, maka mereka mampu memecahkan atau
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep matematika yang
diajarkan. Salah satu solusi untuk memecahkan masalah tersebut dengan
menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran yang
dikembangkan oleh Nussbaum dan Novick, yang dikenal dengan model
pembelajaran Novick. Model pembelajaran ini merujuk dari pandangan
konstruktivis dalam membentuk pengetahuan siswa, di mana siswa lebih
ditekankan dalam mengkonstruksi ide-idenya yang sudah ada sebelumnya dalam
proses pembelajaran. Driver dkk. (Natsir, 1997) menurut konstruktivis ketika
masuk kelas untuk menerima pelajaran, siswa tidak dengan kepala kosong yang
siap diisi dengan berbagai macam pengetahuan oleh guru. Lebih lanjut dijelaskan,
mereka telah membawa pengetahuan awal yang diistilahkan oleh para
konstruktivist dengan children’s idea, cognitive structure, alternative framework,
children’s models, alternative conception dan sebagainya. Dengan menerapakan model pembelajaran ini, diharapkan siswa lebih aktif dalam belajar dengan
mengungkapkan pendapat atau idenya yang bisa direpresentasikan melalui
gambar atau kata-kata.
Model pembelajaran Novick ini terdiri dari tiga fase, yaitu mengungkap
konsep awal siswa, menciptakan konflik konseptual, dan mengupayakan
terjadinya akomodasi kognitif. Pada fase pertama guru memberikan suatu masalah
dan meminta siswa untuk mengungkapkan ide-idenya berdasarkan pengetahuan
mereka sebelumnya, ide-ide tersebut bisa mereka representasikan melalui gambar,
simbol atau kata-kata. Pada fase berikutnya guru mengupayakan terjadinya
konflik konseptual pada siswa. Hal ini dapat dilakukan di saat melakukan diskusi
kelompok, para siswa mengeluarkan beberapa pendapat dari permasalahan yang
dimunculkan oleh guru, dan menelaah setiap pendapat yang disampaikan oleh
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konflik konseptual pada siswa. Fase terakhir yaitu mengupayakan terjadinya
akomodasi kognitif siswa, hal ini bertujuan agar terjadinya keseimbangan kognitif
siswa, sehingga dapat mengubah konsep yang tidak cocok lagi dengan fenomena
baru yang mereka hadapi.
Melalui model pembelajaran Novick ini diduga cocok diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan representasi dan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Melalui pembelajaran Novick ini, siswa dapat mengungkapkan
konsepsi awal pengetahuannya dengan merepresentasikannya melalui gagasan
atau ide, gambar atau grafik dan simbol-simbol dari permasalahan yang diberikan
oleh guru. Di samping itu, dengan menimbulkan konflik konseptual pada proses
pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa melalui latihan pemecahan
masalah.
Alasan mengapa dipilih model pembelajaran Novick di Sekolah Menengah
Atas yaitu untuk memotivasi siswa dalam proses pembelajaran yang cenderung
masih rendah. Melalui model pembelajaran Novick, diharapkan siswa lebih aktif
dalam mengeluarkan pendapatnya serta mampu mengkonstruksi kemampuan
awalnya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan representasi dan
pemecahan masalah matematis siswa.
Mengingat matematika merupakan ilmu yang terstruktur, artinya untuk
menguasai suatu konsep matematika diperlukan penguasaan konsep dasar
matematika lainnya, yang disebut Kemampuan Awal Matematis (KAM). KAM
tersebut memiliki peranan penting dalam penguasaan konsep baru matematika.
Pada penelitian ini, KAM yang digunakan terdiri dari tiga kelompok, yaitu
kelompok rendah, sedang dan tinggi.
Hal yang juga dapat mempengaruhi kemampuan representasi dan pemecahan
masalah matematis siswa adalah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika
yang disampaikan oleh guru. seperti yang disampaikan oleh Stiles et al.
(Suhandri, 2011) sikap siswa terhadap matematika sangat penting karena dengan
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menikmati matematika yang berkaitan erat dengan kesiapan mereka untuk belajar
matematika dan prestasi siswa berikutnya dalam matematika. Menurut Callahan
(Suhandri, 2011) siswa mengembangkan sikap positif terhadap matematika ketika
mereka melihat matematika sebagai sesuatu yang berguna dan menarik. Demikian
pula sebaliknya, siswa akan mengembangkan sikap negatif terhadap matematika
ketika mereka tidak melakukannya dengan baik atau melihat matematika sebagai
sesuatu yang tidak menarik.
Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika sangat berpengaruh terhadap
kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Jika sikap
siswa dalam proses belajar memberikan respon yang positif, maka akan mudah
bagi siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, dan sebaliknya
jika siswa memberikan respon yang negatif, maka siswa akan sulit dalam
memahami materi yang di sampaikan. Oleh karena itu guru mempunyai peran
penting dalam menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran
matematika. Menurut Zan dan Martino (2007) sikap siswa terhadap matematika
dapat ditingkatkan melalui efektif strategi mengajar. Ini menegaskan bahwa
strategi pengajaran yang efektif dapat membuat sikap positif pada siswa terhadap
mata pelajaran sekolah. Jadi dengan menerapakan model pembelajaran Novick
ini, diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran
matematika, sehingga dapat meningkatkan kemampuan representasi dan
pemeecahan masalah matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka keperluan untuk melakukan studi yang
berfokus pada model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan
representasi dan pemecahan masalah matematis siswa, dipandang oleh penulis
menjadi sangat urgen dan utama. Dalam hubungan ini, penulis mengadakan
penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran dengan model pembelajaran
Novick yang akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas dan di beri judul:
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick pada Siswa Sekolah
Menengah Atas.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Novick lebih baik
daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
konvensional?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Novick lebih
baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
konvensional?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan representasi
matematis yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
Novick dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis
siswa (tinggi, sedang, dan rendah)?
4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
Novick dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis
siswa (tinggi, sedang, dan rendah)?
5. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menerapkan model pembelajaran Novick?
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Novick lebih baik
daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
konvensional.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Novick lebih baik
daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
konvesional.
3. Perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematis yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Novick dan siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional
ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan
rendah).
4. Perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Novick dan siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional
ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan
rendah).
5. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan model
pembelajaran Novick.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, terutama diantaranya:
1. Siswa
Bagi siswa yang memperoleh model pembelajaran Novick, dapat diperoleh
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajarnya pada kemampuan representasi dan pemecahan masalah
matematis dalam mata pelajaran matematika.
2. Guru
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru ketika ingin
menerapkan model pembelajaran Novick dan salah satu alternatif model
pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan representasi dan
pemecahan masalah matematis siswa.
3. Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang
alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah,
khususnya model pembelajaran Novick.
E. Definisi Operasional
1. Kemampuan representasi matematis yaitu kemampuan siswa dalam
mengeluarkan ide-idenya atau gagasan-gagasannya dalam bentuk gambar,
grafik atau berupa kata-kata. Kemampuan representasi yang dimaksud pada
penelitian ini yaitu (a) representasi simbolik, yaitu berupa manipulasi
simbol, mengintegrasi makna simbol, dan beroperasi dengan simbol, (b)
representasi grafis, yaitu menghitung dari bentuk grafik, menggambarkan
fungsi yang diberikan atau dihitung, dan beroperasi pada grafik, dan (c)
representasi numerik yaitu menggunakan prosedur untuk memperoleh hasil
numerik, memahami dan menerapkan proses dalam bentuk numerik, dan
meninterpretasikan tabel.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika. Kemampuan pemecahan masalah
yang dimaksud pada penelitian ini adalah kemampuan asosiasi siswa,
kemampuan analisis dan kemampuan generalisasi.
3. Model pembelajaran Novick, merupakan pembelajaran yang merujuk pada
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
fase pertama mengungkap konsepsi awal siswa, pada fase ini guru
memberikan suatu masalah yang memungkinkan dapat mengkonstruksi
konsepsi pengetahuan awal siswa yang dapat direpresentasikan melalui
kata-kata, diagram atau simbol matematika. Hal ini bertujuan agar
terjadinya perubahan konseptual siswa. Pada fase kedua yaitu menciptakan
konflik konseptual siswa, yaitu dengan menimbulkan pernyataan yang
kontradiksi dengan persepsi siswa, sehingga mereka merasa tertantang
untuk mencari kebenaran dari pernyataan tersebut, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman siswa. Pada fase ketiga mengupayakan
terjadinya akomodasi kognitif siswa, hal ini bertujuan agar terjadinya
keseimbangan kognitif pada siswa.
4. Sikap (respon) siswa adalah tanggapan siswa yang menunjukkan
kecenderungan siswa untuk merespon positif atau negatif tentang
matematika, model pembelajaran Novick dan soal-soal pemecahan masalah
33 Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan masalah yang dikembangkan maka metode penelitian yang
akan dilakukan adalah metode kuasi eksperimen. Pada studi ini subjek tidak di
kelompokkan secara acak, tetapi keadaan subjek diterima sebagaimana adanya
(Ruseffendi, 2010). Menurut Cresswell (2010) menyatakan bahwa untuk
rancangan Quasi-Experimental dengan desain nonequivalent pre-test and post test
control group design, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di seleksi
tanpa proedur acak. Kedua kelompok tersebut sama-sama memperoleh pre-test
dan post-test, akan tetapi kelompok eksperimen saja yang diberikan treatmen.
Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Novick dengan,
kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Adapun desain penelitian
ini diilustrasikan sebagai berikut:
Kelas eksperimen O X O
---
Kelas konvensional O O
Dengan:
X = Model pembelajaran Novick
O= pretest dan posttest kemampuan representasi dan pemecahan
masalah matematis siswa.
Pengukuran kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis
siswa dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Observasi awal
(pretes) bertujuan melihat kesetaraan kemampuan awal kedua kelompok.
Observasi akhir (postes) dilakukan setelah kedua kelompok melaksanakan
pembelajaran. Postes bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
apakah ada perbedaan kemampuan yang signifikan diantara kedua kelompok
tersebut.
B. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu :
1. Variabel bebas adalah perlakuan berupa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Novick pada kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
2. Variabel terikat adalah kemampuan representasi dan pemecahan
masalah matematis.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada salah satu SMA Swasta di kota Bandung.
Populasi penelitiannya adalah seluruh siswa kelas X pada tahun ajaran 2012/2013.
Pemilihan siswa kelas X berdasarkan anggapan bahwa mereka bisa beradaptasi
dengan model pembelajaran yang baru karena merupakan siswa baru yang berada
dalam masa transisi dari SMP ke SMA sehingga lebih mudah diarahkan.
Sedangkan siswa kelas XI dimungkinkan gaya belajarnya sudah terbentuk
sehingga sulit untuk diarahkan. Demikian pula dengan siswa kelas XII sedang
dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional.
Populasi tersebut dipilih subjek sampel sebanyak dua kelas secara acak
untuk dijadikan kelas penelitian. Pemilihan secara acak dimaksudkan karena
semua kelas yang ada mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
kelas sampel. Karena desain penelitian menggunakan nonequivalent pre-test and
post test control group design, maka penentuan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Dalam pemilihan kelas
eksperimen dan kontrol bersadasarkan pertimbangan dari guru bidang studi
matematika. Agar penentuan sampel tidak bersifat subjektif, maka penentuan
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dipilih kelas X.G sebagai kelas
eksperimen dan kelas X.D sebagai kelas kontrol.
D. Instrumen Penelitian
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, maka instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan non tes.
Instrumen tes antara lain tes kemampuan representasi matematis siswa dan tes
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sedangkan, instrumen non-tes,
antara lain angket skala sikap.
1. Tes Kemampuan Representasi Matematis
Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan representasi matematis
siswa terdiri dari 5 soal yang berbentuk uraian. Dalam penyusunan soal tes,
diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal kemudian dilanjutkan dengan menyusun
soal serta kunci jawaban masing-masing butir soal. Untuk memberikan penilaian
yang objektif, kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan representasi
berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane,
dan Jakabcsin (Irma, 2011) yang kemudian diadaptasi. Kriteria skor untuk tes ini
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 4 Penyelesaian secara
matematis masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis.
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
benar atau mendapatkan solusi secara benar dan lengkap. 3 Penjelasan secara
matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat
matematis masuk akal namun hanya sebagian lengkap dan benar.
2. Tes Pemecahan masalah Matematis
Tes kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam penguasaan konsep dan penerapannya untuk pemecahan
masalah matematis meliputi kemampuan memahami masalah, menyusun dan
merencanakan strategi pemecahan, melaksanakan strategi pemecahan untuk
memperoleh penyelesaian, dan melakukan peninjauan ulang atau mencoba cara
yang lain. Pedoman pensekoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis
ini diadaptasi dari pedoman pensekoran pemecahahn masalah yang dibuat oleh
Schoen dan Ochmke (Sumarmo dalam Oktavien, 2011), sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kriteria penilaian Pemecahan Masalah Matematis
Skor Kriteria
0 Tidak ada jawaban/menjawab tidak sesuai pertanyaan/tidak ada yang benar 1 Memilih data yang relevan terhadap masalah yang diberikan
2 Menghubungkan antara ide dan data yang diketahui
3 Membuat representasi matematis dari masalah yang diberikan
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 Memeriksa kembali jawaban yang diperoleh
7 Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh
8 Membuat bentuk umum yang lebih sederhana dari jawaban yang diperoleh 9 Menyusun kesimpulan dari penyelesaian masalah yang diperoleh
Skor Maksimal Ideal = 9
3. Analisis Instrumen Tes Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis
Bahan tes diambil dari materi pelajaran matematika SMA kelas X semester
genap dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 pada
materi trigonometri. Sebelum diteskan, instrument yang akan digunakan untuk
mengukur kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa
tersebut diuji validitas isi dan mukanya oleh 1 orang mahasiswa S3 Sekolah
Pascasarjana Pendidikan Matematika UPI, 1 orang dosen ahli Sekolah
Pascasarjana Pendidikan Matematika UPI, dosen pembimbing dan salah satu guru
matematika SMA Swasta di kota Bandung.
Validitas soal yang dinilai oleh validator meliputi validitas muka dan
validitas isi. Validitas muka disebut pula validitas bentuk soal (pertanyaan,
pernyataan, suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat
atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan
tafsiran lain, sedangkan validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketetapan alat
tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, yaitu materi (bahan) yang
dipakai sebagai alat evaluasi tersebut yang merupakan sampel representatif dari
pengetahuan yang harus kuasi (Suherman dkk., 2003b), termasuk kesesuaian
indikator dan butir soal, kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa kelas
X, dan kesesuaian materi dan tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya soal-soal yang valid menurut validitas muka dan validitas isi ini
diujicobakan kepada siswa kelas XI pada salah satu SMA Swasta di kota Bandung
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sudah pernah mendapatkan materi trigonometri. Kemudian data yang diperoleh
dari ujicoba tes kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis ini
dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran tes tersebut dengan menggunakan Program Microsoft Excel 2007.
Seluruh perhitungan dengan menggunakan program tersebut dapat dilihat pada
Lampiran B. Secara lengkap, proses penganalisisan data hasil ujicoba meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Validitas Instrumen
Suatu soal atau set soal dikatakan valid bila soal-soal itu mengukur apa yang
semestinya harus diukur Ruseffendi (1991). Rancangan soal tes disusun sesuai
dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai dan sesuai dengan kisi-kisi soal
yang telah dibuat. Karena ujicoba dilaksanakan satu kali (single test) maka
validasi instrumen tes dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item
dengan skor total butir tes dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi
Pearson:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
(Arikunto, 2007)
Keterangan : = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
= jumlah peserta tes
= skor item tes
= skor total
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi ke dalam
kategori-kategori seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Validitas Koefisien Validitas Interpretasi
Sangat tinggi
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedang (cukup)
Rendah (kurang)
Sangat rendah
Tidak valid
Untuk mengetahui apakah butir soal itu valid atau tidak, maka digunakan
uji-t. Rumusnya adalah:
√ √
Keterangan:
: Daya pembeda dari uji-t
: Jumlah Subjek
: Koefesien korelasi
Apabila lebih besar dari maka butir soal dinyatakan valid
untuk nilai ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2 dan taraf signifikasi .Berdasarkan hasil ujicoba, maka dilakukan uji validitas dengan bantuan Program Microsoft Excel 2007. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran B.1. Hasil uji validitas untuk soal kemampuan representasi dapat
diinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4
Validitas Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis Nomor
soal
Korelasi (rxy)
thitung ttabel Kesimpulan
1 0,561 2,796 2,039 Valid
2 0,184 0,775 2,039 Tidak Valid
3 0,415 1,188 2,039 Tidak Valid
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5 0,530 2,581 2,039 Valid
Berdasarkan Tabel 3.4 dibandingkan dengan ttabel butir soal kemampuan
representasi matematis dengan thitung > ttabel dengan dk = 31 dan taraf signifikansi
0,05 yaitu 2,039 menunjukkan bahwa terdapat tiga soal yang tidak valid yaitu
pada soal nomor 2, 3 dan 4 dengan masing-masing koefesien korelasinya 0,775,
0,184 dan 0,247. Sedangkan soal yang valid yaitu pada soal nomor 1 dan 5
dengan masing-masing koefesien korelasinya 2,796 dan 0,530.
Selanjutnya hasil uji validitas untuk soal kemampuan pemecahan masalah
dapat diinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.5 berikut
ini.
Tabel 3.5
Validitas Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor
soal
Korelasi (rxy)
thitung ttabel Kesimpulan
1 0,489 2,313 2,109 Valid
2 0,093 0,386 2,109 Tidak Valid
3 0,667 3,691 2,109 Valid
4 0,159 0,668 2,109 Tidak Valid
5 0,217 0,918 2,109 Tidak Valid
Berdasarkan Tabel 3.5 dibandingkan dengan ttabel butir soal kemampuan
pemecahan masalah matematis dengan thitung > ttabel dengan dk = 17 dan taraf
signifikasi 0,05 yaitu 2,109 menunjukkan bahwa terdapat tiga soal yang tidak
valid yaitu pada soal nomor 2, 4 dan 5 dengan masing-masing koefesien
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
soal yang valid yaitu pada soal nomor 1 dan 3 masing-masing koefesien
korelasinya 2,313 dan 3,691.
b. Reliabilitas Instrumen
Suatu tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan
ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada
waktu yang berlainan maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang
sama pada kelompoknya.
Karena instrumen dalam penelitian ini berupa tes berbentuk uraian, maka
derajat reliabilitasnya ditentukan dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha:
( ∑ ) (Suherman, 2003b)
dengan varians item dan varians total hitung dengan rumus:
∑
∑
dan ∑
∑
Keterangan: = koefisien reliabilitas tes
= banyaknya butir soal
∑ = jumlah varians skor tiap butir soal
= varians skor total
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan tolok
ukur yang ditetapkan J.P. Guilford (Suherman, 2003b) sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kriteria Derajat Keandalan J.P. Guilford Nilai Derajat Keandalan
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Beradasarkan hasil ujicoba reliabilitas butir soal secara keseluruhan untuk
tes kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada
Tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Reliabilitas Hasil Ujicoba Instrumen Tes
Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis
No r11 Interpretasi Keterangan
1 0,793 Tinggi Representasi Matematis
2 0,813 Tinggi Pemecahan Masalah Matematis
Berdasarkan Tabel 3.7 tampak bahwa tes kemampuan representasi dan
pemecahan masalah matematis siswa memiliki konsistensi yang tinggi sehingga
dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai atau
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.
Daya pembeda tes dihitung dengan rumus:
(Suherman, 2003b)
: Daya pembeda
: Jumlah benar untuk kelompok atas
: Jumlah benar untuk kelompok bawah
: Jumlah siswa kelompok atas
Tabel 3.8
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor tertinggi dikategorikan kedalam
kelompok atas (higher group) dan sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor
terendah dikategorikan kelompok bawah (lower group). Rangkuman hasil
perhitungan daya pembeda untuk tes representasi matematis disajikan pada Tabel
3.9 berikut ini.
Tabel 3.9
Interpretasi Daya Pembeda Tes Kemampuan Representasi Matematis
Nomor soal Korelasi Interpretasi
1 0,420 Baik
pembedanya cukup yaitu soal nomor 2 dan 4, sedangkan soal nomor 1, 3, dan 5
daya pembedanya baik. Sehingga dapat disimpulkan soal kemampuan representasi
matematis dapat membedakan dengan baik antara siswa berkemampuan tinggi
dengan siswa berkemampuan rendah. Rangkuman hasil perhitungan daya
pembeda untuk tes pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.10
berikut ini.
Tabel 3.10
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemecahan Masalah Matematis
Nomor soal Korelasi Interpretasi
1 1,00 Sangat Baik
pemecahan masalah dari hasil ujicoba diperoleh daya pembedanya dengan
interpretasi cukup, baik dan sangat baik. Interpretasi cukup terdapat pada soal
nomor 2 dan 4, interpretasi baik terdapat pada soal nomor 3 dan 5, sedangkan
interpretasi sangat baik terdapat pada soal nomor 1. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa setiap butir soal dapat membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan
siswa berkemampuan rendah.
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan
apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang, atau sukar.
Tingkat kesukaran tes dihitung dengan rumus (Suherman, 2003b):
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rangkuman hasil perhitungan tingkat kesukaran untuk tes representasi
matematis disajikan pada Tabel 3.12 berikut in
Tabel 3.12
Interpretasi Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Representasi Matematis
Nomor soal korelasi Interpretasi
1 0,602 sedang
yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sedang, yaitu pada soal nomor
1, 3, dan 5. Sedangkan dua butir soal lainnnya memiliki tingkat kesukaran dengan
kategori sukar, yaitu pada soal nomor 2 dan 4.
Selanjutnya rangkuman hasil perhitungan tingkat kesukaran untuk tes
kemampuan pemecahan masalah disajikan pada Tabel 3.13 berikut ini.
Tabel 3.13
Interpretasi Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Nomor soal Korelasi Interpretasi
1 0,084 Sukar
yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sedang, yaitu pada soal nomor
3, dan empat butir soal lainnnya memiliki tingkat kesukaran dengan kategori
sukar, yaitu pada soal nomor 1, 2, 4, dan 5. Hal ini bukan berarti soal yang
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
soal-soal kemampuan pemecahan masalah, sehingga mereka kurang terbiasa
menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah.
e. Rekapitulasi Analisis Hasil Ujicoba Soal Tes Matematika
Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis hasil ujicoba tes kemampuan
representasi dan pemecahan masalah matematis disajikan secara lengkap pada
Tabel 3.14 dan Tabel 3.15 berikut ini.
Tabel 3.14
Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes KemampuanRepresentasi Matematis
Tabel 3.14 menunjukkan bahwa validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran,
dan reliabilitas dari soal-soal representasi matematis. Hasil anilsa menunjukkan
bahwa validitas soal 40% valid dan 60% tidak valid , daya pembeda 80% baik dan
20% cukup, dan tingkat kesukaran 60% sedang dan 40% sukar. Soal nomor 2 dan
4 tidak dipakai, soal nomor 3 dipakai dan diperbaiki serta soal nomor dan soal
nomor 1 dan 5 dipakai. Jadi, soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan
representasi matematis siswa pada penelitian ini yaitu soal nomor 1, 3, dan 5.
Tabel 3.15
Sri Rezeki, 2013
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 Valid Baik Sukar
Tinggi
Dipakai
2 Tidak Valid Cukup Sukar Dibuang
3 Valid Baik Sedang Dipakai
4 Tidak Valid Cukup Sukar Dibuang
5 Tidak Valid Baik Sukar Dipakai,
diperbaiki
Tabel 3.15 menunjukkan bahwa validitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan reliabilitas dari soal-soal representasi matematis. Hasil anilsa
menunjukkan bahwa validitas soal 40% valid dan 60% tidak valid , daya pembeda
60% baik dan 40% sedang, dan tingkat kesukaran 20% sedang dan 80% sukar.
Karena soal nomor 2 dan 4 tidak valid dan daya pembedanya kategori cukup maka
soal ini tidak dipakai. Sedangkan soal nomor 5 tidak valid dan daya pembedanya
baik, maka soalnya diperbaiki. Jadi, soal yang digunakan untuk mengukur
kemampaun pemecahan masalah matematis siswa pada penelitian ini yaitu soal
nomor 1, 3, dan nomor 5.
4. Skala Sikap
Skala sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap model
pembelajaran Novick dalam aspek kemampuan representasi dan pemecahan
masalah matematis dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik
pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju,
setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju (Sudjana, 2010).
Namun pada penilitian ini, peneliti tidak menggunakan pernyataan yang bernilai
tidak punya pendapat, hal ini bertujuan untuk menghindari jawaban netral dari
siswa yang nantinya tidak menunjukkan kejelasan sikap. Peneliti menginginkan
adanya kejelasan sikap dari seluruh siswa yang menjadi sampel. Instrumen skala
sikap pada penelitian ini terdiri dari 21 butir pertanyaan dan diberikan kepada