• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

α2-adrenoseptor di dalam Locus Coeruleus. Lebih lanjut, penelitian pada tikus transgenik telah menunjukkan bahwa subtipe α2A-adrenoseptor bertanggung jawab untuk memancarkan properti sedasi dan analgesik dari Dexmedetomidine. Spesifisitas Dexmedetomidine yang semakin baik untuk α2 reseptor, terutama untuk subtipe 2A dari reseptor ini, menyebabkan Dexmedetomidine menjadi agen sedasi dan anlgesik yang lebih efektif dibanding Clonidine. Penelitian telah menunjukkan bahwa Dexmedetomidine 8 kali lebih spesifik untuk α2-adrenoseptor dibanding Clonidine (rasio aktifitas α2:α1 = 1620:1 untuk Dexmedetomidine dan 220:1 untuk Clonidine)

Sebagai tambahan untuk aksi Dexmedetomidine di dalam LocusCoeruleus

batang otak, telah ditunjukkan stimulasi α2-reseptor secara langsung di dalam batang spinal, sehingga menghambat persinyalan neuron nosiseptik. Substansia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

gelatinosa kornu dorsalis dari batang otak mengandung reseptor yang, ketika terstimulasi, menghambat persinyalan neuron nosiseptik yang distimulasi oleh serat saraf C dan Aδ perifer dan juga menghambat pelepasan substansi P neurotransmiter nosiseptik.

7. Farmakokinetik dan Farmakodinamik Dexmedetomidine

Dexmedetomidine mempunyai ikatan albumin dan α1 glikoprotein yang tinggi (94%). Sekitar 95% dexmedetomidine dimetabolisme secara lengkap di hepar melalui konjugasi metil dan glukoronidasi. Dexmedetomidine merupakan inhibitor sitokrom mikrosomal P–450 yang memediasi proses oksidasi (Menda et al, 2010).

Dexmedetomidine mengalami biotransformasi melalui glukoronidasi langsung dan metabolisme sitokrom P–450. Metabolit diekskresi melalui urin (95%) dan feses. Farmakokinetik dexmedetomidine tidak terganggu pada pasien dengan gangguan ginjal yang berat, tetapi pada pasien dengan disfungsi hepar, volume distribusi menjadi 3,2 L/ kg dan waktu paruh eliminasi memanjang sampai lebih dari 7 jam (Menda et al, 2010).

Sediaan dexmedetomidine dalam bentuk serbuk putih larut dalam air dengan pKa 7,1. Sediaan 100 µg/ ml (vial 2 ml) yang harus. Pada pasien dewasa, dexmedetomidine 0,5–1 µg/ kg (Menda et al, 2010).

Dexmedetomidine tidak mempengaruhi sintesis, penyimpanan atau metabolisme neurotransmiter dan tidak memblokade reseptor, sehingga efek hemodinamik dapat diatasi dengan pemberian obat vasoaktif atau antagonis α2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

spesifik (atipamezol). Atipamezol beraksi dengan meningkatkan pengembalian norepinefrin sentral, dan memiliki durasi aksi 2 jam.

Dexmedetomidine melalui hampir seluruh biotransformasi melalui glukoronidasi langsung dan metabolisme sitokrom P450 (hidroksilasi, diperantarai oleh CYP2A6), semua proses hepatik, dengan ekskresi sangat kecil yang tidak berubah di urin dan feses. Walaupun Dexmedetomidine memerlukan dosis untuk memberikan efek, mungkin perlu untuk mengurangi dosis pada pasien dengan gagal ginjal, karena aktivitas metabolisme obatnya berkurang. Metabolit biotransformasi diekskresikan di dalam urin (sekitar 95%) dan di feses (4%). Tidak diketahui apakah obat ini masih memiliki aktivitas intrinsik. Waktu paruh eliminasi kurang lebih 2 jam.

Volum distribusi tetapnya adalah 118 L, dan ikatan protein rata-rata Dexmedetomidine adalah 94%. Tidak ada kecendrungan jenis kelamin dalam hal profil farmakokinetik, walaupun pada pasien tua, dan farmakokinetik molekul Dexmedetomidine aktif tidak berubah pada pasien gagal ginjal.

8. Mula Kerja Blok Aksilaris

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap mula kerja suatu anestetika lokal adalah pKa, yaitu pH suatu senyawa antara bentuk ion dan non ion ada dalam keseimbangan. Penetrasi bentuk lipid soluble melalui membran lipid neural merupakan jalur utama molekul anestetika lokal, sehingga dengan menurunkan pKa akan meningkatkan persentase bentuk lipid soluble yang akan mempercepat penetrasi membran saraf dan mula kerja (Hodgson dan Liu, 2001).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Peningkatan dosis anestetika lokal dengan cara meningkatkan konsentrasi anestetika lokal juga akan mempercepat mula kerja blokade sensorik dan motorik. Hal ini disebabkan oleh jumlah anestetika lokal yang menembus membran saraf bertambah dalam jumlah lebih banyak (Stoelting et al, 2006).

9. Lama Kerja Blok Akisilaris

Beberapa faktor yang mempengaruhi lama kerja blok aksilaris, yaitu anestetika lokal, dosis obat dan adrenergik agonis. Pemilihan anestetika lokal menentukan lama kerja blok aksilaris. Prokain mempunyai lama kerja paling pendek. Bupivakain dan tetrakain adalah golongan dengan lama kerja yang panjang. Perbedaan lama kerja anestetika lokal ini berhubungan dengan sifat

protein binding (Bogra et al, 2005). 10. Penilaian Blok Aksilaris

Standar keberhasilan blok aksilaris ditentukan oleh penilaian terhadap blok sensorik dan motorik. Penilaian terhadap mula kerja blok sensorik pada blok aksilaris dilakukan dengan menggunakan kapas alkohol (Gandhi, 2012).

Lama kerja blok sensorik adalah waktu antara mula terjadinya blok sensorik hingga hilangnya blok sensoris yaitu pertama kali pasien meminta obat analgetik tambahan (VAS 3 atau lebih) pasca pembedahan.

Skala Analog Visual/ Visual Analog Scale (VAS) adalah skala untuk mengukur intensitas nyeri secara obyektif, diukur dengan nilai 0 – 10, dengan memberi krategori nilai sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Tabel. 2.2 Skala analog visual

Skala Interprestasi 0 1 – 3 4 – 6 7 – 9 10

Sama sekali tidak nyeri Nyeri ringan

Nyeri sedang Nyeri berat

Nyeri tak tertahankan

Sumber : Morgan,2006 Penilaian blokade motorik dilakukan dengan menggunakan skala

Bromage untuk menilai blokade motorik blok aksilaris.

Skala Bromage dinyatakan dengan menilai kemampuan gerak lengan bawah, pergelangan tangan dan jari-jari tangan yang dinyatakan dengan parameter :

Bromage 0 = Fungsi motorik normal dengan fleksi dan ekstensi penuh lengan bawah, pergelangan tangan dan jari- jari tangan.

Bromage 1= Penurunan fungsi motorik dengan hanya mampu menggerakkan jari-jari tangan dan atau pergelangan tangan saja.

Bromage 2 = Blokade motorik penuh dan tidak mampu menggerakkan jari-jari tangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

B. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.5 Kerangka konsep

Keterangan kerangka konsep

Pada sel saraf normal terjadi proses elektrofisiologi neuron, yang membuka gerbang Na dan K, masuknya ion natrium dan ion kalsium, serta keluarnya ion kalium menyebabkan terjadi depolarisasi yang rangsangan hipotalamus sehingga terjadi sensasi nyeri. Pada blok aksilaris dengan menggunakan bupivakain (amida) berkerja dengan memblok kanal natrium, sehingga tidak terjadi depolarisasi, sedangkan dexmedetomidine di perifer agonis reseptor α2 menghasilkan analgetik dengan mengurangi sekresi norepinefrin dan

Dexmedetomidine Bupivakain Reseptor agonis α2 adrenergik Mengurangi sekresi norepinefrin Menghambat efek reseptor α2 pada potensial aksi serabut saraf Blok aksilaris Mula kerja Lama kerja Blok kanal Na+ Depolarisasi

Mempercepat Mula Kerja Memperpanjang Lama Kerja Reseptor agonis α2 adrenergik Mengurangi sekresi norepinefrin Menghambat efek reseptor α2 pada potensial aksi serabut saraf Blok aksilaris Mula kerja Lama kerja Blok kanal Na+ Depolarisasi

Mempercepat Mula Kerja Memperpanjang Lama Kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

menyebabkan hambatan efek reseptor α2 pada potensial aksi serabut saraf sehingga terjadi hiperpolarisasi pada membrane sel, hal ini akan menghambat atau mencegah konduksi implus dan reaksi organ yang di pengaruhinya.

C. HIPOTESIS

Penambahan dexmedetomidine pada bupivakain untuk blok saraf perifer ekstremitas atas pendekatan aksilaris mempercepat mula kerja blok sensorik dan motorik serta memperpanjang lama kerja blok sensoris dan motorik dibanding dengan bupivakain ditambah normal salin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinik tahap III dengan double blind randomized controlled trial (Taufiqurohman, 2008).

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi

dan RSOP Prof Dr.R.Soeharso Surakarta pada bulan Juli-Agustus 2012. C. Populasi

Populasi sasaran pada penelitian ini adalah pasien bedah dewasa usia 20– 59 tahun dengan status fisik ASA I dan II, yang akan menjalani prosedur operasi lengan bawah dengan anestesi regional blok aksilaris yang sebelumnya telah dilakukan persetujuan untuk ikut dalam penelitian.

Populasi sumber penelitian ini adalah Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi dan RSOP Prof Dr.R.Soeharso Surakarta

D. Sampel Penelitian

1. Kriteria Inklusi

a. Usia 20-59 tahun.

b. Status fisik ASA I-II (jenis operasi elektif dan emergensi). c. Berat badan 40 – 70 kg.

d. Jenis operasi lengan bawah

e. Anestesi dengan anestesi regional blok aksilaris f. Setuju dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien hamil dan pasien dengan gangguan hati b. Gangguan faktor pembekuan

c. Kelainan saraf yang tidak berhubungan kelainan yang akan dilakukan pembedahan

d. Infeksi lokal disekitar lokasi injeksi untuk blok aksilaris

e. Pasien memiliki riwayat hipersensitifitas dan kontraindikasi terhadap pemakaian obat anestesi lokal golongan amida dan dexmedetomidine. 3. Besar Sampel

Penentuan besar sempel ditentukan berdasarkan rumus Open Epi dengan dasar hasil penelitian Gandhi et al, 2012 dengan judul Use of Dexmedetomidine Along With Bupivacaine for Brachial Plexus Block, didapatkan mean mulakerja kelompok kombinasi bupivakain dan plasebo 18,4±2,5 menit, sedangkan mean kelompok kombinasi bupivakain dan dexmedetomidine 21,4±2,5 menit berbeda signifikan, dengan interval kepercayaan 95%, kuasa penelitian 80%, didapatkan hasil besar sampel untuk masing-masing kelompok adalah 11 pasien.

Rumus ukuran sampel lain yang sering digunakan adalah dengan menguji hipotesis satu sisi tentang beda mean dari dua populasi :

n = [ ]

[ ]

dimana σ2

merupakan varians populasi yang tidak diketahui nilainya, tetapi dapat diperkirakan dari studi awal menggunakan sp2. Sedang µ1-µ2 merupakan beda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 28

s

p2

=

(Murti, 2010)

Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 11 sampel tiap kelompok.

Dari perhitungan ukuran sampel, diambil kesimpulan bahwa jumlah sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 22 sampel.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Bupivakain 0,25% 30 ml + Dexmedetomidine 25 µg 1 ml Bupivakain 0,25% 30 ml + Normal Salin 1 ml

2. Variabel terikat

Mula Kerja Blok Sensorik dan Motorik Lama Kerja Blok Sensorik dan Motorik. F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Bupivakain 0,25% 30 ml + Normal Saline 1 ml (BN) adalah larutan obat

anestesi lokal bupivakain sediaan 0,25% ditambah normal salin 1 ml dimasukan kedalam spuit 50 ml.

2. Bupivakain 0,25% 30 ml + Dexmedetomidine 25 µg 1 ml (BD) adalah

larutan obat anestesi lokal bupivakain sediaan 0,25% yang ditambah dexmedetomidine 25 µg 1 ml dimasukan kedalam spuit 50 ml.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

3. Waktu Mula Kerja Blok Sensorik adalah waktu yang diperlukan dari

injeksi terakhir bupivakain hingga blok sensorik tercapai yaitu kehilangan rasa dingin ketika dilakukan usapan kapas alkohol.

4. Waktu Lama Kerja Blok Sensorik adalah waktu antara mula terjadinya

blok sensorik hingga hilangnya blok sensoris yaitu pertama kali pasien meminta obat analgetik tambahan (VAS 3 atau lebih) pasca pembedahan. 5. Skala Analog Visual/ Visual Analog Scale (VAS) adalah skala untuk

mengukur intensitas nyeri secara obyektif yang diukur dengan nilai 0 – 10, dengan memberi krategori nilai sebagai berikut :

Tabel. 3.1 Skala Analog Visual

Skala Interprestasi 0 1 – 3 4 – 6 7 – 9 10

Sama sekali tidak nyeri Nyeri ringan

Nyeri sedang Nyeri berat

Nyeri tak tertahankan

Sumber : Morgan,2006 6. Waktu Mula Kerja dan Lama Kerja Blok Motorik dilakukan dengan

menggunakan skala Bromage untuk menilai blok motorik blok aksilaris.

Skala Bromage dinyatakan dengan menilai kemampuan gerak lengan bawah, pergelangan tangan dan jari-jari tangan yang dinyatakan dengan :

Bromage 0 = Fungsi motorik normal dengan fleksi dan ekstensi penuh lengan bawah, pergelangan tangan dan jari- jari tangan.

Bromage 1 = Penurunan fungsi motorik dengan hanya mampu menggerakkan jari-jari tangan dan atau pergelangan tangan saja.

Bromage 2 = Blokade motorik penuh dan tidak mampu menggerakkan jari-jari tangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

G. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

H. Alat dan Obat

1. Alat pengukur berat badan. 2. Alat pengukur waktu. 3. Spuit 50 ml.

4. Bupivakain vial sediaan 0,5 %. 5. Dexmedetomidine ampul. 6. Aqua bides vial.

Populasi

Sampel

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Randomisasi Kelompok D Bupivakain 0,25% 30ml + Dexmedetomidine 25µg 1ml Kelompok B Bupivakain 0,25% 30ml + Normal Saline 1 ml

Mula Kerja Blok Sensorik dan Motorik Lama Kerja Blok Sensorik dan Motorik

Uji Hipotesis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 31 7. Nerve stimulator. 8. Jarum insulasi 50 mm. 9. Kapas alkohol.

10.Bedside Monitor: tekanan darah, denyut jantung, saturasi oksigen, dan elektrokardiografi.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Komite Etik RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Komite Etik melakukan pengkajian dan setuju untuk dilakukan penelitian dengan prinsip tidak melanggar etika praktek kedokteran dan tidak bertentangan dengan etika penelitian pada manusia.

Penelitian dilakukan dengan persetujuan dari pasien atau keluarga dengan cara menandatangani surat persetujuan operasi yang diajukan oleh peneliti, setelah sebelumnya mendapat penjelasan mengenai tujuan, risiko, alternatif tindakan yang akan dilakukan, prognosis, dan manfaat dari prosedur yang akan dilakukan.

J. Analisis Data

Data yang didapat dilakukan analisis dengan program SPSS 17 for Windows. Dilakukan pencarian nilai rerata dari data demografi variabel. Perbandingan variabel kontinu (mula kerja dan lama kerja) pada masing–masing kelompok akan dianalisis menggunakan uji t-independen jika distribusi data normal atau uji Mann-Whitney jika distribusi data tidak normal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A . Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan dexmedetomidine pada anestesi blok aksilaris terhadap mula kerja dan lama kerja. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik RS Dr Moewardi Surakarta, terhadap 22 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok bupivakain + normal salin adalah blok aksilaris dengan obat anestesi bupivakain 0,25% 30 mL dan normal salin 1 mL serta kelompok bupivakain + dexmedetomidine merupakan blok aksilaris dengan obat anestesi bupivakain 0,25 % 30 mL dan dexmedetomidine 25 µg 1 mL.

1. Karakteristik Umum Sampel

Karakteristik sampel penelitian meliputi umur (tahun), berat badan (kg), lama operasi (menit) dan jenis kelamin. Data sampel dibedakan menurut skala numerik dan skala nominal. Skala numerik dilakukan uji normalitas data dengan analisis Shapiro-Wilk (besar sampel ≤ 50). Skala numerik dengan distribusi normal dianalisis menggunakan uji t-independen untuk mendapatkan nilai mean, standar deviasi dan p. Data skala nominal dianalisis dengan uji Chi-Square, sedangkan data numerik dengan distribusi tidak normal (non parametrik) diuji dengan analisis Mann-Whitney. Deskripsi sampel berdasarkan kelompok bupivakain + normal salin dan kelompok bupivakain + dexmedetomidine digambarkan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 4.1. Uji normalitas data demografi

Variabel Kelompok perlakuan Shapiro-Wilk Statistic Df p Umur Bupivakain + Dexmedetomidine 0,887 11 0,128 Bupivakain + Normal salin 0,964 11 0,819

Berat Badan Bupivakain +

Dexmedetomidine 0,913 11 0,268 Bupivakain +

Normal salin 0,888 11 0,133

Lama Operasi Bupivakain +

Dexmedetomidine 0,863 11 0,064 Bupivakain +

Normal salin 0,897 11 0,168

Sumber : data primer, 2012, diolah

Data skala numerik dengan distribusi normal (p>0,05) dianalisis dengan uji t-independen yaitu umur, berat badan dan lama operasi.

Tabel 4.2. Karakteristik sampel (data numerik)

Variabel Bupivakain + Normal Salin Bupivakain + Dexmedetomidine t p n Mean SD n Mean SD Umur (tahun) Berat Badan (kg) LamaOperasi (menit) 11 11 11 35,64 ± 12,60 48,82 ± 6,11 81,36 ± 7,45 11 11 11 36,09 ± 14,05 50,91 ± 7,97 95,00 ± 5,00 0,0 8 0,6 9 5,0 4 0,937 0,498 <0,00 1

Sumber : data primer, 2012, diolah

Tabel 4.2 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan, rata-rata umur (tahun) dan berat badan (kg) antara kelompok bupivakain + normal salin dan kelompok bupivakain + dexmedetomidine

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

(p>0,05). Rata-rata umur (mean 35,64, SD 12,60), rata-rata berat badan (mean 48,82 SD 6,11) pada kelompok bupivakain + normal salin sedangkan rata-rata umur (mean 36,09, SD 14,05), rata-rata berat badan (mean 50,91 SD 7,97) pada kelompok bupivakain + dexmedetomidine.

Data lama operasi menunjukkan perbedaan yang secara statistik signifikan (p<0,001) rata-rata kelompok bupivakain + normal salin (mean 81,36, SD 7,45) dan rata-rata kelompok bupivakain + dexmedetomidine (mean 95,00 ± 5,00). Tabel 4.3. Karakteristik demografi sampel penelitian (data nominal)

Variabel Bupivakain + Normal Salin (n = 11) Bupivakain + Dexmedetomidine (n = 11) X2 p Jenis Kelamin (L/P) 7/4 8/3 2,91 0,088

Sumber : data primer, 2012, diolah

Tabel 4.3 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan (p>0,05) dan Chi-Square (2,91), sehingga data penelitian layak diperbandingkan.

2. Hasil Analisis Perbandingan

Data hasil penelitian merupakan data berskala numerik (menit) sehingga harus dilakukan uji normalitas data untuk menentukan termasuk statistik parametrik atau non parametrik. Uji normalitas data dengan analisis Shapiro-Wilk digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data, karena jumlah sampel ≤ dari 50 sampel. Data yang distribusinya normal dapat dianalisis dengan analisis data parametrik sedangkan data yang distribusinya tidak normal dilakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dengan analisis data non parametrik. Untuk uji beda dengan sampel yang tidak berhubungan pada data parametrik dengan skala pengukuran numerik dapat menggunakan analisis uji t-independen, sedangkan untuk distribusi data yang tidak normal menggunakan analisis non parametrik dengan uji Mann-Whitney (Dahlan 2009).

Tabel 4.4. Uji normalitas data hasil penelitian

Kelompok perlakuan

Shapiro-Wilk p Mula kerja blok sensorik Bupivakain +

Dexmedetomidine 0,004 Bupivakain +

Normal Salin 0,018

Mula kerja blok motorik Bupivakain +

Dexmedetomidine <0,001 Bupivakain +

Normal Salin <0,001 Lama kerja blok sensorik Bupivakain +

Dexmedetomidine 0,725 Bupivakain +

Normal Salin 0,641

Lama kerja blok motorik Bupivakain +

Dexmedetomidine 0,744 Bupivakain +

Normal Salin 0,205

Sumber : data primer, 2012, diolah

Tabel 4.4 menunjukkan uji normalitas data mula kerja blok sensorik dan motorik menunjukkan distribusi data tidak normal sehingga dilakukan uji statistik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

non parametrik untuk dua kelompok yang tidak berhubungan dengan uji Mann-Whitney.

Tabel 4.5. Uji Mann-Whitney terhadap median perbedaan mula kerja blok sensorik

Kelompok N Median

Mann-Whitney p Bupivakain + Dexmedetomidine 11 20,00 56,50 0,765 Bupivakain + Normal Salin 11 20,00

Sumber : data primer, 2012, diolah

Tabel 4.5 menunjukkan median mula kerja blok sensorik untuk kelompok bupivakain + dexmedetomidine adalah sebesar 20,00 dan median kerja blok sensorik untuk kelompok bupivakain + normal salin adalah sebesar 20,00.

Berdasarkan perhitungan uji Mann-Whitney diperoleh nilai nilai p (signifikans) 0,765. Nilai p=0,765 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mulakerja blok sensorik antara kelompok bupivakain + dexmedetomidine dengan kelompok bupivakain + normal salin.

Tabel 4.6. Uji Mann-Whitney terhadap median perbedaan mula kerja blok motorik

Kelompok N Median

Mann-Whitney P Bupivakain + Dexmedetomidine 11 15,00 55,00 0,655 Bupivakain + Normal Salin 11 15,00 Sumber : data primer, 2012, diolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tabel 4.6 menunjukkan median mula kerja blok motorik untuk kelompok bupivakain + dexmedetomidine adalah sebesar 15,00 dan median mula kerja blok motorik untuk grup bupivakain + normal salin adalah sebesar 15,00.

Berdasarkan perhitungan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p (signifikan) 0,655. Nilai p=0,655 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan mula kerja blok motorik antara kelompok bupivakain + dexmedetomidine dengan kelompok bupivakain + normal salin.

Gambar 4.1. Grafik mula kerja blok sensorik dan blok motorik antara kelompok bupivakain + dexmedetomidine dan kelompok bupivakain + normal salin.

0 5 10 15 20 Mula Kerja Blok Sensorik Mula Kerja Blok Motorik 20 15 20 15 M e n i t

Mula Kerja

Bupivakain + Dexmedetomidine Bupivakain+ Normal Salin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel 4.7. Uji t independen terhadap rerata perbedaan lama kerja blok sensorik Kelompok n Mean SD t p Bupivakain + Dexmedetomidine 11 565,00 26,08 51,56 < 0,001 Bupivakain + Normal Salin 11 140,91 8,01 Sumber : data primer, 2012, diolah

Tabel 4.7 menunjukkan ada perbedaan yang secara statistik signifikan (p<0,001). Rata-rata lama kerja blok sensorik untuk kelompok bupivakain + dexmedetomidine adalah 565,00 dengan standar deviasi sebesar 26,08 dan rata-rata lama kerja untuk kelompok bupivakain + normal salin adalah 140,91 dengan standar deviasi sebesar 8,01.

Berdasarkan perhitungan uji independent- sample t test diperoleh nilai t hitung sebesar 51,56 dengan nilai p (signifikansi) <0,001. Nilai p = <0,001 lebih kecil dari nilai p kritik yaitu sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan lama kerja blok sensorik antara kelompok bupivakain + dexmedetomidine dengan kelompok bupivakain + normal salin. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan dexmedetomidine memperpanjang lama kerja blok sensorik.

Tabel 4.8. Uji t independen terhadap rerata perbedaan lama kerja blok motorik Kelompok n Mean SD t p Bupivakain + Dexmedetomidine 11 510,91 20,59 63,83 <0,001 Bupivakain + Normal Salin 11 102,27 5,18 Sumber : data primer, 2012, diolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 4.8 menunjukkan ada perbedaan yang secara statistik signifikan (p<0,001). Rata-rata lama kerja blok motorik untuk kelompok bupivakain + dexmedetomidine adalah sebesar 510,91 dengan standar deviasi sebesar 20,59. Rata-rata lama kerja blok motorik untuk kelompok bupivakain + normal salin adalah sebesar 102,27 dengan standar deviasi sebesar 5,18.

Berdasarkan perhitungan uji t independen diperoleh nilai t hitung sebesar 63,83 dengan nilai p (signifikan) <0,001. Nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai p kritik yaitu sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan lama kerja blok motorik antara kelompok bupivakain + dexmedetomidine dengan kelompok bupivakain + normal salin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan dexmedetomidine memperpanjang lama kerja blok motorik.

Gambar 4.2. Grafik lama kerja blok sensorik dan motorik antara

kelompok bupivakain + dexmedetomidine dan kelompok bupivakain + normal salin.

100 200 300 400 500 600 Lama Kerja Blok Sensorik Lama Kerja Blok Motorik 565 510.91 140.91 102.27 M e n i t

Lama Kerja

Bupivakain + Dexmedetomidine Bupivakain + Normal Salin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

B. Pembahasan

Blok saraf perifer menjadi pilihan pada prosedur operasi ekstremitas atas. Keuntungan blok saraf perifer adalah hemodinamik stabil, tidak menekan sistem imun, mengurangi masalah mual muntah setelah operasi, murah dan masa perawatan lebih singkat. Pendekatan aksilaris pada blok pleksus brakialis sangat terkenal karena mudah, handal, dan aman.

Toksisitas obat anestesi lokal tergantung terhadap konsentrasi obat. Obat anestesi lokal dengan konsentrasi yang rendah dapat pula di gunakan ketika obat anestesi lokal dalam volume yang besar dibutuhkan untuk anestesi. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi dapat berguna untuk meningkatkan blokade motorik, namun dapat meningkatkan total dosis.

Bupivakain hidroksida adalah obat anestesi lokal golongan amida dan sering digunakan untuk anestesi regional karena memiliki lama kerja yang panjang serta memberikan blok sensorik yang lebih baik dibandingkan dengan blok motorik.

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menambahkan obat tambahan terhadap obat anestesi lokal pada blok pleksus brakialis untuk memperpanjang efek analgesia tanpa menghasilkan efek samping, tidak memperpanjang blok motorik, serta dapat menurunkan dosis total obat anestesi lokal.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dexmedetomidine yang merupakan agonis reseptor α2 adrenergik. Sebagai obat tambahan bupivakain pada

Dokumen terkait