• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah pada Bab I serta pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada Bab IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran matematika menggunakan pendekatan problem solving sebagai berikut.

1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan problem solving dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa SD secara signifikan pada materi pecahan. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil postes siswa soal pemahaman pada kelas eksperimen yakni 60,55 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa pada soal pemahaman adalah 51,64. Hasil perhitungan uji U data pretes dan postes soal pemahaman kelas eksperimen juga menunjukan bahwa hasilnya yaitu 0,022 yang berarti P-value < α, maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan problem solving dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas V pada materi pecahan secara signifikan.

2. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan problem solving dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa secara signifikan pada materi pecahan. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil postes siswa soal koneksi pada kelas eksperimen yakni 45,59 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa pada soal koneksi adalah 12,79. Hasil perhitungan uji U data pretes dan postes soal koneksi pada kelas eksperimen adalah 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < α, maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan problem solving dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas V pada materi pecahan secara signifikan.

3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran konvensional ternyata tidak meningkatkan pemahaman matematis siswa. Hasil perhitungan uji U data pretes dan postes soal pemahaman pada kelas kontrol adalah 0,035, karena diperoleh P-value < α, maka ditolak atau diterima.

Membuktikan adanya perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa pada awal sebelum pembelajaran dengan akhir setelah pembelajaran selesai. Akan tetapi perbedaan kemampuan itu tidak meningkatkan, malahan kemampuan itu malah menurun. Hal tersebut juga dibuktikan dengan rata-rata nilai pretes adalah 55,09 menurun sebesar 6,27 menjadi rata-rata nilai postes adalah 48,82. Hal tersebut mungkin diakibatkan oleh beberapa faktor, walaupun kinerja guru setiap pembelajaran meningkat dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran baik. Pembelajaran konvensional hanya mengasah kemampuan yang dimiliki siswa-siswa unggul saja sehingga mereka lebih aktif dalam pembelajaran serta lebih rajin untuk belajar, akan tetapi siswa papak dan asor rata-rata jenuh dalam pembelajaran karena siswa tersebut hanya diberikan soal-soal latihan terus menerus. Dengan begitu mengakibatkan kemampuan pemahaman siswa menurun.

4. Walaupun kemampuan pemahaman menurun, tetapi kemampuan koneksi matematis siswa pada kelompok kontrol meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji t yang menunjukan nilai P-value (Sig.) = 0,0055. P-value <

α, maka ditolak atau diterima. Membuktikan adanya perbedaan

kemampuan yang dimiliki siswa pada awal sebelum pembelajaran dengan akhir setelah pembelajaran selesai. Dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas kontrol pada saat pretes dan postes adalah 22,71 dan 34,56. Ini membuktikan bahwa pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis pada kelas kontrol.

5. Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman secara signifikan antara siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan pendekatan problem solving dan siswa yang pembelajarannya konvensional pada materi pecahan. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data gain pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan mengguankan uji U dan menggunakan = 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000. Karena yang diguankan satu arah, maka dibagi dua sehingga hasilnya tetap 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < α, maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan problem solving lebih baik secara signifikan

125

daripada konvensional dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi pecahan.

6. Terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematis secara signifikan antara siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan pendekatan problem solving dan siswa yang pembelajarannya konvensional pada materi pecahan. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data gain koneksi kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan mengguankan uji U dan menggunakan = 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig. 2-tailed) = 0,000. Karena yang diguankan satu arah, maka dibagi dua sehingga hasilnya tetap 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < α, maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan problem solving lebih baik secara signifikan daripada konvensional dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada materi pecahan.

7. Selain kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa yang berbeda pada kedua kelas tersebut, aktivitas pembelajaran pun berbeda. Kelas eksperimen lebih memperlihatkan peningkatan aktivitas siswanya dalam setiap pertemuan, sedangkan pada kelas kontrol aktivitasnya tidak terdapat peningkatan. Walaupun keduanya selalu diberikan motivasi dan penguatan berupa pujian kepada siswa yang aktif agar mendorong mereka untuk selalu aktif dalam pembelajaran, akan tetapi di kelas kontrol kebanyakan yang aktif dalam pembelajaran hanya siswa-siswa yang unggul saja sedangkan siswa yang papak atau asor kebanyakan pasif dalam pembelajaran. Hal tersebut yang membuat siswa kelas eksperimen aktivitas pembelajarannya lebih unggul karena meningkat setiap pertemuannya.

8. Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving, siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran pecahan menggunakan pendekatan problem solving. Siswa merasa senang dengan belajar kelompok karena mereka bisa belajar bersama dan bebas memberikan pendapat kepada teman kelompoknya serta bisa bertanya bila mengalami kesulitan dalam materi. Situasi belajar yang tenang dan kondusif juga membuat mereka nyaman di dalam kelas dan mereka termotifasi saat belajar

dengan penghargaan yang diberikan guru. Setelah diberikan angket, rata-rata skor siswa secara keseluruhan dari aspek yang dinilai adalah 3,48 yang artinya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving.

9. Faktor yang mendukung dalam pembelajaran pecahan menggunakan pendekatan problem solving yaitu kesiapan guru, kesiapan siswa, dan dengan adanya belajar kelompok yang dilakukan siswa. Selain itu ada faktor penghambat pembelajaran diantaranya yaitu masih ada siswa yang tidak ikut berpartisipasi malah mengganggu temannya yang sedang belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa sarana yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

a. Guru dapat menggunakan pendekatan problem solving dalam pembelajaran matematika untuk materi-materi pecahan lainnya seperti pecahan desimal atau materi lain seperti skala sebagai alterlatif pendekatan pembelajaran dengan subjek yang lebih luas.

b. Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving yang harus diperhatikan bagi guru adalah LKS yang digunakan harus menyuguhkan soal-soal yang menantang bagi siswa dan peran guru sangat penting dalam memotovasi minat siswa agar bersemangat dalam belajar memecahkan masalah yang disuguhkan dalam LKS.

c. Guru dapat mengembangkan lagi dengan beragam pendekatan dan model pembelajaran, serta sumber belajar yang bervariasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tahap perkembangan siswa.

2. Bagi Siswa

a. Diharapkan siswa lebih meningkatkan partisipasi dalam pembelajaran sehingga tidak pasif saat belajar dan jangan malu bertanya ketika tidak memahami materi.

127

b. Melalui pembelajaran yang telah diajarkan, diharapkan siswa dapat mengaplikasikannya dan lebih jeli dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari jika menjumpai masalah yang sama. Misalnya pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan, bisa saja siswa menjumpai masalah dalam kehidupannya disuruh menghitung berapa bagian kue yang dia miliki, jika dia telah memiliki bagian kemudian diberi lagi oleh kakanya bagian kue.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan sekaligus landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran materi pecahan.

b. Bagi penelitian selanjutnya mengenai penggunaan pendekatan problem solving dapat diterapkan pada materi pecahan dengan cakupan lebih luas seperti pecahan desimal atau bahkan materi lainnya dalam meningkatkan kemampuan tingkat tinggi lainnya seperti kemampuan komunikasi dan penalaran.

4. Bagi Sekolah

a. Kepala sekolah diharapkan bisa menjadi pemimpin yang bijak dan memberikan penghargaan kepada guru-guru yang berprestasi sehingga guru-guru saling berlomba meningkatkan kualitas mengajarnya jauh lebih baik lagi.

b. Kepala sekolah juga diharapkan bisa menyempatkan waktu menjadi observer kinerja gurunya sehingga selalu memberikan masukan yang membangun kepada guru-gurunya.

128

Pecahan dan Operasinya dengan Pendekatan Pembelajaran Student Centered dan Media Cetak Gambar. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0806077_chapter1.pdf [30 November 2012].

Adjie, N. dan Maulana. (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI Press.

Aminah, S. (2010). Penerapan Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Mengenai Pecahan Sederhana di Kelas III SDN 1 Pamulihan Kecamatan Cipitung Kabupaten Kuningan. Skripsi PGSD UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

Azizah, S. (2012). Pengaruh Motode Horisontal (Matrik) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Materi Perkalian. Skripsi PGSD UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2002). Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatimah, N.S. (2012). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/t_mtk_0808174_chapter5.pdf [30 November 2012].

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar terhadap Materi Kesebangunan (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatihurip dan SDN Cilengkrang di Kabupaten Sumedang). Skripsi PGSD UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

129

Hartati, N. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang Penjumlahan Bilangan Pecahan Melalui Pendekatan Kontekstual: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III SDN Nagrak 04, Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_1008743_chapter1.pdf [30 November 2012].

Haryanti, K. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS terhadap Peningkatan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran Pecahan di Sekolah Dasar. Skripsi PGSD UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

Hidayat, U.S. (2011). Model-Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM. Bandung: Siliwangi & Co.

Ismunamto. (2011). Ensiklopedia Matematika 5. Jakarta: Lentera Abadi.

Karso, dkk. (2009). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kurniawati, N. (2010). Penerapan Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Soal Cerita tentang Bangun Datar Layang-Layang (Peneliatian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Cikarea 1 Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang). Skripsi PGSD UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

Kusumah, Y. S. (1986). Logika Matematika Elementer. Bandung: Tarsito.

Mariana, S. (2011). Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pemberian Tugas Mind Map Setelah Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP. Skripsi S-1 Jurusan Pendidikan Matematika: Tidak diterbitkan.

Maulana. (2008a). Dasar-dasar Keilmuan Matematika. Bandung: Royyan Press.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Intrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2live ‘n Live2learn.

Maulana. (2010). Dasar-dasar Keilmuan dan Pembelajaran Matematika Sequel 2. Bandung: tidak dipublikasikan.

Muhsetyo, G. dkk. (2008). Pembelajaran matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Ruseffendi, E. T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika III. Jakarta: Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Subarinah, S. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: DEPDIKNAS.

Suhendra dan Suwarma, D.M. (2006). Kapita Selekta Matematika. Bandung: UPI Press.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

131

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta: PT. Bumi Aksara.

Supriati, F. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Hitung Campuran. Skripsi PGSD UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

Suwangsih, E. dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.

Tim PLPG. (2011). Bahan Ajar Matematika SD/MI. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Van De Walle, J.A. (2006a). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 1. (diterjemahkan oleh Suyono). Jakarta: Erlangga.

Van De Walle, J.A. (2006b). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2. (diterjemahkan oleh Suyono). Jakarta: Erlangga.

Dokumen

BSNP. (2006). Kurikulum 2006 (Peraturan Mendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar). Jakarta: BP. Dharma Bhakti.

UPTD Pendidikan Kecamatan Kadipaten. (2012). Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Desember 2011/2012. Majalengka: UPTD Pendidikan Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka

Dokumen terkait