• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penelitian berdasarkan hasil

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Atribusi

Pada umumnya teori atribusi menerapkan bagaimana individu menafsirkan

berbagai kejadian sehingga berdampak pada pemikiran dan perilaku mereka.

Setiap individu akan berusaha untuk memahami mengapa orang lain melakukan

sesuatu dan memberikan penyebab bagi perilaku.

Terkait dengan hal ini, (Heider, 1958) menyatakan bahwa manusia dapat

membuat dua atribusi yakni atribusi internal dan atribusi eksternal. Atribusi

internal merupakan inferensi yang dibuat oleh seseorang tentang sikap, karakter,

maupun pribadi seseorang. Sedangkan atribusi eksternal merupakan inferensi

yang dibuat seseorang yang berkaitan dengan situasi dimana ia berada.

Pada penelitian ini, teori atribusi relevan untuk mejelaskan bagaimana

pengetahuan perpajakan serta kualitas pelayanan mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari wajib pajak.

2.1.2 Teori Perilaku Terencana

Teori perilaku terencana atau theory of planned behavior merupakan

pengembangan dari teori perilaku beralasan. Menurut (Ajzen, 1991) faktor sentral

dari perilaku individu adalah bahwa perilaku dipengaruhi oleh niat individu

10

merupakan cerminan atau perantara motivasi seseorang untuk mempengaruhi

perilaku. Niat untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu

1. Sikap (attitude)

Sikap yang mendorong perilaku merupakan derajat dimana

seseorang memiliki evaluasi atau penilaian positif atau negatif terhadap

perilaku yang akan ditunjukkan. Hasil dari evaluasi berdampak pada

keyakinan individu yang mendorong perilaku.

2. Norma subjektif (subjective norm)

Norma subjektif merupakan persepsi tekanan sosial untuk

menampilkan perilaku tertentu. Norma subjektif merupakan fungsi dari

harapan yang dipersepsikan individu dimana lingkungan sekitar

menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu (motivation to

comply) untuk mematuhi mereka.

3. Persepsi kontrol keperilakuan (perceived behavior control).

Menurut (Ajzen, 1991) persepsi kontrol keperilakuan didefinisikan

sebagai persepsi kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku.

Kontrol keperilakuan dapat mempengaruhi niat perilaku secara langsung

maupun tidak langsung. Semakin besar (power of control) semakin besar

pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang

11

Pada penelitian ini teori perilaku terencana relevan untuk menjelaskan

bagaimana tingkat kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak yang

dilihat dari niat wajib pajak untuk menyelesaikan kewajiban perpajakannya.

2.1.3 Wajib Pajak

Mengacu pada Pasal 1 UU No 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga

UU No 6 Tahun 1983 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak terdiri dari wajib pajak

efektif dan wajib pajak non efektif. Wajib pajak efektif adalah wajib pajak yang

masih aktif dalam memenuhi kewajiban menyampaikan SPT masa dan atau

tahunan pada tiap masa pajak (Mutia, 2014).

Wajib pajak orang pribadi tergolong menjadi dua yakni wajib pajak

usahawan atau pekerja bebas dan non usahawan. Wajib pajak usahawan ialah

wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan barang atau

memberi jasa dan mempunyai satu atau lebih tempat usaha. Wajib pajak yang

melakukan pekerjaan bebas yang dimaksud adalah pekerjaan yang dilakukan oleh

orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh

penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja (Kementrian Keuangan

12 2.1.4 Kepatuhan Wajib pajak (Tax Compliance)

Menurut (Nurmantu, 2005) pengertian kepatuhan wajib pajak yakni

sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Menurut (Sutrisna, 2011)

kepatuhan wajib pajak adalah sikap atau tindakan wajib pajak yang taat untuk

melaksanakan semua kewajiban dan memenuhi hak perpajakannya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Menurut (Hani & Lubis, 2010) dasar hukum yang dapat digunakan untuk

menetapkan wajib pajak patuh adalah sebagai berikut :

1. Pasal 17C Undang-Undang Nomor-Nomor 16 Tahun 2000.

2. Keputusan Menteri Keuangan No. 544/ KNLK. 04/ 20000Jo 235/

KMK.03/2003.

3. Keputusan Ditjen Pajak No. 550/PJ./2000 Jo.

KEP-213/PJ/2003.

4. Surat Edaran Ditjen Pajak No. 5E-13/PJ.331/2003.

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam

menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang

tinggi yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai

dengan kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan

kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh wajib pajak (dilakukan sendiri atau

dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional/tax agent), bukan

13 2.1.5 Pengetahuan Perpajakan

Pengetahuan mengenai pajak adalah proses atau cara wajib pajak untuk

memahami aturan pajak yang telah ditetapkan. Menurut (Rahayu, 2010)

menyatakan bahwa tingkat pengetahuan pajak masyarakat yang memadai, akan

mudah bagi wajib pajak untuk patuh pada peraturan pajak dan dengan

pengetahuan cukup yang diperoleh tentunya wajib pajak akan dapat memahami

bahwa dengan tidak memenuhi peraturan maka akan menerima sanksi baik sanksi

administrasi maupun pidana fiskal. Maka akan diwujudkan masyarakat yang sadar

pajak dan mau memenuhi kewajiban perpajakannya.

Pengetahuan perpajakan berkaitan dengan seberapa jauh wajib pajak

paham dengan ketentuan perpajakan secara menyeluruh, meliputi segala aspek

mulai dari mendapatkan NPWP, pelaporan, hingga pembayaran pajak terutang.

Terdapat indikator wajib pajak mengetahui peraturan perihal pajak yaitu

(Nurlis & Widayanti, 2010):

1. Pendaftaran NPWP. Setiap wajib pajak yang memiliki penghasilan

wajib mendaftarkan dirinya untuk memperoleh NPWP sebagai

salah satu sarana untuk mengurus administrasi pajak.

2. Pengetahuan mengenai hak dan kewajiban mengenai pajak.

Apabila wajib pajak telah mengetahui kewajibannya sebagai wajib

pajak,maka mereka akan melakukannya, salah satunya adalah

14

3. Pengetahuan mengenai sanksi jika melakukan pelanggaran

perpajakan. Semakin tahu dan paham terhadap peraturan

perpajakan, maka semakin tahu dan paham pula sanksi yang

diterima apabila melalaikan pajak.

4. Pengetahuan mengenai PTKP, PKP, serta tarif pajak. Dengan tahu

dan paham akan tarif pajak yang berlaku maka akan mendorong

wajib pajak untuk menghitung pajak terutang sendiri secara benar.

5. Pengetahuan dan pemahaman peraturan tentang pajak melalui

training yang diikuti dan sosialisasi dari KPP.

Dari penjelasan diatas, pengetahuan akan pajak dapat dikatakan sebagai

dasar untuk mendorong adanya kepatuhan wajib pajak, karena apabila wajib pajak

semakin mengetahui aturan pajak maka wajib pajak juga mengetahui sanksi yang

diterima bila melalaikan kewajiban dalam melaporkan SPT dan membayar

pajaknya.

2.1.6 Kualitas Pelayanan Pajak

Pelayanan adalah cara melayani dalam arti membantu mengurus atau

menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang. Dalam hal ini berarti

kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai cara petugas pajak (fiskus) dalam

membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib

pajak (Jatmiko, 2006).

Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian,

15

dan perundang-undangan perpajakan. Selain itu fiskus juga harus memiliki

motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik (Ilyas & Burton, 2010).

Kewajiban fiskus yang diatur dalam Undang-Undang KUP (Kementrian

Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak, 2013) antara lain:

1. Kewajiban untuk membina wajib pajak

2. Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

3. Kewajiban merahasiakan data wajib pajak

4. Kewajiban melaksanakan putusan

Sementara itu terdapat pula hak-hak fiskus sesuai Undang-Undang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan antara lain:

1. Hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan

2. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak

3. Hak menerbitkan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan

Penyitaan

4. Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan

5. Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi administrasi

6. Hak melakukan penyidikan

7. Hak melakukan pencegahan

16 2.1.7 Tingkat Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran adalah keadaan seseorang dimana ia tahu atau mengerti

dengan jelas apa yang ada dalam pikirannya. Menurut (Muliari & Setiawan, 2011)

kesadaran perpajakan adalah suatu kondisi dimana seseorang mengetahui,

mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta

memiliki kesungguhan dan kenginan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Kesadaran masyarakat akan kewajibannya dalam membayar pajak akan

mempengaruhi tingkat kepatuhan sukarela. Sebagaimana diketahui bahwa dalam

sistem perpajakan yang ada, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,

membayar, serta melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dengan sistem perpajakan Self

Assessment System ini diharapkan wajib pajak memiliki kesadaran mengenai

kewajiban perpajakan mengingat wajib pajak yang bersangkutan yang sebenarnya

mengetahui besarnya pajak yang terutang (Kiryanto, 2000).

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu oleh (Hamdani, 2012) dengan variabel

independen pengaruh kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak dan

pengetahuan pajak terhadap variabel dependen kepatuhan wajib pajak yang

dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees memperoleh hasil

bahwa kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak, dan pengetahuan pajak

wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Kualitas pelayanan di

17

memberikan pelayanan kurang baik sehingga mengecewakan wajib pajak dan

akan berakibat menurunkan pandangan wajib pajak terhadap kualitas yang telah

diberikan.

Pada penelitian terdahulu oleh (Sutrisna, 2011) dengan variabel

independen pengaruh kualitas pelayanan pajak dan kesadaran wajib pajak

terhadap variabel dependen kepatuhan wajib pajak orang pribadi memperoleh

hasil bahwa kualitas pelayanan pajak dan kesadaran wajib pajak memeberikan

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP

Pratama Soreang. Kepatuhan wajib pajak yang rendah terjadi karena kualitas

pelayanan yang buruk ditandai dengan kurangnya informasi yang diberikan

petugas pajak sehingga wajib pajak kesulitan sehingga berdampak pada wajib

pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, wajib pajak tidak menghitung, membayar, dan melaporkan pajak

dengan benar.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Mutia, 2014) dengan

variabel independen pengaruh sanksi perpajakan, kesadaran perpajakan,

pelayanan fiskus dan tingkat pemahaman terhadap variabel dependen kepatuhan

wajib pajak memperoleh hasil bahwa sanksi perpajakan, kesadaran perpajakan,

pelayanan fiskus dan tingkat pemahaman berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak.

Penelitian terdahulu oleh (Susmita & Supadmi, 2016) dengan variabel

independen pengaruh kualitas pelayanan, sanksi perpajakan, biaya kepatuhan

18

memperoleh hasil bahwa kualitas pelayanan, sanksi perpajakan, dan penerapan

e-filing berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan variabel

biaya kepatuhan pajak berpengaruh negatif pada kepatuhan wajib pajak orang

pribadi di KPP Pratama Denpasar Timur.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Syafiiyah, 2017) dengan

variabel independen pengaruh sanksi perpajakan, pengetahuan perpajakan, dan

kesadaran wajib pajak terhadap variabel dependen kepatuhan wajib pajak orang

pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas di Kabupaten

Purworejo memperoleh hasil bahwa sanksi perpajakan, dan pengetahuan pajak

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan

kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Hal ini berarti semakin meningkat kesadaran akan menumbuhkan motivasi wajib

pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Pada penelitian terdahulu oleh (Lestari, 2016) dengan variabel independen

pengaruh pengetahuan pajak, kesadaran membayar pajak, pelaksanaan denda

pajak serta kepercayaan kepada otoritas pajak terhadap variabel dependen

kepatuhan wajib pajak memperoleh hasil bahwa pengetahuan pajak, kesadaran

membayar pajak, pelaksanaan denda pajak serta kepercayaan kepada otoritas

pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh (Putri, 2017) dengan variabel independen

pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, kesadaran, persepsi

terhadap petugas pajak, persepsi kesesuaian tarif, dan persepsi sanksi pajak

19

variabel pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi

kesesuaian tarif tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan

variabel kesadaran membayar pajak, persepsi terhadap pelayanan petugas pajak,

dan sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pribadi.

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah

pengetahuan akan informasi perpajakan yang didapat oleh wajib pajak.

Wajib pajak yang kurang memahami mengenai perpajakan cenderung

akan memiliki sikap tidak taat dan sebaliknya jika memahami mengenai

perpajakan maka akan patuh dan akan lebih maksimal dalam

menyelesaikan kewajibannya.

Hasil penelitian (Lestari, 2016), pengetahuan pajak berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak yang didukung teori apabila wajib pajak

memiliki pengetahuan mengenai perpajakan yang baik maka niat wajib

pajak untuk melakukan tindakan tidak taat dalam membayar pajak tidak

akan dilakukan dan cenderung akan taat dalam memenuhi kewajibannya

karena menganggap peraturan perpajakan sangat ketat sehingga akan

menimbulkan sikap patuh.

20 2.3.2 Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kualitas pelayanan dapat diukur dari kemampuan memberikan pelayanan

yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan,

kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh (Putri, 2017) dapat membuktikan bahwa

wajib pajak mendapatkan pelayanan cukup baik dari petugas pajak dengan

memberikan pelayanan yang berkualitas. Pelayanan fiskus sangat perlu untuk

dipertahankan guna memberikan tingkat kepercayaan dan kepuasan tersendiri bagi

wajib pajak. Hal ini menunjukkan semakin baik persepsi pelayanan terhadap

petugas pajak maka akan semakin meningkat kepatuhan wajib pajak. Penelitian

(Jatmiko, 2006) menemukan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh (Susmita & Supadmi, 2016) berhasil

membuktikan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak. Wajib pajak yang mendapatkan kualitas pelayanan yang baik dari

aparat pajak cenderung patuh dalam membayar kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa makin tinggi

pemberian pelayanan yang dilakukan kepada wajib pajak, maka makin tinggi pula

tingkat kepatuhan wajib pajak sehingga dapat disimpulkan pelayanan fiskus

diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

21 2.3.3 Tingkat Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kesadaran perpajakan adalah suatu kondisi dimana seseorang mengetahui,

mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta

memiliki kesungguhan dan kenginan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan

kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan

(Muliari & Setiawan, 2011).

Dari penelitian oleh (Hardiningsih & Yulianawati, 2011) memperoleh

bukti bahwa kesadaran memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Wajib pajak yang sadar belum tentu memiliki pengetahuan dan memahami aturan

pajak yang tinggi, bisa jadi pengetahuan mengenai aturan pajak yang minim tidak

membuat kesadaran terhadap kewajibannya juga menjadi berkurang.

Penelitian oleh (Jotopurnomo & Mangoting, 2013) memperoleh bukti

bahwa persepsi positif wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh

pemerintah akan menggerakkan wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya

membayar pajak. Sikap kesadaran yang tinggi mengenai manfaat dan pentingnya

pajak dalam memberikan fasilitas umum dan dalam memajukan pembangunan

daerah maupun pembangunan nasional untuk menciptakan kesejahteraan

masyarakat dapat mendorong seseorang untuk bertanggung jawab dalam

memenuhi kewajiban perpajakan, sehingga semakin besar kemungkinan wajib

22

tingkat kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya, maka

semakin besar kemungkinan wajib pajak untuk melaksanakan kepatuhan pajak.

H3:Tingkat kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

2.4 Gambar Kerangka Konseptual

Pengetahuan Perpajakan (X1)

Kualitas Pelayanan (X2)

Tingkat Kesadaran Wajib Pajak (X3)

23 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang

memiliki usaha dan jasa yang termasuk dalam pekerjaan bebas yang tercantum

dalam peraturan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang terdaftar di

KPP Pratama Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Teknik random

sampling adalah teknik yang didalam pengambilan sampelnya mencampur

subjek-subjek dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama

(Arikunto, 1993).

Pada penelitian ini, penentuan sampel menggunakan rumus sebagai

berikut (Hadi, 2009): n = Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi ε = Standar error

Berdasarkan data yang penulis ambil di KPP Pratama Yogyakarta, data

populasi wajib pajak usahawan dan pekerja bebas KPP Pratama Yogyakarta

24

jumlah sampel WPOP usahawan dan pekerja bebas dapat dihitung dengan cara

berikut dengan tingkat kesalahan yang bisa ditolerir dalam penelitian ini

sebesar 10%. n = N 1 + N (e)2 n = 25777 1 + 25777 (0,1)2 n = 100 orang.

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diperoleh jumlah sampel yang harus

diambil pada penelitian ini sebanyak 100 orang.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dari penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak (Y).

Kepatuhan wajib pajak ialah kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri,

menyetorkan dan melaporkan SPT sesuai dengan tarif pajak yang telah dikenai.

Pada kuesioner penelitian ini, terdapat 11 pertanyaan dari peneliti terdahulu yang

terdiri dari 7 pertanyaan dari penelitian (Mutia, 2014) serta 4 pertanyaan dari

25

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2.2.1 Pengetahuan Perpajakan (X1)

Pengetahuan perpajakan merupakan proses wajib pajak untuk mengetahui

dan memahami mengenai hal yang berkaitan dengan pajak kemudian

mengaplikasikannya dengan melaporkan SPT dan membayar pajak. Pengetahuan

perihal pajak dapat dilihat dari kepemilikan NPWP, mengetahui aturan-aturan

pajak seperti PTKP dan PKP, serta mengetahui akan pentingnya sistem self

assessment yang telah diterapkan. Indikator variabel pengetahuan perpajakan

terdiri dari 6 pertanyaan diambil dari penelitian (Novista, 2015) serta 2 pertanyaan

dari kuesioner penelitian (Putri, 2017).

3.2.2.2 Kualitas Pelayanan (X2)

Topik pertanyaan pada kuesioner penelitian ini adalah tingkat kualitas

pelayanan fiskus apakah sudah cukup membantu apa yang dibutuhkan oleh wajib

pajak serta kesopanan, disiplin, serta tingkat kepuasan yang dirasakan oleh

responden. Pertanyaan kuesioner kualitas pelayanan pajak diambil dari penelitian

(Novista, 2015) sebanyak 4 pertanyaan serta 1 pertanyaan dari kuesioner

penelitian (Putri, 2017).

3.2.2.3 Tingkat Kesadaran Wajib pajak (X3)

Tingkat kesadaran dalam membayar pajak merupakan unsur dalam setiap

individu dalam memahami realitas dan cara bertindak yang salah satunya adalah

26

sadar akan kewajiban membayar pajaknya demi memajukan negara yang pada

akhirnya akan berdampak pada wajib pajak sendiri. Pertanyaan yang digunakan

pada kuesioner ini diambil dari penelitian (Novista, 2015) sebanyak 6 pertanyaan

dan 2 pertanyaan dari kuesioner penelitian (Lestari, 2016).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner yang

dalam penelitian ini adalah kuesioner personal (Personal Administrated

Questionnares), yaitu proses pengumpulan data dengan menggunakan

pertanyaan tertulis yang ditujukan pada responden (Indriantoro, 1999). Dalam

proses pendistribusian kuesioner ini peneliti memberikan penjelasan singkat

mengenai tata cara pengisian dan memberikan waktu kepada responden untuk

mengisi kuesioner tersebut. Menurut (Wicaksono, 2014) untuk memenuhi

salah satu syarat regresi linear berganda, yaitu bahwa skala yang

diperbolehkan untuk diolah adalah skala interval dan rasio, maka data di

convert menjadi skala interval menggunakan metode transformasi. Metode

transformasi yang digunakan yaitu Method of Successive interval dengan

bantuan makro mini tab. Teknik pengukuran menggunakan skala interval

dengan scoring yaitu pemberian nilai numerikal 1,2,3,dan 4 dengan rincian

sebagai berikut:

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju

Angka 2 = Tidak Setuju

27

Angka 4 = Sangat Setuju

3.3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kausalitas. Penelitian

kausalitas merupakan penelitian yang menganalisis pengaruh antara variabel

bebas dengan variabel terikat. Peneliti menguji pengaruh pengetahuan perpajakan,

kualitas pelayanan pajak, dan tingkat kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi yang melalukakan usaha dan pekerjaan bebas.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Menurut

(Hadi, 2009) data primer didapatkan oleh peneliti secara langsung dari obyek

penelitian tanpa melewati orang atau lembaga lain. Data primer dalam penelitian

ini dengan metode kuesioner atas serangkaian pertanyaan yang diajukan peneliti

mengenai pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, kesadaran perpajakan, dan

kepatuhan wajib pajak. Sedangkan data sekunder didapat penulis dari data yang

penulis ambil di KPP Pratama Kota Yogyakarta dalam hal ini jumlah Wajib Pajak

Orang Pribadi yang memiliki usaha dan pekerja bebas yang terdaftar di KPP

Pratama Yogyakarta.

3.4 Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Analisis data

penelitian ini dengan menggunakan regresi linier berganda, yaitu metode

analisis untuk lebih dari satu variabel independen. Dalam penelitian ini, data

28 3.4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini bertujuan untuk menganalisis konsistensi dan

akurasi sampel data penelitian. Kualitas data yang dihasilkan dari instrumen

penelitian dievaluasi dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

3.4.2 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya kuisioner

penelitian. Uji dilakukan dengan membandingkan koefisien r hitung dengan

koefisien r tabel. Apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel mengindikasikan

item tersebut valid. Sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel berarti item

penelitian tidak valid untuk digunakan.

3.4.3 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kuisioner penelitian yang

merupakan indikator dari variabel. Kuisioner dikatakan reliabel jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengujian dilakukan dengan menghitung besarnya nilai Cronbach’s Alpha

masing-masing instrumen dari suatu variabel. Suatu variabel dikatakan reliabel

jika besarnya nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6.

3.4.4 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat

Dokumen terkait