• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

H1 4 – dl<dw>4 Tolak

H1 4 – dl ≤ dw ≤ 4 – dl Tidak ada kesimpulan Tidak ada autokeralasi,

baik positif maupun negative

Du < dw < 4 – du Diterima

Pada pengujian autokorelasi juga akan digunakan uji Serial Correlation LMTest. Uji ini dilakukan dengan cara mencari nilai probability dari Obs*R-squared danmembandingkannya dengan tingkat kesalahan (α= 5%), dengan kriteria: Ho : p ≥ 0,05 maka tidak ada autokorelasi.

H1 : p ≤ 0,05 ada autokorelasi

Jika probability ≤ 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu pula sebaliknya, jika probability ≥ 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak.

c. Pengujian Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana salah satu atau lebih variabel bebasnya dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel bebas lainnya. Menurut Damodar Gujarati, dikatakan bahwa konsekuensi dari multikolienaritas sempurna di antara X, koefisien regresinya tak tertentu dan

43

kesalahan standarnya tak terhingga. Jika kolinearitas tingkatnya tinggi tapi tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya cenderung untuk besar.

Sebagai hasilnya, nilai populasi dari koefisien tidak dapat ditaksir dengan tepat.

Pada penelitian ini akan digunakan uji correlations test.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model adalah dengan melihat matriks koefisien korelasi. Jika koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8, berarti terjadi multikolinearitas dalam model regresi

2. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan seberapa besar variabel tak bebas yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebasnya dengan menggunakan perhitungan koefisien determinasi (determination coefficient) yang disimbolkan dengan R2. Nilai koefisien determiniasi adalah diantara nol dan satu (0<R2<1). Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :

1) Jika nilai R2 kecil (mendekati nol), berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas, maka dapat disimpulkan antara variabel bebas dan variabel tak bebas tidak ada keterkaitan.

44

2) Jika nilai R2 mendekati 1 (satu), berarti variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen, maka dapat disimpulkan antara variabel bebas dan variabel tak bebas ada keterkaitan.

b. Uji F (Simultan)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas. Hipotesis statistik dalam pengujian ini adalah :

H0 : b1, b2 ,b3 = 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruhi terhadap variabel tak bebas.

H1 : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tak bebas.

Pengujian ini dilakukan sebagai berikut :

Apabila F lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan terima H0 tolak dan H1 diterima yang artinya semua variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel tak bebas atau bariabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas.

Apabila F lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan H0

terima dan H1 ditolak yang artinya semua variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan atau variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tak bebas.

45

c. Uji t (Parsial)

Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah secara individual variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas, dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Hipotesis yang dilakukan sebagai berikut :

H0 : bi = 0, artinya suatu variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas.

H1 : bi > 0, artinya suatu variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tak bebas.

Pengujian ini dilakukan sebagai berikut :

Apabila nilai probability lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya suatu variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel tak bebas atau variabel bebas secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebas.

Apabila nilai probability lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya suatu variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan dan positif terhadap variabel tak bebas atau variabel bebas secara individual berpengaruh terhadap variabel tak bebas.

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah

1. Kondisi Geografis

Penelitian ini di Laksanakan di Kabupaten Gowa yang berada pada pada 12o38.16’ Bujur Timur dari Jakarta dan 5o33.6’

Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan Letak Wilayah administrasinya antara 12o33.19’ hingga 13o15.17’ Bujur Timur dan 5o5’ hingga 5o34.7’ Lintang Selatan dari Jakarta.

Adapaun Batas-batas wilayah di Kabupaten Gowa yaitu :

a. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng.

c. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Luas Wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan

47

jumlah desa/Kelurahan definitif Sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Dari kota luas Kabupaten Gowa, 35,30%

mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu.

Dengan bentuk topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran Tinggi, wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu di antaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km.

Wilayah Kabupaten Gowa Memiliiki 18 Kecamatan yaitu:

Bontonompo, Bontonompo Selatan, Bajeng, Bajeng Barat, Pallangga, Barombong, Sombaopu, Bontomarannu, Pattallassang, Parangloe, Manuju, Tinggi Moncong, TomboloPao, Pariigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu, Tompobulu Biringbulu.

Dan 18 Ibukota Kecamatan yaitu :Tamallayang, Pabundukang, Kalebajeng, Borimatangkasa, Mangalli, Kanjilo, Sungguminasa, Borongle, Pattallassang, Lanna, Bilalang, Malono, Tamaona, Majannang, Sapaya, Bontoloe, Malakaji, Lauwa.

2. Potensi Sumber Daya

a. Potensi Sumber Daya Hutan

Daerah kabupaten Gowa secara administrasi terletak dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Daerah kabupaten Gowa berada disebelah

48

tenggara daerah Kotamadya Makassar, Kota Sungguminasa sebagai ibukota Kabupaten Gowa dapat ditempuh kurang lebih 15 menit dari kota Makassar. Bentangan alam daerah kabupaten Gowa merupakan dataran rendah di bagian barat, sedangkan di bagian timur merupakan pegunungan. tataguna hutan kesepakatan daerah kabupaten Gowa terdiri dari : Hutan Suaka Alam dan HutanWisata 1,91

%; Hutan lindung 8,78%, Hutan Produksi terbatas 9,78%, Hutan Produksi biasa 7,97%, Kawasan Hutan Tetap 21,40% dan lain-lain 71,60%.

Luas kawasan hutan Kabupaten Gowa tercatat 63 099 ha atau 2 % dari luas kawasan hutan propinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan luas kawasan hutan lindung Kabupaten Gowa 24 226 ha atau 1,2 dari kawasan hutan lindung provinsi. Sebaran luas hutan lindung di Kabupaten Gowa berdasarkan kecamatan sebesar 63.099 realisasi luas hutan dan lahan yang direhabilitasi dilingkungan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) bagian hulu di sekitar daerah tangkapan air di kawasan Hutan Lindung Kabupaten Gowa seluas 332,5 ha atau 95 % dengan jenis MPTS dan bertujuan untuk pengamanan waduk serta Dam Bili-Bili. Dari luas kawasan HL tersebut penutupan vegetasi hutan terdiri dari Hutan lahan kering sekunder 13 011 ha, semak belukar 3 931 ha, Tanah terbuka 651 ha, perluasan lahan kering dan semak 3 056 ha, Pertanian lahan kering 51 ha dan sisanya Awan3 526 ha.

b. Potensi Sumber Daya Mineral

Sumber daya alam mineral dalam perekonomian kabupaten gowa di harapkan mampu memberikan sumbangan yang besar utamanya

49

dalam mendorong dan mendukung perkembangan sektor industri kecil dan menengah.

1. Bidang Pertanian

Merupakan tanaman pangan yang banyak di tanam petani Kabupaten Gowa, Potensi pertanian tanaman pangan yang dimiliki Kabupaten Gowa menempatkan daerah ini pada posisi yang sejajar dengan daerah tingkat II lainnya di Sulawesi Selatan. Daerah ini memiliki areal persawahan seluas 28.828 hektare dengan potensi Irigasi seluas 16.773 hektare baku sawah, atau sekitar 56% dari luas persawahan yang ada. Tanaman pangan yang dikembangkan diantaranya padi, jagung, kedelai dan hortikultura yang tersebar pada kawasan potensial.

2. Bidang Pariwisata

Pariwisata Dalan rangka mengembangkan dan menggali potensi pariwisata di Kabupaten Gowa, Investasi di bidang pariwisata mencakup pengembangan wisata pemerintah daerah telah mengeluarkan kebijakan dengan dibentuknya Dinas Pariwisata dengan maksud disamping untuk menghasilkan PAD melalui dispenda setempat juga untuk memanfaatkan peluang kunjungan bagi turis manca negara. Pemda Gowa telah mengembangkan berbagai obyek wisata antara lain Benteng 4 Somba Opu, pengembangan dan perluasan Balla Lompoa, Makam raja-raja Gowa, Makam pahlawan nasional Syekh Yusuf, Hutan Wisata dan air terjun Malino, Wisata Tirta Bili-bili, Danau Mawang dan sumber air panas di

50

kecamatan Bungaya. Investasi di bidang pariwista mencakup pengembangan wisata.

3. Bidang Jasa dan Perdagangan

Di bidang jasa dan perdagangan. Investasi bisa dikecurkan untuk pembangunan gedung perkantoran, pusat bisnis dan perdagangan, jasa ekspor/impor dan pergudagangan realisasi investasi di kabupaten gowa yang setiap tahun meningkat signifikan.

4. Bidang Industri

Terdiri dari industri air bersih, industri pengolahan gula merah, industri sayur sayuran, industri buah-buahan, industri kayu, industri pakan ternak, industri sirup Industri tambang pasir.

5. Bidang Pertambangan

Bahan galian tambang yang tersebar merata di beberapa kecamatan di Gowa menantikan investor yang profesional. Pertambangan tidak boleh sekedar mengeruk bumi dan kekayaannya, tetapi harus memerhatikan faktor lingkungan. Potensi tambang antara lain, tanah timbunan, banyak terdapat di Samata, Pattallasang, dan Padangtaring.

Potensinya diperkirakan mencapai 160 juta ton lebih.

Bahan galian batu banyak ditemukan di sepanjang Sungai Jeneberang dan Tanggara. Di kawasan Caddika dan Pallangga terdapat endapan sungai purba. Potensinya diperkirakan mencapai 100 juta ton.

Pasir sungai banyak dijumpai di sepanjang Sungai Jeneberang mulai Kadaluaja sampai daerah Songkolo dengan potensi miliaran ton.

51

Endapan pasir sungai purba juga terdapat di Passelengan dengan luas sekitar 200 hektare dan ketebalan dua sampai tiga meter.

Tambang lain yang bisa ditemukan di antaranya batuan beku (diorit). Dengan potensi 125 juta ton, bahan fondasi bangunan itu bisa ditemukan di daerah Bontoloe dan Bangkoa.

Lalu Basalt, berupa batuan beku basa terdapat di kecamatan Parangloe, Bontomarannu, Tompobulu, Bungaya, dan Tinggi moncong.

Potensinya mencapai miliaran ton.

Selanjutnya andesit, berupa luar ditemukan di Bontomanai, Mangguntur, Bulumaya, Lebangbu’ne dan Erelembang dengan sumber daya mencapai 922.100.000 ton.

Juga ada kaolin, oker, tras, lempung, zeolit, bentonit, dan batu apung. Namun yang banyak tergarap hanya batu dan pasir sungai serta tanah timbun. Potensi tambang lain belum tersentuh.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Gowa, Syafruddin Ardan menyebutkan, potensi galian golongan B, seperti belerang ditemukan di gunung Lompobattang pada ketinggian 1.900 meter di atas permukaan laut.

Logam mulia dan endapan primer di Borongsapiri, Bulubincanai, Baturappe, dan Bangkoa serta endapan sekunder di sepanjang sungai Jeneberang, Tanggara, Bangkoa, sungai Sukung, Malonjo, Malakaji, dan sungai Sapaya.

Sedangkan galian golongan A berupa batubara, daerah prospek Botong, Bulutawara, dan daerah prospek Peo.

52

B. Perkembangan Produksi, investasi, dan Jumlah Unit Usaha terhadap Penyerapan tenaga kerja pada sektor Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Gowa 2015-2019

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh, maka dengan itu peneliti dapat menggambarkan variabel- variabel yang masuk dalam penelitian ini secara lengkap apakah variabel mempunyai pengaruh positif dan signifikan atau sebaliknya.

Adapun Variabel yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Produksi

Teori produksi merupakan suatu aktifitas yang memberikan nilai guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Sebuah fungsi produksi dapat berbentuk tabel atau matematis yang menunjukkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan berdasarkan suatu kelompok input yang dispesifikasikan , dengan

mengingat teknologi yang ada

(Sadono Sukirno, 2013).

Berikut ini data tentang nilai produksi dalam industri kecil dan menengah di Kab. Gowa.

Tabel 4.1

Data perkembangan Produksi pada Industri kecil dan Menengah di Kabupaten Gowa 2015-2019

Tahun Produksi (Rp)

2015 124.520.331.000 2016 216.985.762.000 2017 247.214.082.000 2018 255.454.266.000 2019 254.896.366.000

Sumber : Dinas Perdagangan Kabupaten Gowa 2020

53

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 yaitu produksi dalam industri kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Gowa mengalami fluktuasi.

Hal ini dapat kita lihat bahwa pada tahun 2019 Rp.254.896.366.000, sedangkan ditahun 2018 menunjukkan angka tertinggi yaitu sebanyak Rp.

255.454.266.000.

2. Investasi

Investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku atau material, mesin-mesin danperalatan pabrik serta semua modal lain yang diperlukan dalam proses produksi,pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, bangunan tempat tinggal karyawandan bangunan konstruksi.

Tabel 4.2

Data perkembangan Investasi pada Industri kecil dan Menengah di Kabupaten Gowa 2015-2019

Tahun Investasi (Rp) 2015 30.288.531.000 2016 28.580.754.000 2017 36.650.607.000 2018 40.972.738.000 2019 41.566.484.000

Sumber : Dinas Perdagangan Kabupten Gowa, 2020

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 yaitu Investasi dalam Industri kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Gowa mengalami fluktuasi.

Hal ini dapat kita lihat bahwa pada tahun 2016 menunjukkan angka terendah yaitu hanya sebanyak Rp.28.680.754.000, sedangkan di tahun 2019 menunjukkan angka tertinggi yaitu sebanyak Rp.41.566.484.000

54

3. Jumlah Unit Usaha

Badan Pusat Statistik mendefinisikan unit usaha adalah unit yang melakukan kegiatan yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan dan mempunyai kewenangan yang ditentukan berdasarkan kebenaran lokasi bangunan fisik, dan wilayah operasinya.

Secara umum, pertumbuhan unit usaha suatu sektor dalam hal ini industri kecil dan menengah pada suatu daerah akan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Hal ini berarti permintaan tenaga kerja juga bertambah.

Sektor IKM mempunyai nilai proporsi unit usaha yang besar terhadap total usaha nasional. Kemampuan IKM dalam meningkatkan unit usaha mampu menunjang usaha pemerintah dalam pengentasan pengangguran. Berikut ini data tentang jumlah unit usaha di industri kecil dan menengah di Kota Gowa.

Tabel 4.3

Data perkembangan Investasi pada Industri kecil dan Menengah di Kabupaten Gowa 2015-2019

Tahun Jumlah Unit Usaha

2015 622

2016 703

2017 852

2018 972

2019 1917

Sumber : Dinas Perdagangan Kabupaten Gowa, 2020

Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah unit usaha pada sektor industri kecil dan menengah mengalami kenaikan. Pada tahun 2015 menjadi 622 unit usaha. Sementara pada tahun 2015 jumlah unit usaha sebesar 622 dan pada tahun 2016 sebesar 703 unit usaha yang artinya

55

jumlah unit usaha mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun pada tahun 2017-2018 kembali mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dengan rincian tahun 2017 jumlah unit usaha sebesar 852 dan pada tahun 2018 menjadi 972 unit usaha dan pada tahun 2019 sebanyak 1917 unit usaha.

4. Penyerapan Tenaga Kerja

Tenaga Kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik didalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untukmemenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, dan dibedakan sebagai Angkatan Kerja dan bukan angkatan kerja.

Pertumbuhan penduduk tiap tahun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan kerja .

Penyerapan tenaga kerja merupakan modal dasar bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, dimana tenaga kerja mempunyai kemampuan dalam menciptakan nilai tambah berbeda antar kelompok usaha satu dengan yang lainnya.

Banyak tenaga kerja yang tersedia tetapi tidak dapat diserap oleh industri hal ini dikarenakan keahlian tenaga kerja tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri, di sinilah perlunya peranan pemerintah untuk melakukan pendidikan atau pelatihan terhadap tenaga kerja agar memiliki skill yang dibutuhkan oleh industri.

56

Mengingat kesempatan kerja yang terbatas tersebut maka pemerintah mengupayakan penciptaan lapangan kerja yang nantinya dapat menampung maupun mengurangi tingkat pengangguran yang berada di tengah masyarakat melalui penciptaan usaha usaha industri kecil dan menengah. Semakin bertambahnya jumlah industri kecil dan menengah tentunya akan membawa dampak sangat luas terhadap penyerapan tenaga kerja. Berikut ini data tentang jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri kecil dan menengah di Kab Gowa.

Tabel 4.4

Data perkembangan tenaga kerja pada Industri kecil dan Menengah di Kabupaten Gowa 2015-2019

Tahun Tenaga Kerja

Sumber : Dinas Perdagangan Kabupaten Gowa, 2020

Sektor industri kecil dan menengah di Kabupaten Gowa pada tahun 2015-2019 mengalami kenaikan dengan rincian tahun 2015 jumlah tenaga kerja yang terserap yaitu 969 jiwa. Sementara pada tahun 2016 penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan dengan rincian tahun 2016 tenaga kerja yang terserap yaitu 909 jiwa dan pada tahun 2017 mengalami kenaikan menjadi 990 jiwa. Namun pada tahun 2018 penyerapan tenaga kerja sebesar 977 jiwa dan pada tahun 2019 penyerapan tenaga kerja sebesar 13.980 jiwa yang artinya penyerapan tenaga kerja mengalami kenaikan.

C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi

57

Teknik yang digunakan dalam menganalisis Variabel-variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja terja pada sektor industri kecil dan menengah di Kabupaten Gowa adalah dengan menggunakan teknik analisis linear berganda dengan bantuan program SPSS 20.0. Dalam model analisis linear berganda yang menjadi variabel terikatnya adalah penyerapan tenaga kerja sedangkan Varabel bebasnya adalah produksi, investasi, dan jumlah unit usaha.

Sebelum dlakukan analisis regresi linear berganda maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik, sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik

Evaluasi ini dimaksudkan untuk apakah penggunaan model regresi linear berganda (multiple Regression linear) dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik. Model linear berganda akan lebih tepat digunakan dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat apabila asumsi-asumsi berikut dapat terpenuhi yaitu:

a) Uji Normalitas Data

Pengujian Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Hasil uji Normalitas dapat dilihat pada gambar dibawah:

58

Gambar 4.1 Grafik Uji Normalitas b) Uji Multikolinieritas Data

Uji multikolinieritas perlu dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF (variance inflation factor), jika nilai tolerance di atas 0,10 dan VIF di bawah nilai 10 maka dinyatakan bebas multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas memperlihatkan bahwa semua variabel penelitian nilai VIF < 10 dan nilai tolerance

> 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki problemmultikolinieritas.

c) Uji Auto Korelasi

Uji auto korelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara

59

kesalahan – keslahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika trejadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu yang berkaitan satusama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya.

Salah satu untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi aitu uji Run menyatakan bahwa setiap variable tersebut tidak terdapat autokorelasi.

d) Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas, dan jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas. Hasil pengujian ditunjukkan dalam gambar berikut :

60

Gambar 4.2 Grafik Uji Heteroskedastisitas 2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, baik secara simultan maupun parsial, serta menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, berikut rekapitulasi hasil analisis regresi berganda :

61

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel Koefisien Regresi (B)

T hitung T tabel Sig

Produksi X1 -1,162 -3.684 12,70620 0,169

Investasi X2 -2,600 -3,539 12,70620 0,175

Unit Usaha X3 3,839 13,99 12,7062 0,45

Konstanta = 32,399

R = 0,998

R square = 0,997

Adjusted R Square = 0,986 F hitung = 95,281

F tabel = 216

Signifikansi F = 0,75

Sumber : Output Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan pada hasil koefisien Regresi di atas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 32,399 – 1,162 - 2,600 + 3,839 a) KoefisienRegresi

Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau presentase dari variasi total variabel dependent yang mampu dijelaskan oleh model regresi. Dari hasil regresi

62

diatas diperoleh R sebesar 0,998. Hal ini menunjukkan hubungan korelasi positif yang sangat kuat serta eratnya hubungan antara variabel Y dan Variabel X.

b) Uji R Squared(R2)

Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau persentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model regresi. Dari hasil regresi di atas nilai R squared (R2) sebesar 0,997 ini berarti 9,97%

variasi perubahan variabel penyerapan tenaga kerja dapat dijelaskan secara simultan oleh variasi variabel-variabel Produksi, Invrstasi, Jumlah Unit Usaha sisanya sebesar 10,2% ditentukan oleh variabel atau faktor lain di luar tabel.

c) Pengaruh Secara Simultan (UjiF)

Uji F-statistik di gunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Simultan). pengujian F-statistik ini dilakukan dengan cara membandingkan antara F- hitung dengan F-tabel. Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel independen, tetapi jika F-tabel > F-hitung berarti Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis

63

yang digunakan adalah :

Ho : β1 = β2 = 0, berarti variabel independen secara keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabelindependen.

Ha : β1 # β2 # 0, berarti variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel independen.

Hasil perhitungan yang didapat pada adalah Fhitung 95,281 sedangkan F tabel 216 sehingga F hitung > F tabel (95,281>216) Perbandingan antara F-hitung dengan F-tabel yang menunjukkan bahwa F hitung > F-tabel, menandakan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, sehingga bahwa variabel Produksi (x1), Investasi (x2) dan Jumlah Unit Usaha (x3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Gowa 5%.

d) Pengaruh Parsial (Uji T)

Uji-t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi model secara parsial atau menguji keberartian pengaruh

Uji-t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi model secara parsial atau menguji keberartian pengaruh

Dokumen terkait