• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABR dan jaringan penyaluran menuju pengolahan.

3. Bagian Akhir

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, adblack water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

2.2. Limbah Domestik

Pencemaran limbah di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh limbah dari kegiatan domestik, kegiatan industri, pertanian dan pertenakan yang masuk ke sumber air. Kegiatan tempat tinggal, hotel, sekolah, kampus, perkantoran, pertokoan, pasar, dan fasilitas-fasilitas pelayanan umum adalah sumber asal limbah domestik yang merupakan jumlah pencemar terbesar. Air limbah domestik dapat dikelompokkan menjadi air buangan kamar mandi, air buangan dapur dan cucian

yang disebut grey water, air buangan WC (berupa tinja) yang disebut black water, serta limbah padat berupa sampah.

Air limbah mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, COD, dan kandungan organik jika dibuang ke badan air. Salah satu kandungan limbah domestik yang berbahaya bagi manusia adalah bakteri E.coli yang berasal dari kotoran manusia. Yang menjadi permasalahan umum di Indonesia adalah air limbah dari kegiatan rumah tangga sebagian besar dialirkan langsung ke sungai tanpa pengolahan yang memadai. Ditambah lagi kegiatan domestik mempunyai kontribusi terhadap limbah padat, terutama sampah yang dibuang ke sungai.

Sumber utama limbah domestik dari masyarakat berasal dari daerah perumahan dan daerah perdagangan. Untuk daerah perumahan aliran limbah biasanya diperhitungkan dengan kepadatan penduduk rata-rata per orang dalam membuang air limbah. Adapun besar rata-rata air limbah yang berasal dari daerah hunian dapat dilihat dari Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Rataan Aliran Limbah dari Daerah Pemukiman No. Sumber Unit Jumlah Aliran (L/Unit/Hari) Antara Rata-rata 1. 2. 3. Apartemen Hotel

Tempat tinggal keluarga: Rumah pada umumnya Rumah yang lebih baik Rumah mewah

Rumah agak modern Rumah pondok Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang 200-300 150-220 190-350 250-400 300-550 100-250 100-240 260 190 280 310 380 200 190

Sumber: Metcalf and Eddy, 2003

Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Berbagai penyakit, terutama penyakit yang berkaitan dengan kulit dan pencernaan seperti diare, disentri, dan penyakit infeksi usus lainnya merupakan penyebab dari kualitas air yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Dampak lain pencemaran air bukan saja terhadap kesehatan tetapi juga terhadap ekonomi secara umum, misalnya terhadap harga air minum kepada pelanggan. Pengaruh lain yang ditimbulkan akibat terjadinya pencemaran air adalah kualitas air baku yang mengandung racun, ekosistem sungai dan danau yang tidak seimbang untuk mendukung keanekaragaman hayati, terutama kehidupan biota air, penurunan kualitas air tanah serta terhadap estetika lingkungan.

2.3. Karakteristik dan Komposisi Limbah Domestik

Berdasarkan sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Tetapi secara garis besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dapat dikelompokkan seperti Gambar 2.1.

Sumber: Sugiharto, 2003

Gambar 2.1. Pengelompokkan Kandungan Air Limbah

Penentuan kuantitas air limbah dipengaruhi berbagai faktor sehingga sangat sulit ditentukan secara pasti. Banyaknya air limbah yang dibuang dipengaruhi oleh jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita. Pada umumnya jumlah air limbah berkisar 60-80% dari jumlah air bersih yang dibutuhkan. Keadaan masyarakat dan lingkungan suatu daerah juga akan mempengaruhi besarnya air limbah yang dibuang. Berdasarkan tingkat perkembangan suatu daerah, jumlah limbah yang dibuang di kota lebih besar dibandingkan dengan jumlah limbah yang dibuang di desa. Sedangkan untuk kualitas limbah dapat diketahui melalui beberapa karakteristiknya yang meliputi sifat fisik, kimia, dan biologis air limbah.

Sifat fisik air limbah yaitu bahan padat yang terapung, tersuspensi, terlarut, dan mengendap terdiri dari pasir dan lumpur kasar, lumpur halus, dan lumpur

AIR LIMBAH Air (99,9%) Bahan padat (0,1%) Organik Protein 65% Karbohidrat 25% Lemak 10% Anorganik Butiran Garam Metal

merupakan air limbah yang sedang mengalami proses pembusukkan, dan hitam untuk warna indikator air limbah yang sudah membusuk oleh bakteri anaerob. Bau busuk pada air limbah menandakan proses penguraian pada kondisi anaerob dan suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari suhu air bersih. Sifat kimia air limbah yaitu adanya kandungan organik dan anorganik serta gas. Kandungan organik seperti minyak, lemak, protein, karbonat, dan kandungan anorganik meliputi kandungan senyawa kimia fosfor, belerang dan logam berat (Fe, Al, Mn, Mg, dan Pb) dengan kandungan gas-gas H2S4, CO2, dan CH4. Sedangkan sifat biologis air limbah ditandai dengan berbagai jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air limbah seperti kelompok binatang, tumbuh-tumbuhan, dan protista seperti bakteri.

Air limbah yang dibuang ke alam akan mengalami proses dekomposisi secara alami yang dilakukan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah menjadi bahan yang stabil dan di terima oleh lingkungan. Proses dekomposisi air limbah dilakukan secara anaerobik dan aerobik. Secara Anaerobik bahan organik terlarut akan mengalami proses penguraian oleh bakteri anaerob yang hidup tanpa oksigen menjadi senyawa organik sederhana seperti CO2, CH4, H2S, NH3, dan gas-gas berbau. Dalam proses ini air limbah menjadi keruh, kotor, berbau busuk, serta terjadi pengendapan lumpur yang cukup besar dengan proses perombakan yang berjalan cukup lama. Proses penguraian bilologis dilakukan oleh bakteri aerob dengan menggunakan oksigen yang terlarut dalam air limbah untuk mengoksidasi bahan organik terlarut sampai semuanya terurai secara lengkap.

Limbah domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga yaitu tinja dan air seni yang memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit salurab pencernaan. Dalam keadaan normal,

manusia menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air seni), serta zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam folat, sulfur, dan sebagainya. Karakteristik dan komposisi biologis tinja terdapat beberapa mikroorganisme dan cacing dari golongan bakteri dan virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Sedangkan komposisi fisik dan kimia tinja dapat diperhatikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Komposisi Fisik dan Kimia Tinja

Zat yang dikandung Prosentase

Air Bahan padat Nitrogen Phospor (sebagai P2O5) Potasium (sebagai K2O) Karbon Kalsium C/N 66-68 87-97 5-7 3-5,4 1-2,5 40-55 4-50 5-10

Sumber: Rahayu dan Wijayanti, 2008

Selain Komponen diatas, pada setiap gram tinja juga mengandung berjuta-juta mikroorganisme biologis yang pada umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan atau tidak menyebabkan penyakit. Namun tinja berpotensi mengandung mikroorgansime patogen, terutama apabila manusia yang menghasilkan menderita penyakit saluran pencernaan makanan. Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-cacing parasit. Secara lebih khusus, maka air limbah yang berasal dari kamar mandi dan WC berupa feses dan urine mempunyai komposisi seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Komposisi Air Limbah Dari Kamar Mandi Dan WC

Uraian Feses Urine

Jumlah per orang per hari (basah) Jumlah per orang per hari (kering) Uap air (kelembapan)

Bahan organik Nitrogen Fosfor Potasium Karbon Kalsium 135-270 gram 20-35 gram 66-80% 88-97% 5-7% 3-5,4% 1-2,5% 44-55% 4,5-5% 1-1,31 gram 0,5-0,7 gram 93-96% 93-96% 15-19% 2,5-5% 3-4,5% 11-17% 4,5-6% Sumber: Sugiharto, 2003

Data mengenai sumber air limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan jumlah rata-rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan. Semuanya harus dihitung perkembangan atau pertumbuhannya sebelum membuat suatu bangunan pengolahan air limbah serta merencanakan pemasangan saluran pembawaannya.

2.4. Sistem Pengolahan Limbah Domestik

Tingkat kemiskinan merupakan faktor yang menyebabkan tidak semua penduduk memiliki sarana pengolahan air limbah yang paling sederhana dan murah. Sungai dan saluran dijadikan tempat pembuangan tinja dan sekaligus tempat membuang limbah domestik sehingga terjadi polusi dan penyebaran penyakit menular lewat air. Sebagai upaya untuk mengendalikan polusi air maka perlu dilakukan pengolahan air limbah yang bertujuan untuk mengurangi kandungan

bahan pencemar di dalam air seperti senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen dan senyawa organik lain yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di alam. Proses pengolahan dilakukan sampai batas tertentu sehingga air limbah tidak mencemari lingkungan hidup.

Pengolahan air limbah dapat dibagi atas lima tahap pengolahan, yaitu: pengolahan awal (pretreatment), pengolahan tahap pertama (primary treatment), pengolahan tahap kedua (secondary treatment), pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment), pengolahan lumpur (sludge treatment). Pengolahan awal dan tahap pertama melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dari aliran limbah. Pengolahan tahap kedua direncanakan untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Tahap ketiga merupakan pengolahan yang dilakukan untuk menghilangkan kontaminan tertentu yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik sederhana.

Proses pengolahan air limbah dapat dilakukan secara individual (on site)

dan komunal (off site). Pengolahan air limbah secara individual dilakukan secara sendiri pada masing-masing rumah atau pada wilayah kecil yang terbatas terhadap limbah domestik yang dihasilkan. Sistem pengolahan air limbah domestik secara individual di uraikan pada diagram di Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Pengolahan lndividu Pada Lingkungan Terbatas

Air limbah dapur dari

Bangunan-bangunan Bak Kontrol

Air limbah kamar mandi dari

Bangunan-bangunan Bak Kontrol

Air kotor/Tinja dari

bangunan-bangunan Septic tank

Pengolahan limbah secara komunal adalah pengolahan air limbah yang dilakukan pada suatu kawasan pemukiman, industri, perdagangan yang pada umumnya dibuang mclalui jaringan riool kola untuk kemudian dialirkan menuju ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan kapasitas besar. Sistem pengolahan air limbah secara komunal diuraikan dalam diagram di Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Pengolahan Limbah Secara Komunal

Meskipun dikenal paling murah, sarana on site masih memerlukan Instalasi Pengolahan Air Tanah (IPLT) dan armada truk tinja dengan pengolahan yang rumit. Oleh karena itu, sistem perpipaan dapat dipertimbangkan untuk sarana pengolahan limbah domestik dengan sistem off site beserta sistem perpipaan yang tertutup untuk black dan grey water, bebas pencernaran air tanah,dan bebas dari bau yang dapat mengurangi nilai estetika pada lingkungan. Namun pada pengolahan limbah dengan sistem pengolahan sentralisasi (Centralized Sewage Treatment System)

membutuhkan investasi yang cukup besar. Oleh karena itu proses pengolahan limbah secara komunal adalah pilihan yang penting dan realistis untuk mengolah limbah domestik di daerah perkotaan khususnya perumahan.

Daerah

Pemukiman Bak Kontrol

Bak Kontrol Bak Kontrol Badan air atau peresapan Daerah Industri Daerah Perdagangan Daerah

Pendidikan Bak Kontrol

Instalasi Pengolahan

Jaringan Riool Kota

Pemilihan teknologi pengolahan air limbah tidak terlepas dari pemahaman masing-masing proses yang terlibat. Pertimbangan kelebihan dan kekurangan dari setiap proses sangat berguna untuk memilih proses yang paling tepat sehingga dihasilkan teknologi pengolahan air limbah yang efisien dengan menghasilkan kualitas efluen yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Pada Tabel 2.4. berikut disajikan perbandingan proses aerobik dan anaerobic dan beberapa teknologi yang digunakan untuk pengolahan limbah domestik secara anaerobic.

Tabel 2.4. Perbandingan Proses Aerobik dan Anaerobik Uraian Proses Aerobik Proses Aerobik

Pemakaian listrik

Penghasilan excess sludge

Kualitas efluen Organic loading Start up Lain-lain Besar Besar Baik (umum) Kecil Cepat - Kecil Kecil Kurang-sedang (umum) Besar Lambat

Menghasilkan gas metan

Sumber : Cai Nie, 2012

2.4.1. Tangki Septik

Tangki septik adalah salah satu cara pengolahan air limbah domestik yang menggunakan proses pengolahan secara anaerobik. Proses ini dapat memisahkan padatan dan cairan di dalam air limbah. Padatan dan cairan memerlukan dan harus

diolah lebih lanjut karena banyak mengandung bibit penyakit atau bakteri patogen yang berasal dari kotoran (feces) manusia. Jika tidak diolah, maka dikhawatirkaair limbah dapat menularkan penyakit kepada manusia terutama melalui air (waterborne disease).

Menurut Danang (2007), tangki septik adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga, dengan kecepatan air yang lambat. Kondisi ini memberikan kesempatan untuk terjadinya pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gas. Air limbah rumah tangga yang dimaksud adalah sernua jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur, cuci, dan kakus. Tangki septik sebagai proses presedimentasi dalam pengolahan limbah domestik secara komunal pada prinsipnya terjadi dua proses

pengolahan, yaitu pengolahan fisik dengan proses sedimentasi dan pengolahan secara biologis dengan proses anaerobik, yaitu mengontakkan air limbah yang masuk, dengan lumpur mikroorganisme yang berada dalam bak. Skema pengolahan limbah dengan septic tank dapat dilihat dalam Gambar 2.4. berikut.

Gambar 2.4. Skema Pengolahan Limbah Menggunakan Septic Tank

pencemaran yang ditimbulkan oleh bakteri terhadap air tanah dapat mencapai 11 meter, searah dengan aliran air tanah. Oleh karena itu, pembuatan sumur pompa tangan atau sumur gali untuk keperluan rumah tangga sebaiknya berjarak 11 meter dari sumber pencernar. Jika pencemaran bakteri mencapai 11 meter, maka pencemaran yang disebabkan kandungan kimia dapat mencapai 95 meter. Dengan demikian, sumber air yang berada di dalam tanah sebaiknya berjarak lebih dari 95 meter dari tempat pembuangan kimia (Sugiharto, 2005).

Manfaat yang diperoleh dari pembuatan tangki septik yang benar dan ramah lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Kebersihan air tanah ikut terjaga.

2. Perawatan mudah karena tidak mudah penuh dan berbau.

3. Penghuni rumah dapat merasa nyaman karena saluran pembuangan tidak mampat sehingga memudakan penyiraman.

4. Air buangan septic tank biologis dapat dimanl4atkan untuk ekosistem lain, seperti untuk menyiram tanaman.

2.4.2. Anaerobic Filter

Konstruksi bak anaerobic filter mirip dengan ABR, akan tetapi perbedaannya pada bak diisi dengan media agar mikroorganisme dapat menempel pada permukaan media. Air limbah dapat mengalir antara media dan ketika dialiri limbah mikroba akan menguraikan bahan organik terlarut dan organik yang terdispersi didalam limbah, sehingga hasilnya adalah pengurangan kandungan organik pada effluent.

lebih efisien, sehingga anaerobic filter dapat menerima organic loading yang lebih tinggi. Akan tetapi kekurangan dari proses ini adalah bertambahnya biaya pembuatan karena adanya media. Selain itu adanya resiko penyumbatan dibagian reaktor yang diisi media, jika terlalu banyak mikroba atau influent mengandung banyak suspended solid. Untuk mengontrol konsentrasi mikroba dan padatan yang lain dalam bagian agar menghindari penyumbatan, dilakukan back wash secara periodik. Sistematika anaerobic filter dapat dilihat di Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Anaerobic Filter

Media yang digunakan ada berbagai jenis, tetapi prinsipnya lebih luas permukaannya maka mikroba yang melekat juga akan lebih banyak sehingga sistem pengolahan lebih efisien. Bila didesain dan dioperasikan dengan balk, maka pengurangan BOD dengan teknologi anaerobik filter dapat mencapai 70% hingga 90%. Sistem ini cocok untuk menangani limbah domestik dan industri yang mempunyai TSS rendah, hal tersebut untuk menghindari resiko penyumbatan. Untuk menjamin TSS-nya sudah cukup rendah, sistem anaerobic filter biasanya dilakukan sebagai secondary treatment setelah air limbah diolah dengan proses pengendapan awal seperti septic tank sebagai primary treatment (Cai Nie, 2012).

2.4.3. Anaerobic Baffled Reaktor (ABR)

ABR atau tangki septic bersusun dapat dikatakan sebagai pengembangan tangki septic konvensional. yang terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti beberapa reaktor yang terdiri dari bafel yang berfungsi untuk mengubah arah aliran pada pengolahan. Bafel ini digunakan untuk mengarahkan aliran air dari bawah ke atas melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobik dengan air limbah sehingga akan rneningkatkan kinerja pengolahan, dimana setup kompartemen tersebut akan menghasilkan gas.

Pada prinsipnya di dalam ABR teriadi proses fisika dan biologi. Pada proses fisika, air limbah yang masuk ke dalam bak akan mengalami proses pengendapan secara gravitasi sehingga terjadi pemisahan antara air dan lumpur yang kemudian air tersebut dialirkan ke bak selanjutnya dengan diarahkan dari bawah ke atas. Diruang pertama proses pengolahan yang terjadi ialah proses pengendapan, di ruangan berikutnya terjadi proses penguraian kandungan organik (proses biologis anaerobik) karena air limbah berkontak dengan lumpur mikroorganisme yang berada dalam kondisi tersuspensi dibagian bawah dalam ruangan tersebut. Parameter yang penting dalam desain baffled reactor adalah up-flow velocity di dalam reaktor, organic loading dan hydraulic retention time yang nilai standamya belum ditetapkan (Cai Nie, 2012).

Gambar 2.6. Anaerobic Baffled Reactor

Berdasarkan Gambar 2.6. ABR terdiri dari pre-sedimentation tank dengan satu serf bafel reaktor dimana aliran air limbahnya akan diarahkan dan' bawah ke atas (up flow) dan pengolahan secara anaerobik terjadi karena air limbah berkontak dengan lumpur yang berada didalam setiap reaktor. Up flow velocity (kecepatan aliran ke atas) dalam setiap reaktor dijaga cukup rendah agar lumpur di dalam reaktor tidak menuju ke hilir, Teknologi ini dirancang menggunakan beberapa bafel vertikal yang akan memaksa air limbah mengalir ke atas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga zona operasional yaitu: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Pada zona asidifikasi terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai pH akan menurun karena terbentuknya asam lemak dan setelah itu akan meningkat lagi karena meningkatnya kapasitas buffer. Zona buffer digunakan untuk menjaga agar proses bedalan dengan baik. Gas urethan dihasiikan pada zona fermentasi, dimana semakin banyak beban organik, semakin tinggi efisiensi pengolahanya. ABR cocok diterapkan di lingkungan kecil dan bisa dirancang secara efisien untuk aliran masuk harian hingga setara dengan volume air limbah 1000 orang yaitu 200.000 liter/hari.

Kelebihan dan kekurangan ABR dapat di lihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Kelebihan dan Kekurangan ABR

Kelebihan Kekurangan

1. Efisiensi pengolahan tinggi

2. Lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun di bawah tanah

3. Biaya pembangunan kecil

4. Biaya pengoperasian dan pemeliharaan murah dan mudah

5. Tahan terhadap beban kejutan hidrolis dan zat organik

6. Tidak memerlukan energi listrik

7. Grey water (air bekas mandi dan cuci) dapat dikelola secara bersamaan

8. Dapat dibangun dan diperbaiki dengan menggunakan material lokal

9. Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam konstruksi

10.Umur pelayanan panjang

1. Diperlukan tenaga ahli untuk melakukan dan pengawaan pembangunan

2. Tukang ahli perlu untuk pekerjaan plester kualitas tinggi 3. Memerlukan sumber air yang

konstan

4. Effluen memerlukan

pengolahan

sekunder atau dibuang ke tempat yang cocok

5. Penurunan zat pahtogen rendah 6. Pengolahan pendahuluan

diperlukan untuk mencegah penyumbatan

Pada dasarnya ABR merupakan pengembangan dari uplow anaerobic sludge blanket (UASB) dengan kriteria desain ABR di Tabel 2.6. berikut ini.

Tabel 2.6. Kriteria Desain ABR

Kriteria Desain Ketentuan

Up flow velocity Panjang

Removal COD Removal BOD Organic loading

Hydraulic retention time

< 2 m / jam 50-60% dari ketinggian 65-90% 70-95% < 3 kg COD/m3 hari ≥ 8 jam Sumber: Sasse, 1998

Sedangkan kriteria yang digunakan dalam menentukan tipe desain ABR dalam pengolahan air limbah, khususnya limbah pemukiman dapat diperhatikan pada Tabel 2.7. dibawah ini.

Tabel 2.7. Tipe Pembuatan Desain ABR Air Limbah Suhu

o C Jumlah Bak Influent COD mg/L COD loading Kg/m3.d Percent COD Removal Karbohidrat/protein Munipical wastewater Farmasi Permukiman/industri Glokosa 35 18-28 35 35 35 5 3 5 8 5 7100-7600 264-906 20.000 315 1000-10.000 2-10 2.2 20 0.9 2-20 79-82 90 36-68 70 72-99

Sumber : Metcalf and Eddy,2003

Berdasarkan data pada tabel 2.7 diketahui kriteria dalarn perencanaan teknologi ABR sebagai upaya untuk menurunkan kandungan organik dalam limbah domestik, yaitu jumlah bak maksimum 8 buah dengan COD influent 315 mg/L dan COD removal 70%.

2.4.4. Tangki Septik Bersekat Dengan Filter Dan Tanaman

Tangki septik bersekat dengan filter dan tanaman merupakan kombinasi tangki septik dengan bak yang diberi tanaman. Tanaman akan menyerap air limbah melalui akar tanaman yang ditanam pada bak yang telah disiapkan. Media

penanaman terdiri dari tanah dan kerikil sebagai filter yang diberi kemiringan antara (0-0,5)%. Air limbah berasal dari tangki septik yang berada di bagian ujung bak dialirkan pada media filter. Permukaan air berada 5 (lima) cm di bawah permukaan filter. Kebutuhan lahan untuk 50 KK dengan menggunakan sistem ini adalah seluas 120 m2. Keterangan tangki septik bersekat dengan filter dan tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.7. berikut ini.

Sumber: Borda, 2006 dalam Dit. PLP 2008

BAB III KEGIATAN RISET

3.1. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dari awal bulan Oktober hingga Akhir Desember 2013.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah site plan Royal Sumatera dan data primer yang diperoleh dari studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perkiraan

Dokumen terkait