• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Metode analisis glass dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran berkenaan dengan keterampilan membaca permulaan sesuai dengan cakupannya yaitu pengenalan bentuk huruf atau aksara, pengenalan hubungan bunyi dan huruf atau rangkaian huruf, pengenalan hubungan dua suku kata, kemampuan menyuarakan bahan tertulis, dan kemampuan mengetahui makna dari kata yang disuarakan oleh subjek. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus secara berurutan dilaksanakan sebanyak 3 dan 2 kali pertemuan. Evaluasi hasil belajar dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu tes setelah tindakan siklus I dan tes setelah tindakan siklus II. Secara keseluruhan kegiatan penelitian dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan, 5 kali pertemuan tindakan dan 2 kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi tes hasil belajar (post test). Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus pertama, peneliti terlebih dahulu melaksanakan observasi dan kegiatan tes pra tindakan untuk mengumpulkan informasi tentang keterampilan awal setiap subjek mengenai membaca permulaan. Hasil pencapaian suluruh subjek tidak terlepas dari peran guru sebagai

130

kolaborator peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Seluruh konsep yang berkaitan dengan keterampilan membaca permulaan, meliputi konsep mengenai membedakan bentuk huruf, mengucapkan bunyi huruf serta rangkaian huruf, menyuarakan tulisan, dan memahami makna tulisan mampu disampaikan melalui bantuan metode analisis glass. Guru jugamemberikan latihan maupun kegiatan tanya jawab berdasarkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode analisis glass. Penggunaan metode analisis glass berhasil membuat guru bersama siswa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Kondisi tersebut menjadikan proses peningkatan hasil keterampilan membaca permulaan menggunakan metode analisis glass tercapai dengan maksimal. Skenario pembelajaran yang disusun peneliti bersama dengan guru terlaksana dengan lancar sesuai rencana.

2. Metode analisis glass mampu meningkatkan hasil belajar subjek berkenaan dengan keterampilan membacapermulaan. Hasil tes pra tindakan (pre tes)t menunjukkan belum ada subjek yang mampu mencapai kriteria ketuntasan sebesar 65. Peningkatan keterampilan membacapermulaan setiap subjek dapat dilihat dari perbandingan hasil tes pada kegiatan pra tindakan (pre test), tes setelah tindakan (post test) siklus I hingga tes setelah tindakan (post test) siklus II. Pada saat pre test, subjek DP memperoleh nilai 50 kemudian pada saat post test siklus I meningkat menjadi 70 dan setelah pelaksanaan post test siklus II meningkat kembali menjadi 90. Subjek AP

131

hanyamencapai nilai 40 pada saat pre test, kemudian pada saat post test siklus I meningkat menjadi 55 dan setelah pelaksanaan post test siklus II meningkat kembali menjadi 75.

Peningkatan keterampilan membacapermulaan yang dikuasai seluruh subjek tidak telepas dari perilaku dan pemahaman subjek selama pelaksanaan tindakan. Aktivitas dari seluruh subjek selalu mengalami peningkatan dari setiap pertemuan yang telah dilaksanakan. Pada siklus I, skor pengamatan subjek DP berturut yaitu 20, 26, 30. Subjek AP memperoleh skor secara beruturut-turut yaitu 16, 19, 24. Hasil tersebut semakin meningkat pada pelaksanaan siklus 2. Skor subjek DP meningkat secara berurutan mencapai 33 dan 37, termasuk kriteria baik. Subjek AC mengalami peningkatan skor secara berurutan mencapai 27 dan 31, termasuk kriteria sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode analisis glass mampu meningkatkan kualitas aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar membacapermulaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, diperoleh informasi bahwa hasil belajar seluruh subjek telah melampaui kriteria ketuntasan yang ditentukan, yaitu sebesar 65 setelah pelaksanaan tindakan siklus II. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perbaikan proses dan peningkatan hasil berkenaan dengan keterampilan membacapermulaan dapat ditingkatkan menggunakan metode analisis glass bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Marsudi Putra I Bantul.

132 B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru dapat menerapkan metode analisis glass sebagai metode alternatif untuk memperbaiki proses dan peningkatan hasil keterampilan membacapermulaan dan atau pada kegiatan pembelajaran lain yang memang dapat disampaikan secara lebih efektif menggunakan metode analisis glass. 2. Bagi Siswa

Peran aktif dan konsentrasi belajar siswa harus lebih ditingkatkan agar penerimaan dan pemahaman terhadap konsep yang disampaikan dalam proses pembelajaran mencapai hasil yang optimal.

3. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya memiliki informasi dan pengetahuan mengenai keberagaman metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa siswa tunarungu. Hal tersebut dikarenakan siswa tunarungu membutuhkan metode pembelajaran bahasa yang tepat sesuai dengan karakteristik dan potensi kemampuannya.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini mampu dijadikan bahan kajian dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya.

133

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, (2006). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Study Kompetensi Guru. Bandung: RosdaKarya.

Creswell, John W. (2010). Research Design PendekatanKualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. (Alihbahasa: AchmadFawaid). Yogyakarta: PustakaPelajar.

Darmiyati Zuchdi Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: IBRD Loan.

Darsono.(2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Daryanto.(2003). Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Djago Tarigan. 1997. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa

Djauzak Ahmad, dkk. (1996). Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar Departemen Pendidikan Nasional.

Edjah Sadjah dan Dardjo Sukarja. (1995). Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Endang Supartini. (2005). Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial. Yogyakarta: FIP UNY.

Harjasujana & Vismaian Damaianti. (2003). Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Mutiara.

Haryadi & Zamzani. (1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Haryanto, dkk.(2003). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: UNY Press.

Henry Guntur Tarigan. (1986). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Henry Guntur Tarigan. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa re.ed. Bandung: Angkasa.

134

Henry Guntur Taringan. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.re.ed. Bandung: Angkasa.

Lani Bunawan & Cicilia Yuwanti. (2000). Penguasaan Bahasa anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.

Lani Bunawan. (2004). Hekekat Ketunarunguan & Implikasi dalam Pendidikan. Makalah Pelatihan Dosen Pendidikan Luar Biasa, tidakditerbitkan. Jakarta. Lerner, Janet W. (1995). Learning Disabilities: Theories, Diagnosis, and Teaching

Strategis. New Jersey:Houghton Miffilin Company. New York.

Mercer, Cecil D. (1991).Student With Learning Disabilities. New York: Macmillan Publishing Company.

Mohammad Efendi. (2005). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: BumiAksara.

Mulyono Abdurrahman. (2003). Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.

Mulyono Abdurrahman. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Mulyono Abdurrahman. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: RinekaCipta.

Nana Sudjana. (1990). Teori-teori Belajar untuk Pembelajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nana Sudjana.(1995). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ngalim Purwanto. (2013). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya.

Permanarian Somad & Tati Hernawati. (1996). Orthopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek PendidikanTenaga Guru.

Purwanto. (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

135

Sabarti Akhadiah, dkk. (1993). Bahasa Indonesia 1. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Saleh Abbas. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Somantri.(2007). Psiologi ABK. Bandung; RefikaAditama.

Slamet Riadi. (1984). Identifikasi dan Evaluasi Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Direktorat Pendidikan Dasar.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Tin Suharmini.(2009). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Wardani.(1995). Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Wina Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Yosfan Azwandi. (2007). Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

Zainal Aqib. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual. Bandung: YramaWidya.

Zuhdi & Budiasih. (2001). Penyusunan Proposal Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: UNY Press.

136

137 LAMPIRAN 1.

INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN

METODE ANALISIS GLASS

Hari, Tanggal : Siklus/Pengamatan :

Berilah tanda (√) pada setiap kolom skor, dengan ketentuan: Skor 1 : tidak melakukan tindakan sesuai dengan rencana.

Skor 2 : melakukan tindakan sesuai rencana dengan bantuan namun hasil kurang baik. Skor 3 : melakukan tindakan sesuai rencana dengan bantuan dan hasilnya baik. Skor 4 : melakukan tindakan sesuai rencana secara mandiri dan hasilnya baik.

No Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Membaca Permulaan

DP AP

Skor Skor 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Siswa mengidentifikasi macam huruf konsonan

dan huruf vocal

2. Siswa mengidentifikasi macam kelompok suku

kata

3. Siswa membaca suku kata yang berpola kelompok

huruf KV (konsonan vocal)

4. Siswa membaca kata sederhana dengan tepat dan

lancar

5. Siswa mengikuti pembelajaran, menanggapi dan

mampu berdiskusi dengan guru

6. Siswa menyelesaikan soal latihan yang diberikan

guru.

7. Siswa menganalisis hasil kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan.

8. Siswa memahami instruksi dan atau bantuan yang

diberikan oleh guru.

9. Siswa semangat dan berkosentrasi dalam

mengikuti pembelajaran.

10. Siswa bekerjasama atau saling membantu selama

pembelajaran pada proses tindakan.

Pengamat

138 LAMPIRAN 2.

LEMBAR TES KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS GLASS PADA

SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL

Nama :

Kelas : Pertemuan : Soal tes.

Bacalah kata sederhana berikut dengan lafal yang baik dan benar! 1. Buku 2. Meja 3. Kursi 4. Sapu 5. Mata 6. Pipi 7. Mulut 8. Kaki 9. Apel 10.Jeruk 11.Pisang 12.Nanas 13.Bayam 14. Tomat 15. Jagung 16.Timun 17.Motor 18.Mobil 19.Becak 20.Bus

139

LEMBAR TES KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS GLASS PADA

SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL

Nama :

Kelas : Pertemuan : Soal tes.

Lengkapilah kata sederhana berikut dengan huruf yang tepat!

1. B _ k u 2. M _ j a 3. K u r s _ 4. S a p _ 5. M _ t a 6. P _ p i 7. M u l _ t 8. K a k _ 9. __ p e l 10.J e r _ k 11.P _ s a n g 12.N a n _ s 13.B _ y a m 14. T o m _ t 15. J _ g u n g 16.T _ m u n 17.M _ t o r 18.M o b _ l 19.B e c _ k 20.B _ s

140 Aspek penilaian dan jumlah skor

a. Skor 1 : jika siswa mampu membaca dengan benar dan jika siswa mampu melengkapi kata dengan huruf yang benar.

b. Skor 0 : jika siswa mampu membaca namun tidak benar (melakukan subtitusi atau omisi pada kata yang dibaca oleh siswa) dan jika siswa salah menuliskan huruf dalam melengkapi kata

141 LAMPIRAN 3.

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN