• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengujian hipotesis pertama dengan independent sample t-test pada tahun 2004 dan 2006, menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak atau varians return reksa dana konvensional dan return indeks konvensional LQ45 adalah tidak identik atau tidak sama, namun hasil berbeda untuk tahun 2005. Pengujian hipotesis pertama dengan one sample t-test pada tahun 2004, 2005, dan 2006, menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak atau risiko reksa dana konvensional berbeda dengan risiko indeks konvensional LQ45. Berdasarkan statistik deskriptif, pada periode bullish yaitu tahun 2004, 2005, dan 2006 dapat disimpulkan bahwa return reksa dana konvensional lebih tinggi daripada return indeks konvensional LQ45, tetapi tingginya return tersebut juga disertai dengan tingginya risiko yang dimiliki reksa dana konvensional. Kesimpulan pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa berinvestasi pada reksa dana konvensional lebih menguntungkan dan juga lebih berisiko daripada berinvestasi pada indeks konvensional LQ45, dengan asumsi variabel lain konstan.

Pengujian hipotesis kedua dengan independent sample t-test pada tahun 2004 dan 2005, menunjukkan hasil bahwa nilai probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak atau varians

return reksa dana syariah dan return indeks syariah JII adalah tidak identik atau tidak sama. Pada tahun 2006, menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas > 0.05, maka Ho diterima atau varians return reksa dana syariah dan return indeks syariah JII adalah identik atau sama. Pengujian hipotesis kedua dengan one sample t-test pada tahun 2004, 2005, dan 2006, menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas < 0.05, maka

Ho ditolak atau risiko reksa dana syariah berbeda dengan risiko indeks syariah JII. Berdasarkan statistik deskriptif, pada periode bullish yaitu tahun 2004 dan 2006 dapat disimpulkan bahwa return reksa dana syariah lebih tinggi daripada return indeks syariah JII kecuali tahun 2005, tetapi tingginya return tersebut juga disertai dengan tingginya risiko yang dimiliki reksa dana syariah. Kesimpulan pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa berinvestasi pada reksa dana syariah lebih menguntungkan dan juga lebih berisiko daripada berinvestasi pada indeks syariah JII, dengan asumsi variabel lain konstan.

Pengujian hipotesis ketiga dengan independent sample t-test pada tahun 2004 dan 2005, menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas > 0.05, maka Ho diterima atau varians return reksa dana syariah dan return reksa dana konvensional adalah identik atau sama, kecuali tahun 2006. Pengujian hipotesis ketiga dengan independent sample t-test

pada tahun 2004 menunjukkan hasil bahwa nilai probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak atau varians risiko reksa dana syariah dan risiko reksa dana konvensional adalah tidak identik atau tidak sama, namun pada tahun 2005 dan 2006 menunjukkan hasil yang berkebalikan. Berdasarkan statistik deskriptif, dapat disimpulkan bahwa pada periode bullish yaitu tahun 2004 dan 2005, return dan risiko reksa dana syariah di bawah return dan risiko reksa dana konvensional, kecuali tahun 2006, dengan asumsi variabel lain konstan.

Pengujian hipotesis ketiga pada tahun 2004, reksa dana konvensional memiliki kinerja yang lebih unggul daripada kinerja reksa dana syariah hampir diseluruh kriteria kecuali indeks MM. Pada tahun 2005, reksa dana syariah memiliki kinerja yang lebih unggul daripada kinerja reksa dana konvensional diseluruh kriteria indeks. Pada tahun 2006, reksa dana konvensional memiliki kinerja yang lebih unggul daripada kinerja reksa dana syariah diseluruh kriteria indeks.

Pengujian hipotesis ketiga berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 dan 2005 kinerja indeks syariah JII lebih baik daripada kinerja reksa dana

syariah. Pada tahun 2006 kinerja reksa dana syariah lebih baik daripada kinerja indeks syariah JII. Pengujian hipotesis ketiga berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 dan 2006 kinerja reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja indeks konvensional LQ45. Pada tahun 2005 kinerja indeks konvensional LQ45 lebih baik daripada kinerja reksa dana konvensional. Pengujian hipotesis ketiga berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 dan 2006 kinerja reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja reksa dana syariah, kecuali tahun 2005.

Pengujian hipotesis ketiga pada tahun 2004, 2005, dan 2006, dengan model Henriksson dan Merton, terhadap security selection ability dapat disimpulkan bahwa kinerja manajer indeks syariah JII lebih baik daripada kinerja manajer portofolio reksa dana syariah, sedangkan terhadap market timing ability dapat disimpulkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana syariah lebih baik daripada kinerja manajer indeks syariah JII. Pengujian hipotesis ketiga pada tahun 2004, 2005, dan 2006, dengan model Henriksson dan Merton, terhadap security selection ability dan market timing ability dapat disimpulkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja manajer indeks konvensional LQ45. Pengujian hipotesis ketiga pada tahun 2004 dan 2006 dengan model Henriksson dan Merton terhadap security selection ability menunjukkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja manajer portofolio reksa dana syariah, kecuali tahun 2005. Pengujian terhadap market timing ability pada tahun 2005 dan 2006 menunjukkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja manajer portofolio reksa dana syariah, kecuali tahun 2004.

Pengujian hipotesis ketiga pada tahun 2004, 2005, dan 2006, dengan model Treynor dan Mazuy, terhadap security selection ability menunjukkan bahwa kinerja manajer indeks syariah JII lebih baik daripada kinerja manajer portofolio reksa dana

syariah. Pengujian terhadap market timing ability pada tahun 2004 dan 2006 menunjukkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana syariah lebih baik daripada kinerja manajer indeks syariah JII, kecuali tahun 2005. Pengujian hipotesis ketiga pada tahun 2004, 2005, dan 2006, dengan model Treynor dan Mazuy, terhadap security selection ability

menunjukkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja manajer indeks konvensional LQ45, serta terhadap market timing ability

menunjukkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja manajer indeks konvensional LQ45. Pengujian hipotesis ketiga pada tahun 2004 dan 2006, dengan model Treynor dan Mazuy, terhadap security selection ability menunjukkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja manajer portofolio reksa dana syariah, kecuali tahun 2005. Pengujian terhadap market timing ability pada tahun 2004 dan 2006 menunjukkan bahwa kinerja manajer portofolio reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja manajer portofolio reksa dana syariah, kecuali tahun 2005.