• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Hipotesis Ketiga [Jensen Index (Ji) atau Jensen’s Alpha]

ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

G. Pengujian Hipotesis Ketiga [Jensen Index (Ji) atau Jensen’s Alpha]

Berdasarkan hasil regresi model ini menunjukkan bahwa reksa dana syariah memiliki kinerja yang tidak lebih baik dari pada kinerja indeks syariah JII yang dapat dilihat dari nilai alfa dari model tersebut yang negatif. Hal ini berarti reksa dana syariah tersebut memberikan return antara 8.1 basis poin sampai dengan 26.9 basis poin per tahun lebih rendah dari pada return indeks syariah JII atau dapat dikatakan underperform the market, dengan asumsi variabel lain konstan. Variabel kelebihan return indeks syariah JII secara konsisten mempengaruhi kelebihan return portofolio secara signifikan positif. Variabel kelebihan return indeks syariah JII memberikan kontribusi peningkatan kelebihan return portofolio dengan nilai 100.2, 86.1, dan 97.4 basis poin per tahun untuk setiap 100 basis poin peningkatan kelebihan return indeks syariah JII dengan asumsi hal lain konstan (lihat tabel 17).

Berdasarkan hasil regresi model Jensen menunjukkan bahwa indeks syariah JII memiliki kinerja yang tidak lebih baik dari pada kinerja pasar IHSG yang dapat dilihat dari nilai alfa tahun 2004 dan 2006 dari model tersebut yang negatif. Hal ini berarti indeks syariah JII memberikan return 0.4 basis poin dan 600.4 basis poin untuk setiap 100 basis poin per tahun lebih rendah dari pada return pasar atau dapat dikatakan underperform the market, dengan asumsi variabel lain konstan. Pada tahun 2005, alfa bernilai positif berarti indeks syariah JII memiliki kinerja yang lebih baik dari pada kinerja pasar atau dapat dikatakan outperform the market, dengan nilai 0.5 basis poin lebih tinggi dari pada return

pasar. Variabel kelebihan return pasar IHSG secara konsisten mempengaruhi kelebihan

return indeks syariah JII secara signifikan positif. Variabel kelebihan return pasar memberikan kontribusi peningkatan kelebihan return indeks syariah JII dengan nilai 99.9, 100.1, dan 495.9 basis poin per tahun untuk setiap 100 basis poin peningkatan kelebihan

Berdasarkan pengujian normalitas data menunjukkan bahwa semua data telah terdistribusi normal. Nilai probabilitas F < 0.05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi suatu kinerja. Berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 dan 2005 kinerja indeks syariah JII lebih baik daripada kinerja reksa dana syariah, dengan asumsi variabel lain konstan. Pada tahun 2006 kinerja reksa dana syariah lebih baik daripada kinerja indeks syariah JII, dengan asumsi variabel lain konstan.

Kurang baiknya kinerja reksa dana syariah kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan manajer portofolio dalam mengelola portofolio reksa dana. Kemungkinan yang lain adalah adanya Investor Lerning Model yang menyebutkan bahwa investor reksa dana cenderung CHASE Return dengan menyalurkan investasi baru pada reksa dana yang memiliki kinerja yang lebih baik. Hal ini secara implisit meningkatkan kompensasi yang diperoleh manajer investasi karena kesuksesannya menghasilkan return

yang lebih tinggi (Achsein, 2003).

Industri reksa dana merupakan industri yang kompetitif, sehingga kinerja masa lalu juga diduga mempengaruhi pengambilan risiko yang diambil manajer investasi. Sebagaimana investor lainnya, investor muslim juga membandingkan alternatif-alternatif yang ada. Investor mencari investasi yang menawarkan return yang lebih baik. Memang bisa saja muslim yang taat pada prinsip-prinsip Islam akan lebih mementingkan dipenuhinya prinsip-prinsip syariah tersebut dari pada return, demi memperoleh return

akhirat, tetapi kebaikan dunia dan akhirat bisa ditunjukkan dengan dijalankannya prinsip syariah secara konsisten.

Berdasarkan pengujian regresi, untuk tahun 2004 angka R sebesar 0.990 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen dengan dua variabel independennya adalah kuat karena nilai R di atas 0.5, begitu juga untuk angka-angka R yang lain. Angka R2 sebesar 0.980 yang berarti 98% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi kedua variabel independen, begitu juga untuk angka-angka R2 yang

lain. Nilai SEE (Standard Error of Estimate) lebih besar daripada nilai SD (Standar Deviasi), maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai rata-rata kinerja. Apabila nilai SEE (Standard Error of Estimate) pada tabel, lebih kecil daripada nilai SD (Standar Deviasi), maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor kinerja. Uji asumsi normalitas klasik yang harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (lihat tabel 18).

Berdasarkan hasil regresi model ini menunjukkan bahwa reksa dana konvensional tahun 2005 memiliki kinerja yang tidak lebih baik dari pada kinerja indeks konvensional LQ45 yang dapat dilihat dari nilai alfa dari model tersebut yang negatif, dengan nilai 134.3 basis poin lebih rendah dari pada return indeks konvensional LQ45. Pada tahun 2004 dan 2006, alfa bernilai positif berarti reksa dana konvensional memiliki kinerja yang lebih baik dari pada kinerja indeks konvensional LQ45 atau dapat dikatakan outperform the market, dengan nilai 31.1 basis poin dan 119.2 basis poin untuk setiap 100 basis poin per tahun lebih tinggi daripada return indeks konvensional LQ45. Variabel kelebihan

return indeks konvensional LQ45 secara konsisten mempengaruhi kelebihan return

portofolio secara signifikan positif. Variabel kelebihan return indeks konvensional LQ45 memberikan kontribusi peningkatan kelebihan return portofolio dengan nilai 43.4, 70.5, dan 51.3 basis poin per tahun untuk setiap 100 basis poin peningkatan kelebihan return

indeks konvensional LQ45 dengan asumsi hal lain konstan (lihat tabel 19).

Berdasarkan hasil regresi model ini menunjukkan bahwa indeks konvensional LQ45 memiliki kinerja yang lebih baik dari pada kinerja pasar yang dapat dilihat dari nilai alfa dari model tersebut yang positif. Hal ini berarti indeks konvensional LQ45 memberikan return antara 0.01 basis poin sampai dengan 0.9 basis poin per tahun lebih tinggi dari pada return pasar IHSG atau dapat dikatakan outperform the market, dengan asumsi variabel lain konstan. Variabel kelebihan return pasar IHSG secara konsisten

mempengaruhi kelebihan return indeks konvensional LQ45 secara signifikan positif. Variabel kelebihan return pasar memberikan kontribusi peningkatan kelebihan return

indeks konvensional LQ45 dengan nilai 99.8, 100.3, dan 101.4 basis poin per tahun untuk setiap 100 basis poin peningkatan kelebihan return pasar dengan asumsi hal lain konstan (lihat tabel 19).

Berdasarkan pengujian normalitas data menunjukkan bahwa semua data telah terdistribusi normal. Nilai probabilitas F < 0.05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi suatu kinerja. Berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 dan 2006 kinerja reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja indeks konvensional LQ45, dengan asumsi variabel lain konstan. Pada tahun 2005 kinerja indeks konvensional LQ45 lebih baik daripada kinerja reksa dana konvensional, dengan asumsi variabel lain konstan. Penurunan tersebut mungkin dapat terjadi karena adanya redemption

reksa dana konvensional secara besar-besaran, atau pencairan reksa dana dalam jumlah besar lebih awal dari tanggal jatuh tempo, pada tahun 2005.

Berdasarkan pengujian regresi, untuk tahun 2004 angka R sebesar 0.889 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen dengan dua variabel independennya adalah kuat karena nilai R di atas 0.5, begitu juga untuk angka-angka R yang lain. Angka R2 sebesar 0.790 yang berarti 79% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi kedua variabel independen, begitu juga untuk angka-angka R2 yang lain. Nilai SEE (Standard Error of Estimate) lebih besar daripada nilai SD (Standar Deviasi), maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai rata-rata kinerja. Apabila nilai SEE (Standard Error of Estimate) pada tabel, lebih kecil daripada nilai SD (Standar Deviasi), maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor kinerja. Uji asumsi normalitas klasik yang harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (lihat tabel 20).

Berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 dan 2006 kinerja reksa dana konvensional lebih baik daripada kinerja reksa dana syariah. Pada tahun 2005 kinerja reksa dana syariah lebih baik daripada kinerja reksa dana konvensional, dengan asumsi variabel lain konstan (lihat tabel 21). Uji asumsi normalitas klasik yang harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (lihat tabel 22).