• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal – hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013. Selain keberhasilan – keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal – hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Lampiran

Lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Poso dan 82 Tabel data kesehatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

4

A. Geografi.

Kabupaten Poso secara Atronomis berdasarkan garis lintang dan garis bujur wilayah Kabupaten Poso terletak pada koordinat 10 06’44” – 2012’53 LS dan 1200 05’09” - 120052’04” BT. Luas daratan Kabupaten Poso ± 8.712,25 Km2 atau 12,81 % dari luas Propinsi Sulawesi Tengah.

Wilayah Kabupaten Poso dibatasi oleh batas alam yakni kawasan pantai dan pegunungan perbukitan dengan kawasan administratif, sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo di Teluk Tomini.

- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan. - Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Tojo Una – Una

dan Kabupaten Morowali.

- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala.

Kabupaten Poso secara administratif terdiri dari 19 Kecamatan yang membawahi 133 Desa definitif dan 23 yang berstatus Kelurahan. Pada belahan utara wilayah Kabupaten Poso terdiri dari Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso Pesisir Selatan, Poso Pesisir, Poso Kota, Poso Kota

B

BBAAABBBIIIIII

G

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

5

Utara, Poso Kota Selatan dan Lage, dimana sebagian wilayahnya berbatasan dengan Pantai Teluk Tomini. Dibelahan Timur adalah sebagian Pamona Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Morowali dan sebagian Lage berbatasan dengan Kabupaten Tojo Una – Una. Pada belahan Barat terdiri dari Kecamatan Lore Utara, Lore Tengah dan Lore Barat yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong. Sedangkan Kecamatan Pamona Selatan dan Lore Selatan sebagian wilayahnya berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 2.1 Peta wilayah Kabupaten Poso

Jika dilihat berdasarkan luas kecamatan, Kecamatan Lore Tengah memiliki luas terbesar yaitu kira-kira 976,37 Km2 atau 11,21 persen dari luas Kabupaten Poso.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

6

Lebih jelas mengenai wilayah administrasi Kabupaten Poso dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Poso

Kecamatan Luas Wilayah

(Km2) Persentase (%) 01. Pamona Selatan 02. Pamona Barat 03. Pamona Tenggara 04. Pamona Puselemba 05. Pamona Utara 06. Pamona Timur 07. Lore Selatan 08. Lore Barat 09. Lore Utara 10. Lore Tengah 11. Lore Timur 12. Lore Peore 13. Poso Pesisir

14. Poso Pesisir Selatan 15. Poso Pesisir Utara 16. Poso Kota

17. Poso Kota Selatan 18. Poso Kota Utara 19. Lage 399,86 272,16 487,4 560,05 614,61 701,95 569,49 428,2 864,61 976,37 423,87 327,87 437,39 563,06 623,47 12,8 27,62 20,04 401,43 4,59 3,12 5,59 6.43 7.05 8,06 6,54 4,91 9,92 11,21 4,87 3,76 5,02 6,46 7,16 0,15 0,32 0,23 4,61 Kabupaten Poso 8.712,25 100

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

7

B. Penduduk

1. Persebaran dan Kepadatan penduduk.

Jumlah penduduk Kabupaten Poso berjumlah 226.389 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 117.667 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 108.722 jiwa. Jumlah ini adalah gambaran

jumlah penduduk pertengahan tahun. Seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk tercatat 26 jiwa/km², dengan luas wilayah Kabupaten Poso 8.712,25 km². Kecamatan Poso Kota merupakan daerah yang memiliki penduduk terpadat yaitu 1.712 jiwa/Km2 dengan luas area 12,8 Km2 , sementara Kecamatan Lore Tengah memilki penduduk terjarang sekitar 4 jiwa/Km2 dengan luas area 976,37 Km2. Berdasarkan kepadatan penduduk pada tingkat kecamatan dapat dilihat sebagian besar penduduk terpusat di ibukota kabupaten yaitu sebesar 9,67 persen dengan 21.910 jiwa, diikuti Kecamatan Poso Pesisir sebesar 9,61 persen dengan jumlah penduduk 21.746 jiwa dan Kecamatan Pamona Selatan sebesar 8,78 persen dengan jumlah penduduk 19.880 jiwa. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Poso tahun 2013 adalah sebesar 108, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 108 penduduk laki-laki atau jumlah penduduk laki-laki masih lebih dominan dari penduduk perempuan. Demikian juga terjadi pada tingkat kecamatan, terkecuali

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

8

kecamatan Poso Kota Utara, jumlah laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di di Kecamatan Lore Timur yaitu sebesar 121. Sementara jumlah rumah tangga di Kabupaten Poso sekitar 54.036 rumah tangga, dengan rata-rata jumlah penduduk tiap rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Jumlah rumah tangga terbanyak terdapat di Kecamatan Poso Kota, sekitar 5.037 rumah tangga. Untuk mengetahui banyaknya jumlah penduduk, jumlah rumahtangga dan rata-rata penduduk per rumahtangga, dan juga jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin dapat dilihat pada Distribusi penduduk Kabupaten Poso berdasarkan kelompok umur terbanyak 10 tahun ke bawah. Baik penduduk laki-laki maupun perempuan hampir sama, ke tahun ke bawah memiliki persentase tertinggi. Dari total 226.389 penduduk distribusi usia 5-9 tahun yaitu sebanyak 24.904 jiwa. Berikut perbandingan penduduk laki perempuan berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada piramida penduduk.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

9

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Poso Tahun 2013

15 10 05 00 05 10 15 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 +

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

10

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Indikator yang dinilai paling peka dan telah disepakati secara nasional sebagai ukuran derajad kesehatan suatu wilayah meliputi : (1) Umur Harapan Hidup, (2) Angka Kematian Ibu, (3) Angka Kematian Bayi, (4) Angka Kematian Balita, dan (5) Status Gizi Balita / bayi.

A. MORTALITAS.

1. Umur Harapan Hidup.

Umur Harapan Hidup untuk Kabupaten Poso dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 3.1 Umur Harapan Hidup Kabupaten Poso Tahun 2010-2012

B

BBAAABBBIIIIIIIII

S

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

11

2. Angka Kematian Ibu.

Data kematian ibu di Kabupaten Poso dalam 5 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Tahun 2009 sebesar 434/100.000 KH, pada tahun 2010 sebesar 123/100.000 KH, tahun 2011 sebesar 203/100.000 KH, tahun 2012 sebesar 77,65/100.000 KH, tahun 2013 sebesar 244/100.000 KH Ini menggambarkan bahwa angka kematian ibu terlihat cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Target MDG’s di tahun 2015 untuk angka kematian Ibu nasional adalah tiga perempat dari kondisi tahun 1999 (132/100 ribu) yaitu 97,5/100 ribu. Sedangkan dilihat dari jumlah kasus kematian 5 tahun terakhir mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu tahun 2009 sebanyak 9 kasus, tahun 2010 sebanyak 4 kasus, tahun 2011 sebanyak 7 Kasus, tahun 2012 sebanyak 3 kasus dan Tahun 2013 sebanyak 9 kasus.

Gambar 3.2 Angka Kematian Ibu Di Kabupaten Poso Tahun 2009-2013

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

12

3. Angka Kematian Bayi.

Angka kematian Bayi pada Tahun 2009 : 18,75/1000 KH, Tahun 2010:13,53/1000 KH, Tahun 2011 sebesar 11,31/1.000KH, tahun 2012 sebesar 15,7/1.000 KH dan Tahun 2013 sebesar 8,3/1.000 KH, dibandingkan dengan target MDGs yaitu 16/1000 KH maka angka Kematian Bayi di Kabupaten Poso sudah lebih rendah dibandingkan dengan target MDGs. Dilihat dari jumlah kasus kematian mengalami penurunan dari tahun 2009: 38 kasus, tahun 2010 sebanyak 44 kasus, tahun 2011 sebanyak 38 kasus, tahun 2012 sebanyak 61 kasus dan tahun 2013 sebanyak 36 kasus. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Poso masih mengalami fluktuasi terlihat dari jumlah kasus yang ada 5 tahun terakhir. Penyebab kematian Bayi masih didominasi oleh Asfiksia dan BBLR. BBLR bisa terjadi antara lain akibat bumil KEK. Bumil KEK bisa disebabkan oleh Ibu kekurangan Gizi pada saat hamil atau ibu sudah kekurangan gizi sebelum hamil. Kematian Bayi juga disebabkan pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan, oleh sebab itu kesehatan reproduksi harus menjadi perhatian yang serius. Untuk mengurangi kematian akibat asfiksia diperlukan tenaga yang terampil dalam penanganan asfiksia dan ditunjang dengan peralatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

13

Gambar 3.3 Angka Kematian Bayi Di Kabupaten Poso Tahun 2009-2013

4. Angka Kematian BALITA.

Kasus Kematian Balita di Kabupaten Poso tahun 2011 sebanyak 2 Kasus, Tahun 2012 sebanyak 4 Kasus dan Tahun 2013 sebanyak 2 kasus. Dapat dilihat pada grafik berikut :

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

14

B. MORBIDITAS.

Angka kesakitan (Morbidity) secara umum dapat digambarkan berdasarkan beberapa laporan misalnya pada 10 penyakit pada rawat jalan Puskesmas.

Tabel 3. 1

10 Penyakit terbesar di Kabupaten Poso Tahun 2013

No. Kode ICD Jenis Penyakit Jumlah

1. 1702 ISPA 40.987

2. 2001 Gastritis 13.347

3. 504 Malaria Klinis 7.296

4. 29 Penyakit pada sistem otot dan

jaringan

7.262

5. 14 Hypertensi 6.973

6. 2802 Penyakit Kulit Alergi 6.140

7. 010 2 Diare 6.054

8. 1603 Hipotensi 5.290

9. 2801 Penyakit Lain – Lain 4.271

10. 2601 Kecelakaan dan Ruda Paksa 1.456

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kab. Poso

Dari gambar diatas terlihat bahwa pola penyakit rawat jalan di Puskesmas masih didominasi oleh penyakit-penyakit infeksi, sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih serius karena penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh lingkungan yang tidak saniter. Sementara itu penyakit degeneratif seperti tahun sebelumnya juga masih masuk sepuluh penyakit terbesar yang ada pada rawat jalan di Puskesmas.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

15

1. Penyakit Menular.

Penyakit–penyakit yang sudah menurun seperti tuberkulosa paru dan malaria, masih memiliki potensi untuk meningkat kembali (re-emerging) mengingat kondisi perilaku dan lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, budaya) masyarakat yang kurang mendukung. Kondisi tergambar dari masih belum tereliminasinya berbagai penyakit tersebut dan masih tingginya faktor risiko baik perilaku maupun lingkungn di masyarakat. Di sisi lain penyakit endemis seperti DBD sampai saat ini masih tetap menjadi ancaman.

a. Malaria

Penyebaran malaria disebabkan oleh masih adanya parasit sebagai sumber dan nyamuk anopheles sebagai perantara penularan malaria, perubahan lingkungan yang tidak terkendali, mobilitas penduduk yang tinggi dari dan ke daerah endemis, perilaku masyarakat yang tidak sehat serta terbatasnya akses pelayanan kesehatan. Di Indonesia malaria hingga kini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan malaria antara tahun 1998 – 2001 menunjukkan terjadinya peningkatan kasus dihampir seluruh Provinsi di Indonesia. Di Pulau jawa dari 0,31% penderita per 1000 penduduk (1998) menjadi 0,83% (2000) dan pada tahun 2001 mengalami sedikit penurunan 0,62%

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

16

penderita . Demikian pula di luar jawa bali dari 21,97% (1998) menjadi 26,2% penderita per 1000 penduduk. Terjadinya peningkatan kasus malaria salah satunya diakibatkan masalah lingkungan yang memungkinkan meluas dan menyebarnya tempat perindukan. Kegiatan program malaria dikabupaten Poso meliputi pemeriksaan sediaan darah malaria, surveilans petugas puskesmas, pendistribusian kelambu, RDT dan penggunaan obat malaria DHP (Dihydroartemisinin Piperaquine Tablets).

Dari kegiatan tersebut diperoleh hasil berdasarkan indikator nasional untuk Kabupaten Poso sebagai berikut; API (Anual Parasit Insiden) tahun 2010 sebesar 9,2 %0, tahun 2011 sebesar 6,2 %0, pada tahun 2012 sebesar 5,4 %0 dan pada tahun 2013 sebesar 3,4 %, Pencapaian SPR (Slide Posistif Rate) tahun 2010 sebesar 36,40 %, tahun 2011 sebesar 34,93 %, tahun 2012 sebesar 15,53 % dan tahun 2013 sebesar 4,63 %; presentase konfirmasi laboratorium tahun 2010 sebesar 47 %, tahun 2011 sebesar 60, 36 %, tahun 2012 sebesar 85 % dan tahun 2013 sebesar 90,7 %; Presentase penggunaan obat baru ACT tahun 2010 sebesar 53,7 %, tahun 2011 sebesar 3,15 %, tahun 2012 sebesar 31,5 % dan tahun 2013 sebesar 33,6 %.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

17

Gambar 3.5 Stratifikasi Malaria berdasarkan API Puskesmas

di Kabupaten Poso Tahun 2013. b. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat dan daerah penyebarannya semakin luas. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk dan sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar secara luasnya virus dengue serta nyamuk penular (aedes aegypti) diberbagai wilayah di Indonesia.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

18

Penegakan diagnosis DBD secara klinis sesuai dengan

kriteria WHO, sekurang-kurangnya memerlukan

pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan trombosit dan hematrokit secara berkala. Untuk penegakan diagnose laboratorium DBD diperlukan pemeriksaan serologis yang pada saat ini tersedia dalam bentuk dengue rapid test. Sampai saat ini belum ada obat atau vaksin untuk mencegah dan mengobati Virus DBD. Pengobatan terhadap penderita

DBD hanya bersifat simptomatis dan suportif.

Penatalaksanaan penderita DBD berdasarkan perubahan utama yang terjadi pada penderita yaitu adanya kerusakan sistem vaskuler dengan akibat dari peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. Keadaan ini

menyebabkan terjadinya kebocoran plasma dengan

berbagai akibatnya (renjatan, syok, anoksia, asidosis, disseminated intravascular coagulation/ DIC, dan lain-lain). DBD termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, maka sesuai Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 Tentang wabah penyakit menular seta Peraturan Menteri Kesehatan RI Tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka DBD harus segera dilaporkan selambat-lambatnya 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan. Masa inkubasi DBD berkisar antara 4 – 7 hari. Pada

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

19

umumnya menyerang anak-anak tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada orang dewasa. Gambaran kasus DBD dikabupaten Poso berdasarkan indikator angka bebas jentik (ABJ) berturut-turut sebagai berikut; ABJ tahun 2010 sebesar 84%, tahun 2011 sebesar 86%, tahun 2012 sebesar 84%; Angka insiden kasus DBD pada tahun 2010 sebesar 35/100.000 penduduk, tahun 2011 sebesar 16,5/100.000 penduduk, tahun 2012 sebesar 14/100.000 penduduk dan tahun 2013 sebesar 12,4/100.000 penduduk.

Gambar 3.6 Gambaran Kasus DBD berdasarkan Bulan

Kejadian di Kabupaten Poso Tahun 2012 – 2013.

Jan Feb Mar et

Apri

l Mei Juni Juli Agu

st Sept Okt Nov Des

2012 23 9 3 3 0 0 2 0 0 0 0 0 2013 14 9 2 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 5 10 15 20 25

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

20

Gambaran sebaran kasus DBD di Kabupaten Poso pada tahun 2013 dapat dilihat pada peta berikut ini :

Gambar 3.7. Gambaran Sebaran Kasus DBD di Kabupaten

Poso Tahun 2013

c. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

Pneumonia merupakan penyakit paling serius dan paling membahayakan jiwa bayi dan anak berusia dibawah lima tahun (balita). Pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Strategi utama penanggulangan pneumonia adalah penemuan dini, tatalaksana anak batuk dan atau kesukaran bernapas. Hingga saat ini infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita Tahun 2005) sebagian besar disebabkan

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

21

oleh pneumonia 23,6%. Selama ini digunakan estimasi bahwa insiden pneumonia pada kelompok umur balita di Indonesia sekitar 10 - 20%.

Cakupan penemuan kasus pneumonia di Kabupaten Poso terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2010 sebesar 9,2 % dari target 60 %, tahun 2011 sebesar 36,1% dari target 70 %, tahun 2012 sebesar 10,3% dari target 80 %, tahun 2013 sebesar 10,77% dari target 90 %.

Tabel 3.2 Sebaran Kasus ISPA berdasarkan Jenisnya dan

Kelompok Umur di Kabupaten Poso Tahun 2013 :

No Kelompok umur

I S P A Bukan

Pneumonia % Pneumonia % Total %

1 Umur < 1 tahun 2.159 96.6 76 3.4 2.235 100 2 Umur 1 - 4 tahun 5.168 97.1 157 2.9 5.325 100 3 Umur > 5 tahun 17.238 99.8 26 0.2 17.264 100 d. Diare

Diare akut adalah buang air besar yang frekwensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

22

Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama anak-anak berumur kurang dari 5 tahun. Di Indonesia angka kematian diare juga telah menurun, namun angka kesakitan karena diare tetap tinggi. Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1,3 episode per tahun.

Gambaran cakupan pelayanan dan penderita diare di Kabupaten Poso dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 3.8. Cakupan Pelayanan Penderita diare di

Kabupaten Poso e. Kusta

Meskipun Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi pada pertengahan tahun 2000, penyakit kusta menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup besar di Indonesia. Hal ini

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

23

disebabkan Karena sampai akhir tahun 2004 masih ada 13 provinsi dan 140 kabupaten yang belum mencapai eliminasi. Dengan kemajuan teknologi dibidang pengobatan kusta, maka seharusnya penyakit ini sudah dapat diatasi dan tidak lagi menjadi masalah kesehatan utama. Akan tetapi karena kompleksnya epidemiologi penyakit kusta serta masih banyaknya masyarakat yang belum memahami penyakit tersebut terutama mengenai tanda dini dan akibat yang ditimbulkannya, banyak penderita yang terlambat mendapat pengobatan atau ditemukan ketika sudah dalam keadaan cacat. Disamping itu keterlambatan pengobatan dapat menyebabkan penularan terus berlangsung sehingga kasus baru banyak bermunculan.

Keadaan ini tentu akan menghambat pencapaian tujuan program pemberantasan kusta. Untuk itu diperlukan sistem pemberantasan secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi penemuan penderita sedini mungkin, pengobatan yang tepat, rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan rehabilitasi karya.

Adapun kegiatan pemberantasan penyakit Kusta

dikabupaten Poso meliputi penemuan kasus baru melalui kegiatan Rapid Village survei (RVS) pada daerah-daerah endemis Kusta, survei kontak serumah dan tetangga dekat,

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

24

penatalaksanaan reaksi, perawatan luka, dan pencegahan cacat. Secara berturut-turut cakupan program P2 Kusta dikabupaten Poso sebagai berikut; Case Detection Rate tahun 2009 sebesar 4,32 per 100.000 penduduk, tahun 2010 sebesar 8,44 per 100.000 penduduk, tahun 2011 sebesar 5, 73 per 100.000 penduduk, tahun 2012 sebesar 3,23 per 100.000 penduduk dan tahun 2013 sebesar 6,1 per 100.000

penduduk; Prevalensi Rate tahun 2009 sebesar

0,43/100.000 penduduk, tahun 2010 sebesar 0,84/100.000 penduduk, tahun 2011 sebesar 0,57/100.000 penduduk, tahun 2012 sebesar 0,37/100.000 penduduk, tahun 2013 sebesar 0,8/100.000 penduduk ;cacat tingkat 2 tahun 2009 sebesar 25%, tahun 2010 sebesar 37,5%, tahun 2011 sebesar 0%, tahun 2012 sebesar 14 %, tahun 2013 sebesar 8 %; Kasus pada anak tahun 2009 sebesar 0%, tahun 2010 sebesar 6,25%, tahun 2011 sebesar 8,33%, tahun 2012 sebesar 0 %, tahun 2013 sebesar 8 %; RFT Rate tahun 2009 sebesar 100%, tahun 2010 sebesar 87,5%, tahun 2011 sebesar 100 %, tahun 2012 sebesar 100 %, tahun 2013 sebesar 85 %.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

25

Gambar 3.9 Prevalensi Rate Kasus Kusta di Kabupaten

Poso Tahun 2007 – 2013.

Gambar 3.10. Angka Kesembuhan (Released From Treatment) Penderita Kusta di Kabupaten Poso Tahun 2007– 2013 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 PR (%) 0,73 0,87 0,43 0,84 0,57 0,32 0,8 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 P re va le n si R at e 84,64 93,75 100 87.5 100 100 85 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 RFT INDIKATOR

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

26

f. TB Paru.

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobakterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangga sekitar 20 – 30 %. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Secara berturut-turut selama 3 tahun cakupan program TB dikabupaten Poso sebagai berikut: CDR tahun 2010 sebesar 61,53%, tahun 2011 sebesar 61,63%, tahun 2012 sebesar 60,08 % dan tahun sebesar 2013 36,65 %. Conversi rate tahun 2010 sebesar 88,57%, tahun 2011 sebesar 94,46%, tahun 2012 sebesar 85,09% dan tahun 2013 sebesar 71,95 %. Cure rate tahun 2010 sebesar 91,43%, tahun 2011 sebesar 91,14%,

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

27

tahun 2012 sebesar 82,55%. Angka kematian akibat TB (CFR) tahun 2010 sebesar 1,46%, tahun 2011 sebesar 2,83%, tahun 2012 sebesar 1,27% dan tahun 2013 tidak ada kematian akibat penyakit TB ( 0 % ) :

Gambar 3.11. Cakupan Penemuan Penderita TB Paru BTA

Positif di Kabupaten Poso

Gambar 3.12. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA

Positif di Kabupaten Poso.

55 % 61,53 % 61,67 % 60,08 % 36.65 %

70 %

0 20 40 60 80 100 2009 2010 2011 2012 2013

Case Detection Rate Target

91.55 % 88.57 % 91.14 % 82.55 % 85 % 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 2011 2012

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

28

g. Rabies.

Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang terpenting diindonesia karena penyakit tersebut tersebar luas di 22 provinsi, dengan jumlah kasus gigitan yang cukup tinggi tiap tahunnya (rata-rata 16.000 kasusu gigitan), dengan belum ditemukan obat/cara pengobatan untuk penderita rabies sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada hampir seluruh penderita rabies baik manusia maupun hewan.

Di Indonesia penyakit ini telah lama dikenal, pertama dilaporkan pada tahun 1884 oleh school pada seekor kuda, tahun 1889 WJ Esser menemukan pada seekor kerbau, tahun 1890 Penning melaporkan pada anjing, dan pada manusia oleh E.V. de Haan tahun 1894, semua terjadi dijawa barat.

Mengingat akan bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat karena dampak buruknya selalu diakhiri kematian, serta dapat mempengaruhi dampak perekonomian khususnya bagi pengembangan daerah-daerah pariwisata diindonesia yang tertular rabies, maka usaha pengendalian penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif mungkin bahkan manuju pada program pemberantasan.

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

29

Upaya penanggulangan rabies diindonesia telah didukung dengan perundang-undangan, antara lain undang-undang Nomor 6 tahun 1967 tentang ketentuan pokok peternakan dan keshatan hewan: Undang-undang Nomor 4 tahun 1984, tentang wabah penyakit menular PP 40 tahun 1991, tentang penanggulangan wabah penyakit menular dan Undang-undang IRH tahun 2005.

Kasus gigitan hewan penular rabies di Kabupaten Poso mulai menunjukan peningkatan sejak tahun 2009 dimana pada tahun 2010 kasus gigitan mencapai 147 penderita, Lyssa 3 orang (2,0%), tahun 2011 penderita 332, Lyssa 12 orang (3,6%), tahun 2012 penderita 456, Lyssa 2 orang (0,4), dan tahun 2013 penderita 383, Lyssa 2 orang (0,5).

Gambar 3.13. Gambaran Kasus Gigitan Hewan Penular

Rabies (GHPR) dan Kematian Akibat Rabies tahun 2009 - 2013 2009 2010 2011 2012 2013 Jum. Kasus 64 147 332 456 383 Meninggal 0 3 12 2 2 0 100 200 300 400 500 Ju m la h

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

30

h. IMS - HIV & AIDS.

Pada bulan Desember 2007 Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia melaporkan secara kumulatif jumlah pengindap HIV dari 32 Provinsi di Indonesia sebanyak 6.066 orang diantaranya terdapat 11.141 orang menderita AIDS. Peningkatan jumlah penderita AIDS telah terjadi dari tahun ke tahun dengan lonjakan mulai tahun 2011. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan penularan HIV di sub populasi penguna napsa suntik (Penasun), sementara penularan melalui hubungan sexual tidak aman terus berlangsung sejak tahun 1998 s.d 2007 mengalami peningkatan secara signifikan yaitu 258 penderita HIV diantaranya terdapat 60 penderita AIDS(1998) 11.141 HIV diantaranya terdapat 2.947 penderita AIDS (2007).

Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20 – 29 tahun yaitu 54,05 % yang merupa generasi muda produktif. Mengingat AIDS baru menunjukkan gejala pada usia 5 – 10 tahun sesudah seseorang tertular HIV, maka data tersebut member petunjuk bahwa mereka yang dilaporkan menderita AIDS pada usia 20 -29 tahun sesungguhnya sudah tertular HIV sebelum usia 20 tahun, yaitu sekitar 15 tahun bahkan lebih muda. Dengan kata lain sebagian besar orang yang dilaporkan menderita AIDS

Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2013

31

setelah tertular HIV pada usia < 15 tahun dan remaja > 15 tahun. Atas dasar perkembangan kasus HIV dan AIDS yang memprihatinkan pada generasi muda maka dipandang perlu adanya strategi khusus bagi penanggulangan HIV dan AIDS pada kelompok anak 0 – 14 tahun dan remaja 15 – 24 tahun sebagai kelompok rentan.

Cara-cara penularan HIV dan AIDS di Indonesia terbesar berturut – turut berada pada kelompok IDU (49,9%),

Dalam dokumen PROFIL KESEHATAN KABUPATEN POSO TAHUN 2013 (Halaman 9-164)

Dokumen terkait