6.1. Kesimpulan
Secara ringkas kesimpulan dibawah merupakan jawaban terhadap pertanyaan
besar yang mendasari penelitian, yaitu: “Bagaimana mobilitas transportasi dan bagaimana kaitannya dengan pemilihan tempat tinggal di kawasan pinggiran Kota Semarang ?”.
Mobilitas transportasi di kawasan pinggiran dipengaruhi oleh proses pemilihan tempat tinggal dan dipengaruhi oleh stata sosial, sebagai dampak dari perkembangan teknologi dan perkembangan perekonomian. Kondisi masyarakat
Indonesia yang sedang mengalami kepekaan sosial kearah gaya hidup (life style),
maka faktor yang berpengaruh terhadap proses pemilihan tempat tinggal dan mobilitas transportasi (waktu tempuh, frekuensi pergantian moda, biaya transportasi dan pilihan moda trasnportasi) adalah strata sosial, karena faktor jarak tidak selalu menjadi pertimbangan. Kondisi tersebut yang mendasari pembentukan pemaknaan teoritis “Mobilitas transportasi dikaitkan dengan tempat tinggal di kawasan pinggiran Kota Semarang” :(1) semakin meningkat kemampuan ekonomi masyarakat maka akan memilih tempat tinggal pada lingkungan yang nyaman (kesesakan bangunan,
bebas banjir/rob, panorama pegunungan), pemukiman cluster dekat dengan
pelayanan public transport, (2) semakin meningkat kemampuan ekonomi
masyarakat maka akan semakin tidak sensitif terhadap biaya transportasi dan akan
meninggalkan public transport.
Selain ditemukan pengetahuan lokal tentang pengendalian perkembangan kawasan pinggiran dan permasalahan transportasi di Kota Semarang, ditemukan pula pengetahuan teoritis yang memperkaya ilmu perencanaan wilayah dan kota dengan 3 pilar ilmu pengetahuan terkait. Dari dialog antar kasus penelitian dan antar ilmu pengetahuan, 3 pilar ilmu yang diperkaya berdasarkan konstruksi pengetahuan teoritis yang dihasilkan, yakni ilmu manajemen pembangunan kota, tata ruang kota dan ilmu transportasi perkotaan.
1) Bagi ilmu manajemen perkotaan teori ini mampu menjembatani antara permasalahan perkembangan perkotaan tak terkendali di kawasan pinggiran kota yaitu masalah pemukiman dan lingkungan pemukiman
sekaligus permasalahan transportasi yang selama ini
penyelsesaiannya hanya melihat satu sektor saja tanpa mengkaitkan dengan sektor pemilihan tempat tinggal.
2) Bagi ilmu tata ruang kota, sebagai guide line dalam pembuat kebijakan
dan keputusan dalam perkembangan kota dan wilayah yang menyangkut mengendalikan perkembangan pemukiman dan infrastrukturnya termasuk aksenya sehubungan yang dipadukan
dengan sistem transportasi yang direkomendasikan demi
keberlanjutan.
3) Bagi ilmu transportasi memberikan warna baru yang selama ini pada
perencana transportasi hanya melihat satu sisi supply saja dengan
melihat produk dari rumah tangga berupa permintaan perjalanan, sehingga dengan konsepsi teoritis mobilitas transportasi dikaitkan
39
dengan pemilihan tempat tinggal di kawasan pinggiran berhasil memberikan pemecahan permasalahan transportasi di kawasan pinggiran sehubungan dengan penataan pemukiman dan kualitas lingkungan pemukiman.
4) Temuan ini memberikan kontribusi dalam pemikiran mengenai penanganan permasalahan transportasi pada kota-kota yang sedang mengalami proses perkembangan kota menuju kota metropolitan. Dengan pendekatan konsep tersebut maka dalam merencanakan dan
pengelolaan kota yang efisien dan berkelanjutan, proses
perkembangan kota bisa dikendalikan dengan mobilitas.
5) Adapun produk dari konsep ini dalam mengendalikan perkotaan dengan mobilitas yaitu dengan deregulasi kebijakan perijinan
pembangunan pemukiman dengan mengarahkan perijinan
pembangunan pemukiman pada kelas strata social menengah dan strata sosial menegah kebawah dipadukan dengan jalur pelayanan
public transport.
6) kebijakan tentang pertanahan yaitu memperketat perijinan aturan
kepemilikan tanah dan kebijakan sistem transportasi yang dipadukan
dengan kebijakanpemukiman.
6.2. Rekomendasi
a. Sumbangan Teoritik
Dalam penelitian ini memberikan kontribusi pada khasanah pengetahuan teori perencanaan wilayah dan kota terutama dalam menangani masalah perkembangan pemukiman yang tak terkendali di kawasan pinggiran kota. Pengkayaan teori tentang “mobilitas transportasi dikaitkan dengan pemilihan tempat tinggal di kawasan pinggiran kota” merupakan teori pengembangan teori pemukiman yang mana pada teori pemukiman sebelumnya belum pernah mengkaitkan dengan transportasi. Demikian dalam teori transportasi sendiri yang selama ini hanya
terfokus pada supply public transport dalam segi kuantitasnya dan belum melihat
kualitas sesuai yang diharapkan sisi pengguna dan belum mengkaitkan dengan pemilihan tempat tinggal.
Sekalipun terikat dengan studi kasus lokal yaitu Kota Semarang, namun
temuan memberikan kontribusi pengetahuan bersifat general untuk lokasi dengan
permasalahan yang mirip (analogi), sehingga tidak menutup kemungkinan
memberikan khasanah integrasi perencanaan dan perancangan kota yang
sustainable yang memadukan proses perkembangan terencana dengan
pengendalian penataan pemukiman terencana dipadukan dengan sistem transportasi yang terencana.
Namun pengetahuan yang dikontribusikan hanya sebatas potensi integrasi antara penataan pemukiman terencana dan tidak terencana dengan sistem transportasi terencana. Ada bahasan yang tidak dibahas lebih dalam dalam studi ini seperti konsep penataan pemukiman terencana dan konsep sistem transportasi terencana.
b. Sumbangan Praktis
(1) Sebagai guideline pemerintah dalam pengembangan pelayanan angkutan
umum, disarankan terintegrasi dengan perencanaan pemukiman,
diprioeritaskan penentuan jalur-jalur pelayanan angkutan umum pada kelompok 53
40
pemukiman strata menengah dan menengah kebawah dengan melihat data demografi.
(2) Sebagai guideline pemerintah dalam mengembangankan pemukiman dengan
sekaligus menyertakan pelayanan public transport untuk melayani kebutuhan
mobilitas transportasi pemukiman tersebut, dengan maksud agar konsumen terpaksa kalau membeli rumah sekaligus juga membeli transportasinya.
(3) Agar konsep ini bisa trealisasi, bagi pemukiman yang sudah terlanjur
dikembangkan lebih dahulu, maka perlu pembuatan feeder jalur pelayanan
public transport (pedestrian dari pemukiman ke pelayanan public transport
dengan jarak 150 m dan sedangkan dengan jarak lebih dari 150 m disediakan
angkutan lokal menuju pelayanan public transport).
6.2.1. Pengembangan Pengetahuan dalam metode Penelitian
Pengetahuan teoritis ini yang ditemukan dengan paradigma positivistik dan metode deduktif-kuantitatif dengan teknik kualitatif melalui diskusi teoritik dengan fenomena di lapangan menghasilkan interprestasi secara holistik berdasar lokus dan sub lokus terbatas pada kawasan pinggiran Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk generalisasi, untuk memerkuat generalisasi disarankan untuk mengembangkan pengetahuan ini dengan alih pengetahuan pada lokasi kawasan pinggiran di kota lain yang berbeda karakternya, yaitu pada kota kota yang mempunyai perkembangan hampir mirip serta dengan pendekatan yang berbeda. Pemahaman informasi dengan melihat fenomena di lapangan mempunyai
kesulitan yang tinggi, disarankan menggunakan pendekatan mix-methode, karena
pemahaman fenomena sosial sulit untuk dikuantifikasikan sehingga disarankan tidak hanya menggunakan metode kuantitatif saja, namun perlu pennggabungan dengan teknik kualitatif. Karena penelitian ini bertujuan membuat generalisasi maka metode deduktif kuantitatif tetap perlu dilakukan, namun sebagian dari pengetahuan dapat dialihkan sebagai hipotesis kerja bagi penelitian kawasan pinggiran pada lokasi lain yang berbeda karakter kotanya.
6.2.2.Rekomendasi Penelitian Lanjut
Temuan penelitian Mobilitas Transportasi dikaitkan dengan Pemilihan Tempat Tinggal di Kawasan Pinggiran Kota Semarang ini bisa dilanjutkan dengan penelitian pada kawasan pinggiran Kota Semarang tentang hubungan strata sosial dengan pemilihan jenis dan bentuk moda transportasi.
Strata I Strata II Strata III Kelas Menengah Menengah Keatas Kel. Menengah kebawah Damri Ac ?
BRT (Bus Rapit Transit ?) Mono Rail ?
Kendaraan Pribadi ?