• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Laju pertumbuhan luas panen padi nasional selama 2009-2014 berfluktuatif dengan trend kenaikan sebesar 1,1% per tahun. Sementara itu, dalam kurun waktu tersebut rencana luas areal SL-PTT terus ditingkatkan laju yang sangat tinggi, yaitu 18,3% per tahun. Dari dua fakta ini dapat diketahui bahwa Perencaan luas areal SL-PTT tidak didasarkan hasil evaluasi pelaksanaan SL-PTT (dicerminkan dari apakah peningkatan tambahan produktivitas antara 0,5-0,75 ton/ha di area SL-PTT tercapai), namun lebih didasarkan pada ketersediaan anggaran sehingga rencana luas areal SL-PTT mencapai 34% dari total luas panen padi nasional, tetapi tidak signifikan meningkatkan produktivitas dan produksi padi dengan pertumbuhan yang tinggi.

2. Pulau Jawa dan Sumatera merupakan wilayah terluas dalam perencanaan areal program SL-PTT masing-masing sebesar 33,1% dan 28,4% per tahun. Perencanaan ini tidak sesuai dengan konsep MP3EI dimana Pulau Jawa dan Sumatera dirancang menjadi pusat pertumbuhan industri pengolahan, jasa, dan pertambangan.

3. Dari sisi konsepsi, program PTT/SL-PTT sangat bagus dan merupakan pendekatan yang strategis untuk meningkatkan produktivitas dan produksi padi nasional. Namun fakta menunjukkan bahwa kinerja implementasi program ini sejak tahun 2008 sampai sekarang belum optimal seperti yang diharapkan. 4. Berbagai aspek diduga turut berkontribusi terhadap belum optimalnya kinerja

implementasi program ini, diantaranya: (1) Dari aspek perencanaan seperti penentuan CPCL, penentuan kebutuhan teknologi PTT, dan kebutuhan sarana produksi tidak sepenuhnya mengikuti Pedoman Pelaksanaan PTT; (ii) Tidak berfungsinya LL sebagai tempat uji coba dan adaptasi berbagai komponen teknologi PTT, serta tempat petani melihat dan membuktikan secara langsung praktek-praktek dan keunggulan teknologi; (iii) Terbatasnya jumlah peneliti dan penyuluh untuk mengawal dan mendampingi petani dalam mempraktekkan

38 komponen teknologi PTT di lahannya sendiri; dan (iv) Program yang masih cenderung didominasi pemerintah pusat (sentralistik) mempunyai dampak negatif terhadap alokasi anggaran dan ketersediaan bantuan benih.

5. Selain itu, kelemahan dalam implementasi SL-PTT adalah tidak adanya perbedaan waktu antara peragaan komponen teknologi PTT di lahan LL dengan waktu mempraktekannya di lahan petani sendiri (SL). Praktek seperti ini mengakibatkan tidak ada waktu bagi petani untuk terlebih dahulu membuktikan bahwa teknologi yang akan diterapkan pada lahannya sendiri (SL) lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang sudah biasa dilakukan.

6. Kasus di Provinsi Jawa Barat, pemerintah daerah sangat mendukung pelaksanaan program SL-PTT yang ditunjukkan dengan alokasi dana dari APBD tingkat I yang relatif besar dan kontribusi produksi padi di Provinsi Jawa Barat terhadap nasional menduduki peringkat pertama.vNamun demikian, implementasi program SL-PTT di wilayah ini masih ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya adalah: (a) Banyaknya komponen teknologi dan kurang efektifnya pelaksanaan LL, (b) Jumlah dan kualitas PPL terbatas serta kurang harmonisnya koordinasi antara Dinas Pertanian dengan Bakorluh, (c) Kinerja penyediaan benih tidak optimal (benih yang didistribusikan sering kali kurang tepat dalam hal: waktu, jumlah, varietas, maupun kualitasnya, (d) Status petani sebagai petani penggarap dan umur petani yang relatif tua, dan (e) Adopsi komponen teknologi SL-PTT rendah

7. Dalam upaya memperbaiki kinerja SL-PTT guna mendukung tercapainya swasembada beras berkelanjutan ke depan, ada beberapa hal yang perlu segera untuk diperbaiki: (i) perlu sosialisasi pedoman pelaksanaan/teknis SL-PTT sesegera mungkin sebelum musim tanam tiba untuk mengurangi bias antara perencanaan dan pelaksanaan, (ii) memfungsikan LL secara baik, (iii) mendorong mobilisasi penyuluh swadaya, swasta, dan dari Perguruan Tinggi untuk mengawal dan mendampingi petani dalam menerapkan komponen teknologi PTT spesifik lokasi; (iv) menumbuhkan penangkar-penangkar lokal

39 dalam kawasan SL-PTT dalam penyediaan benih sesuai dengan keinginan petani, dan ini sejalan dengan program desa mandiri benih, (v) membangun komunikasi, koordinasi, dan sinergi yang lebih baik lagi antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaksana di lapangan, serta (vi) sejalan dengan peningkatan produksi, maka aspek pengolahan, pemasaran, kelembagaan kelompok tani juga perlu dibangun dan diperbaiki agar petani dapat memperoleh manfaat yang lebih banyak dengan hadirnya program SL-PTT ini. 8. Kelebihan dan kelemahan dalam implementasi porgram SL-PTT sejak tahun

2008 dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang berharga dalam upaya mensukseskan rencana Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) pada tahun 2015. Kawasan GP-PTT sebaiknya tidak ditetapkan berdasarkan luasan areal, namun pada wilayah administrasi (kecamatan atau desa), sehingga akan lebih jelas dan memudahkan dalam koordinasi dan tanggung jawab operasionalnya. Perlu difahami, peran Kepala Desa/ Lurah atau Camat dalam melakukan koordinasi antar lembaga dan pembinaan terhadap masyarakat masih cukup signifikan.

40

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi Sawah Irigasi. Balitbangtan. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia 2013. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2009. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2009. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2010. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah Tahun 2010. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2011. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, dan Kedelai Tahun 2011. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi dan Jagung Tahun 2012. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Tahun 2012. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi dan Jagung Tahun 2013. Ditjen Tanaman Pangan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Kementerian Pertanian.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2014. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi dan Jagung Tahun 2014. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2014. Evaluasi Kinerja Capaian Produksi Tahun 2014 dan Sasaran Serealia Tahun 2015 di Jawa Barat. Bahan Tayangan Disampaikan Pada Evaluasi SL-PTT Jawa Barat, 29 Oktober di Bandung. Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Purwakarta. 2014. Kendala

Dan Peluang Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi dalam Program SL-PTTMendukung P2BN Di Kabupaten Purwakarta. Bahan Tayangan Disampaikan Pada Evaluasi SL-PTT Jawa Barat, 29 Oktober di Bandung. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Jakarta

Kepala Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan. 2014. Komponen Teknologi PTT Dalam Program SL-PTT Mendukung P2BN di Kabupaten Kuningan. Bahan

41 Tayangan Disampaikan Pada Evaluasi SL-PTT Jawa Barat, 29 Oktober di Bandung.

Nurhayati. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Komunikasi di dalam Sekolah Lapang Padi. Tesis. IPB. Bogor.

Pusat Penyuluhan Pertanian. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pengawalan dan Pendampingan Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung P2BN Di Lokasi SL-PTT dan Demfarm SL Agribisnis Padi. Badan Penyuluhan Dan Pengembangan SDM Pertanian. Kementerian Pertanian.

Rusastra, I.W., W. Sudana, Sumarno, Z. Zaini, K. Kariyasa, dan Baehaki. 2011. Evaluasi Kebijakan dan Politik Anggaran SL-PTT Tanaman Pangan. Puslitbangtan. Bogor.

Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian

Supriadi, Herman. I Wayan Rusastra. Ashari. 2012. Analisis Kebijakan dan Program SL-PTT Menunjang Peningkatan Produksi Padi Nasional. Laporan Teknis. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Sekretariat Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Provinsi Jawa Barat. 2014. Kebijakan Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan di Provinsi, Jawa Barat Tahun 2014 (Evaluasi Penyelenggaraan Program Pengembangan SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani APBN Tahun 2014). Bahan Tayangan Disampaikan Pada Evaluasi SL-PTT Jawa Barat, 29 Oktober di Bandung.

Dokumen terkait