• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Secara umum ditemukan adanya variasi dalam ketaatan untuk mengikuti petunjuk teknis sampling PJAS. Dari 26 propnsi hanya 12 propinsi yang mengikuti syarat vn untuk jumlah SD yang terpilih. Selain itu berdasarkan lokasi SD yang dipilih terdapat keraguan dalam pemilihan secara acak terhadap SD tersebut, dan propinsi yang memenuhi syarat jumlah SD dipilih 4 propinsi untuk pendalaman yaitu NTB, DIY, DKI Jakarta, dan Bengkulu.

Secara nasional maupun di 4 propinsi terpilih, PJAS yang banyak menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan baik 2006 maupun 2007 adalah jenis es (Es Mambo, Lolipop, Es Kelapa, dsb.). Selain itu terdapat kesamaan profil PJAS baik secara nasional maupun di 4 propinsi terpilih, PJAS yang paling dominan menggunakan siklamat adalah jenis es (mambo, lolipop, kelapa, minuman beraroma buah dsb,), sirop/jely dan agar.

Adanya dua aturan yang berbeda mengenai pemanis buatan menyebabkan adanya perbedaan kriteria MS dan TMS. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan jenis produk yang menggunakan siklamat.

Pendalaman lanjutan terhadap produsen dan konsumen dilakukan secara purposif di 2 SD dengan karakteristik yang berbeda yaitu di SDN 03 Pondok Pinang Jakarta Selatan dan SD Islam Al- Azhar Kelapa Gading Jakarta Utara, dan berdasarkan hasil kajian harga PJAS menunjukkan bahwa harga jual PJAS yang dijajakan di masing- masing sekolah berpenga ruh terhadap jenis dan kualitas PJAS yang dijajakan, dan terbukti bahwa PJAS dengan harga murah menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan, sementara PJAS dengan harga jual tinggi tidak menggunakan siklamat dan atau tidak menggunakan siklamat melebihi batas. Selain itu penggunaan siklamat melebihi batas juga untuk menekan biaya produksi, dan untuk menyesuaikan daya beli anak SD yang umumnya mempunyai uang saku sangat rendah.

dijajakan dalam hal ini PJAS yang dijajakan tidak menggunakan siklamat dan atau tidak menggunakan siklamat melebihi batas maksimum yang diizinkan. Hal ini juga terbukti bahwa karakteristik murid sekolah dalam hal ini uang saku dan daya beli anak sekolah berkaitan dengan penggunaan siklamat pada PJAS secara melebihi batas.

Pendalaman di popinsi NTB, DIY, dan DKI Jakarta terhadap murid SD menunjukkan bahwa sebanyak 92 % dari 132 responden murid sekolah dasar menyatakan pernah memperoleh penyuluhan keamanan pangan, dan umumnya responden murid sekolah dasar memperoleh penyuluhan keamanan pangan hanya dari guru di sekolahnya (73,48 %).

Berdasarkan frekuensi jajan responden murid sekolah dasar menunjukkan bahwa 65 % responden murid sekolah dasar umumnya jajan setiap hari, 28 % jajan 3 – 5 kali seminggu, dan 7 % hanya jajan 1 – 2 kali dalam seminggu. Hal ini menunjukkan paparan anak sekolah mengkonsumsi PJAS terlihat tinggi, sehingga jika dikaitkan dengan PJAS yang menggunakan siklamat melebihi batas maksimum yang diizinkan, maka kemungkinan paparan siklamat terhadap anak sekolah di Indonesia diprediksi tinggi.

Frekuensi anak sekolah dasar mengkonsumsi PJAS terlihat tinggi, sehingga jika dikaitkan dengan PJAS yang menggunakan siklamat melebihi batas maksimum yang diizinkan, maka besar kemungkinan paparan siklamat terhadap murid sekolah dasar di Indonesia diprediksi tinggi.

Berdasarkan pendalaman di propinsi NTB, DIY, dan DKI Jakarta terhadap para produsen/penjaja PJAS, dari 81 responden pedagang PJAS semuanya menyatakan tidak pernah mendapatkan teguran dari pemerintah setempat mengenai praktek pengolahan pangan yang dilakukannya, meskipun terdapat 9 responden yang menyatakan memperoleh pembinaan.

Dari 17 responden pedagang PJAS yang menjawab, hanya 9 orang yang menyatakan melihat informasi mengenai takaran penggunaan siklamat di kemasan BTP tersebut, sehingga memicu pedagang untuk mengira-ngira takaran siklamat tanpa mengetahui efek buruk yang dihasilkan apabila siklamat terkonsumsi secara berlebih.

Dengan tingginya harga gula di pasaran juga dapat memicu para pedagang untuk menggunakan siklamat, terutama untuk para pedagang jenis PJAS tertentu seperti bajigur, es dawet, es kelapa dan produk lain. Dengan harga gula yang mahal sangat mempengaruhi para pedagang jenis tertentu tersebut untuk menggunakan siklamat secara berlebih selain menggunakan gula.

Pedagang mempunyai berbagai motivasi untuk tetap menggunakan pemanis siklamat melebihi batas maksimum yang diizinkan, antara lain untuk menekan biaya produksi, mahalnya harga gula, rendahnya pengetahuan, minimnya peralatan, minimnya pembinaan dan lemahnya pengawasan terhadap pedagang PJAS, dan untuk menyesuai kan daya beli anak sekolah dasar .

Meskipun siklamat aman, namun apabila penggunaannya tidak dikendalikan secara baik dan mengingat konsumsi PJAS oleh anak-anak SD cukup tinggi, maka perlu dilakukan kebijakan secara optimal khususnya penggunaan siklamat untuk PJAS dengan mempertimbangkan berbagai aspek terutama dari aspek sosial dan ekonomi.

Rekomendasi

1. Perlu dikembangkan program-program peningkatan keamanan PJAS

secara terpadu antar instansi terkait baik Pusat maup un daerah dan

diterapkan secara terpadu antar instansi terkait dengan melibatkan Pemerintah Kabupaten Kota.

2. Perlu upaya peningkatan daya beli masyarakat (murid sekolah) misalnya melalui pemberian subsidi harga gula bagi para penjaja PJAS maupun pengelola kantin.

3. Pentingnya pemberian “reward and punishment” dimana bagi penjaja atau pengelola kantin yang terbukti tidak menggunakan siklamat dan atau tidak menggunakan siklamat melebihi batas wajib diberikan penghargaan, misalnya

stikerisasi pada gerobak atau warung yang bersangkutan atau penghargaan

lain yang dapat memotivasi para pedagang untuk menggunakan siklamat sesuai aturan, dan tentunya diberikan sanksi kepada para penjaja/pengelola kantin jika terbukti menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan

4. Kegiatan penyuluhan secara terus menerus kepada para pedagang untuk meningkatkan kesadarannya sehingga sadar bahwa penggunaan siklamat secara berlebih dapat merugikan kesehatan anak sekolah perlu terus ditingkatkan.

5. Perlu pembinaan secara terus menerus melalui praktek penerapan cara produksi pangan yang baik, termasuk pengadaan alat takar / timbangan sehingga kalaupun menggunakan siklamat kadarnya sesuai aturan yang diizinkan.

6. Law enforcement /penegakan hukum sangat diperlukan untuk menimbulkan

efek jera bagi para pelanggar terkait dengan penggunaan siklamat melebihi batas yang diizinkan.

7. Perlu dilibatkannya peran Guru sebagai ujung tombak untuk berkontribusi dalam peningkatan keamanan PJAS, misalnya melalui Bimbingan Teknis

bagi para guru dikaitkan dengan Kantin Sehat Sekolah, agar guru mempunyai pengetahuan yang handal mengenai keamanan pangan.

8. Perlu adanya kajian secara komprehensif mengenai paparan siklamat yang digunakan PJAS terhadap anak sekolah, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan dalam penggunaan siklamat.