• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini akan memberikan kesimpulan atas analisa terhadap hasil pengolahan data. Kesimpulan tersebut harus dapat menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu juga berisi tentang saran penelitian. Penelitian yang masih belum sempurna atau diperlukan penelitian yang lebih lanjut adalah beberapa saran yang mungkin disertakan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran Kerja

Purnomo.(2004) mengatakan Pengukuran kerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi satu kesatuan organisasi / kerja.

Pendapat lain mengatakan pengukuran kerja adalah suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas serta manilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and obyectives). Whittaker (2005)

Pengukuran kerja yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan balik, yang merupakan hal yang penting dalam upaya perbaikan secara terus

menerus. Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu (time

study). Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standar atau waktu baku. Pengertian umum pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang operator dalam melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal.

Proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran waktu secara tidak langsung. Disebut secara langsung karena pengamat berada di tempat di mana objek sedang diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran

atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (obyek pengamatan) dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran secara langsung terdiri dari dua cara, yaitu pengukuran dengan menggunakan stop watch dan sampling kerja. Sedangkan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (objek) pengukuran.

Secara garis besar pengukuran kerja mempunyai peran sangat penting untuk :

a. Memastikan tercapainya rencana kerja yang telah disepakati.

b. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kerja dan membandingkannya

dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja

c. Menjadi Alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka

upaya memperbaiki kinerja organisasi.

2.2. Konsep Efisiensi, Efektifitas dan Produktivitas

Pengertian efesiensi menurut Sumanth adalah perbandingan atau rasio dari keluaran (output) dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada bagaimana baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan output.

Sedangkan efektivitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur dengan perbandingan atau rasio dari keluaran ( output aktual ) yang dicapai dengan keluaran (output ) standart yang diharapkan. Sumanth (1985). Efisiensi merupakan penghematan penggunaan sumber daya dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada “daya guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk mencapai hasil yang sama. Efisiensi

dengan realisasi penggunannya. Efisiensi 100% sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100% sangat diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi pada input daripada output.

Efektivitas merupakan ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kualitas, kwantitas dan waktu) telah tercapai. Nilai efektivitas

dicerminkan oleh perbandingan nilai output akhir dengan output yang

direncanakan. Makin besar sasaran yang dicapai, makin tinggi tingkat efektivitas. Konsep efektivitas yang tinggi belum tentu menunjukkan efisien yang tinggi pula.

Suatu proses dikatakan lebih efektif bila dengan masukan (input) yang sama

diperoleh keluaran (output) yang lebih besar, hasil yang lebih baik atau dalam waktu lebih singkat.

Berdasarkan Sumanth (1985), produktivitas adalah rasio antara output

dengan input. Dengan diketahui nilai indeks produktivitas, maka akan diketahui pula seberapa efektif proses produksi yang telah digunakan untuk meningkatkan

output dan seberapa efisien pula sumber – sumber input yang telah berhasil dihemat.

Secara umum menurut Sumanth (1985) terdapat tiga tipe dasar dari produktivitas yang akan didefinisikan berikut ini, antara lain:

1. Produktivitas Parsial (Partial Productivity)

Produktivitas parsial merupakan rasio dari output terhadap satu jenis input

tertentu. Sebagai contoh: produktivitas tenaga kerja (rasio dari output terhadap

input tenaga kerja), produktivitas material (rasio dari output terhadap input

material) ataupun produktivitas modal (rasiooutput terhadap input modal). 2. Produktivitas Total Faktor (Total Factor Productivity)

Produktivitas total faktor merupakan rasio dari “net ouput” terhadap jumlah faktor input langsung. Net output disini adalah total output dikurangi barang setengah jadi maupun servis yang diberikan.

3. Produktivitas Total (Total Productivity)

Produktivitas total merupakan rasio dari total output terhadap jumlah dari seluruh faktor input yang ada. Jadi, suatu produktivitas total merefleksikan dampak gabungan dari semua input dalam memproduksi output. Produktivitas

dan efisiensi adalah 2 (dua) konsep penting dalam mengukur performance.

Produktivitas seperti yang sudah dijelaskan diatas dapat didefinisikan sebagai rasio output dengan input. Definisi ini mudah dan dapat diterangkan dengan jelas oleh suatu kondisi produksi dimana ada satu output dan satu input, tetapi pada umumnya produksi memiliki multiple output dan input. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai tingkat penggunaan sumber daya yang sebesar-besarnya (Sumanth, 1985)

2.3. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan di samping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia (MSDM).

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Karena sumber daya manusia (SDM) dianggap

semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen” mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia.

Manusia merupakan suatu unsur utama dalam organisasi, sehingga tiap organisasi mutlak memerlukan manajemen terhadap sumber daya manusianya secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

Karyawan maupun operator adalah salah satu faktor produksi yang terpenting. Oleh karena itu perlu untuk mendapatkan perhatian khusus. Didalam dunia perindustrian selalu dibuatkan suatu bidang tersendiri untuk memanajemen faktor manusia, yang secara umum disebut sebagai Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Contoh bidang yang ada dalam dunia perindustrian seperti

Human Resource Development Department.

Menurut Flippo (1995), manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan, pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

Sedangkan menurut French (1991), mendefinisikan manajemen personalia sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat digunakan definisi, yaitu : Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi,

pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi dapat dilihat gambar 2.1

Fungsi-fungsi Personalia Penggunaan Pemeliharaan Pengembangan Seleksi Penarikan

Gambar 2.1 Proses Manajemen Sumber Daya Manusia (Manajemen personalia dan sumber daya manusia, Handoko, 1991)

Manajemen sumber daya manusia sangat diperlukan guna meningkatkan produktivitas kerja serta efektivitas dan efisiensi didalam penggunaan sumber daya manusia. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari organisasi akan dapat tercapai sebagaimana mestinya.

Hal yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi adalah bagaimana memperoleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan posisi yang akan diduduki, bagaimana mengembangkannya dan memelihara tenaga kerja, menggunakan serta mengevaluasi hasil kerjanya.

Ada empat hal yang penting dalam batasan manajemen yang perlu diketahui, yaitu :

1. Adanya suatu organisasi atau lembaga atau perusahaan,

2. Oraganisasi tersebut mempunyai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan

3. Dalam organisasi tersebut bekerja sekelompok orang sebagai tenaga pekerja,

4. Perlunya peraturan orang-orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan terlebih dahulu. ( Mukhyi dkk, 1993)

Tujuan manajemen sumber daya manusia pada prinsipnya ada dua jenis, yaitu :

1. Production Mainded, merupakan usaha-usaha pihak organisasi atau perusahaan agar para tenaga kerja bersedia memberikan prestasi yang sebesar-besarnya (mencapai produktivitas yang maksimum) ini dapat dicpai dengan melalui fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam organisasi atau perusahaan. 2. People Mainded, mempunyai pengertian hanya dengan perhatian yang

sungguh-sungguh dari pihak perusahaan kepada tenaga kerja anatara lain dengan pelayanan yang sebaik mungkin, system birokrasi yang pendek, kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja yang layak, jaminan-jaminan social yang layak dan sebagainya. (Mukhyi,dkk 1993)

Dalam perusahaan kecil, semua fungsi personalia dilakukan dan ditangani langsung oleh manajer puncak, lain dengan perusahaan besar fungsi personalia didelegasikan kepada masing-masing manajer termasuk manajer personalia. Dalam perusahaan yang besar setiap manajer mempunyai fungsi dan tanggung jawab dibidang personalia di departemennya masing-masing sesuai dengan wewenangnya. Manajer personalia berfungsi memberikan layanan dibidang personalia kepada manajer-manajer yang ada dalam perusahaan, sehingga tidak dualisme fungsi personalia.

Ruang lingkup manajemen sumber daya manusia terdiri atas penarikan tenaga kerja baru guna memperoleh pelamar yang mempunyai kualifikasi sesuai

dengan kebutuhan organisasi atau persahaan yang didapat melalui proses seleksi. (Mukyi,dkk 1993)

Menurut Mukhyi,dkk (1993) Pendekatan manajeman sumber daya

manusia meliputi :

1. Pendekatan Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia adalah pengelolahan dan pendayagunaa sumber daya manusia. Martabat dan kepentingan hidup manusia hendaknya tidak diabaikan agar kehidupan mereka layak dan sejahtera.

2. Pendekatan manajerial.

Analisis prestasi dan kehidupan kerja setiap karyawan tergantung pada atasannya langsung dimana karyawan berada.

3. Pendekatan Sistem

Bagian personalia merupakan sub system dari system organisasi atau perusahaan, maka perlu evaluasikan dengan criteria besarnya kontribusi yang dibuat organisasi. Manajemen sumber daya manusia adalah suatu system terbuka dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi.

4. Pendekatan Proaktif

Manajemen sumber daya manusia dapat meningkatkan kontribusinya kepada karyawan, manajer dan organisasi melalui antisipasinya terhadap masalah-masalah yang timbul.

2.4. Perencanaan Sumber Daya Manusia

Suatu organisasi atau perusahaan dalam mewujudkan eksistensinya dalam rangka mencapi tujuan bisnisnya, memerlukan sejumlah pekerja yang mampu

melaksanakan seluruh volume kerjanya. Pekerja tersebut mungkin sudah didalam organisasi atau perusahaan, disamping masih memerlukan penambahan atau pengurangan dari yang sudah ada. Untuk itu diperlukan perencanaan sumber daya manusia dengan berorientasi pada hasil analisis pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi baik dari segi kuantitatif (jumlah) maupun kualitatif (kualitas).

Menurut Torrington dan Tan Chwee Huat (2002), Perencanaan sumber daya manusia merupakan kegiatan khusus yang berkaitan dengan penentuan kebutuhan sumber daya manusia perusahaan, baik kebutuhan jangka pendek maupun kebutuhan jangka panjang. Dalam bentuk yang lebih operasional adalah kegiatan yang berkaitan dengan memprediksi atau memperkirakan seberapa banyak orang atau pegawai yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas, baik jumlahnya maupun jenisnya, berapa yang akan tersedia, dan apa yang dilakukan untuk memastikan bahwa penawaran sama dengan permintaan pada waktu yang bersamaan.

Menurut William B. Wether dan Keith David dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia karangan Efendi (2002), perencanaan sumber daya manusia merupakan proses yang sistematis untuk meramalkan kebutuhan pegawai (demand) dan ketersediaan (supply) pada masa yang akan datang, baik jumlah maupun jenisnya, sehingga departemen sumber daya manusia dapat merencanakan pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan aktivitas yang lain dengan lebih baik.

Berdasarkan kedua definisi diatas dapat dikatakan bahwa perencanaan sumber daya manusia merupakan proses penentuan kebutuhan pegawai pada masa

yang akan datang berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi dan persediaan tenaga kerja yang ada.

Manfaat dari perencanaan sumber daya manusia adalah :

1. Memperbaiki pemanfaatan sumber daya manusia,

2. Menyesuaikan aktivitas sumber daya manusia dan kebutuhan dimasa depan

secara efisien,

3. Meningkatkan efisiensi dalam menarik pegawai baru,

4. Melengkapi informasi sumber daya manusia yang dapat membantu kegiatan

sumber daya manusia dan unit organisasi lain.

Langkah-langkah perencanaan sumber daya manusia, yaitu :

1. Analisis beberapa faktor peyebeb perubahan kebutuhan sumber daya manusia,

2. Peramalan kebutuhan sumbe daya manuia,

3. Penentuan kebutuhan sumber daya manusia dimasa yang akan datang,

4. Analisis ketersediaan (supply) sumber daya manusia dan kemampuan

perusahaan,

5. Penentuan dan implementasi program. (Efendi, 2002)

2.5. Pengukuran Waktu Kerja (Work Measurement)

Tujuan dari work measurement adalah untuk menentukan waktu baku yang seharusnya untuk menyelesaikan suatau pekerjaan. Waktu baku merupakan waktu

yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga waktu baku tersebut dibutuhkan dalam suatu unit organisasi. Maka waktu baku dapat digunakan untunk membuat rencana

penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan itu harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta berapa pula jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Selain itu waktu baku juga digunakan untuk menentukan upah ataupun insentif yang harus

di bayar sesuai dengan performance yang ditunjukan oleh pekerja tersebut.

Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya, prioritas dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. (National Institutes of Health, 2001)

Wignjosoebroto (1995), mendefinisikan work measurement (pengukuran

waktu kerja) sebagai usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan pekerjaan. Secara singkat pengukuran waktu kerja adalah metode penerapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku ini digunakan untuk :

1. Man power planning (Perencanaan Kebutuhan Karyawan) 2. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan

3. Penjualan produk dan penganggaran

4. Perencanaan system pemberian bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja yang berprestasi

5. Indikasi keluaran (Output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja

Ada dua teknik pengukuran kerja dari work measurement yaitu :

pengukuran kerja secara langsung dan pengukuran kerja secara tidak langsung. Pengukuran kerja secara langsung merupakan pengukuran yang dilakasnakan secara langsung pada tempat dimana pekerja diukur. Ada dua cara pengukuran

kerja secara langsung, yaitu : Menggunakan Jam Henti (Stop Watch Time Study) dan sampling kerja (Work Sampling). Sebaliknya pengukuran kerja secara tidak langsung adalah perhitungan waktu kerja dimana pengamatan tidak berada ditempat pekerjaan diukur. Aktivitas pengukuran dilakukan melalui perhitungan waktu kerja melalui tabel-tabel waktuyang tersedia tetapi harus mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Cara ini dilakukan dalam aktivitas dari waktu baku (Standard Detik) dan data waktu gerakan (predermined Time System).

Kegiatan dari Work Measurement adalah : 1. Menentukan insetif gaji

2. Menentukan jadwal kerja yang efektif dan dapat berjalan dengan baik 3. Menjadi salah satu input bagi penentuan anggaran biaya

4. Menjadi slah satu input untuk melakukan estimasi harga produk 5. Untuk melakukan kontrol terhadap biaya tenaga kerja

6. Mengetahui efektivitas mesin

7. Dasar pembetukan keseimbangan aktivitas pada tiap work station 8. Sebagai studi mengenai down time

9. Sebagai studi dalam masalah produk

2.6. Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti (Stop Watch Time

Study)

Pengukuran waktu kerja dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study)

diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Aktivitas pengukuran waktu kerja degan jam henti umumnya diaplikasikan pada

industri manufacturing yang memiliki karateristik kerja yang berulang-ulang,

terspesifikasi jelas dan menghasilkan output yang relative sama. Meskipun

demikian aktivitas ini bias pula diaplikasikan untuk perkajaan-perkerjaan non manufacturing seperti yang bias dijumpai dalam aktivitas kantor gudang atau jasa pelayanan lainnya asalkan kriteria-kriteria dibawah ini bias terpenuhi, yaitu :

1. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform

2. Isi / macam pekerjaan itu harus homogen

3. Hasil kerja (Output) harus dapat dihitungkan secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang langsung 4. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksnakan dan teratur sifatnya sehingga

akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya

Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas Stop Watch Time Study dapat

dilaksanakan untuk berbagai macam / jenis pekerjaan baik yang bisa diklasifikasikan sebagai manufacturing job / service job. Aktivitas pengukuran waktu kerja sendiri tidak mungkin bisa dilaksanakan apabila dijumpai

pekerjaan-pekerjaan yang tidak memperdulikan volume atau jumlah output yang ingin

dihasilkan atau pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan output yang tidak

mungkin untuk standarkan seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat creative works (hasil seni,research,dll).

2.6.1 Langkah – langkah Pengukuran Waktu Kerja

Adapun langkah-langkah yang dikerjakan selama pengukuran waktu kerja berlangsung, antara lain :

Pengukuran pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali pengukuran dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang didapat dari hasil perhitungan waktu pengamatan. Biasanya pengukuran waktu dilakukan sebanyak 25 kali pengukuran.

2. Uji Keseragaman Data

Proses analisa keseragaman data ini dilakukan dengan menggunakan control yang diperoleh dari pengamatan. Data-data yang didapat dari pengamatan kemudian dikelompokkan kedalam beberapa sub grup dan diselidiki apakah rata-rata sub grup tersebut berada dalam batas kontrol.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut

A. Mengelompokkan data kedalaman subgroup-subgrupyang sama besar

secara berturut-turut.

Tabel 2.1 Pengolahan Data

Sub Grup Waktu Pengamatan Rata-rata Sub Grup Jumlah

X

nif Jumlah Sub Grup 1 2 L 11

x

,

x

12,…,

x

Ln 21

x

,

x

22,…,

x

Ln n

x

1 ,

x

L2,…,

x

Ln

X

1n

X

2 n

X

Ln

x

12n

x

22n

x

Ln2

x

1n

x

2n

X

Ln Jumlah

= = L n j i ij

X

1 1

( )

X

ij L n j i 2 1 1

= =

( )X

ij L n j i

= = 1 1 Keterangan :

x

(I = 1,2,3,…,n ; j = 1,2,3,…,n) N = Jumlah per sub grup

L = Ukuran sub grup

N = Jumlah seluruh pengamatan

b. Mengetahui harga rata – rata dari rata – rata sub grup

x

=

k

x

ij

Dimana :

x

adalah harga rata – rata sub grup ke-1 k adalah harga banyaknya sub yang terbentuk c. Mengetahui standart deviasi dari waktu pengamatan

( )

1 2 − − ∑ = n xij ij

x

δ

Dimana : n = jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan

X adalah waktu penyelesaian yang termati Selama pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan

d. Menghitung standart deviasi sebenarnya dari waktu pengamatan

x

σ

=

n

σ

Dimana :

σ

x = Penyimpanan standard dari distributor rata-rata

σ

= Penyimpanan standard dari populasi elemen kerja

yang ada

n adalah besarnya sub grup

S =         x x σ 100% x

σ

= Penyimpanan standard dari distributor rata-rata

x adalah harga rata – rata sub grup

f Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah

(BKB)

BKA =

x

+

kσ

x

BKB =

x

kσ

x

x adalah harga rata – rata sub grup

x

kσ

= Penyimpanan standard dari distributor rata-rata g. Analisa Keseragaman Data

Data yang dihasilkan dapat dikatakan seragam jika rata – rata dari sub berada dalam batas control atas (BKA) dan batas control bawah (BKB). Setelah data terkumpul, maka diteruskan dengan mengidentifikasikan data yang terlalu exstrim. Yang dimaksud ekstrim adalah data yang terlalu besar atau yang terlalu kecil dan menyimpang dari harga- harga yang disebabkan hal-hal tertentu. Data yang ekstrim ini dikeluarkan dari perhitungan berikut .

3. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dapat dilakukan setelahseluruh data dari hasil pengukuran telah seragam. Uji kecukupan data dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

N’ =

( ) ( )

( )

2 2 2 x x x if if if N s k Dimana :

N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang seharunya dilakukan

s = Tingkat ketelitian

K = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat

keyakinan/tinkat kepercayaan

• Untuk tingkat keyakinan 0 - 68% harga k adalah 1

• Untuk tingkat keyakinan 69 - 95% harga k adalah 2

• Untuk tingkat keyakinan 96 - 99% harga k adalah 3 Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu :

a. Apabila N’ ≤ N ( jumlah pengamatan teoritas lebih kecil atau sama

dengan pengamatan yang sebenarnya dilakukan ), maka data tersebut dinyatakan telah menyukupi untuk tingkat keyakinan dan derajat ketelitian yang diinginkan tersebut, sehingga data tersebut dapat diolah untuk mencari waktu baku.

b. Tetapi jika sebaiknya, dimana N’ > N (jumlah pengamatan teoritas lebih besar dari jumlah pengamatan yang ada), maka data tersebut dinyatakan tidak cukup. Dan agar tersebut dapat diperoleh untuk mencari waktu baku, maka data pengamatan harus ditambah lagi sampai lebih besar dari jumlah data pengamatan teoritas. Sutalaksana, (1979)

2.6.2. Penetapan Waktu Baku

Waktu baku adalah waktu yang diperoleh seorang operator yang berkualitas baik untuk menyelesaikan pekerjaannya, dimana sudah terdapat pengaruh dari kelonggaran. (Wignjosoebroto, 1995)

Waktu Baku = Waktu Normal x

Dimana : Wb = Waktu Baku / Waktu Standart Wn = Waktu Normal

2.6.3. Perhitungan Output Standart

Perhitungan output stardart merupakan langkah berikutnya setelah dilakukan pengukuran waktu kerja dan dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data. Untuk mendapatkan output standrt dapat ditempuh langkah – langkah sebagai berikut : Sutalaksana, (1979)

a. Mengetahui waktu siklus rata – rata untuk tiap eleman kegiatan (Ws)

Ws =

N

X

if

ij

x

= Waktu pengamatan N = Jumlah pengamatan

b. Mengetahui Waktu Normal (Wn)

Wn = Ws x p Dimana Ws = Waktu Siklus

p adalah factor penyusuaian yang digunakan untuk 100%

c. Menghitung Waktu Baku (Wb) Wb = Wn x

Dimana : Wb = Waktu Baku / Waktu Standart Wn = Waktu Normal

Dimana allowance merupakan factor kelonggaran yang dinyatakan dalam % dari waktu normal dan diderikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaanya disamping waktu normal.

d. Menghitung output Standart (OS) OS =

Dimana : 1 = Waktu Satu Periode Os = Output Standard

2.7. Faktor Penyesuaian (Performance Rating)

Sutalaksana (1978) mengatakan dalam melakukan penyesuaiaan (Performance Rating) berusaha menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja karyawan pada saat diamati akibat kecepatan kerja karyawan, tingkat keterampilan, lingkungan dan lain-lain yang berubah-ubah. Faktor penyesuaian dianalisi berdasrkan pengamatan sebelum penelitian berlangsung dan bersifat subyektif tergantung pada penelitian, tetapi paling tidak diusahakan untuk mendekati kenyataan.

Dengan melakukan performance rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa “dinormalkan” kembali. Ketidaknormalkan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana semestinya.

100%

100% - % allowance

1

Biasanya penyesuaian dilakukan mengalikan waktu siklus rata-rata atau

Dokumen terkait