ANALISIS BEBAN KERJA BAGIAN PRODUKSI DENGAN
PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA)
DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL Tbk. SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
GALEH WIDYA DIRGANTARA NPM : 0732010130
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR
SURABAYA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR. WB.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangNYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS BEBAN KERJA BAGIAN PRODUKSI DENGAN
PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALISYS (WLA) DI PT.
GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA”. Tak ada kata yang pantas
untuk diucapkan selain rasa syukur atas nikmat yang diberikan olehNYA.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. H. MT. Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri khususnya Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Bapak Supriyono. selaku pembimbing pabrik yang telah membantu memberikan banyak informasi tentang skripsi saya.
9. Seluruh Pimpinan, Karyawan dan Staff di PT. Gunawan Dianjaya Steel yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi saya.
10.Kepada Seluruh Sahabat - Sahabat, jurusan Teknik Industri yang telah memberikan motivasi dan tenaga dalam proses penyusunan sehingga terselesaikan skripsi ini.
11.All my prends diluar FTI yang memberi support dalam suka maupun duka Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya dan PT. Bambang Djaja pada khususnya.
Wassalamualaikum WR. WB.
Surabaya, Juni 2011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... Daftar Lampiran ... Abstraksi ...
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Asumsi – Asumsi ... 3
1.5. Tujuan Penelitian ... 4
1.6. Manfaat Penelitian ... 4
1.7. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Pengukuran Kerja .………...7
2.2. Konsep Efisien, Efektif dan Produktivitas ………...8
2.3. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ……...10
2.4. Perencanaan Sumber Daya Manusia ……….……….14
2.5. Pengukuran Waktu Kerja (Work Measurement) ………....16
2.6.1. Melakukan Pengukuran Waktu kerja………..19
2.6.2. Penetapan Waktu Baku ………..24
2.6.3. Perhitungan Output Standart ...24
2.7. Faktor Penyesuaian (Performance Rating) ………25
2.8. Kelonggaran (Alowance) ………35
2.9. Work Load analysis (WLA) ………...……...37
3.1. Penelitian Terdahulu ……….41
BAB III METODE PENELITIAN………...45
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….……45
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ……….………45
3.3. Metode Pengumpulan Data ………...…46
3.4. Metode Pengolahan Data ...47
3.4.1. Uji Keseragaman Data ………..47
3.4.2. Uji Kecukupan Data ...48
3.4.3. Metode Work Load Analysis (WLA) ...49
3.5. Langkah Pemecahan Masalah ...50
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ………..56
4.1. Proses Produksi...56
4.2. Jumlah Karyawan Tiap Stasiun ...60
4.3. Identifikasi Elemen-elemen Kerja ...61
4.4. Aktivitas masing – masing elemen kerja ...63
4.6. Beban kerja untuk tiap – tiap elemen kerja...71
4.7. Karyawan yang optimal…...76
4.8. Hail dan Pembahasan …...83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...87
5.1. Kesimpulan ...87
ABSTRAKSI
Saat ini beberapa perusahaan memberikan perhatian khusus pada efisiensi, efektifitas dan produktivitas
.
Hal ini dapat dipenuhi apabila perusahaan melakukan pengaturan terhadap jadwal penyelesaian permintaan dengan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang berpengaruh agar pesanan dapat diselesaikan atau terpenuhi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan yaitu faktor waktu, pekerja atau tenaga kerja yang terlibat langsung didalam bagian proses produksi.Sebagai perusahan yang bergerak di bidang industri plat baja salah satu factor yang mempengaruhi adalah beban kerja yang diberikan oleh perusahaan. Untuk itu pihak perusahan harus memperhatikan beban kerja yang akan diberikan karyawan agar tercapai produktifitas yang optimal.
Untuk mengatasi masalah pengukuran beban kerja pada PT. Gunawan Dianjaya Steel, maka dalam penelitian ini menggunakan metode Work Load Analysis (WLA). Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya manusia karyawan untuk menyelesaikan beban kerja yang ada.
Berdasarkan hasil pengukuran beban kerja pada PT. Gunawan Dianjaya Steel dengan menggunakan metode Work Load Analysis (WLA) dapat disimpulkan bahwa beban kerja Pada bagian cutting, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 98,50%, Pada bagian reheating furnace, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 98,82%, Pada bagian descaler, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 99,85%, Pada bagian rolling mill, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 98,62%, Pada bagian hot leveller, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 98,55%, Pada bagian dividing shear, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 98,82%, Pada bagian cooling bed, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 97,63%, Pada bagian cropping & side shear, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 96,53%
Kata kunci : Beban Kerja, Work Load Analysis.
ABSTRACT
Currently, some companies give special attention to efficiency, effectiveness and productivity. This can be met if companies make arrangements to schedule completion of the demand with the best. One of the factors that effect for orders can be completed or fulfilled in accordance with the schedule is time factor, the worker or workers directly involved in the production process.
As a company engaged in the steel plate industry one of the factors that effect the workload provided by the company. For that the company should consider the workload that will be provided by the employee in order to achieve optimal productivity.
To solve the problem of workload measurement in PT. Gunawan Dianjaya Steel, so this research using Work Load Analysis (WLA). This method will provide information on the allocation of human resources employees to complete the existing workload.
Based on the result of workload measurement in PT. Gunawan Dianjaya Steel by using method Work Load Analysis (WLA) can be conclude that the workload of the section cutting, had an average workload of 98,50%. In the reheating furnace, had an average workload 98,82%. In part descaler, had an average workload of 99,85%. On the rolling mill, had an average workload of 98,62%. In the hot levelers had an average workload of 98,55%. On the dividing shear, had an average workload of 98,82%. In the cooling bed, had an average workload of 97,63%. In the cropping and side shear, had an average workload of 96,53%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, banyak perusahaan yang memberikan perhatian khusus pada efisiensi, efektifitas dan produktivitas. Karena dari ketiga hal tersebut, perusahaan dapat melihat penggunaan optimal dari sumber daya yang dimiliki serta pencapaiannya terhadap target yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Hal ini dapat dipenuhi apabila perusahaan melakukan pengaturan terhadap jadwal penyelesaian permintaan dengan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang berpengaruh agar pesanan dapat diselesaikan atau terpenuhi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan yaitu faktor waktu, pekerja atau tenaga kerja yang terlibat langsung didalam bagian proses produksi.
PT.Gunawan Dianjaya Steel Tbk. (GDS) merupakan salah satu perusahaan yang fokus pada kepuasan konsumen. Perusahaan ini selalu memperbaiki kualitas produk dan secara terus menerus berusaha memenuhi keinginan pelanggan. Produk yang dihasilkan PT.Gunawan Dianjaya Steel Tbk. (GDS) adalah plat baja.
stasiun kerja yaitu stasiun kerja cutting 2 orang, reheating furnace 2 orang, descaler 1 orang, rolling mill 2 orang, hot leveller 2 orang, dividing shear 2 orang, cooling bed 1 orang, cropping & side shear 2 orang. Dimana tenaga kerja tersebut yang berperan didalam bagian proses produksi mempunyai sifat dan perilaku yang tidak konstan dalam menyelesaikan suatu produk.
Work Load Analysis (WLA) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menganalisa aktivitas-aktivitas yang timbul beserta beban kerja yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut. Dari Work Load Analysis(WLA) ini akan diperoleh sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh karyawan beserta dengan frekuensi terjadinya aktivitas tersebut dan waktu yang diperlukan guna menyelesaikan aktivitas tersebut serta kita juga dapat memiliki model matematis sehingga dapat memberikan saran jumlah karyawan yang optimal. Keunggulan metode Work Load Analysis (WLA) dibandingkan dengan metode lain Work Load Analysis (WLA) memiliki perhitungan yang mudah dimengerti dan langsung dapat mengetahui output tenaga kerja yang ada pada perusahaan.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang timbul adalah “ Seberapa besar beban kerja karyawan di setiap stasiun kerja pada bagian Produksi di PT.Gunawan Dianjaya Steel Tbk. Surabaya berdasarkan pendekatan work load analysis ?”
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan pada tenaga kerja bagian produksi ( bagian shift 1) dalam pembuatan plat baja.
2. Proses produksi dilakukan secara semi otomatis. 3. Masalah biaya tidak dibahas dalam penelitian ini
4. Penelitian dilakukan pada delapan stasiun kerja yaitu cutting, reheating furnace, descaler rolling mill, hot leveller, dividing shear, cooling bed, cropping & side shear.
1.4. Asumsi - asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sarana dan prasarana baik mesin maupun peralatannya dianggap bekerja dengan baik.
2. Mutu barang yang dihasilkan dianggap baik kwalitasnya dan telah memenuhi standart custumer.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Mengukur beban kerja karyawan dari setiap stasiun kerja yang optimal pada bagian produksi.
1.6. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini manfaat yang ingin dicapai adalah :
a Untuk mengetahui waktu produktif dan waktu non produktif tiap karyawan bagian produksi.
b Mengetahui beban kerja tiap karyawan bagian Produksi.
c Mengetahui jumlah karyawan yang optimal di bagian Produksi yang dibutuhkan.
1.7. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman atas materi-materi yang dibahas dalam tugas akhir ini, maka berikut ini akan penulis uraikan secara garis besar isi dari masing-masing bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan menguraikan mengenai landasan-landasan teori atau literatur yang digunakan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Teori-teori yang digunakan dalam bab ini akan digunakan sebagai landasan peneliti untuk menjalankan penelitiannya, sehingga kebenaran dari metode yang ada dapat dipertanggung jawabkan. Landasan teori yang digunakan untuk menunjang penelitian ini yaitu konsep perencanaan SDM; work measurement; work load analysis; penentuan waktu longgar (allowance); uraian pekerjaan ( job description) dan peneliti terdahulu.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang waktu lokasi dan penelitian, menguraikan tentang metode pengumpulan data yang digunakan, pemaparan data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian serta langkah-langkah yang digunakan untuk pemecahan masalah dan pencapaian tujuan.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
serta akan dapat memberikan gambaran mengenai hasil pengolahan data tersebut.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan memberikan kesimpulan atas analisa terhadap hasil pengolahan data. Kesimpulan tersebut harus dapat menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu juga berisi tentang saran penelitian. Penelitian yang masih belum sempurna atau diperlukan penelitian yang lebih lanjut adalah beberapa saran yang mungkin disertakan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengukuran Kerja
Purnomo.(2004) mengatakan Pengukuran kerja adalah proses sistematis dan
berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi satu kesatuan organisasi / kerja.
Pendapat lain mengatakan pengukuran kerja adalah suatu alat manajemen
yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas serta manilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and obyectives).
Whittaker (2005)
Pengukuran kerja yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan
balik, yang merupakan hal yang penting dalam upaya perbaikan secara terus
menerus. Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu (time
study). Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standar
atau waktu baku. Pengertian umum pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk
menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang operator dalam melaksanakan
kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal.
Proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
besar, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran waktu secara
tidak langsung. Disebut secara langsung karena pengamat berada di tempat di
atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (obyek pengamatan)
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran secara langsung terdiri dari dua
cara, yaitu pengukuran dengan menggunakan stop watch dan sampling kerja.
Sedangkan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak berada
secara langsung di lokasi (objek) pengukuran.
Secara garis besar pengukuran kerja mempunyai peran sangat penting
untuk :
a. Memastikan tercapainya rencana kerja yang telah disepakati.
b. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kerja dan membandingkannya
dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja
c. Menjadi Alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka
upaya memperbaiki kinerja organisasi.
2.2. Konsep Efisiensi, Efektifitas dan Produktivitas
Pengertian efesiensi menurut Sumanth adalah perbandingan atau rasio dari
keluaran (output) dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada bagaimana
baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan output.
Sedangkan efektivitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang
diukur dengan perbandingan atau rasio dari keluaran ( output aktual ) yang
dicapai dengan keluaran (output ) standart yang diharapkan. Sumanth (1985).
Efisiensi merupakan penghematan penggunaan sumber daya dalam kegiatan
organisasi, dimana efisiensi pada “daya guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian
sumber daya yang lebih sedikit untuk mencapai hasil yang sama. Efisiensi
dengan realisasi penggunannya. Efisiensi 100% sangat sulit dicapai, tetapi
efisiensi yang mendekati 100% sangat diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi
pada input daripada output.
Efektivitas merupakan ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh
sasaran (kualitas, kwantitas dan waktu) telah tercapai. Nilai efektivitas
dicerminkan oleh perbandingan nilai output akhir dengan output yang
direncanakan. Makin besar sasaran yang dicapai, makin tinggi tingkat efektivitas.
Konsep efektivitas yang tinggi belum tentu menunjukkan efisien yang tinggi pula.
Suatu proses dikatakan lebih efektif bila dengan masukan (input) yang sama
diperoleh keluaran (output) yang lebih besar, hasil yang lebih baik atau dalam
waktu lebih singkat.
Berdasarkan Sumanth (1985), produktivitas adalah rasio antara output
dengan input. Dengan diketahui nilai indeks produktivitas, maka akan diketahui
pula seberapa efektif proses produksi yang telah digunakan untuk meningkatkan
output dan seberapa efisien pula sumber – sumber input yang telah berhasil
dihemat.
Secara umum menurut Sumanth (1985) terdapat tiga tipe dasar dari
produktivitas yang akan didefinisikan berikut ini, antara lain:
1. Produktivitas Parsial (Partial Productivity)
Produktivitas parsial merupakan rasio dari output terhadap satu jenis input
tertentu. Sebagai contoh: produktivitas tenaga kerja (rasio dari output terhadap
input tenaga kerja), produktivitas material (rasio dari output terhadap input
material) ataupun produktivitas modal (rasiooutput terhadap input modal).
Produktivitas total faktor merupakan rasio dari “net ouput” terhadap jumlah
faktor input langsung. Net output disini adalah total output dikurangi barang
setengah jadi maupun servis yang diberikan.
3. Produktivitas Total (Total Productivity)
Produktivitas total merupakan rasio dari total output terhadap jumlah dari
seluruh faktor input yang ada. Jadi, suatu produktivitas total merefleksikan
dampak gabungan dari semua input dalam memproduksi output. Produktivitas
dan efisiensi adalah 2 (dua) konsep penting dalam mengukur performance.
Produktivitas seperti yang sudah dijelaskan diatas dapat didefinisikan sebagai
rasio output dengan input. Definisi ini mudah dan dapat diterangkan dengan
jelas oleh suatu kondisi produksi dimana ada satu output dan satu input, tetapi
pada umumnya produksi memiliki multiple output dan input. Efisiensi dapat
didefinisikan sebagai tingkat penggunaan sumber daya yang sebesar-besarnya
(Sumanth, 1985)
2.3. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu perusahaan di samping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena
itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan
manajemen sumber daya manusia (MSDM).
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang
dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,
semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai
pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara
sistematis dalam apa yang disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah
“manajemen” mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana
seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia.
Manusia merupakan suatu unsur utama dalam organisasi, sehingga tiap
organisasi mutlak memerlukan manajemen terhadap sumber daya manusianya
secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Karyawan maupun operator adalah salah satu faktor produksi yang
terpenting. Oleh karena itu perlu untuk mendapatkan perhatian khusus. Didalam
dunia perindustrian selalu dibuatkan suatu bidang tersendiri untuk memanajemen
faktor manusia, yang secara umum disebut sebagai Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM). Contoh bidang yang ada dalam dunia perindustrian seperti
Human Resource Development Department.
Menurut Flippo (1995), manajemen personalia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan, pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan
pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi
dan masyarakat.
Sedangkan menurut French (1991), mendefinisikan manajemen personalia
sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber
daya manusia oleh organisasi. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat digunakan
pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk
mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi dapat dilihat gambar 2.1
Fungsi-fungsi Personalia Penggunaan
Pemeliharaan
Pengembangan
Seleksi Penarikan
Gambar 2.1 Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
(Manajemen personalia dan sumber daya manusia, Handoko, 1991)
Manajemen sumber daya manusia sangat diperlukan guna meningkatkan
produktivitas kerja serta efektivitas dan efisiensi didalam penggunaan sumber
daya manusia. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari organisasi akan dapat
tercapai sebagaimana mestinya.
Hal yang penting untuk diperhatikan oleh organisasi adalah bagaimana
memperoleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan posisi yang akan diduduki,
bagaimana mengembangkannya dan memelihara tenaga kerja, menggunakan serta
mengevaluasi hasil kerjanya.
Ada empat hal yang penting dalam batasan manajemen yang perlu
diketahui, yaitu :
1. Adanya suatu organisasi atau lembaga atau perusahaan,
2. Oraganisasi tersebut mempunyai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan
3. Dalam organisasi tersebut bekerja sekelompok orang sebagai tenaga pekerja,
4. Perlunya peraturan orang-orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu. ( Mukhyi dkk, 1993)
Tujuan manajemen sumber daya manusia pada prinsipnya ada dua jenis,
yaitu :
1. Production Mainded, merupakan usaha-usaha pihak organisasi atau
perusahaan agar para tenaga kerja bersedia memberikan prestasi yang
sebesar-besarnya (mencapai produktivitas yang maksimum) ini dapat dicpai dengan
melalui fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam organisasi atau perusahaan.
2. People Mainded, mempunyai pengertian hanya dengan perhatian yang
sungguh-sungguh dari pihak perusahaan kepada tenaga kerja anatara lain
dengan pelayanan yang sebaik mungkin, system birokrasi yang pendek,
kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja yang layak, jaminan-jaminan social
yang layak dan sebagainya. (Mukhyi,dkk 1993)
Dalam perusahaan kecil, semua fungsi personalia dilakukan dan ditangani
langsung oleh manajer puncak, lain dengan perusahaan besar fungsi personalia
didelegasikan kepada masing-masing manajer termasuk manajer personalia.
Dalam perusahaan yang besar setiap manajer mempunyai fungsi dan tanggung
jawab dibidang personalia di departemennya masing-masing sesuai dengan
wewenangnya. Manajer personalia berfungsi memberikan layanan dibidang
personalia kepada manajer-manajer yang ada dalam perusahaan, sehingga tidak
dualisme fungsi personalia.
Ruang lingkup manajemen sumber daya manusia terdiri atas penarikan
dengan kebutuhan organisasi atau persahaan yang didapat melalui proses seleksi.
(Mukyi,dkk 1993)
Menurut Mukhyi,dkk (1993) Pendekatan manajeman sumber daya
manusia meliputi :
1. Pendekatan Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah pengelolahan dan pendayagunaa
sumber daya manusia. Martabat dan kepentingan hidup manusia hendaknya
tidak diabaikan agar kehidupan mereka layak dan sejahtera.
2. Pendekatan manajerial.
Analisis prestasi dan kehidupan kerja setiap karyawan tergantung pada
atasannya langsung dimana karyawan berada.
3. Pendekatan Sistem
Bagian personalia merupakan sub system dari system organisasi atau
perusahaan, maka perlu evaluasikan dengan criteria besarnya kontribusi yang
dibuat organisasi. Manajemen sumber daya manusia adalah suatu system
terbuka dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi.
4. Pendekatan Proaktif
Manajemen sumber daya manusia dapat meningkatkan kontribusinya kepada
karyawan, manajer dan organisasi melalui antisipasinya terhadap
masalah-masalah yang timbul.
2.4. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Suatu organisasi atau perusahaan dalam mewujudkan eksistensinya dalam
melaksanakan seluruh volume kerjanya. Pekerja tersebut mungkin sudah didalam
organisasi atau perusahaan, disamping masih memerlukan penambahan atau
pengurangan dari yang sudah ada. Untuk itu diperlukan perencanaan sumber daya
manusia dengan berorientasi pada hasil analisis pekerjaan, agar pekerja yang
diperlukan dapat dipenuhi baik dari segi kuantitatif (jumlah) maupun kualitatif
(kualitas).
Menurut Torrington dan Tan Chwee Huat (2002), Perencanaan sumber
daya manusia merupakan kegiatan khusus yang berkaitan dengan penentuan
kebutuhan sumber daya manusia perusahaan, baik kebutuhan jangka pendek
maupun kebutuhan jangka panjang. Dalam bentuk yang lebih operasional adalah
kegiatan yang berkaitan dengan memprediksi atau memperkirakan seberapa
banyak orang atau pegawai yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas, baik
jumlahnya maupun jenisnya, berapa yang akan tersedia, dan apa yang dilakukan
untuk memastikan bahwa penawaran sama dengan permintaan pada waktu yang
bersamaan.
Menurut William B. Wether dan Keith David dalam buku Manajemen
Sumber Daya Manusia karangan Efendi (2002), perencanaan sumber daya
manusia merupakan proses yang sistematis untuk meramalkan kebutuhan pegawai
(demand) dan ketersediaan (supply) pada masa yang akan datang, baik jumlah
maupun jenisnya, sehingga departemen sumber daya manusia dapat
merencanakan pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan aktivitas yang lain
dengan lebih baik.
Berdasarkan kedua definisi diatas dapat dikatakan bahwa perencanaan
yang akan datang berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi dan persediaan
tenaga kerja yang ada.
Manfaat dari perencanaan sumber daya manusia adalah :
1. Memperbaiki pemanfaatan sumber daya manusia,
2. Menyesuaikan aktivitas sumber daya manusia dan kebutuhan dimasa depan
secara efisien,
3. Meningkatkan efisiensi dalam menarik pegawai baru,
4. Melengkapi informasi sumber daya manusia yang dapat membantu kegiatan
sumber daya manusia dan unit organisasi lain.
Langkah-langkah perencanaan sumber daya manusia, yaitu :
1. Analisis beberapa faktor peyebeb perubahan kebutuhan sumber daya manusia,
2. Peramalan kebutuhan sumbe daya manuia,
3. Penentuan kebutuhan sumber daya manusia dimasa yang akan datang,
4. Analisis ketersediaan (supply) sumber daya manusia dan kemampuan
perusahaan,
5. Penentuan dan implementasi program. (Efendi, 2002)
2.5. Pengukuran Waktu Kerja (Work Measurement)
Tujuan dari work measurement adalah untuk menentukan waktu baku yang
seharusnya untuk menyelesaikan suatau pekerjaan. Waktu baku merupakan waktu
yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata
untuk yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang
harus diselesaikan, sehingga waktu baku tersebut dibutuhkan dalam suatu unit
penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan itu harus
berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta berapa pula jumlah
karyawan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Selain itu
waktu baku juga digunakan untuk menentukan upah ataupun insentif yang harus
di bayar sesuai dengan performance yang ditunjukan oleh pekerja tersebut.
Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya,
prioritas dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang
dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. (National Institutes
of Health, 2001)
Wignjosoebroto (1995), mendefinisikan work measurement (pengukuran
waktu kerja) sebagai usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan
guna menyelesaikan pekerjaan. Secara singkat pengukuran waktu kerja adalah
metode penerapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan
dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku ini digunakan untuk :
1. Man power planning (Perencanaan Kebutuhan Karyawan)
2. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan
3. Penjualan produk dan penganggaran
4. Perencanaan system pemberian bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja
yang berprestasi
5. Indikasi keluaran (Output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja
Ada dua teknik pengukuran kerja dari work measurement yaitu :
pengukuran kerja secara langsung dan pengukuran kerja secara tidak langsung.
Pengukuran kerja secara langsung merupakan pengukuran yang dilakasnakan
kerja secara langsung, yaitu : Menggunakan Jam Henti (Stop Watch Time Study)
dan sampling kerja (Work Sampling). Sebaliknya pengukuran kerja secara tidak
langsung adalah perhitungan waktu kerja dimana pengamatan tidak berada
ditempat pekerjaan diukur. Aktivitas pengukuran dilakukan melalui perhitungan
waktu kerja melalui tabel-tabel waktuyang tersedia tetapi harus mengetahui
jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen
gerakan. Cara ini dilakukan dalam aktivitas dari waktu baku (Standard Detik) dan
data waktu gerakan (predermined Time System).
Kegiatan dari Work Measurement adalah :
1. Menentukan insetif gaji
2. Menentukan jadwal kerja yang efektif dan dapat berjalan dengan baik
3. Menjadi salah satu input bagi penentuan anggaran biaya
4. Menjadi slah satu input untuk melakukan estimasi harga produk
5. Untuk melakukan kontrol terhadap biaya tenaga kerja
6. Mengetahui efektivitas mesin
7. Dasar pembetukan keseimbangan aktivitas pada tiap work station
8. Sebagai studi mengenai down time
9. Sebagai studi dalam masalah produk
2.6. Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti (Stop Watch Time
Study)
Pengukuran waktu kerja dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study)
diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu.
industri manufacturing yang memiliki karateristik kerja yang berulang-ulang,
terspesifikasi jelas dan menghasilkan output yang relative sama. Meskipun
demikian aktivitas ini bias pula diaplikasikan untuk perkajaan-perkerjaan non
manufacturing seperti yang bias dijumpai dalam aktivitas kantor gudang atau jasa
pelayanan lainnya asalkan kriteria-kriteria dibawah ini bias terpenuhi, yaitu :
1. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform
2. Isi / macam pekerjaan itu harus homogen
3. Hasil kerja (Output) harus dapat dihitungkan secara nyata (kuantitatif) baik
secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang langsung
4. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksnakan dan teratur sifatnya sehingga
akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya
Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas Stop Watch Time Study dapat
dilaksanakan untuk berbagai macam / jenis pekerjaan baik yang bisa
diklasifikasikan sebagai manufacturing job / service job. Aktivitas pengukuran
waktu kerja sendiri tidak mungkin bisa dilaksanakan apabila dijumpai
pekerjaan-pekerjaan yang tidak memperdulikan volume atau jumlah output yang ingin
dihasilkan atau pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan output yang tidak
mungkin untuk standarkan seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan yang
bersifat creative works (hasil seni,research,dll).
2.6.1 Langkah – langkah Pengukuran Waktu Kerja
Adapun langkah-langkah yang dikerjakan selama pengukuran waktu kerja
berlangsung, antara lain :
Pengukuran pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali
pengukuran dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang didapat
dari hasil perhitungan waktu pengamatan. Biasanya pengukuran waktu dilakukan
sebanyak 25 kali pengukuran.
2. Uji Keseragaman Data
Proses analisa keseragaman data ini dilakukan dengan menggunakan
control yang diperoleh dari pengamatan. Data-data yang didapat dari pengamatan
kemudian dikelompokkan kedalam beberapa sub grup dan diselidiki apakah
rata-rata sub grup tersebut berada dalam batas kontrol.
Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut
A. Mengelompokkan data kedalaman subgroup-subgrupyang sama besar
secara berturut-turut.
Tabel 2.1 Pengolahan Data
Sub Grup Waktu Pengamatan Rata-rata Sub Grup Jumlah
X
n if Jumlah Sub Grup 1 2 L 11x
,x
12,…,x
Ln
21
x
,x
22,…,x
Lnn
x
1 ,x
L2,…,x
Ln
X
1n
X
2 n
X
Ln
∑
x
12n
∑
x
22n
∑
x
Ln2
∑
x
1n
∑
x
2n
∑
X
LnJumlah
∑
= = L n j i ijX
1 1( )
X
ij L n j i 2 1 1∑
∑
==
( )
X
ij(I = 1,2,3,…,n ; j = 1,2,3,…,n)
N = Jumlah per sub grup
L = Ukuran sub grup
N = Jumlah seluruh pengamatan
b. Mengetahui harga rata – rata dari rata – rata sub grup
x
=k
x
ij∑
Dimana :
x
adalah harga rata – rata sub grup ke-1k adalah harga banyaknya sub yang terbentuk
c. Mengetahui standart deviasi dari waktu pengamatan
(
)
1
2
− − ∑
=
n
xij
ij
x
δ
Dimana : n = jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan
X adalah waktu penyelesaian yang termati Selama
pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan
d. Menghitung standart deviasi sebenarnya dari waktu pengamatan
x
σ
=n
σ
Dimana :
σ
x = Penyimpanan standard dari distributor rata-rata
σ
= Penyimpanan standard dari populasi elemen kerjayang ada
n adalah besarnya sub grup
S =
x
x
σ
100%
x
σ
= Penyimpanan standard dari distributor rata-ratax adalah harga rata – rata sub grup
f Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah
(BKB)
BKA =
x
+k
σ
xBKB =
x
―k
σ
xx adalah harga rata – rata sub grup
x
k
σ
= Penyimpanan standard dari distributor rata-ratag. Analisa Keseragaman Data
Data yang dihasilkan dapat dikatakan seragam jika rata – rata dari
sub berada dalam batas control atas (BKA) dan batas control bawah (BKB).
Setelah data terkumpul, maka diteruskan dengan mengidentifikasikan data yang
terlalu exstrim. Yang dimaksud ekstrim adalah data yang terlalu besar atau yang
terlalu kecil dan menyimpang dari harga- harga yang disebabkan hal-hal tertentu.
Data yang ekstrim ini dikeluarkan dari perhitungan berikut .
3. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dapat dilakukan setelahseluruh data dari hasil
pengukuran telah seragam. Uji kecukupan data dapat dihitung dengan rumus
N’ =
(
)
(
)
(
)
2 2 2 ∑ ∑ − ∑ x x x if if if N s k Dimana :N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang seharunya dilakukan
s = Tingkat ketelitian
K = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat
keyakinan/tinkat kepercayaan
• Untuk tingkat keyakinan 0 - 68% harga k adalah 1
• Untuk tingkat keyakinan 69 - 95% harga k adalah 2
• Untuk tingkat keyakinan 96 - 99% harga k adalah 3
Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu :
a. Apabila N’ ≤ N ( jumlah pengamatan teoritas lebih kecil atau sama dengan pengamatan yang sebenarnya dilakukan ), maka data tersebut
dinyatakan telah menyukupi untuk tingkat keyakinan dan derajat
ketelitian yang diinginkan tersebut, sehingga data tersebut dapat diolah
untuk mencari waktu baku.
b. Tetapi jika sebaiknya, dimana N’ > N (jumlah pengamatan teoritas lebih
besar dari jumlah pengamatan yang ada), maka data tersebut dinyatakan
tidak cukup. Dan agar tersebut dapat diperoleh untuk mencari waktu
baku, maka data pengamatan harus ditambah lagi sampai lebih besar dari
2.6.2. Penetapan Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang diperoleh seorang operator yang berkualitas
baik untuk menyelesaikan pekerjaannya, dimana sudah terdapat pengaruh dari
kelonggaran. (Wignjosoebroto, 1995)
Waktu Baku = Waktu Normal x
Dimana : Wb = Waktu Baku / Waktu Standart
Wn = Waktu Normal
2.6.3. Perhitungan Output Standart
Perhitungan output stardart merupakan langkah berikutnya setelah
dilakukan pengukuran waktu kerja dan dilakukan uji keseragaman dan kecukupan
data. Untuk mendapatkan output standrt dapat ditempuh langkah – langkah
sebagai berikut : Sutalaksana, (1979)
a. Mengetahui waktu siklus rata – rata untuk tiap eleman kegiatan (Ws)
Ws =
N
X
if∑
ij
x
= Waktu pengamatanN = Jumlah pengamatan
b. Mengetahui Waktu Normal (Wn)
Wn = Ws x p
Dimana Ws = Waktu Siklus
p adalah factor penyusuaian yang digunakan untuk 100%
c. Menghitung Waktu Baku (Wb)
Wb = Wn x
Dimana : Wb = Waktu Baku / Waktu Standart
Wn = Waktu Normal
Dimana allowance merupakan factor kelonggaran yang dinyatakan
dalam % dari waktu normal dan diderikan kepada pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaanya disamping waktu normal.
d. Menghitung output Standart (OS)
OS =
Dimana : 1 = Waktu Satu Periode
Os = Output Standard
2.7. Faktor Penyesuaian (Performance Rating)
Sutalaksana (1978) mengatakan dalam melakukan penyesuaiaan
(Performance Rating) berusaha menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari
pengukuran kerja karyawan pada saat diamati akibat kecepatan kerja karyawan,
tingkat keterampilan, lingkungan dan lain-lain yang berubah-ubah. Faktor
penyesuaian dianalisi berdasrkan pengamatan sebelum penelitian berlangsung dan
bersifat subyektif tergantung pada penelitian, tetapi paling tidak diusahakan untuk
mendekati kenyataan.
Dengan melakukan performance rating ini diharapkan waktu kerja yang
diukur bisa “dinormalkan” kembali. Ketidaknormalkan dari waktu kerja ini
diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam
tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana semestinya. 100%
100% - % allowance
1
Biasanya penyesuaian dilakukan mengalikan waktu siklus rata-rata atau
waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut factor penyesuaian.
Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang
diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Dalam waktu
yang tidak terlampau lama kita dapat menyatakan, misalnya orang tersebut
kerjanya lambat atau sangat cepat. Ini tidak lain berarti kita telah memndingkan
sesuatu dengan sesuatu yanglain yang wajar, walaupun tidak selalu mudah untuk
dinyatakan.
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan,
maka hal ini dilakukan dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan mengalikan
waktu pengamatan rata-rata dengan factor penyesuaian (p). Guna melaksanakan
pekerjaan secara normal maka dianggap operator tersebut cukup berpengalaman
pada saat bekerja melaksanakannya tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang
hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukan kesungguhan
dalam menjalankan pekerjaanya.
Sehubungan dengan factor penyesuaian dikembangkanlah dengan cara
untuk mendapatkan harga p termasuk cara-cara yang berusaha se-obyektif
mungkin. Diantaranya yaitu :
a. Cara pertama adalah cara persentase merupakan cara yang paling awal
digunakan dalam melakukan penyesuaian.
b. Cara Shumard memberikan patokan-patokan penelitian melalui kelas
Tabel 2.2. Faktor Penyesuaian Menurut cara Shumard
Kelas Penyesuaian
Superfast 100
Fair+ 95
Fair 90
Fair - 85
Excellent 80
Good + 75
Good 70
Good - 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair - 45
Poor 40
( Teknik tata cara kerja, Sutalaksana, 1979)
Disini pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator
menurut kelas – kelas Superfast+, Fast, Fast-,Exelent dan seterusnya.
Seorang yang dipandang bekerja normal diberi nilai 60, dengan nama
performance kerja yang lain dibandingkan untuk menghitung factor
penyesuaian, bila performance seorang operator dinilai Exelent maka dia
mendapat nilai 80, dan karenanya factor penyesuaiannya adalah :
P = 80/60 =1,33
Jika waktu siklus rata – rata sama dengan 276,4 detik, maka waktu
normalnya :
Wn =276,4 x 1,33 = 367,6 detik
c. Cara Westinghouse mengarahkan penilian pada 4 faktor yang dianggap
[image:35.595.152.511.104.534.2]Keterampilan, Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi. Dengan pembagian
4 faktor ini pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja
dilihat dari berbagi segi. Karenanya factor penyesuaian yang nantinya
[image:36.595.132.516.218.695.2]diperoleh dapat lebih obyektif.
Tabel 2.3. Faktor Penyesuaian Menurut Westinghouse.
Faktor Kelas Lambang Penyususan Ketrampilan Superskill A1 + 0,15
A2 + 0,13
Excellent B1 + 0,11
B2 + 0,08
Good C1 + 0,06
C2 + 0,03
Average D 0,00
Fair E1 - 0,05
E2 - 0,10
Poor F1 - 0,16
F2 - 0,22
Usaha Excessive A1 + 0,13
A2 + 0,12
Excellent B1 + 0,10
B2 + 0,08
Good C1 + 0,05
C2 + 0,02
Average D 0,00
Fair E1 - 0,04
E2 - 0,08
Poor F1 - 0,12
F2 - 0,17
Kondisi Kerja Ideal A + 0,06
Excellent B + 0,04
Good C + 0,02
Average D 0,00
Fair E - 0,03
Poor F - 0,07
Konsistensi Perfect A + 0,04
Excellent B + 0,03
Good C + 0,01
Average D 0,00
Fair E - 0,02
Poor F - 0,04
Cara pemberian nilai setiap karyawan yaitu nilai performance kerja
seseorang karyawan dibagi dengan nilai performance seorang karyawan
yang dipandang bekerja normal. Apabila faktor penyesuian (p) > 1 maka
karyawan bekerja cepat, faktor penyesuaian (p) = 1 maka karyawan
bekerja normal, dan faktor penyesuaian (p) < 1 maka karyawan bekerja
lambat.
Disini selain kecakapan dan usaha sebagai faktor yang
mempengaruhi performance manusia, cara Westinghouse menambahkan
lagi dengan kondisi kerja dan konsistensi dari operator di dalam
melakukan kerja.
Ketrampilan atau skill adalah kemampuan mengikuti cara kerja
yang ditetapkan. Untuk keperluan penyesuaian ketrampilan dibagi menjadi
enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan
berikut ini :
Super skil :
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja dengan sempurna.
3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik.
4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak
terlampau terlihat karena lancarnya.
7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah
pekerja yang baik
Exellent Skill :
1. Percaya pada diri sendiri
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3. Terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran
atau pemeriksaan- pemeriksaan.
5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa
kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
9. Bekerjanya cepat tetapi halus.
10. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.
Good skill :
1. Kualitas hasil baik
2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada
umumnya.
3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilnya
lebih rendah
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan
6. Tiada keragu-raguan.
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik
9. Gerakan-gerakannya cepat.
Average skill :
a. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
b. Gerakannya cepat tapi tidak lambat.
c. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan.
d. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
e. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan.
f. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.
g. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk-beluk
pekerjaannya.
h. Bekerjanya cukup teliti.
i. Secara keseluruhan cukup memuaskan.
Fair skill :
1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.
3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan.
4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah
ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama.
1. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak
selalu yakin.
2. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahn sendiri.
4. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.
Poor skill :
1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
2. Gerakan-gerakannya kaku
3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urut-urutan gerakan.
4. Seperti yang terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.
5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerkan-gerakan kerja.
7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan operator ketika
melakukan pekerjaanya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri-cirinya,
yaitu :
Excessive effort :
1. Kecepatan sangat berlebihan.
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan
kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari
kerja.
Exellent effort :
1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
2. Gerakan-gerakan lebih “ekonomis” daripada operator-operator biasa.
4. Banyak memberi saran-saran.
5. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
6. Percaya kepada kebaikan maksud pngukuran waktu.
7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
8. Bangga atas kelebihannya
9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali
10. Bekerjanya sistematis.
11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen-elemen lain tidak
terlihat.
Good effort :
1. Bekerja berirama.
2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Senang pada pekerjaannya.
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang.
8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.
9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
10. Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik
11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan.
Average effort :
1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.
4. Set up dilaksanakan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.
Fair effort :
1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.
3. Kurang sungguh-sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
5. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.
6. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaanya.
7. Terlampau hati-hati.
8. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.
9. Gerakan-gerakannya tidak terencana.
Poor Effort :
1. Banyak membuang-buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.
3. Tidak mau menerima saran-saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerkan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat
dan bahan-bahan
6. Tempat kerjanya tidak teratur rapi.
7. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai.
8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
Kondisi kerja atau condition adalah kondisi fisik lingkungannya seperti
keadaan pencahayaannya, temperatur dan kebisingan ruangan. Sedangkan
konsistensi atau consistency adalah faktor yang perlu diperhatikan karena
kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat
tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja
selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan
dari hari ke hari.
d. Cara obyektif memperhatikan dua faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat
kesulitan pekerja. Kecepatan kerja adalah dalam melakukan pekerjaan
dalam pengertian biasa. Disini pengukur harus melakukan penilaian
tentang kewajaran kecepatan kerja yang ditujukan oleh operator. Untuk
kesulitan kerja menunjukan berbagi keadaan kesulitan kerja seperti apakah
pekerjaan tersebut memerlukan banyak anggota badan, apakah
penggunaan tangan, dan lain-lain.
Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan cara Westing house karena
cara ini dianggap lebih lengkap dibandingkan cara-cara yang telah disebutkan
diatas (Sutalaksana,1979)
2.8. Kelonggaran (Alowance)
Kelonggaran ini adalah waktu dimana karyawan melakukan interupsi dari
proses berlangsung karena hal-hal tertentu tidak dapat dihindarkan.menurut
sutalaksana, (1979) Waktu yang dibutuhkan dalam menginterupsi proses yang
sedang berlangsung ini dapat diklasifikasikan menjadi :
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum
sekedar menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, sholat, Bercakap-cakap
dengan teman kerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun dalam bekerja.
Kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak, misalnya : seseorang
diharuskan terus bekerja dengan rasa haus atau melarang pekerja untuk sama
sekali tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian
tidak saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologis dan
fisologis yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi
demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat
dipastikan produktivitasnya menurun.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (Fatique Allowance)
Rasa lelah atau fatique tercermin antara lain dari menurunnya
produktivitas, salah satu ciri-cirinya adalah sering terlambat datang, kurang
serius dalam melaksanakan tugasnya, dll.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan tidak akan lepas dari
berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol
yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang
tidak dapat terhindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerjaan untuk
mengendalikannya, antara lain :
a. Menerima/meminta petunjuk kepada kepala bagian
b. Menunggu akibat komputer tidak dapat dioperasikan
2.9. Work Load Analysis(WLA)
Menurut Moekijat (1985) difinisi dari Work Load Analysis adalah prosedur
yang memberikan atau menghasilkan alat-alat pengukur tenaga kerja
standar-standar penyusunan tenaga kerja yang menunjukkan jumlah-jumlah yang
dipekerjakan untuk masing-masing jabatan. Lebih lanjut dikatakan bahwa analisis
beban kerja ini dapat digunakan sabagai alat menentukan atau meramalkan
kebutuhan tenaga kerja yang sebernanya dibutuhkan sehingga tidak terjadi
kesengajaan jumlah.
Beberapa definisi atau pengertian beban kerja (workload) adalah:
1. “Jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun
sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan
normal.” (Haryanto, 2004)
2. “Work that a person is expected to do in a specified time.” (Dictionary
Internet)
3. “The amount of work assigned to a person or a group, and that is to be
done in a particular period.” (Dictionary Internet)
4. “The amount of labor hours requires to carry out specified maintenance
tasks.” (Dictionary Internet)
Berdasarkan definisi-definisi di atas terlihat bahwa pengertian beban kerja terkait
dengan 4 (empat) aspek yaitu:
1. Aspek tugas-tugas yang harus dikerjakan
2. Aspek seorang atau sekelompok orang yang mengerjakan tugas-tugas
tersebut
4. Aspek keadaan/kondisi normal pada saat tugas-tugas tersebut dikerjakan
Dengan demikian, pengertian analisis beban kerja (Workload Analysis)
adalah suatu proses analisa terhadap waktu yang digunakan oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam menyelesaikan tugas-tugas suatu pekerjaan (jabatan)
atau kelompok jabatan (unit kerja) yang dilaksanakan dalam keadaan/kondisi
normal.
Menurut Komaruddin (1996:235), analisa beban kerja adalah proses untuk
menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk
merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain
analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia dan
berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada
seorang petugas.
Menurut Simamora (1995:57), analisis beban kerja adalah
mengidentifikasi baik jumlah karyawan maupun kwalifikasi karyawan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi
Menurut Moekijat (1995:58), analisis jabatan memberikan informasi tentang
syarat-syarat tenaga kerja secara kualitatif serta jenis-jenis jabatan dan karyawan
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Jumlah waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan adalah sama dengan jumlah
keempat waktu berikut :
1. Waktu yang sungguh-sungguh dipergunakan untuk bekerja yakni waktu
yang dipergunakan dalam kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan
2. Waktu yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang tidak langsung
berhubungan dengan produksi (bukan lingkaran/non-cyclical time).
3. Waktu untuk menghilangkan kelelahan (fatigue time).
4. Waktu untuk keperluan pribadi (personal time).
Jumlah orang yang diperlukan untuk menyelesaikan jabatan/pekerjaan sama
dengan jumlah waktu untuk menyelesaikan jabatan/pekerjaan dibagi dengan
waktu yang diberikan kepada satu orang. Namun demikian, untuk menentukan
jumlah orang yang diperlukan secara lebih tepat, maka jumlah tersebut perlu
ditambah dengan prosentase tertentu akibat ketidakhadiran pegawai
Beban kerja Menurut Sutalaksana, (1979) dapat dihitung sebagai berikut :
- Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan per unit :
- Waktu Normal :
∑
Y
pengama
menit
produtifX
_
tan
%
x P
- Waktu Baku:
∑
Y
pengama
menit
produtifX
_
tan
%
x P x (1+ L)
- Beban Kerja =
=
= % produktif x P (1+L)
Dimana : p = performance
L = Allowence
%prodX ∑menit_ pengamatan Y
Wbx ∑ output
∑ menit_ pengamatan
Y = Jumlah menit pengamatan
Menurut National institutes of Health (2001) Work Load Analysis dalam
Tugas Akhir karangan Dewita (2005) merupakan gambaran deskriptif dari
kebutuhan beban kerja yang dibutuhkan dalam suatu unti organisasi. Metode ini
akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya, prioritas
dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan
oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja.
Kegunaan dari Work Load Analysis adalah :
- Alat Manajemen dalam mengambil keputusan
- Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuhkan
pengelokasian tenaga ahli, penempatan staf pada possisi yang mendesak
- Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial
untuk meningkatkan efisien dan efektifitas
- Menyediakan data pendukung dalam meningkat dana progam-progam social,
ekonomi dan penelitian
- Memafasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan
produk hasil
- Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas
yang berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat
ini dan mendatang
- Menyediakan data untuk mengkorelasikan beban kerja degan kebutuhan
personal degan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih komprehensif
- Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau
- Membantu dalam penyusunan kebutuhan pelatihan untuk karyawan
- Menyediakan data sumber daya manusia ketika prganisasi mengalami
perubahan
- Merancang disiplin ilmu apa yang dibutuhkan oleh pekerja dimasa yang akan
datang
- Membantu pengembangan dan evaluasi dari pengukuran performasi
- Menyediakan data pendukung dalam keputusan alokasi sumber daya
- Menghasilkan data base dari proses kerja untuk referensi pada masa yang
akan datang
Work Load Analysis terdiri dari dua bagian. Bagian pertaman adalah
menentukan jumlah aktivitas kerja yang dibutuhkan dan hal yang akan
diselesaikan pada satu tahun yang mendatang pada setiap unit organisasi. Setiap
aktivitas kerja, unit pengukuran, sumber data yang digunakan dan pertimbangan
lainnya harus jelas, konsisten dan akurat. Bagian kedua adalah menentukan
jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktifias-aktifitas kerja
berdasarkan disiplinnya. Setiap hasil kerja, sebuah analisa waktu harus dilakukan.
Analisa waktu terdiri atas dokumen waktu yang dibtuthkan oleh jabatan yang
berbeda untuk menyelesaikan tugasnya.
2.10. Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai
acuan dalam penelitian ini
Moses L. Singgih (2005) dengan judul workload analysis dan job analysis
karyawan pada pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik dan
kemampuannya (Studi Kasus di CV.Players.Com) dengan tujuan penelitian
mengetahui beban kerja karyawan dari tiap karyawan produksi dan mengetahui
jumlah karyawan yang optimal pada bagian produksi.
CV.Players.Com merupakan perusahaan dagang yang menjual telepon
seluler (ponsel), dan perlengkapannya. CV.Players.Com memiliki satu counter
pusat dan empat counter cabang dan semua berada dalam satu gedung. Agar dapat
bertahan , CV.Players.Com merasa perlu untuk meningkatkan efisiensi, terutama
efisiensi sumber daya manusia, karena semua aktivitas masih dilakukan secara
manual tanpa bantuan komputer. Selain itu, dengan meningkatkan efisiensi
sumber daya manusia, CV.Players.Com dapat lebih memaksimalkan profit yang
diperoleh. Efisiensi sumber daya manusia bertujuannya untuk mendapatkan
jumlah sumber daya manusia yang tepat sehingga semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan baik (tidak kekurangan atau kelebihan karyawan).
Pengukuran beban kerja mengacu pada job description dari tiap karyawan. Ada 33
karyawan yang diteliti. Karena perusahaan tidak memiliki job description resmi,
maka data aktivitas diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara.
Pengumpulan Data Waktu dengan Work Sampling Work sampling hanya
dilakukan untuk mengukur waktu aktivitas melayani pelanggan dan reparasi saja,
karena sifatnya tidak repetitif dan uniform. Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Beban kerja di CV.Players.Com tidak merata. Dari 33 karyawan, ada 14
orang karyawan yang kelebihan beban kerja dan 19 orang karyawan yang
Bagian Penjualan Player V (0,38), Bagian Servis Player V (0,34), Tim Elektrik
Player POZ (0.09). Counter yang kekurangan beban kerja adalah Player I (0,98).
diusulkan untuk memindahkan beberapa karyawan, antara lain
Tim Servis dipindahkan Ke Player I
• Anggota Tim Servis ditambah satu orang, yaitu IWN untuk membantu pekerjaan
servis dan juga administrasi
• IDA (Bagian Ponsel Player III) ditukar dengan HNY (Bagian Perdana dan
Voucher Player I)
• INA (Bagian Elektrik Player I) ditukar dengan ERN (Bagian Elektrik Player II)
• DVD (Bagian Ponsel Player I) dipINDkan ke Tim Perdana Player POZ untuk
menggantikan IWN
Penelitian yang lain mengenai “Analisis Beban Kerja Karyawan pada
Departemen Umum dan Logistik dengan metode Work Load Analysis” Studi
kasus “ PT. Antar Jaya oleh Ellyn Dewita, ITS, 2005. Penelitian ini dilakukan
pada 18 karyawan yang bekerja di Departemen Umum dan Logistik PT.Antar
Surya Jaya. Pada penelitian tersebut pengukuran beban kerja didasarkan pada
kesesuian jam kerja efektif dengan jam kerja standar sehingga dapat memberikan
saran jumlah karyawan yang optimal yaitu 21 orang.
Dalam penelitian tugas akhir yang juga dijadikan sebagai landasan
penelitian ini adalah “Penentuan Jumlah Karyawan Optimal Pada Departemen
Human Resource Administration pada PT. Indofood Sukses Makmur, Bogasari
Four Mills” oleh Oscar Nehemia, ITS, 2004. Pada penelitian ini Work Load
Analysis merupakan suatu alat mengukur beban kerja tiap karyawan pada
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL Tbk.
yang terletak di jalan Margomulyo No. 29 A Surabaya. Pengumpulan data
diambil pada bagian proses produksi. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan
Januari 2011 sampai data telah tercukupi.
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Variabel merupakan segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang
terukur. Selain itu variable juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
akan menjadi objek pengamatan penelitian atau merupakan factor-faktor yang
berperan dalam gejala atau peristiwa yang akan diteliti. Pada penelitian
ini,variabelyang diteliti terdiri dari dua macam,yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lainnya.
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini :
a. Waktu Produktif
Waktu produktif adalah waktu yang secara riil digunakan oleh setiap pekerja
untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjan.
b. Waktu tidak produktif
Waktu tidak produktif adalah waktu menggangur atau melakukan pekerjaan
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah :
a. Beban kerja tiap karyawan, yang dimaksud beban kerja dalam penelitian ini
adalah menentukan/meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang sebenarnya
dibutuhkan. Beban kerja dapat dihitung dengan mengalihkan besarnya
protensi produktif, jumlah menit pengamatan, allowence dan performance ratting kemudian dibagi dengan jumlah menit pengamatan.
b. Tingkat efisiensi kerja, yang dimaksud dengan tingkat efisiensi kerja dalam
penelitian ini adalah efisiensi dalam bidang sumber daya manusia berkaitan
dengan aktifitas kerja dan waktu yang dibutuhkan oleh karyawan untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, ada beberapa cara yang digunakan dalam
mendukung proses penelitian,yaitu :
1. Studi Literatur .
Proses mempelajaran, mencari dan membandingkan hasil temuan di
perusahaan dengan literature-literatur yang ada untuk mencari solusi untuk
temuan di perusahaan.
2. Studi Lapangan.
Adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
a. Observasi / Pengamatan
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data waktu produktif dan
waktu tidak produktif. Metode yang digunakan untuk mengukur beban
kerja adalah pengukuran kerja langsung dengan sampling kerja (work
sampling).
b. Wawancara
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan elemen-elemen kerja pada setiap jabatan yang akan diteliti, serta
data lain yang diperlukan dan dianggap perlu untuk mendukung data yang
lain.
3.4. Metode Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data mengenai jabatan dan
aktivitas/elemen kerja Produksi, langkah selanjutnya yaitu pengolahan data.
Teknik analisa data atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan
data-data yang berpengaruh terhadap efisiensi kerja produksi, yaitu sebagai berikut :
3.4.1. Uji Keseragaman Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat telah
seragam dan tidak melebihi dari batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol
bawah (BKB) yang telah ditentukan. Data dikatakan seragam jika berasal dari
sistem sebab yang sama, bila berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak