THE FACTORS AFFECTING RELIABILITY AND TIMELINESS OF LOCAL GOVERNMENT FINANCIAL REPORTING
(Study Empiric Government In Bantul)
Oleh
VITA DIAH AYU PUSPANINGSIH 20130420009
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
THE FACTORS AFFECTING RELIABILITY AND TIMELINESS OF LOCAL GOVERNMENT FINANCIAL REPORTING
(Study Empiric Government In Bantul)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
VITA DIAH AYU PUSPANINGSIH 20130420009
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iv
Nama : Vita Diah Ayu Puspaningsih
Nomor Mahasiswa : 20130420009
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Keterandalan Dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Skpd (Studi Empiris pada SKPD Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup
menerima hukuman atau sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.
Yogyakarta, 25 Maret 2017
v
yang sempurna datang kepadamu” (R.A Kartini)
“Tuhan tidak menuntut kita untuk sukses, Tuhan hanya menyuruh kita
berjuang tanpa henti” (Cak Nun)
“jika A adalah sukses dalam hidup, maka (A = X+Y+Z). X adalah bekerja, Y
adalah bermain, dan Z adalah menjaga lisan”
(Albert Einstein)
“Lebih baik jadi orang bodoh dan tidak tahu apa-apa, daripada jadi orang
terdidik namun tidak tahu arah” (Doraemon)
“Jika mimpimu belum ditertawakan orang lain, berarti mimpimu itu masih
kecil”
(Luffy-One Piece)
“Kemampuan individu memang penting, namun yang paling penting adalah
kemampuan untuk bekerjasama” (Hatake Kakashi-Naruto)
“Jika uang membuatku melupakan sahabat terbaikku, maka aku lebih memilih
untuk tidak memiliki uang sama sekali”
(Spongebob Squarpants)
vi
Nabi Muhammad SAW, yang menjadi pelita bagi kehidupan ummat
manusia menuju keridhaan Allah SWT.
Ayah dan Ibu tersayang yang dengan sabar mendidik anaknya, terima
kasih atas do’a, kasih sayangnya, pengorbanannya, nasihat, dan motivasinya yang sangat berguna. Keringat yang bercucuran, tangisan, perjuangan, dan dukungan yang kalian lakukan demi kebahagiaanku, mungkin ku takkan mampu membalasnya. Hanya doa yang bisa kupanjatkan semoga Ayah dan Ibu bahagia selalu, diberikan kesehatan, umur panjang dan dimudahkan dalam mencari rizkiNya serta diberikan keberkahan. Maaf belum bisa menjadi apa yang kalian inginkan. Tapi
Mbah Basuki yang selalu memberikanku wejangan dan dukungan untuk
selalu berani menghadapi apapun. Semua pasti bisa asal selalu beruaha. Makasih mbah bas..
My Partner Touring “Achmad Kakung Indarmanto” yang selalu memberi
perhatian, semangat dan dukungan untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. Semoga apa yang kita cita-citakan di ridhoi Allah SWT.
My Sister Mba Tya, Dek putri, Nesti dan Irsa makasih sudah menjadi
penyemangatku. (Ayoo dolan ayoo golek jajan :D)
Sahabat Kesayangaku dari SMA Laili dan Sherly semoga cepat
bertemu jodohnya, dan jangan lupa tetep kocak yaa. Lovyou..
Terimakasih sahabat dan teman pertamaku dari awal kuliah sampai
sekarang Diah dan Indica :* . (ojo ena ena terus yaa) hehe :D
Terimakasih sahabatku trio suka jalan-jalan cari spot dan kuliner Siti
dan Annisa R. (Ojo panik, Skripsi sambi Piknik )
Temen-temen “NGEYEL” ku Diah, Mita, Icha, Erni, Rizki, dan Imam
yang selalu ramee dan bawel. Dan teman-teman KKN 01, Pak Dukuh dan Ibu Dukuh serta warga Kali Tengah Lor. Terimakasih sudah menjadi
keluargaku.Terimakasih semua teman-teman Kelas Akuntansi “A” yang
tidak bisa disebutkan satu-satu. Terimakasih untuk masukan, motivasi,
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 14
xii
2. Pelaporan Keuangan Pemerintah... 18
3. Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah ... 19
4. Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan pemerintah ... 20
5. Kapasitas Sumber Daya Manusia ... 21
6. Pemanfaatan Teknologi Informasi ... 22
7. Pengendalian Intern Akuntansi ... 22
8. Pengawasan Keuangan Daerah ... 23
B. Pengembangan Hipotesis ... 26
C. Model Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Objek dan Subyek Penelitian ... 36
B. Jenis Data ... 36
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
E. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 37
F. Uji Kualitas Instrumen ... 43
xiii
1. Deskripsi Responden ... 49
2. Statistik Deskriptif ... 53
C. Uji Kualitas Data ... 54
1. Uji Validitas ... 54
2. Uji Reliabilitas... 55
D. Uji Asumsi Klasik ... 56
1. Uji Asumsi Klasik Regresi Pertama ... 56
2. Uji Asumsi Klasik Regresi Kedua ... 59
E. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 62
1. Regresi Pertama ... 63
2. Regresi Kedua ... 66
F. Pembahasan ... 70
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 77
A. Simpulan ... 77
B. Keterbatasan Penelitian ... 78
C. Saran ... 76
xiv
Tabel 1.1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Tahun 2015 ... 5
Tabel 1.2 Hasil Rekapitulasi Pemeriksaan BPK Tahun 2015... 6
Tabel 1.3 Pernyataan Opini LKPD Pemeriksan BPK ... 7
Tabel 3.1 Skala Pengukuran Variabel ... 40
Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 41
Tabel 4.1 Hasil Pengumpulan Data ... 49
Table 4.2 Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan ... 50
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 50
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan SKPD ... 51
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskriptif ... 53
Tabel 4.6 Uji Validitas ... 54
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas ... 56
Tabel 4.8 Uji Normalitas Regresi Pertama ... 57
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Regresi Pertama ... 58
Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Regresi Pertama ... 59
Tabel 4.11 Uji Normalitas Regresi Kedua ... 60
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas Regresi Kedua ... 61
xv
Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis Regresi Kedua ... 67
Tabel 4.18 Hasil Uji F Regresi Kedua ... 68
xvi
vii
pemanfaatan teknologi informasi, pengendalian intern akuntansi dan pengawasan
keuangan daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model Regresi Linier dengan bantuan SPSS statistical software
SPSS.
Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia,
pengendalian intern akuntansi dan pengawasan keuangan daerah berpengaruh
positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD, sedangkan
pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh. Disamping itu, kapasitas
sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengawasan
keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatwaktuan
pelaporan keuangan SKPD.
Kata Kunci: pelaporan keuangan SKPD, keterandalan, ketepatwaktuan, kapasitas
sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
viii
tested are the human resources capacity, the utilization of information technology, the internal control of accounting and the regional financial control. The method used in this research is linear regression with the assist of SPSS statistical software.
The result shows that the human resources capacity, the internal control of accounting, and the regional financial control have positive and significant influence on the reliability of SKPD financial report. While, the utilization of information technology, and the regional financial control have positive and significant influence on the timeliness of SKPD financial report.
1
Sebagai salah satu pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan
pemerintahan, upaya untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan
kepada publik yaitu dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan tata kelola
keuangan yang baik dan akuntabilitas publik terhadap lembaga-lembaga yang
berada di pusat maupun daerah. Akuntabilitas merupakan suatu kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dalam
melaksanakan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,
melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik. (Mardiasmo, 2002)
Dalam Islam Allah SWT telah menjelaskan dalam Surah Al-Baqarah
Ayat 282 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam setiap
transaksi harus terdapat bukti dan data yang harus dicatat sesuai dengan standar
yang telah ditentukan dan akan dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
Salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan
pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Pemerintah wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan untuk mewujudkan transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan. Laporan keuangan pemerintah yang
dihasilkan harus memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Laporan keuangan pemerintah kemudian
disampaikan kepada DPR/DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Komponen laporan keuangan yang
disampaikan tersebut meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam statement nomor 34 Governmental Accounting Standard Board
(1999) dalam Concepts Statement No.1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar dalam pelaporan keuangan di Indonesia. Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui dan
menerima informasi atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Oleh
dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan. Informasi laporan keuangan harus dapat bermanfaat
bagi para pemakai. Informasi bermanfaat apabila informasi tersebut memiliki
beberapa karakteristik kualitatif yang disyaratkan, sebagaimana disebutkan
dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010)
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP bagian
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah menjelaskan bahwa agar Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dapat memenuhi tujuannya diperlukan
karakteristik kualitas laporan keuangan, yaitu: (1) relevan, dikatakan relevan
jika informasi yang termuat dapat digunakan untuk mengevaluasi peristiwa
masa lalu dan masa kini, juga dapat digunakan untuk memprediksi masa depan
yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan; (2) andal, laporan
keuangan dikatakan andal jika informasi yang termuat terbebas dari pengertian
menyesatkan dan kesalahan material, disajikan secara jujur dan dapat
diverifikasi; (3) dapat dibandingkan, artinya informasi yang termuat dalam
laporan keuangan tersebut dapat dibandingan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya dan pada tempat lain pada umumnya; (4) dapat dipahami, artinya
laporan keuangan mempunyai informasi yang dapat dipahami dan dapat
dimengerti oleh pengguna dan dinyatakan dalam istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 jika
karakteristik sesuai dengan yang disyaratkan, berarti pemerintah daerah
mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan daerah. Informasi laporan keuangan yang dihasilkan jika tidak
memenuhi karakteristik tersebut, maka dapat menimbulkan berbagai
permasalahan.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) setiap tahunnya
mendapat penilaian berupa opini dari BPK. Ketika BPK memberikan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap LKPD, artinnya dapat dikatakan
bahwa informasi akuntansi keuangan suatu entitas pemerintah daerah tersebut
disajikan dan diungkapkan secara wajar dan berkualitas. Sebagaimana yang
telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, terdapat
empat opini yang diberikan pemeriksa yaitu Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP), Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Opini Tidak Wajar (TP),
dan Pernyataan Menolak Memberi Opini atau Tidak Memberi Pendapat
(TMP).
Pada kondisi sekarang, banyak permasalahan yang terjadi berkaitan
dengan laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Masih banyak data-data
laporan keuangan yang disajikan jauh dari kenyataan. Terdapat penyimpangan
-penyimpangan yang ditemukan oleh BPK dalam pelaksanaan audit laporan
keuangan pemerintah. BPK telah menyampaikan ikhtisar hasil pemeriksaan
semester I tahun 2015. Berikut tabel-tabel hasil pemeriksaan yang telah
Tabel 1.1
Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan dan Temuan Pemeriksaan BPK Semester 1 tahun 2015
Pemerintahan/Jenis Pemeriksaan
Jumlah LHP Jumlah Temuan
Pemerintah Pusat 117 1.637
Pemeriksaan Keuangan 97 1519
PDTT 20 118
Pemerintah daerah 518 8.019
Pemeriksa Keuangan 504 7.888
Pemeriksa Kinerja 3 17
PDTT 11 14
Sumber : BPK RI 2015
Pada tabel 1.1 terdapat 8.019 temuan dari 518 laporan hasil
pemeriksaan pemerintah daerah yang telah dilakukan oleh BPK. Total pada
semester 1 tahun 2015, BPK mengeluarkan 666 laporan hasil pemeriksaan
(LHP) dengan 10.154 temuan. (BPK, 2015) menyatakan bahwa 10.154 temuan
memuat 15.434 permasalahan pada semester 1 tahun 2015. Permasalahan
meliputi 7.544 (48,88%) permasalahan yang terjadi karena kelemaham sistem
pengendalian intern pada suatu instansi pemerintahan dan 7.890 (51,12%)
permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan senilai 33,46 triliun.
Hasil pemeriksaan BPK atas 504 LKPD Tahun 2014 mengungkapkan
5.978 permasalahan sistem pengendalian intern (SPI). Permasalahan SPI
tersebut meliputi 2.222 (37,17%) kelemahan sistem pengendalian intern dan
pelaporan, 2.598 (43,46%) kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja, dan 1.158 (19,37) kelemahan struktur
Tabel 1.2
Hasil Rekapitulasi Pemeriksaan BPK Semester 1 Tahun 2015
Keterangan
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah & BUMD Permasalahan Nilai
Kerugian 522 544.110,32 2.462 1.554.721,52 Potensi Kerugian 83 1.335.777,21 343 9.952.772,88 Kekurangan
Penerimaan
187 6.765.236,33 911 396.765,31
Sub Total 792 8.645.123,68 3.716 11.904.259,71 Penyimpangan
Administrasi
548 - 2.387 -
Ketidakhematan 3 14.249,16 5 2.492.534,03
Ketidakefisienan 1 - - -
Ketidakefektifan 11 139.383,37 28 167,01
Sub Total 563 153.632,53 2.420 2.492.701,04 Total
Ketidakpatuhan
1.355 8.798.756,39 6.136 14.396.960,75
Total 2.535 8.798.756,39 12.170 14.396.960,75
Sumber : www.bpk.go.id– IHPS 1 Tahun 2015
Pada tabel 1.2 terdapat penjelasan bahwa masalah ketidakpatuhan
terhadap perundang-undangan yang berdampak financial terjadi pada
pemerintah pusat sebanyak 792 (17,18%) dengan permasalahan senilai 8,65
triliun rupiah. Permasalahan paling banyak berada pada pemerintah daerah
yang mencapai 3.716 (80,61%) dengan permasalahan senilai 11,9 triliun
Tabel 1.3
Pernyataan Opini LKPD Hasil Pemeriksaaan BPK
Keterangan Opini
Pemerintah Daerah (dalam presentase)
2013 2014
Wajar Tanpa Pengecualian 29,77% 49,8%
Wajar Dengan Pengecualian 59,35% 45,64%
Tidak Memberikan Pendapat 8,78% 3,77%
Tidak Wajar 2,10% 0,79%
Sumber : www.bpk.go.id– IHPS 1 Tahun 2014-2015
Pada tabel 1.3 terdapat penjelasan IHPS 1 Tahun 2015 mengungkapkan
hasil pemeriksaan atas 504 laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) tahun
2014 dari 539 pemerintah daerah yang wajib menyerahkan LKPD Tahun 2014.
Dari sisi ketepatan waktu, penyerahan LKPD 2014 naik sebesar 93,51%
dibandingkan penyerahan LKPD 2013 pada periode yang sama sebesar 87,02%
(IHPS 1 2014). Hasil pemeriksaan mengungkapkan 251 opini WTP (49,80%),
230 opini WDP (45,64%), 4 opini TW (0,79%), dan 19 opini TMP (3,77%).
Masih terdapat 35 pemerintah daerah (6,49%) yang terlambat dalam
menyampaikan LKPD. Dari 539 pemerintah daerah hanya 504 yang dapat
menyampaikan LKPD secara tepat waktu. Terlambatnya LKPD yang
disampaikan oleh pemerintah daerah mengakibatkan BPK mengalami kesulitan
dalam mengaudit pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah daerah perlu
meningkatkan kualitas dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang wajar.
Penyajian suatu laporan keuangan yang wajar merupakan gambaran dan hasil
dari pertanggungjawaban keuangan yang baik.
Menurut Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tahjo Kumolo mengatakan
pertanggungjawaban keuangan daerahnya. Data tersebut diperoleh setelah
mendapatkan keluhan langsung dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dan Badan Pengawasan Keuangan (BPK). Masih banyak laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah ke kemendagri bermasalah. (Sindonews,
2014)
Kabupaten Bantul menjadi objek penelitian karena pada tahun
2009-2012 BPK menyatakan bahwa Kabupaten Bantul mendapat predikat WDP dan
pada tahun 2013-2015 mendapat predikat WTP. Untuk mempertahankan opini
WTP setiap pemerintah daerah dihimbau untuk menyusun LKPD berdasarkan
kesesuaian SAP, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap
perundang-undangan serta memperhatikan tertib admnistrasi dan pengelolaan mulai dari
tingkat desa, serta adanya transparansi terhadap informasi keuangan.
Pemerintah Kabupaten Bantul sendiri sudah memperoleh WTP dari
BPK akan tetapi WTP ini tidak menjamin bahwa laporan keuangan bebas dari
kecurangan karena menurut Sunarto Kepala Perwakilan BPK RI Provinsi DIY,
menjelaskan bahwa opini WTP bukan tujuan akhir dari pengelolaan keuangan
dan pertanggungjawaban bebas dari kecurangan, Opini WTP tidak
menyimpulkan bahwa SPI telah berjalan secara efisien dan ekonomis.
Tercapainya WTP ini tidak menjamin bahwa tahun-tahun yang akan datang
BPK juga memberikan opini WTP atas LKPD. Diharapkan Pemerintah
Kota/Kabupaten se-Provinsi DIY segera menindak lanjuti rekonmendasi BPK
selambat-lambatnya 60 hari setelah LHP diterima. Dan hasil pemeriksaan BPK
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(BPKRI, 2013)
Berdasarkan fenomena tersebut dapat dinyatakan bahwa laporan
keuangan pemerintah daerah masih jauh dari kriteria karakteristik laporan
keuangan yang disyaratkan, diantaranya keterandalan dan ketepatwaktuan.
Mengingat bahwa keterandalan dan ketepatwaktuan merupakan unsur penting
dalam laporan keuangan SKPD sebagai dasar pengambilan keputusan.
Keterandalan merupakan kemampuan informasi untuk memberikan keyakinan
bahwa informasi tersebut benar dan valid. Ketepatwaktuan merupakan
tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum
informasi itu kehilangan kekuatan untuk memengaruhi keputusan (Nurillah,
2014). Demi terselenggarakannya keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan
keuangan yang baik, maka harus ada sumber daya manusia yang berkompeten,
teknologi informasi yang memadai, pengendalian internal akuntansi, dan
pengawasan keuangan daerah. Maka penelti tertarik untuk meneliti lebih dalam
hal-hal yang dapat memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan
keuangan SKPD.
Hal pertama yang mungkin memengaruhi keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah kapasitas
sumber daya manusia. Dibutuhkan dukungan sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi dan professional dalam pengelolaan keuangan.
Pengelolaan keuangan termasuk laporan pertanggungjawaban keuangan
perundang-undangan. Penelitian sumber daya manusia telah dilakukan oleh Zetra (2009)
ditemukan bahwa masih sulit bagi aparatur didaerah untuk menyampaikan
laporan keuangan pemerintah daerah secara transparan dan akuntabel, tepat
waktu, dan disusun mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sumber daya manusia masih belum memenuhi kriteria dikarenakan
kurangnya pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi,
padahal pendidikan akuntansi dijadikan dasar pengetahuan dalam pengelolaan
keuangan. Hal ini disebabkan karena belum ada kebijakan rekrutmen pegawai
berlatar belakang pendidikan akuntansi dan walaupun sumber daya manusia
tersebut bukan berlatar belakang pendidikan akuntansi, akan tetapi mereka
dianggap mampu menjalankan/melaksanakan tugas dengan modal diklat dan
bimbingan.
Hal kedua yang mungkin memengaruhi keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan adalah pemanfaatan teknologi informasi.
Pemanfaatan teknologi merupakan faktor pendukung bagi pegawai untuk
mempermudah dalam pekerjaannya agar dapat terwujud laporan
pertanggungjawaban keuangan yang memiliki ketepatwaktuan dalam penyajian
laporan keuangan serta dapat diandalkan. Menurut Indriasari (2008)
menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban untuk memanfaatkan dan
kemajuan teknologi informsi akan dapat memingkatkan nilai informasi pada
laporan keuangan daerah sehingga penyampaian dapat tepat waktu dan dapat
Hal ketiga yang mungkin memengaruhi keterandalan pelaporan
keuangan dapat dipengaruhi adanya pengendalian intern akuntansi. Terkait
dengan pelaporan keuangan yang mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang berlaku. SAP merupakan suatu yang didesain untuk
memberikan keyakinan yang memadai atas keandalan laporan keuangan yang
sesuai dengan SAP. Setelah sesuai dengan SAP, selanjutnya laporan keuangan
harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk memeriksa apakah
laporan keuangan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dan apakah
laporan keuangan sudah memenuhi kriteria-kriteria sesuai dengan
perundang-undangan. (Martanti, 2011).
Selain itu juga hal terakhir yang mungkin memengaruhi keterandalan
dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan adalah pengawasan daerah. Menurut
Yosa (2010) pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan
yang telah disusun dapat berjalan secara efisien, efektif, dan ekonomis. Untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk
mengetahui apakah terdapat suatu penyimpangan, serta dapat digunakan untuk
tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber data telah
digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai suatu tujuan.
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Anggraeni (2014)
menunjukkan hasil bahwa kualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap
keterandalan pelaporan keuangan. Sedangkan pemanfaatan teknologi informasi
dan pengendalian intern tidak berpengaruh signifikan terhadap keterandalan
menunjukkan hasil kapasitas sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap
keterandalan, namun pengendalian intern berpengaruh terhadap keterandalan
pelaporan keuangan. Penelitian Trisaputra (2013) menunjukkan hasil bahwa
pemanfaatan teknologi informasi dan pengawasan keuangan daerah
berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan.
Sedangkan pada penelitian Pimayana (2014) menunjukkan hasil kapasitas
sumber daya manusia, pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi,
dan pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Perbedaan hasil ini yang
membuat peneliti tertrik untuk menguji kembali dan menganalisis faktor apa
saja yang dapat memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan
keuangan Satuan Kerje Perangkat Daerah (SKPD).
Penelitian ini mereplikasi penelitian dari Ariesta (2013). Penelitian
tersebut menggunakan tiga variabel yang berpengaruh terhadap keterandalan
dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah yaitu kualitas
sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian
intern akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel
berpengaruh signifikan terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan
keuangan. Perbedaan hasil ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keterandalan
dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Darerah
Pada penelitian ini peneliti menambah satu variabel yang dimungkinkan
dapat memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan
SKPD yaitu pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2010, pengawasan keuangan daerah digunakan
untuk menyajikan laporan keuangan yang handal kepada para pemakai agar
dapat berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis sesuai dengan rencana yang
ditetapkan.
Di Bantul, penelitian mengenai keterandalan dan ketepatwaktuan
pelaporan keuangan daerah belum banyak ditemui. Hal ini dibuktikan dengan
terbatasnya jurnal ataupun hasil penelitian yang menguji keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah pada SKPD yang ada di Kabupaten
Bantul sehingga penelitian ini diberi judul: “Faktor-Faktor Yang
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap
keterandalan pelaporan keuangan SKPD?
2. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
keterandalan pelaporan keuangan SKPD?
3. Apakah pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap
keterandalan pelaporan keuangan SKPD?
4. Apakah pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap
keterandalan pelaporan keuangan SKPD?
5. Apakah kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap
ketepatwaktan pelaporan keuangan SKPD?
6. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
ketepatwaktan pelaporan keuangan SKPD?
Apakah pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap
ketepatwaktan pelaporan keuangan SKPD?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa kapasitas sumber
daya manusia berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan
keuangan SKPD.
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pengendalian
intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan
keuangan SKPD.
4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pengawasan
keuangan daerah berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan
keuangan SKPD.
5. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa kapasitas sumber
daya manusia berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan
keuangan SKPD.
6. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan
pelaporan keuangan SKPD.
7. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pengawasan
keuangan daerah berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan
keuangan SKPD.
D. Manfaat Penelitian
1. . Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan refrensi tentang bahan
pemerintah daerah meliputi kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan
teknologi informasi, pengendalian intern, dan pengawasan keuangan
daerah sehingga tujuan pemerintahan dapat tercapai.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif sebagai bahan
sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak di pemerintahan daerah
terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.
b. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
keteranndalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD dan
memperjelas teori yang di ajarkan di perkuliahan dengan fenomena
yang nyata.
17
A. Landasan Teori
1. Teori Stewardship (Stewardship theory)
Stewardship theory didefinisikan sebagai suatu situasi dimana manager tidak mempunyai kepentingan pribadi tetapi mementingkan
principal. (Donaldson dan Davis, 1991). Teori stewardship berasumsi
bahwa manusia pada hakikatnya bertindak dengan penuh
tanggungjawab, dapat dipercaya, berintegritas tinggi dan memiliki
kejujuran. Manajemen melaksanakan tindakan sebaik-baiknya untuk
kebutuhan stakeholder yaitu: rakyat, pemegang saham, penanam modal,
dan kreditur. Manajemen dalam suatu organisasi dicerminkan sebagai
good steward yang melaksanakan tugas dari atasannya secara penuh tanggungjawab.
Hubungan teori stewardship dengan penelitian ini yaitu prinsip
bahwa pemerintah sebagai manajer merasa mempunyai tanggungjawab
dalam pengelolaan keuangan dan pengalokaisan sumber daya yang ada
dengan cara lebih bijaksana dan berhati-hati untuk kepentingan
masyarakat luas. Pemerintah wajib memberikan laporan
pertanggungwajaban dalam APBD kepada rakyat dalam bentuk LKPD
yang telah diaudit oleh BPK. LKPD dibuat oleh pemerintah daerah akan
digunakan untuk pengambilan keputusan. Kinerja pemerintah daerah akan
dinilai dalam laporan pertanggungjawaban dalam realisasi APBD serta
opini LKPD yang diperoleh pemerintah daerah.
2. Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pelaporan keuangan merupakan catatan informasi suatu entitas
pada suatu periode yang digunakan untuk memggambarkan kinerja
entitas tersebut. Pelaporan keuangan merupakan struktur dan proses
akuntansi yang menunjukkan bagaimana informasi dalam laporan
keuangan tersebut disajikan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan.
Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya
ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional
pemerintahan, menilai sumber daya ekonomi, mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi entitas pelaporan dan membantu agar laporan keuangan
disusun sesuai dengan SAP yang telah ditetapkan sehingga laporan
keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya.
(Suwardjono, 2005).
Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan
upaya-upaya yang telah terlaksana dan tercapai secara sistematis dan
terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas
Tanggung jawab dalam pengelolaan sumber atas
pelaksanaan kebijakan yang telah dipercayakan kepada entitas
b. Manajemen
Membantu para pengguna untuk melakukan evaluasi
terhadap kegiatan suatu entitas pelaporan keuangan dalam suatu
periode pelaporan, sehingga mempermudah pemerintah dalam
menjalankan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas
seluruh aset, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan
masyarakat luas.
c. Transparansi
Menyediakan informasi laporan keuangan secara terbuka dan
jujur kepada masyarakat, dengan pertimbangan bahwa masyarakat
mempunyai wewenang untuk mengetahui secara menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya
yang dipercayakan kepadanya dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
d. Keseimbangan antargenerasi
Memantu oara pemakai dalam mengetahui kecakupan
penerimaan pemerintah pada suatu periode pelaporan untuk
membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.
3. Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Agar manfaat dan tujuan penyajian laporan keuangan pemerintah
bermnafaat bagi pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut.
(Suwardjono, 2005)
Keterandalan merupakan kemampuan informasi dalam laporan
keuangan untuk memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar
atau valid. Informasi dalam laporan keuangan harus andal, yakni bebas
dari pengertian menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap
fakta secara jujur, serta dapat diverivikasi. Pemakai informasi tergantung
pada kebenaran informasi yang dihasilkan. Jadi, informasi yang diperoleh
dari data yang digunakan bias teruji keandalannya untuk meraih tujuan
yang diinginkam baik personal maupun organisasi.
4. Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Ketepatwaktuan merupakan salah satu dalam karakteristik nilai
informasi yang harus dipenuhi agar laporan keuangan yang disajikan
relevan dalam pembuatan laporan keuangan. (Suwardjono, 2005)
Penyampaian laporan keuangan yang tepat waktu merupakan hal
yang paling penting dalam pemerintahan. Apabila informasi tersedia
dalam waktu yang lama, maka informasi tersebut tidak mempunyai nilai
lagi dikarenakan ketepatwaktuan itu informasi tersedia tepat waktu bagi
pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau
kemampuan untuk memengaruhi keputusan yang diambil.
Vidiasari (2012) mendefinisikan kepetapwaktuan dalam dua
cara; 1) ketepatwaktuan didefinisikan sebagai keterlambatan pelaporan
ketepatwaktuan ditentukan dengan waktu relatif atas tanggal pelaporan
yang diharapkan.
5. Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kapasitas sumber daya manusia merupakan kemampuan
seseorang atau individu, suatu orgranisasi (kelembagaan) atau suatu
sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi secara efektif dan efisien.
Kapasitasnya harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja,
untuk menghasilkan keluaran-keluaran (output) dan hasil-hasil
(outcomes).
Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan untuk
melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan dengan bekal
pengalaman, pendidikan, dan pelatihan. (Widodo dalam Kharis, 2010).
Dalam SKPD untuk mewujudkan kualitas informasi pelaporan keuangan
yang baik maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam pemerintah daerah, kegagalan sumber daya manusia dalam
memahami akuntansi berdampak pada kekeliruan laporan keuangan
yang dibuat karena tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
pemerintah sehingga laporan keuangan tidak dapat diandalkan oleh
pemakai informasi dan juga tidak dapat disampaikan secara tepat waktu
karena terdapat hambatan dalam pengelolaan keuangan sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama agar laporan keuangan dapat
6. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan proses elektronik yang
digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,
menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara.
Teknologi informasi digunakan untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas yaitu informasi yang relevan, akurat, dan dapat disampaikan
secara tepat waktu yang digunakan untuk keperluan pribadi bisnis,
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk
pengambilan keputusan (Jogiyanto, 1990).
Teknologi informasi meliputi komputer, perangkat lunak
(software), jaringan internet, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi. Pemanfaatan teknologi informasi meliputi 1) pengolahan data
dan informasi, proses kerja secara elektronik dan sistem manajemen.
2) memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sebagai sarana dalam
memberikan pelayanan publik sehingga dapat di akses oleh masyarakat
luas dengan mudah dan cepat. (Sukirman, 2013)
7. Pengendalian Intern Akuntansi
Pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pengendalian intern
merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Menurut Committee Of Sponsoring Organization (COSO, 1994)
mendefinisikan bahwa pengendalian intern sangat penting untuk
mencapai tujuan suatu organisasi. Pengendalian intern bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas,
efisiensi, serta kepatuhannya terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang
membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan.
Kebijakan dan prosedur tersebut membantu meyakinkan bahwa tindakan
yang diperlukan telah dijalankan untuk mencapai tujuan.
Pengendalian intern yang lemah menyebabkan tidak terdeteksinya
kecurangan atau ketidakakuratan proses akuntansi sehingga bukti audit
yang diperoleh dari data akuntansi menjadi tidak kompeten. Pengendalian
intern meliputi struktur organisasi, metoda dan ukuran kekayaan yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian
dan keterandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakan pimpinan. (Indriasari, 2008)
8. Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51
Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai
dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pengawasan merupakan upaya yang sistematik untuk
menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem
umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan
standar yang telah ditentukan, dan untuk menhindari kemungkinan
adanya penyelewengan atau penyimpangan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan adanya pengawasan dapat digunakan untuk perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya digunakan secara efektif
dan efisien guna mencapai tujuan organisasi atau pemerintahan. (Yosa,
2010)
Terdapat jenis-jenis pengawasan yang dapat dilakukan oleh
pemerintah antara lain sebagai berikut:
a. Pengawasan intern, dilakukan oleh orang atau badan yang ada di
dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan
intern dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung
atau pengawasan melekat (built in control), atau pengawasan yang
dilakukan secara rutin oleh Inspektorat Jendral pada setiap
kementrian dan Inspektorat Wilayah untuk setiap daerah yang ada di
Indonesia, dengan menempatkannya di bawah Pengawasan
b. Pengawasan ektern, pemeriksaan yang dilakukan oleh unit
pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi.
Dalam hal ini, di Indonesia adalah BPK yang merupakan lembaga
tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun.
Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah.
c. Pengawasan preventif, pengawasan yang yang dilakukan terhadap
suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat
mencegah terjadinya penyimpangan. Pengawasan preventif ini
dilakukan pemerintah dengan makhsud untuk menghadiri adanya
penyimpangan pelaksanaan keuangan negara/daerah yang akan
membebankan dan merugikan negara/daerah lebih besar.
Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika
dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang
kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.
d. Pengawasan represif, pengawasan yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan. Pengawasan ini umumnya
dilakukan pada akhir tahun anggaran, dimana anggaran yang telah
ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Selanjutnya,
dilakukan pemeriksaan dan pengawasan untuk mengetahui
B. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD
Kapasitas sumber daya manusia merupakan kemampuan yang
dimiliki individu untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang
diberikan dengan bekal pendidikan, pendidikan, dan pengalaman yang
cukup memadai.
Dalam menghasilkan nilai informasi yang bernilai yaitu
keterandalan menyangkut informasi yang dihasilkan dan sumber daya
yang menghasilkan. Informasi dalam laporan keuangan yang dihasilkan
harus mempunyai kemampuan dalam memberikan keyakinan bahwa
informasi tersebut benar atau valid. Kemudian kemampuan sumber daya
manusia yang menghasilkan informasi tersebut dituntut untuk memiliki
tingkat keahlian akuntansi yang memadai dan atau paling tidak memiliki
keinginan untuk terus belajar dan mengasah kemampuannya di bidang
akuntansi. Sumber daya manusia sangat berperan dalam menghasilkan
informasi yang bernilai yaitu keterandalan. (Wahyono, 2004)
Dalam pengelolaan keuangan SKPD apabila sumber daya
manusia tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah,
maka akan menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi
dan akhirnya kualitasnya menjadi buruk. Selain itu jika kualitas sumber
yang dibuat dan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah
dan berdampak pada buruknya penyajian laporan keuangan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Roshanti (2014)
menyimpulkan bahwa sumber daya manusia berpengaruh positif
signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan daerah, serta
penelitian yang dilakukan oleh Winidyaningrum dan Rahmawati (2009)
dimana hasil penelitiannya adalah sumber daya manusia berpengaruh
positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan daerah.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis
penelitian pertama yaitu:
H1 : Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD.
2. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang
Sistem Infomasi Keuangan Daerah disebutkan bahwa demi
terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik maka pemerintah
pusat dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan informasi
Pemanfaatan teknologi informasi terutama dalam pelaporan
keuangan daerah, agar laporan keuangan daerah tetap diandalkan maka
perlu adanya optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi untuk
memproses kerja yang memungkinkan pemerintah bekerja secara
terpadu dengan menyederhanakan akses unit kerja dan membangun
sistem informasi manajemen.
Manfaat dari perkembangan teknologi informasi dapat digunakan
oleh berbagai pihak untuk mengakses, mengelola, dan
mendayahgunakan informasi keuangan daerah secara cepat dan akurat
karena teknologi informasi memberikan hasil operasi yang tepat dan
memiliki kemampuan untuk mengurangi human error.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indriasari (2008)
menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan.
Penelitian tersebut juga dilakukan oleh Damayanti (2014) dan
Winidyanungrum dan Rahmawati (2010) yang memperoleh bukti bahwa
pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh secara signifikan terhadap
keterandalan pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dikembangkan hipotesis penelitian yang kedua yaitu:
3. Pengaruh Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD
Pengendalian intern bertujuan untuk mencapai tujuan lembaga
atau organisasi yang telah direncanakan sebelumnya. Penerapan
pengendalian intern yang memadai akan memberikan keyakinan yang
memadai atas laporan keuangan serta meningkatkan kepercayaan
stakeholder.
Hasil evaluasi pemeriksaan BPK, menunjukkan bahwa masih
terdapat laporan keuangan pemerintah daerah yang memerlukan
perbaikan pengendalian intern dalam hal keandalan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Masih ditemukanya penyimpangan
dan kebocoran di dalam laporan keuangan, menunjukkan bahwa laporan
keuangan pemerintah daerah belum memenuhi karakteristik/nilai
informasi yang disyaratkan, yaitu keandalan.
Sistem akuntansi sebagai sistem informasi menjadi subjek
terjadinya kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Oleh
karena itu, pengendalian intern merupakan pondasi tata kelola
pemerintahan yang baik dan untuk perbaikan di masa mendatang dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indriasari (2008)
memberikan bukti empiris bahwa pengendalian intern berpengaruh
positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah
Rosalin (2011) memberikan bukti bahwa pengendalian intern akuntansi
berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan. Dari
uraian di atas dapat dikembangkan hipotesis penelitian yang ketiga yaitu:
H3 : Pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD
4. Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD
Untuk menyajikan informasi keuangan yang handal kepada para
pemakai agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan, diperlukan media
tertentu yang dipandang relevan, yaitu pengawasan keuangan daerah.
Pengawasan merupakan proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
agar pemerintahan daerah berjalan secara efektif dan efisien sesuai
dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Tuasikal, 2007)
Pengawasan diarahkan untuk mendapatkan keyakinan yang wajar
terhadap efektivitas dan efisiensi organisasi, keterandalan pelaporan
keuangan, dan kepatuhan terhadap perundang-undangan. Salah satu
fungsi pengawasan adalah pengambilan tindakan korektif. Yaitu apabila
ditemukan adanya penyimpangan, kekeliruan, serta pemborosan dapat
segera diperbaiki, sehingga informasi keuangan yang dihasilkan menjadi
valid dan relevan dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah.
hambatan, diharapkan akan dapat segera dideteksi atau diambil tindakan
koreksi, sehingga informasi keuangan dapat segera digunakan oleh
pemakai dan pengelolaan keuangan pemerintah dapat berjalan secara
maksimal
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Primayana (2014)
menunjukkan bahwa pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif
signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan daerah. Hal ini
didukung dengan penelitian Anggraeni (2014) yang menunjukkan bahwa
pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap terhadap
keterandalan pelaporan keuangan daerah. Dari uraian di atas, dapat
dikembangkan hipotesis penelitian yang keempat yaitu:
H4 : Pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD
5. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD
Kapasitas Sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang
atau individu dalam suatu organisasi atau lembaga untuk melaksanakan
fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien. Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk
mencapai kinerja untuk menghasilkan keluaran-keluaran (outputs), dan
Rendahnya pemahaman pegawai terhadap tugas dan fungsinya
menyebabkan buruknya penyajian laporan keuangan pemerintah daerah.
Tugas dan penyelesaian pekerjaan menjadi terhambat dalam penyajian
laporan keuangan. Keterlambatan penyajian laporan keuangan berarti
bahwa laporan keuangan belum/tidak memenuhi nilai informasi yang
disyaratkan, yaitu ketepatwaktuan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Roshanti (2014) hasil
penelitian menjelaskan bahwa kapasitas sumber daya manusia
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan
keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian Zuliarti (2012)
menjelaskan bahwa kapasitas sumber daya manusia mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan
keuangan. Dari uraian di atas, dapat dikembangkan hipotesis penelitian
yang kelima yaitu:
H5 : Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD
6. Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD
Pemanfaatan teknologi informasi membantu mempercepat proses
pengolahan dan transaksi dan menyajikan laporan keuangan pemerintah
agar laporan keuangan tersebut tidak kehilangan nilai informasi untuk
Pemanfaatan teknologi informasi meliputi komputer dan
teknologi komunikasi dalam pengelolaan keuangan daerah akan
meminimalisasi berbagai kesalahan, karena semua aktivitas pengelolaan
keuangan akan tercatat lebih sistematis dan pada akhirnya akan mampu
menyajikan laporan keuangan daerah yang tepat waktu.
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Winidyaningrum dan
Rahmawati (2010) memperoleh bukti empiris bahwa pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan. Penelitian juga dilakukan oleh Roshanti
(2014) menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi
berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatwaktaun pelaporan
keuangan daerah. Dari uraian di atas, dapat dikembangkan hipotesis
penelitian yang keenam yaitu:
H6 : Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD
7. Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Keteptwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD
Pengawasan pemerintah daerah ditujukan untuk menajmin bahwa
pemerintah sudah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kurangya pengawasan
yang dilakukan menyebabkan buruknya dalam pembuatan laporan
keuangan, pencatatan transaksi yang kurang akurat, dan tidak tepat
waktu.
Didalam prosedur pengawasan mencakup mengenai batas waktu
penyampaian laporan keuangan pemerintah daerah, sehingga dengan
adanya pengawasan yang baik, maka laporan keuangan pemerintah
daerah dapat disampaikan dengan tepat waktu. Jika informasi tersedia
dalam waktu yang lama, maka informasi tersebut tidak akan mempunyai
nilai lagi karena tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat
sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi
keputusan.
Penelitian sebeumnya yang dilakukan oleh Trisaputra (2011) dan
Fikri (2011) yang menunjukkan bahwa pengawasan keuangan daerah
berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan
daerah. Dari uraian di atas, dapat dikembangkan hipotesis penelitian
yang ketujuh yaitu:
C. Model Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan, maka dibentuk
kerangka konseptual (pemikiran) untuk mempermudah dalam melakukan
analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD. Kerangka konseptual dapat
36
A. Obyek dan Subyek Penelitian
Objek penelitian ini berlokasi di Pemerintahan Kabupaten Bantul.
Populasi merupakan seluruh obyek yang akan diteliti dalam sebuah
penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bantul. Sampel yang akan
diteliti adalah sebagian SKPD yang berada di Kabupaten Bantul yang
berjumlah (25) SKPD, terdiri dari Dinas (19), Badan (5), dan Kantor (1)
dimana nantinya setiap SKPD diwakilkan oleh beberapa responden.
Responden dalam penelitian ini adalah yang menjalankan fungsi
akuntansi/penata usaha keuangan. Dimana peneliti nantinya mengambil
138 responden untuk diteliti dan memberikan pendapatnya.
B. Jenis Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif melalui survey dengan menggunakan data primer (primary
data). Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
secara langsung dari sumber asli (tanpa melalui perantara) melalui
penyampaian kuesioner kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam
hal ini adalah pihak yang terlibat dalam proses pembuatan laporan
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel (sampling method) yang digunakan
pada penelitian ini terhadap responden dilakukan secara purposive.
Purposive sampling digunakan karena informasi atau data yang akan diambil berasal dari sumber responden yang sengaja dipilih berdasarkan
kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Dimana kriterinya adalah pegawai
SKPD yang menjalankan fungsi akuntansi/penata usaha keuangan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode survey kuesioner. Survey kuesioner
merupakan metode pengumpulan data primer dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepala responden. Dalam penelitian ini, kuesioner
diberikan kepada pegawai SKPD di Kabupaten Bantul. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiono, 2007)
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Penelitian ini terdiri dari dua variabel dependen yaitu
Keterandalan pelaporan keuangan SKPD dan Ketepatwaktuan
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas
sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, sistem
pengendalian internal akuntansi, dan pengawasan keuangan daerah.
3. Operasionalisasi Variabel
a. Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010,
dimana Keterandalan yang merupakan variabel dependen diukur
dengan kemampuan dalam penyajian informasi untuk
memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau
valid. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen
kuesioner, yang diadaptasi dari Indrasari (2008) dalam Ariesta
(2013).
b. Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010,
ketepatwaktuan merupakan tersedianya informasi bagi pembuat
keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut
kehilangan kekuatan yang dapat memberikan pengaruh pada
saat pengambilan keputusan. Pengukuran variabel ini
menggunakan instrumen kuesioner, yang diadaptasi dari Ariesta
c. Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan dari
staf bagian akuntansi/keuangan untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan bekal
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup memadai.
d. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Menurut Sukirman (2013) Teknologi informasi sangat
dibutuhkan oleh staf bagian akuntansi/keuangan untuk
mempercepat proses pengelolaan dan penyampaian laporan
keuangan daerah. Pemanfaatan teknologi informasi mencakup
adanya (a) pengolahan data, pengolahan informasi, sistem
manajemen dan proses kerja secara elektronik dan (b)
pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan
publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat.
e. Pengendalian Intern Akuntansi
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
pengendalian intern akuntansi adalah proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap
f. Pengawasan Keuangan Daerah
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51
Tahun 2010 pengawasan keuangan daerah merupakan proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan
daerah berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana
dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan pada
dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan maka akan
dapat segera diambil tindakan atau koreksi sehingga pelaporan
keuangan daerah dapat berjalan dengan maksimal dan tujuan
yang akan dicapai.
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala likerts
1-5 poin untuk 35 pertanyaan dengan perincian sebagai berikut:
TABEL 3.1 Skala Pengukuran
No Keterangan Skor No Keterangan Skor
1 SS = Sangat Setuju 5 1 SS = Sangat Sering 5
2 S = Setuju 4 2 S = Sering 4
3 N = Netral 3 3 KK = Kadang-kadang 3
4 TS = Tidak Setuju 2 4 JS = Jarang Sekali 2
5 STS = Sangat Tidak
Setuju
Ringkasan definisi operasional variabel dalam penelitian ini disajikan
dalam tabel berikut:
TABEL 3.2 Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Butir
Pertanyaan
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Tanggungjawab
a. Memiliki peran dan fungsi
Variabel Dimensi Indikator Butir
Keterandalan Andal a. Transaksi keuangan yang
jujur dan wajar
b. Laporan keuangan bebas
dari kesalahab material
c. Informsi untuk kebutuhan
umum
d. Informasi dapat diuji
Pertanyaan 28
Pertanyaan 29
Pertanyaan 30
Pertanyaan 31
Ketepatwaktuan Tepat Waktu a. Tersedianya informasi
b. Laporan keuangan
disediakan secara sistematis dan teratur
Variabel Dimensi c. Indikator Butir
F. Uji Kualitas Instrumen Data 1. Uji Validitas
Menurut Sugiono (2007), instrument valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suatu instrument penelitian harus dilakukan uji
validitas agar alat ukur yang digunakan valid sehingga didapatkan hasil
penelitian yang sebenarnya atau benar. Suatu instrument dikatakan
valid apabila seluruh item pembentuk variabel memiliki korelasi (r)
dengan skor total masing-masing variabel ≥ 0,25 (Nazarudin dan
Basuki, 2015).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen
yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali,
paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang
konsisten. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik Cronbach Alpha. Suatu variabel dapat dikatakan reliable jika
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel
dependen berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan metode One-sample
Kolmogoroov Smirnov. Data dikatakan dapat berdistribusi
normal apabila nilai Asymp.sig (2-tailed) > 0,05. (Ghozali,
2011)
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam
suau model regresi. Uji multikolinearitas dalam penelitian
dapat dilihat dari nilai Tolerance atau Variance Inflation
Factor (VIF). Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat
dari tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10.
Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 maka terjadi
multikolinearitas. (Ghozali, 2011)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians
variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika varians dari
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji glejser, pengujian ini membandingkan nilai signifikansi
dengan alpha (0,05). Apabila sig > 0,05 maka disimpulkan
model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
(Nazaruddin dan Basuki, 2015).
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Uji Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh
tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi
untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dinyatakan dengan
model sebagai berikut:
KA = a + b1KSDM + b2PTI + b3PIA + b4PKD + e….………...(1)
KW= a + b1KSDM + b2PTI+ b4PKD + e……….(2)
Keterangan:
KA : Keterandalan Laporan Keuangan
KW : Ketepatwaktuan Laporan Keuangan
a : Konstanta
b,b,b : Koefisien regresi
KSDM : Kualitas Sumber Daya Manusia
PTI : Pemanfaatan Teknologi Informasi
PIA : Pengendalian Internal Akuntansi
PKD : Pengawasan Keuangan Daerah
2. Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen. Besarnya koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai