• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Impor yang tinggi serta harga internasional yang murah telah mempersulit posisi sebagian besar pabrik gula untuk bertahan dalam industri gula nasional apalagi untuk berkembang. Impor gula semakin terbuka lebar dan membanjir semenjak pemerintah tidak lagi memberi monopoli kepada BULOG untuk mengimpor komoditas strategis termasuk gula dan tarif impor yang ditetapkan sebesar nol persen. Kemelut pengelolaan impor gula terus berlangsung sehingga mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan tarif impor gula sebesar 20 persen untuk raw sugar dan 25 persen untuk white sugar.

2. Apabila terjadi kenaikan impor gula sebesar 86 persen, maka akan meningkatkan harga impor gula, meningkatkan harga gula eceran dalam negeri, penurunan konsumsi gula oleh masyarakat Indonesia. Kenaikan impor gula tersebut juga berdampak pada peningkatan stok gula dalam negeri, meningkatkan harga provenue gula dan mendorong peningkatan luas areal perkebunan tebu serta penurunan produktivitas tebu.

3. Kebijakan menurunkan impor gula sebesar 98 persen akan berdampak pada penurunan harga impor gula dan diikuti oleh penurunan harga gula eceran, konsumsi meningkat serta berdampak pada penurunan stok gula dalam negeri. Kebijakan ini juga menyebabkan harga provenue gula

mengalami penurunan serta penurunan luas areal perkebunan tebu. Akan tetapi, produktivitas tebu justru meningkat.

4. Kebijakan mengimpor gula sebesar nol persen akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas tebu. Selain itu, kebijakan tersebut juga berdampak pada penurunan harga impor gula dan penurunan harga gula eceran sehingga konsumsi gula dalam negeri meningkat. Dampak lainnya adalah stok gula dalam negeri mengalami penurunan dan harga provenue gula mengalami penurunan. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap perubahan luas areal perkebunan dimana luas areal perkebunan tebu mengalami penurunan. Sementara itu, produktivitas tebu mengalami peningkatan.

5. Kenaikan impor gula sebesar 86 persen ternyata lebih baik daripada menurunkan impor gula sebesar 98 persen dan tidak mengimpor gula karena produsen dapat meningkatkan penerimaannya sehingga mendorong untuk meningkatkan produksi tebu yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi gula domestik.

6. Berdasarkan hasil analisis simulasi kebijakan, kebijakan tataniaga impor gula tidak responsif atau bersifat inelastis terhadap perubahan harga gula eceran domestik dan industri gula Indonesia. Apabila impor gula semakin tinggi akan meningkatkan stok gula Indonesia sehingga penawaran gula akan meningkat. Kenaikan penawaran gula tersebut akan menurunkan harga gula eceran dalam negeri.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam usaha meningkatkan produksi gula untuk mencapai swasembada gula sebaiknya lebih difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui pengembangan luas areal perkebunan tebu, menyediakan bantuan kredit kepada petani dengan tingkat suku bunga kredit yang lebih rendah dari suku bunga pasar, penetapan harga provenue gula yang menarik, memberdayakan petani untuk meningkatkan kualitas usahatani, fasilitasi penyediaan sarana produksi (pupuk) dengan harga yang wajar, pengenalan varietas bibit unggul serta penyuluhan penerapan inovasi teknologi dan kelembagaan.

2. Sebagai negara importir, orientasi setiap kebijakan tetap diarahkan pada semakin menguatnya daya saing industri gula domestik dalam menghadapi perkembangan liberalisasi pasar gula dunia.

3. Perlunya penguatan organisasi petani melalui model kemitraan antara petani penggarap dengan pabrik gula dalam suatu sistem usaha bersama serta adanya penelitian dan pengembangan sehingga industri gula dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

4. Intervensi pemerintah masih tetap diperlukan untuk mengurangi dampak negatif liberalisasi perdagangan, dengan kata lain pasar gula domestik masih perlu diproteksi oleh pemerintah dari pengaruh fluktuasi harga dunia dan jumlah impor gula Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Arianto, Muhammad. 2003. Peranan Industri Gula dalam Perekonomian Nasional dengan Pendekatan Model Input-Output. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu. Departemen Pertanian. Jakarta.

Balai Penyelidikan Perusahaan Perkebunan Gula. 1981. Temu Karya Pembangunan Industri Gula. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Jakarta.

Ball, Donald dan Wendell H. McCulloch. 2000. Bisnis Internasional. Salemba Empat. Jakarta.

Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan

Indonesia Tebu 2001-2003. Departemen Pertanian. Jakarta.

Doll, John dan Frank Orazem. 1984. Production Economics. John Willey & Sons, Inc. United States of America.

Gonarsyah, Isang. 1983. Landasan Perdagangan Internasional. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hafsah, Mohammad Jafar. 2002. Bisnis Gula di Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Halwani, Hendra. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Koutsoyiannis. 1997. Theory of Econometrics. Harper & Row Publisher Inc. New York.

Krugman Paul R dan Maurice Obstfeld. 2003. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mahardhika, Pranaya Yudha. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Gula di Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mankiw, N. Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Mardianto, Sudi, Pantjar Simatupang, Prajogo U. Hadi. 2005. Peta Jalan (Road Map) dan Kebijakan Pengembangan Industri Gula Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Erlangga.

Jakarta.

Nopirin. 1999. Ekonomi Internasional. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Pappas, John dan Hirschey. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Binarupa Aksara. Jakarta.

Pindyck, R. S. dan D. L. Rubinfeld. 1991. Econometric Model and Economic Forecasts. McGraw-Hill, Inc. Singapore.

Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga. Jakarta.

Sawit, M. Husein, P. Suharno, dan Anas Rachman. 1999. Ekonomi Gula di Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan. 2004. Ekonomi Gula 11 Negara Pemain Utama Dunia. Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan. Jakarta.

Sekretariat Dewan Gula Indonesia. 2004. Industri Gula Indonesia dan Kebijakan Perdagangan. Sekretariat Dewan Gula Indonesia. Jakarta.

Sekretariat Dewan Gula Indonesia. 2005. Laporan Bulan Agustus 2005. Sekretariat Dewan Gula Indonesia. Jakarta.

Sitepu, Rasidin Karo-Karo. 2002. Dampak Kebijakan Ekonomi dan Liberalisasi Perdagangan Terhadap Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suhendratno. 2004. Analisis Peramalan dan Hubungan Antara Impor dan Harga Gula Pasir di Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suparno. 2004. Analisis Dampak Kebijakan Tataniaga Gula Terhadap

Kesejahteraan Petani Tebu di Indonesia (Simulasi Kebijakan Pra dan Pasca Liberalisasi Perdagangan Gula). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susila, Wayan Reda. 2005. Pengembangan Industri Gula Indonesia: Analisis Kebijakan dan Keterpaduan Sistem Produksi. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Widowati, Bungsu. 2003. Analisis Pengaruh Tarif Impor Gula Terhadap Industri Gula Indonesia. Skripsi. Jurusan Statistika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Widyastutik. 2005. Mungkinkah Indonesia Mencapai Swasembada Gula Secara Berkelanjutan? Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wirioatmodjo, Boedijono. 1984. Pergulaan di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula. Pasuruan. Yenni. 2005. Optimalisasi Pengadaan Tebu Sebagai Bahan Baku Gula (Studi

Kasus PT. Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lampiran 1. Perkembangan Kebijakan Pergulaan Nasional Nomor SK/Keppres/Kepmen Perihal Tujuan Keppres No. 43/1971, 14 Juli 1971

Pengadaan, penyaluran, dan pemasaran gula

Menjaga kestabilan pasokan gula sebagai bahan pokok Surat Mensekneg No. B

136/ABN SEKNEG/3/74, 27 Maret 1974

Penguasaan, pengawasan, dan penyaluran gula pasir non PNP

Penjelasan mengenai Keppres No. 43/1971 yang meliputi gula

Inpres No. 9/1975, 22 April 1975

Intensifikasi tebu rakyat (TRI)

Peningkatan produksi gula serta peningkatan pendapatan petani tebu Kepmen Perdagangan dan

Koperasi No. 122/Kp/III/81, 12 Maret 1981

Tataniaga gula pasir dalam negeri

Menjamin kelancaran pengadaan dan penyaluran gula pasir serta peningkatan pendapatan petani

Kepmenkeu No. 342/KMK/ 011/1987

Penetapan harga gula pasir produksi dalam negeri dan impor

Menjamin stabilitas harga, devisa, serta kesesuaian pendapatan petani dan pabrik

UU No. 12/1992 Budidaya tanaman Memberikan kebebasan pada petani untuk menanamkan komoditas sesuai dengan prospek pasar Inpres No. 5/1997, 29

Deseember 1997

Program pengembangan tebu rakyat

Pemberian peranan kepada pelaku bisnis dalam rangka perdagangan bebas

Inpres No. 5/1998, 21 Januari 1998

Penghentian pelaksanaan Inpres No.5/1997

Kebebasan pada petani untuk me milih komoditas sesuai dengan Inpres No. 12/1992

Kepmenperindag

No.25/MPP/Kep/1/1998

Komoditas yang diatur tataniaga impornya

Mendorong efisiensi dan kelancaran arus barang Kepmenhutbun No.

282/Kpts-IX 1999, 7 Mei 1999

Penetapan harga provenue gula pasir produksi petani

Menghindari kerugian petani dan mendorong peningkatan produksi Kepmenperindag No.

363/MPP/Kep/8/1999, 5 Agustus 1999

Tataniaga impor gula Pengurangan beban anggaran pemerintah melalui impor gula oleh produsen Kepmenperindag No. 230 MPP/Kep/6/1999, 5 Juni 1999 Mencabut Kepmenperindag No. 363/MPP/Kep/8/1999

Pembebasan tarif impor gula untuk melindungi industri dalam negeri

Kepmenkeu No. 324/KMK. 01/2002

Perubahan bea masuk Peningkatan efektivitas bea masuk

Kepmenperindag No. 643/MPP/Kep/9/ 2002, 23 September 2002

Tataniaga impor gula Pembatasan pelaku impor gula hanya menjadi importir gula produsen dan importir gula terdaftar untuk peningkatan pendapatan petani/produsen

SK 522/MPP/Kep/9/2004 Tentang ketentuan impor gula

Revisi dan mempertegas esensi Kepmenperindag No. 643/MPP/Kep/9/2002, 23 September 2002

Lampiran 2. Hasil Pendugaan Parameter Model Harga Gula Domestik dan Industri Gula Indonesia dengan Metode 2SLS

The SAS System 15:55 Sunday, February 12, 2006 1 The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model LAPT Dependent Variable LAPT

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 3 2.313E11 7.711E10 227.57 <.0001 Error 25 8.4713E9 3.3885E8

Corrected Total 28 2.398E11

Root MSE 18407.8936 R-Square 0.96467 Dependent Mean 310760.690 Adj R-Sq 0.96044 Coeff Var 5.92349

Parameter Estimates Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 31257.32 21078.85 1.48 0.1506 HPROV 1 0.058795 0.031999 1.84 0.0781 HDG 1 -0.11284 0.051083 -2.21 0.0366 LLAPT 1 0.898103 0.039208 22.91 <.0001 Durbin-Watson 2.271847 Number of Observations 29 First-Order Autocorrelation -0.14238

The SAS System 15:55 Sunday, February 12, 2006 2 The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model Y Dependent Variable Y

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 6 473.2543 78.87571 5.02 0.0022 Error 22 345.4672 15.70306

Corrected Total 28 864.1561

Root MSE 3.96271 R-Square 0.57804 Dependent Mean 75.27103 Adj R-Sq 0.46296 Coeff Var 5.26459

Parameter Estimates Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 62.57156 15.01869 4.17 0.0004 IMG 1 -0.00001 4.511E-6 -2.49 0.0209 TAR 1 0.000018 8.453E-6 2.08 0.0491 CH 1 0.002217 0.002386 0.93 0.3629 HDG 1 -0.00003 0.000018 -1.39 0.1788 HRIG 1 4.59E-12 2.7E-12 1.70 0.1035 LY 1 0.276116 0.148589 1.86 0.0766

Durbin-Watson 2.304022 Number of Observations 29 First-Order Autocorrelation -0.18648

The SAS System 15:55 Sunday, February 12, 2006 3 The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model HPROV Dependent Variable HPROV

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 5 6.355E11 1.271E11 23.10 <.0001 Error 23 1.266E11 5.5024E9

Corrected Total 28 7.93E11

Root MSE 74178.2538 R-Square 0.83394 Dependent Mean 952361.773 Adj R-Sq 0.79784 Coeff Var 7.78887

Parameter Estimates Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 -268208 124949.4 -2.15 0.0426 HDG 1 0.457433 0.274730 1.67 0.1095 IMG 1 0.063375 0.036956 1.71 0.0998 PNE 1 0.509195 0.100009 5.09 <.0001 PW 1 0.076731 0.065293 1.18 0.2519 LHPROV 1 0.254941 0.124358 2.05 0.0519 Durbin-Watson 1.532376 Number of Observations 29 First-Order Autocorrelation 0.17322

The SAS System 15:55 Sunday, February 12, 2006 4 The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model QST Dependent Variable QST

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 4 2.547E12 6.367E11 18.89 <.0001 Error 24 8.087E11 3.369E10

Corrected Total 28 3.378E12

Root MSE 183560.799 R-Square 0.75899 Dependent Mean 935330.724 Adj R-Sq 0.71882 Coeff Var 19.62523

Parameter Estimates Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 -254940 298356.4 -0.85 0.4013 PW 1 -0.19906 0.158875 -1.25 0.2223 PNE 1 0.844375 0.240439 3.51 0.0018 KG 1 -0.12356 0.056911 -2.17 0.0400 LQST 1 0.529362 0.116380 4.55 0.0001 Durbin-Watson 2.282563 Number of Observations 29 First-Order Autocorrelation -0.16148

The SAS System 15:55 Sunday, February 12, 2006 5 The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model KG Dependent Variable KG

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 4 1.064E13 2.659E12 110.74 <.0001 Error 24 5.763E11 2.401E10

Corrected Total 28 1.12E13

Root MSE 154963.615 R-Square 0.94860 Dependent Mean 2433252.24 Adj R-Sq 0.94004 Coeff Var 6.36858

Parameter Estimates Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 -416558 416560.6 -1.00 0.3273 PNE 1 -0.40684 0.195060 -2.09 0.0478 POP 1 0.011077 0.004159 2.66 0.0136 QP 1 0.176033 0.093212 1.89 0.0711 LKG 1 0.475000 0.162343 2.93 0.0074 Durbin-Watson 2.504933 Number of Observations 29 First-Order Autocorrelation -0.25564

The SAS System 15:55 Sunday, February 12, 2006 6 The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model IMG Dependent Variable IMG

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 6 9.276E12 1.546E12 40.96 <.0001 Error 22 8.305E11 3.775E10

Corrected Total 28 1.01E13

Root MSE 194293.854 R-Square 0.91783 Dependent Mean 677648.793 Adj R-Sq 0.89542 Coeff Var 28.67176

Parameter Estimates Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 384455.9 224256.9 1.71 0.1005 TAR 1 -0.82948 0.303480 -2.73 0.0121 PW 1 -0.32900 0.164299 -2.00 0.0577 KG 1 0.754010 0.172240 4.38 0.0002 ER 1 91.65131 38.25983 2.40 0.0255 QP 1 -0.89868 0.172726 -5.20 <.0001 LIMG 1 0.133854 0.155997 0.86 0.4001 Durbin-Watson 2.331656 Number of Observations 29 First-Order Autocorrelation -0.168

The SAS System 15:55 Sunday, February 12, 2006 7 The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model HRIG Dependent Variable HRIG

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 4 1.055E25 2.638E24 14.42 <.0001 Error 24 4.391E24 1.83E23

Corrected Total 28 1.518E25

Root MSE 4.27756E11 R-Square 0.70614 Dependent Mean 6.35679E11 Adj R-Sq 0.65716 Coeff Var 67.29126

Parameter Estimates Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 -4.38E11 2.636E11 -1.66 0.1099 IMG 1 1042685 341636.4 3.05 0.0055 ER 1 -7.215E7 52576606 -1.37 0.1827 PW 1 626190.7 346803.5 1.81 0.0835 LHRIG 1 0.270526 0.184065 1.47 0.1546 Durbin-Watson 1.497611 Number of Observations 29 First-Order Autocorrelation 0.247074

The SAS System 15:55 Sunday, February 12, 2006 8 The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model PNE Dependent Variable PNE

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 6 6.568E11 1.095E11 12.05 <.0001 Error 22 1.999E11 9.0859E9

Corrected Total 28 8.651E11

Root MSE 95320.1134 R-Square 0.76667 Dependent Mean 1351456.95 Adj R-Sq 0.70303 Coeff Var 7.05314

Parameter Estimates Parameter Standard

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 134456.8 218814.0 0.61 0.5452 HRIG 1 9.977E-8 4.656E-8 2.14 0.0434 PW 1 0.027953 0.101162 0.28 0.7849 IMG 1 -0.14964 0.090920 -1.65 0.1140 HPROV 1 1.084482 0.168280 6.44 <.0001 ER 1 -20.8277 13.79254 -1.51 0.1453 LPNE 1 0.200242 0.137517 1.46 0.1595 Durbin-Watson 1.463912 Number of Observations 29 First-Order Autocorrelation 0.267913

The SIMNLIN Procedure Model Summary

Model Variables 8 Endogenous 8 Parameters 46 Range Variable Tahun Equations 8 Number of Statements 16 Program Lag Length 1

The SAS System 14:47 Sunday, February, 2006 82 The SIMNLIN Procedure

Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options

DATA= AL00 OUT= HASIL Solution Summary

Variables Solved 8 Simulation Lag Length 1 Solution Range Tahun First 1976 Last 2004 Solution Method NEWTON CONVERGE= 1E-8 Maximum CC 3.53E-15 Maximum Iterations 1 Total Iterations 29 Average Iterations 1 Observations Processed Read 30 Lagged 1 Solved 29 First 2 Last 30

Variables Solved For LAPT Y HPROV QST KG IMG HRIG PNE

The SAS System 14:47 Sunday, February 12, 2006 83 The SIMNLIN Procedure

Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 1976 To 2004

Descriptive Statistics

Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LAPT 29 29 310761 92552.5 309668 65353.8 Y 29 29 75.2710 5.5554 73.5760 4.1245 HPROV 29 29 952362 168287 950929 137431 QST 29 29 935331 347315 923826 278350 KG 29 29 2433252 632318 2438311 672554 IMG 29 29 677649 600531 682377 580485 HRIG 29 29 6.357E11 7.364E11 6.397E11 5.446E11 PNE 29 29 1351457 175771 1348901 145423

Statistics of fit

Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS %

Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square LAPT 29 -1092.2 3.5090 27759.0 10.7229 35465.0 14.7837 0.8479 Y 29 -1.6950 -1.9493 4.0107 5.2152 5.1861 6.6253 0.0974 HPROV 29 -1432.7 1.8479 110485 12.5716 137509 16.4956 0.3085 QST 29 -11504.6 10.9824 299728 37.7762 349663 47.0816 -.0498 KG 29 5058.6 -0.0388 190168 8.6276 222280 10.3835 0.8720 IMG 29 4728.7 33.6441 189594 59.4299 243099 99.1917 0.8303 HRIG 29 4.0051E9 1125.6 3.176E11 1154.0 4.486E11 5330.3 0.6156 PNE 29 -2555.6 1.1305 150242 11.6719 180427 14.4211 -.0913

Theil Forecast Error Statistics MSE Decomposition Proportions

Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U LAPT 29 1.2578E9 0.95 0.00 0.40 0.60 0.57 0.43 0.1095 0.0554 Y 29 26.8961 0.50 0.11 0.06 0.83 0.07 0.82 0.0687 0.0348 HPROV 29 1.891E10 0.60 0.00 0.07 0.93 0.05 0.95 0.1423 0.0714 QST 29 1.223E11 0.37 0.00 0.18 0.82 0.04 0.96 0.3512 0.1785 KG 29 4.941E10 0.94 0.00 0.12 0.88 0.03 0.97 0.0885 0.0441 IMG 29 5.91E10 0.91 0.00 0.02 0.98 0.01 0.99 0.2705 0.1360 HRIG 29 2.013E23 0.79 0.00 0.01 0.99 0.18 0.82 0.4658 0.2496 PNE 29 3.255E10 0.36 0.00 0.20 0.80 0.03 0.97 0.1324 0.0664

The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 1976 To 2004 Theil Relative Change Forecast Error Statistics

Relative Change MSE Decomposition Proportions

Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U LAPT 29 0.0246 0.72 0.07 0.75 0.19 0.47 0.46 1.4600 0.4754 Y 29 0.00441 0.58 0.10 0.18 0.72 0.00 0.90 0.9567 0.4662 HPROV 29 0.0254 0.64 0.00 0.32 0.68 0.03 0.96 0.9287 0.4274 QST 29 0.2691 0.42 0.04 0.72 0.25 0.28 0.68 1.8010 0.5990 KG 29 0.0114 0.38 0.00 0.62 0.38 0.14 0.86 1.3054 0.5372 IMG 29 0.8334 0.72 0.08 0.43 0.49 0.14 0.78 0.9425 0.3888 HRIG 29 11236.9 0.16 0.03 0.01 0.96 0.86 0.11 0.9867 0.9204 PNE 29 0.0200 0.66 0.00 0.33 0.67 0.04 0.96 0.9179 0.4193

Lampiran 4. Hasil Simulasi Penurunan Impor Gula Sebesar 98 Persen

The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 1976 To 2004

Descriptive Statistics

Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LAPT 29 29 310761 92552.5 309521 65381.8 Y 29 29 75.2710 5.5554 73.5773 4.1268 HPROV 29 29 952362 168287 950654 137533 QST 29 29 935331 347315 923085 277668 KG 29 29 2433252 632318 2438598 672211 IMG 29 29 13553.0 12010.6 682122 580705 HRIG 29 29 6.357E11 7.364E11 6.393E11 5.449E11 PNE 29 29 1351457 175771 1348530 145322

Lampiran 5. Hasil Simulasi Kenaikan Impor Gula Sebesar 86 Persen

The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 1976 To 2004

Descriptive Statistics

Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LAPT 29 29 310761 92552.5 309798 65329.4 Y 29 29 75.2710 5.5554 73.5750 4.1225 HPROV 29 29 952362 168287 951171 137343 QST 29 29 935331 347315 924477 278949 KG 29 29 2433252 632318 2438059 672855 IMG 29 29 1260427 1116987 682601 580300 HRIG 29 29 6.357E11 7.364E11 6.4E11 5.442E11 PNE 29 29 1351457 175771 1349227 145514

Lampiran 6. Hasil Simulasi Impor Gula Sebesar Nol Persen

The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 1976 To 2004

Descriptive Statistics

Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LAPT 29 29 310761 92552.5 309518 65382.3 Y 29 29 75.2710 5.5554 73.5773 4.1268 HPROV 29 29 952362 168287 950648 137535 QST 29 29 935331 347315 923070 277654 KG 29 29 2433252 632318 2438604 672204 IMG 29 29 0 0 682117 580710 HRIG 29 29 6.357E11 7.364E11 6.393E11 5.45E11 PNE 29 29 1351457 175771 1348523 145319

Dokumen terkait