• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berisi kesimpulan dari hasil analisa dan saran berdasarkan kajian yang telah dilakukan dalam Tugas Akhir ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pondasi

Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara, dam atau tanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya. Istilah pondasi digunakan dalam dunia teknik sipil untuk mendefinisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penyokong atau penopang bangunan dan meneruskan semua beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban yang bekerja, gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain. Di samping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang diijinkan.

Berdasarkan Struktur Beton Bertulang, pondasi berfungsi untuk :

1. Mendistribusikan dan memindahkan beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan di atasnya ke lapisan tanah dasar yang mendukung struktur tersebut.

2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan tidak sama pada struktur.

3. Memberi kestabilan pada struktur dalam memikul beban horizontal akibat beban angin, gempa, dan lain-lain.

Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), tergantung dari letak tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya terlekat dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari permukaan tanah. Untuk memilih pondasi yang memadai, perlu juga diperhatikan apakah pondasi itu cocok

untuk berbagai keadaan di lapangan dan memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.

Seperti telah dijelaskan di atas, bahwasanya pondasi dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu pondasi telapak, pondasi cakar ayam, pondasi sarang laba-laba, pondasi gasing, pondasi grid dan pondasi hypar (pondasi berbentuk parabola-hyperbola). Sedangkan pondasi dalam terdiri dari pondasi sumuran, pondasi tiang, dan pondasi caisson.

Secara umum, permasalahan pondasi dalam lebih rumit daripada pondasi dangkal. Untuk itu, pada laporan Tugas Akhir ini, Penulis memfokuskan pembahasan terhadap pondasi dalam yakni pondasi tiang pancang.

2.2 Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)

Penyelidikan tanah adalah salah satu dalam bidang geoteknik yang dilakukan untuk memperoleh sifat dan karakteristik tanah dalam kepentingan rekayasa (engineering). Ada dua jenis penyelidikan tanah yang biasa dilakukan, yakni penyelidikan lapangan (in situ test) dan penyelidikan laboratorium (laboratory test).

Penyelidikan lapangan pada umumnya terdiri dari boring seperti hand boring atau machine boring, SPT (Standard Penetration Test), CPT (Cone Penetration Test), DCP (Dynamic Cone Penetration), PMT (Pressumeter Test), DMT (Dilatometer Test), Sand Cone Test, dll. Sedangkan penyelidikan yang dilakukan di laboratorium terdiri dari uji index properties tanah (seperti water content, spesific gravity, atterberg limit, sieve analysis, unit weight, dll) dan engineering properties tanah (seperti direct shear test, consolidation test, triaxial test, permeability test, compaction test, CBR test, dll).

Pemilihan jenis pengujian yang dilakukan sangat tergantung kepada jenis konstruksi yang akan dikerjakan pada lokasi. Jenis penyelidikan akan berbeda untuk bangunan tinggi, galian dalam (deep excavation), timbunan (fill), terowongan (tunneling), jalan raya (hihgway), bendungan, dll. Penyelidikan tanah yang dilakukan harus memenuhi standard-standard yang telah diakui secara internasional seperti yang

biasa digunakan di Indonesia yakni ASTM (American Society for Testing and Material). Di bawah ini contoh-contoh ASTM yang sering digunakan di Indonesia dalam penyelidikan tanah :

 ASTM D2216 : untuk standard pengujian kadar air tanah (water content)

 ASTM D420 : untuk standard pengambilan sampel tanah di lapangan

 ASTM 4318 : untuk standard pengujian Atterbeg Limit

 ASTM D421 : untuk standard pengujian Sieve Analysis

 ASTM D422 : untuk standard pengujian Hydrometer Analysis

 ASTM D854 : untuk standard pengujian Specific gravity

 ASTM D698 dan ASTM D1557 : untuk standard Compaction Test

 ASTM D2434 : untuk standard Falling Head dan Constant Head Permeability Test

 ASTM D2850 : untuk standard Triaxial Test

 ASTM D3080 : untuk standard Direct Shear Test

 ASTM D1883 : untuk standard CBR Test

 ASTM D3385 : untuk standard Cone Penetration Test Penyelidikan tanah yang dilakukan bertujuan antara lain :

a) Mengetahui stratigrafi atau sistem pelapisan tanah di lokasi. Stratigrafi tanah dapat diperoleh berdasarkan hasil boring atau drilling di lapangan hingga mencapai kedalaman tanah keras dengan N-SPT > 50 untuk jenis tanah pasir dan N-SPT > 30 untuk jenis tanah lempung.

b) Mengetahui kedalaman muka air tanah (ground water level) di lokasi. Hal ini dapat diperoleh dari hasil boring machine.

c) Mengambil sampel tanah (undisturbed sample) dari lokasi untuk dilakukan pengujian laboratorium. Hal ini dapat diperoleh dari boring machine.

d) Mengetahui sifat fisis tanah di lokasi. Hal ini dapat diperoleh dengan melakukan pengujian sampel dari lapangan di laboratorium seperti water content, spesific gravity, atterberg limit, sieve analysis, unit weight.

e) Mengetahui sifat kompressibilitas tanah di lokasi seperti nilai indeks kompressibilitas tanah keras (Cc), konstanta konsolidasi (Cv). Parameter ini dapat diperoleh dari hasil consolidation test.

f) Mengetahui kekuatan tanah pada setiap kedalaman tertentu hingga kedalaman tanah keras. Hal ini dapat diperoleh melalui pengujian Cone Penetration Test di lapangan. Selain itu, dengan menggunakan beberapa korelasi empiris yang telah banyak digunakan selama ini, maka dapat ditentukan parameter-parameter kekuatan tanah dengan menggunakan hasil pengujian CPT.

g) Mengetahui kekuatan tanah pada setiap kedalaman tertentu. Hal ini dapat diperoleh dari hasil Standard Penetration Test (SPT) yang dinyatakan dengan jumlah pukulan per 30 cm penetrasi.

Sifat dan karakteristik tanah yang telah diperoleh dapat digunakan untuk : a) Menentukan daya dukung pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi

dalam (deep foundation).

b) Mengevaluasi besarnya penurunan tanah akibat beban kerja baik penurunan segera (immediatelly settlement), penurunan konsolidasi (consolidation settlement), dan penurunan setempat (differential settlement).

Program penyelidikan tanah pada suatu bangunan secara umum dapat dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu :

1) Memisahkan informasi yang telah ada dari bangunan yang akan didirikan Informasi ini meliputi tipe bangunan dan penggunaannya di masa depan, ketentuan peraturan bangunan lokal dan informasi tentang kolom bangunan berikut dinding - dinding pendukung beban.

2) Mengumpulkan informasi yang telah ada untuk kondisi tanah dasar setempat Program penyelidikan tanah akan menghasilkan penghematan yang besar bila para geolog yang mengepalai proyek tersebut lebih dahulu melakukan penelitian yang cermat terhadap informasi yang telah ada tentang kondisi tanah di tempat tersebut karena informasi - informasi tersebut dapat memberikan gambaran yang lebih dalam tentang jenis - jenis dan masalah -

masalah tanah yang mungkin akan dijumpai pada saat pengeboran tanah yang sebenarnya.

3) Peninjauan lapangan ke tempat lokasi proyek yang direncanakan

Geolog yang bersangkutan sebaiknya melakukan inspeksi visual terhadap lokasi dan daerah sekitarnya, karena dalam banyak kasus informasi yang diperoleh dari peninjauan lapangan seperti itu akan sangat berguna pada perencanaan selanjutnya.

4) Peninjauan lapangan terperinci

Pada tahap ini termasuk pelaksanaan beberapa uji pengeboran di lokasi dan pengumpulan sampel tanah asli dan tidak asli dari berbagai kedalaman untuk diinspeksi langsung atau diuji di laboratorium.

Ada beberapa metode untuk melaksanakan pengeboran di lapangan. Salah satu yang paling sederhana adalah dengan menggunakan auger. Ada juga pengeboran dengan sistem putar (rotary drilling), pengeboran sistem cuci (washing boring), dan pengeboran sistem tumbuk (percussion drilling). Untuk pengambilan sampel tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan alat split spoon standard, dengan tabung berdinding tipis, dan pengambilan sampel tanah dengan alat piston.

2.2.1. Kemampatan dan Konsolidasi Tanah

Tanah mempunyai sifat kemampumampatan tanah yang sangat besar apabila dibandingkan dengan bahan konstruksi seperti baja atau beton. Baja dan beton itu merupakan bahan yang tidak mempunyai air pori. Itulah sebabnya, volume pemampatan baja dan beton tidak mempunyai masalah. Sebaliknya, karena tanah mempunyai pori-pori yang besar, maka pembebanan biasa akan mengakibatkan deformasi tanah yang besar pula. Hal ini tentu akan mengakibatkan penurunan pondasi yang akhirnya akan mengakibatkan kerusakan konstruksi.

Selain itu, terdapat perbedaan yang mendasar antara tanah dengan bahan – bahan konstruksi lain, yakni karakteristik tanah didominasi oleh karakteristik

mekanisme seperti permeabilitas tanah atau kekuatan geser tanah yang berubah – ubah sesuai dengan pembebanan yang terjadi pada tanah tersebut.

Mengingat kemampumampatan butiran tanah dan air secara teknis sangat kecil sehingga dapat diabaikan, maka proses deformasi tanah akibat beban luar dapat dipandang sebagai suatu gejala penyusutan pori. Akibat beban yang bekerja pada tanah, susunan butiran dan kerangka struktur butiran tanah berubah sehingga perbandingan angka pori (void ratio) menjadi kecil serta mengakibatkan terjadinya deformasi pemampatan.

Jika beban yang bekerja pada tanah itu kecil, maka deformasi terjadi tanpa pergeseran pada titik-titik antara butiran tanah. Deformasi pemampatan tanah yang terjadi menunjukkan gejala elastis sehingga apabila beban tersebut ditiadakan, tanah akan kembali pada bentuk semula.

Air dalam pori-pori tanah yang jenuh air perlu dialirkan keluar supaya penyusutan pori tersebut sesuai dengan deformasi atau perubahan struktur butiran tanah seperti yang tampak pada gambar.

Permeabilitas tanah kohesif lebih kecil dibandingkan permeabilitas tanah butiran, maka pengaliran air keluar membutuhkan waktu yang cukup lama. Jadi untuk mencapai keadaan deformasi yang tetap sesuai dengan beban yang bekerja, dibutuhkan suatu jangka waktu yang lama. Hal demikian dinamakan peristiwa konsolidasi. Maka, dengan adanya pemadatam, berat isi dan kekuatan tanah akan meningkat.

2.2.2. Sondering Test / Cone Penetration Test (CPT)

Pengujian CPT atau sondir adalah pengujian dengan menggunakan alat sondir yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60° dan dengan luasan ujung 1,54 in2 (10 cm2). Alat ini digunakan dengan cara ditekan ke dalam tanah terus menerus dengan kecepatan tetap 20 mm/detik, sementara itu besarnya perlawanan tanah terhadap kerucut penetrasi (qc) juga terus diukur.

Dilihat dari kapasitasnya, alat sondir dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sondir ringan (2 ton) dan sondir berat (10 ton). Sondir ringan digunakan untuk mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm2, atau kedalam maksimal 30 m, dipakai untuk penyelidikan tanah yang terdiri dari lapisan lempung, lanau dan pasir halus. Sondir berat dapat mengukur tekanan konus 500 kg/cm2 atau kedalaman maksimal 50 m, dipakai untuk penyelidikan tanah di daerah yang terdiri dari lempung padat, lanau padat dan pasir kasar.

Keuntungan utama dari penggunaan alat ini adalah tidak perlu diadakan pemboran tanah untuk penyelidikan. Tetapi tidak seperti pada pengujian SPT, dengan alat sondir sampel tanah tidak dapat diperoleh untuk penyelidikan langsung ataupun untuk uji laboratorium. Tujuan dari pengujian sondir ini adalah untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan indikator dari kekuatan tanahnya dan juga dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan tanah yang berbeda.

Dari alat penetrometer yang lazim dipakai, sebagian besar mempunyai selubung geser (bikonus) yang dapat bergerak mengikuti kerucut penetrasi tersebut. Jadi pembacaan harga perlawanan ujung konus dan harga hambatan geser dari tanah dapat dibaca secara terpisah.

Ada 2 (dua) tipe ujung konus pada sondir mekanis yaitu :

1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya digunakan pada tanah yang berbutir kasar, dimana besar perlawanan lekatnya kecil;

2. Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya dan biasanya digunakan pada tanah yang berbutir halus.

Hasil penyelidikan dengan alat sondir ini pada umumnya digambarkan dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan tanah dengan besarnya nilai sondir yaitu perlawanan penetrasi konus atau perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya per satuan panjang.

Dari hasil sondir diperoleh nilai jumlah perlawanan (JP) dan nilai perlawanan konus (PK), sehingga hambatan lekat (HL) dapat dihitung sebagai berikut :

1. Hambatan Lekat (HL)

HL = ( JP

PK) x

(2.1) 2. Jumlah Hambatan Lekat (JHL)

JHL =

HL

(2.2) dimana :

JP = Jumlah perlawanan, perlawanan ujung konus + selimut (kg/cm2)

PK = Perlawanan penetrasi konus, qc (kg/cm2)

A = Interval pembacaan (setiap kedalaman 20 cm) B = Faktor alat = luas konus / luas torak = 10 cm i = Kedalaman lapisan tanah yang ditinjau (m).

Data sondir tersebut digunakan untuk mengidentifikasikan dari profil tanah terhadap kedalaman. Hasil akhir dari pengujian sondir ini dibuat dengan

menggambarkan variasi tahanan ujung (qc) dengan gesekan selimut (fs) terhadap kedalamannya. Bila hasil sondir diperlukan untuk mendapatkan daya dukung tiang, maka diperlukan harga kumulatif gesekan (jumlah hambatan lekat), yaitu dengan menjumlahkan harga gesekan selimut terhadap kedalaman, sehingga pada kedalaman yang ditinjau dapat diperoleh gesekan total yang dapat digunakan untuk menghitung gesekan pada kulit tiang.

Besaran gesekan kumulatif (total friction) diadaptasikan dengan sebutan jumlah hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi tanah, maka cara pelaporan hasil sondir yang diperlukan adalah menggambarkan tahanan ujung (qc), gesekan selimut (fs) dan ratio gesekan (FR) terhadap kedalaman tanah.

2.2.3. Standard Penetration Test (SPT)

Standard Penetration Test (SPT) sering digunakan untuk mendapatkan daya dukung tanah secara langsung di lokasi. Metode SPT merupakan percobaan dinamis yang dilakukan dalam suatu lubang bor dengan memasukkan tabung sampel yang berdiameter dalam 35 mm sedalam 305 mm dengan menggunakan massa pendorong (palu) seberat 63, 5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760 mm. Banyaknya pukulan palu tersebut untuk memasukkan tabung sampel sedalam 305 mm dinyatakan sebagai nilai N.

Gambar. 2.3. Skema Uji Standard Penetration Test

Tujuan dari percobaan Standard Penetration test (SPT) ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah dari pengambilan contoh tanah dengan tabung sehinggan diketahui jenis tanah dan ketebalan tiap-tiap lapisan kedalaman tanah dan untuk memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi tanah serta menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasa sulit diambil sampelnya. Percobaan Standard Penetration test (SPT) ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Siapkan peralatan SPT yang dipergunakan seperti : mesin bor, batang bor, split spoon sampler, hammer, dan lain – lain;

b) Letakkan dengan baik penyanggah (tripod), tempat bergantungnya beban penumbuk;

c) Lakukan pengeboran sampai kedalaman testing, lubang dibersihkan dari kotoran hasil pengeboran dari tabung segera dipasangkan pada bagian dasar lubang bor;

d) Berikan tanda pada batang peluncur setiap 15 cm, dengan total 45 cm;

e) Dengan pertolongan mesin bor, tumbuklah batang bor ini dengan pukulan palu seberat 63,5 kg dan ketinggian jatuh 76 cm hingga kedalaman tersebut, dicatat jumlah pukulan untuk memasukkan penetrasi setiap 15 cm (N value); Contoh :

N1 = 10 pukulan/15 cm N2 = 5 pukulan/15 cm N3 = 8 pukulan/15 cm

Maka total jumlah pukulan (N) adalah jumlah N2 dengan N3 adalah 5 + 8 = 13 pukulan. Nilai N1 tidak diperhitungkan karena dianggap 15 cm pukulan pertama merupakan sisa kotoran pengeboran yang tertinggal pada dasar lubang bor, sehingga perlu dibersihkan untuk memperkecil efisiensi gangguan;

f) Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke permukaan dan dibuka. Gambarkan contoh jenis - jenis tanah yang meliputi komposisi, struktur, konsistensi, warna dan kemudian masukkan ke dalam botol tanpa dipadatkan atau kedalaman plastik, lalu ke core box;

g) Gambarkan grafik hasil percobaan SPT;

Catatan: Pengujian dihentikan bila nilai SPT ≥ 50 untuk 4x interval

pengambilan dimana interval pengambilan SPT = 2 m.

Uji SPT ini dapat dilakukan untuk hampir semua jenis tanah. Berdasarkan pengalaman yang cukup lama, berbagai korelasi empiris dengan parameter tanah telah didapatkan. Harga N dari pasir yang diperoleh dari pengujian Standard Penetration test (SPT) dan hubungan antara kepadatan relatif dengan sudut geser dalam dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel.2.1. Hubungan Dϒ, Ø, dan N dari tanah pasir (Sosrodarsono, 1983) Nilai N

Kepadatan Relatif

=

Sudut Geser Dalam

Menurut Peck Menurut Meyerhoff 0 – 4 Sangat lepas 0 – 0,2 < 28,5 < 30 4 – 10 Lepas 0,2 – 0,4 28,5 – 30 30 – 35 10 – 30 Sedang 0,4 – 0,6 30 – 36 35 – 40 30 – 50 Padat 0,6 – 0,8 36 – 41 40 – 45 > 50 Sangat Padat 0,8 – 1,0 > 41 > 45 2.3 Pondasi Tiang

Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya vertikal / tegak lurus / orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. (Sosrodarsono dan Nakazawa, 2000).

Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang mempunyai daya dukung yang cukup letaknya sangat dalam. Pondasi tiang ini berfungsi untuk menyalurkan beban-beban yang diterimanya dari konstruksi di atasnya ke lapisan tanah yang lebih dalam.

Selain itu, pondasi jenis ini juga dapat digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas terutama pada bangunan-bangunan tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat angin. Tiang-tiang juga digunakan untuk mendukung bangunan dermaga. (Hardiyatmo, 2003). Teknik pemasangan pondasi tiang dapat dilakukan dengan pemancangan tiang-tiang baja / beton pracetak atau dengan membuat tiang-tiang beton bertulang yang langsung dicor di tempat (cast in place), yang sebelumnya telah dibuatkan lubang terlebih dahulu.

Pada umumnya pondasi tiang ditempatkan tegak lurus (vertikal) di dalam tanah, tetapi apabila diperlukan dapat dibuat miring agar dapat menahan gaya-gaya horizontal. Sudut kemiringan yang dicapai tergantung dari alat yang digunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaan.

2.4 Klasifikasi Pondasi Tiang

Berdasarkan metode instalasinya, pondasi tiang pada umumnya dapat diklasifikasikan atas :

1) Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang merupakan sebuah tiang yang dipancang ke dalam tanah sampai kedalaman yang cukup untuk menimbulkan tahanan gesek pada selimutnya atau tahanan ujungnya. Pemancangan tiang dapat dilakukan dengan memukul kepala tiang dengan menggunakan palu jatuh (drop hammer), diesel hammer, dan penekan secara hidrolis (hydraulic hammer).

2) Tiang Bor

Sebuah tiang bor dikonstruksikan dengan cara menggali sebuah lubang bor yang kemudian diisi dengan material beton dengan memberikan penulangan terlebih dahulu.

2.5 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang

Pada perencanaan pondasi, pemilihan jenis pondasi tiang pancang untuk berbagai jenis keadaan tergantung pada banyak variabel. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam pemilihan tiang pancang antara lain type dari tanah dasar yang meliputi jenis tanah dasar dan ciri-ciri topografinya, alasan teknis pada waktu pelaksanaan pemancangan dan jenis bangunan yang akan dibangun. Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima tiang ke dalam tanah dan berdasarkan material yang digunakan.

2.5.1 Pondasi tiang pancang berdasarkan cara penyaluran beban

Berdasarkan cara penyaluran beban, tiang pancang terbagi tiga jenis yaitu : 1. Pondasi Tiang Pancang dengan tahanan ujung (End Bearing Pile)

Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan tanah pendukung.

Gambar . 2.4. Pondasi Tiang dengan tahanan ujung (Sardjono, H.S.,1998)

2. Pondasi Tiang Pancang dengan tahanan gesekan (Friction Pile)

Jenis tiang pancang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan antara tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus tidak menyebabkan tanah di antara tiang-tiang menjadi padat, sedangkan bila butiran tanah kasar maka tanah di antara tiang-tiang akan semakin padat.

Gambar . 2.5. Pondasi Tiang dengan Tahanan Gesekan (Sardjono, H.S., 1998)

3. Pondasi Tiang Pancang dengan tahanan lekatan (Adhesive Pile)

Bila tiang dipancangkan pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara tanah di sekitar dan permukaan tiang.

Gambar. 2.6. Pondasi Tiang dengan Tahanan Lekatan (Sardjono, H.S., 1988)

2.5.2 Pondasi tiang pancang berdasarkan material yang digunakan

Berdasarkan material yang digunakan, pondasi tiang terbagi atas empat jenis yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja dan tiang pancang komposit.

1. Tiang Pancang Kayu

Pemakaian tiang pancang kayu adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon dan biasanya diberi bahan pengawet. Pada pemakaian tiang pancang kayu tidak diizinkan untuk menahan beban lebih tinggi dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang. Tiang kayu akan tahan lama apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah dan akan lebih cepat busuk jika dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti. Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda agresif dan jamur yang bisa menyebabkan pembusukan.

Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu :

Tiang pancang kayu relatif sehingga mudah dalam pemancangan;

Kekuatan tariknya besar sehingga pada waktu diangkat untuk pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti pada tiang pancang beton precast;

Muda untuk pemotongannya apabila tiang kayu sudah tidak dapat masuk lagi ke dalam tanah;

Tiang pancang kayu lebih sesuai untuk friction pile daripada end bearing pile karena tekanannya relatif kecil;

Gambar. 2.7. Tiang Pancang Kayu

Kerugian pemakaian tiang pancang kayu :

Karena tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah agar dapat tahan lama, maka jika letak air tanah terendah tersebut sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian;

Tiang pancang kayu mempunyai umur relatif kecil dibandingkan dengan tiang pancang baja atau beton, terutama pada daerah yang tinggi air tanahnya sering naik turun;

Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu ujung tiang pancang kayu ini bisa rusak atau remuk.

2. Tiang Pancang Beton

Tiang pancang beton terbuat dari bahan beton bertulang yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

a. Precast Reinforced Concrete Pile

Dokumen terkait