• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat 5 (lima) kelas kemampuan lahan di Kecamatan Tapaktuan berdasarkan faktor pembatas fisik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a) Kelas I : Kemampuan lahan sangat baik dengan luas area hanya 93,42 Ha b) Kelas II : Kemampuan lahan baik seluas 311,26 Ha

c) Kelas III : Kemampuan lahan sedang seluas 2.087,45 Ha d) Kelas IV: Kemampuan Lahan rendah dengan luas 5.927,91 Ha e) Kelas V: Kemampuan Lahan sangat rendah dengan luas 1.650,32 Ha

Ditinjau dari aspek penggunaannya untuk permukiman maka wilayah Kecamatan Tapaktuan dibagi kedalam 3(tiga) zona atau kawasan yaitu zona kemungkinan, yang terdiri dari kelas I dan kelas II. Zona kendala merupakan kawasan kelas III. Dan zona limitasi yang terdiri dari kelas IV dan V.

2. Secara garis besar, dengan menggunakan paremeter faktor fisik yaitu kemiringan lereng, kerentanan gerakan tanah dan tingkat kemampuan drainase maka lahan di Kecamatan Tapaktuan yang sesuai untuk permukiman hanya 2.164,63 Ha dan lahan yang tidak sesuai adalah 7.905,73 Ha. Setelah dibandingkan dengan penggunaan lahan kondisi eksisting, maka terdapat penggunaan lahan untuk permukiman yang tidak sesuai untuk permukiman yaitu seluas 17,15 Ha yang berada dalam kawasan penyangga dan lindung.

169

Di zona limitasi/penyangga melebihi ambang batas kapasitas lahan yaitu 0,05

% dengan adanya penggunaan untuk permukiman sebesar 4,29 Ha.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor yang melandasi pemilihan lokasi lahan bermukim oleh masyarakat aspek yaitu fisik lahan, ketersediaan fasilitas dan harga tanah/lahan dengan pengembangan permukiman di Kecamatan Tapaktuan. Karena tingkat hubungannya yang rendah maka pemilihan lokasi lahan permukiman oleh di Kecamatan Tapaktuan sebagian kecil dilandasi oleh ketiga faktor tersebut, namun ada faktor pertimbangan lain lebih dominan yang tidak dijadikan variabel dalam penelitian ini.

4. Dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah, perkembangan suatu wilayah ditentukan oleh beberapa aspek termasuk aspek fisik yang terdiri dari tata guna lahan dan ketersediaan fasilitas (sarana dan prasarana). Tata guna lahan meliputi pengaturan penggunaan lahan berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan itu sendiri untuk mendukung suatu penggunaan tertentu termasuk penggunaan lahan untuk permukiman yang menjadi fokus penelitian ini. Penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan Tapaktuan yang sesuai dengan arahan penggunaan lahan berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahannya akan berdampak positif bagi pengembangan Kecamatan Tapaktuan.

Sementara ketersediaan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Tapaktuan mempunyai hubungan dengan pengembangan permukiman maupun pengembangan wilayah Kecamatan Tapaktuan.

Tersedianya sarana dan prasarana akan mendorong pengembangan permukiman dan pengembangan wilayah, demikian juga sebaliknya

170

pengembangan permukiman dan pengembangan wilayah didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana di suatu wilayah.

5.2. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian ini, mengingat pengembangan permukiman berkaitan erat dengan pengembangan wilayah maka penulis dapat memberikan saran agar pengembangan permukiman di Kecamatan Tapaktuan menjadi terarah yang sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahan yaitu sebagai berikut : 1. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam menyusun perencanaan

penggunaan lahan khususnya penggunaan untuk permukiman di Kecamatan Tapaktuan supaya menerapkan skala prioritas kawasan sesuai dengan tingkat kemampuan lahannya. Prioritas utama pengembangan permukiman adalah areal pada zona kemungkinan atau pengembangan, kemudian bertahap ke kawasan kendala. Penggunaan lahan di kawasan pengembangan sebaiknya menghindari penggunaan untuk permukiman di areal penggunaan lahan berupa hutan, agar penggunaan lahan untuk permukiman tidak merambah atau menyebar ke areal hutan lindung dan penyangga.

2. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan agar melakukan pembangunan infrastruktur/sarana dan prasarana di Kecamatan Tapaktuan yang dapat mengatasi hambatan fisik lahan untuk pengembangan permukiman di kawasan kendala. Infrastruktur/sarana dan prasarana dimaksud dapat berbentuk :

a) Pengadaan dan penataan sistem drainase di wilayah yang kemampuan drainase nya kurang sehingga dapat menghindari genangan air.

171

b) Pengadaan dan penataan jaringan instalasi air bersih baik untuk memudahkan masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut.

c) Pembuatan sumur resapan yang meningkatkan imbuhan air ke dalam tanah dan mengurangi air larian di kawasan yang ketersediaan air nya kurang.

3. Berkaitan dengan keterbatasan kapasitas lahan untuk pengembangan permukiman di Kecamatan Tapaktuan agar sebaiknya disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Aceh Selatan khusunya Kecamatan Tapaktuan, supaya penggunaan lahan untuk permukiman lebih terarah.

4. Dalam rangka mengarahkan penggunaan lahan untuk permukiman pada kawasan yang sesuai dengan kemampuan lahan nya maka Pemerintah Kabupaten dapat mengambil kebijakan sebagai berikut:

a) Melakukan sosialisasi RDTR kepada masyarakat khususnya berkaitan dengan arah penggunaan lahan untuk permukiman. Sosialisasi dilakukan di setiap gampong berkenaan dengan bahaya dan resiko yang diterima oleh masyarakat apabila penggunaan lahan untuk permukiman tidak sesuai dengan arah penggunaannya.

b) Membangun sarana dan prasarana pendukung aktivitas permukiman di kawasan pengembangan berupa sarana dan prasarana transportasi, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, jaringan listrik dan telekomunikasi, pasar dan lain sebagainya.

c) Pemberian kemudahan pengurusan perizinan dan pengurangan biaya yang berkaitan dengan lahan seperti biaya pembuatan akta jual beli dan Biaya Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

172

5. Dalam hal penanganan terhadap penggunaan lahan yang tidak sesuai untuk permukiman maka langkah yang dapat diambil adalah :

a) Pemberian peringatan dan sanksi bagi semua pihak yang melakukan pelanggaran pembangunan lokasi permukiman pada lahan yang tidak sesuai untuk permukiman dan akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan keselamatan penghuninya.

b) Membekukan izin penggunaan lahan untuk permukiman pada kawasan tersebut.

c) Merelokasi lahan permukiman yang tidak sesuai secara bertahap melalui langkah sebagai berikut:

1. Pendekatan kemasyarakatan

2. Mempersiapkan lahan lokasi hunian yang baru di kawasan yang sesuai untuk permukiman

3. Program bantuan rumah untuk kaum dhuafa bagi masyarakat tidak mampu yang bermukim di lokasi tersebut.

4. Memberikan biaya ganti rugi atas tanah dan bangunan masyarakat berhubung lahan tersebut akan dimanfaatkan sebagai kawasan lindung.

6. Mengembalikan fungsi kawasan yang tidak sesuai untuk penggunaan permukiman agar dapat berperan sebagaimana fungsinya.

Dokumen terkait